Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

“Konsep Psikofarmaka”

Oleh Kelompok VI :

Monika Yolanda 20334139


Tasha Ananta
Whyndi Septiani Ahmad 20334126
Yola Zahratul Akhiarni

Dosen Mata Kuliah :

ROSMI ENI

JURUSAN D-III KEPERAWATAN

FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021 / 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Konsep dasar
psikofarmaka  ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibuk
Rosmi eni pada mata kuliah keperawatan jiwa. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Konsep dasar penyakit gagal jantng bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibuk Rosmi eni selaku dosen mata kuliah
keperawatan jiwa yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Pariaman, 8 Februari 2021

Kelompok VI

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................................
C. Tujuan.................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian psikofarmaka....................................................................................
B. Jenis obat yang terdapat dalam psikofarmaka
1. Indikasi.........................................................................................................
2. Mekanisme kerja..........................................................................................
3. Efek samping...............................................................................................
4. Kontra indikas..............................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan


diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan, sebagai perwujudan
keharmonisan fungsi mental dan kesanggupannya menghadapi masalah yang biasa
terjadi, sehingga individu tersebut merasa puas dan mampu.

Kesehatan jiwa seseorang selalu dinamis dan berubah setiap saat serta dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu : kondisi fisik (somatogenik), kondisi perkembangan
mental-emosional (psikogenik) dan kondisi dilingkungan sosial (sosiogenik).
Ketidakseimbangan pada salah satu dari ketiga faktor tersebut dapat mengakibatkan
gangguan jiwa.

Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa
yang enyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.
WHO memperkirakan saat ini di seluruh dunia terdapat 450 juta orang mengalami
gangguan jiwa, di Indonesia sendiri pada tahun 2006 diperkirakan 26 juta penduduk
Indonesia mengalami gangguan jiwa dengan ratio populasi 1:4 penduduk.
Departemen Kesehatan RI mengakui sekitar 2,5 juta orang di negeri ini telah
menjadi pasien rumah sakit jiwa. Gangguan jiwa tidak dapat disembuhkan secara
maksimal sebagaimana keadaan sebelum sakit, beberapa pasien meninggalkan
gejala sisa seperti adanya ketidakmampuan berkomunikasi dan mengenai realitas,
serta prilaku kekanak-kanakan yang berdampak pada penuruna produktifitas hidup.
Hal ini ditunjang dengan data Bank Dunia pada tahun 2001 di beberapa Negara
yang menunjukkan bahwa hari-hari produktif yang hilang atau Dissabiliiy Adjusted
Life Years (DALY’s) sebesar 8,1 % dari Global Burden of Disease, disebabkan oleh
masalah kesehatan jiwa. Sebagai salah satu upaya untuk mengurangi penurunan
produktifitas maka pasien yang dirawat inap dilakukan upaya rehabilitasi sebelum
klien dipulangkan dari rumah sakit. Tujuannya untuk mencapai perbaikan fisik dan
mental sebesar-besarnya, penyaluran dalam pekerjaan dengan kapasitas maksimal

4
dan penyesuaian diri dalam hubungan perseorangan dan sosial sehingga bisa
berfungsi sebagai anggota masyarakat yang mandiri dan berguna.

Pelaksanaan rehabilitasi dilakukan oleh multi profesi yang terdiri dari dokter,
perawat, psikolog, sosial worker serta okupasi terapis yang memiliki peran dan
fungsi masing-masing. Dokter memberikan terapi somatik, psikolog melakukan
pemilahan klien berdasarkan hasil psikotest, kemampuan serta minat klien, sosial
worker menjadi penghubung antara klien dengan keluarga dan lingkungan serta
okupasi terapis memberikan terapi kerja bagi pasien. Perawat sendiri mempunyai
peran yang sangat penting dalam pelaksanaan rehabilitasi baik dalam tahap
persiapan, pelaksanaan, maupun pengawasan. Sebagai sebuah tim, perawat
memberi peran yang sangat penting dalam mengkoordinasikan berbagai cara dan
kerja yang dilakukan semua anggota tim sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
anatara klien dan tim kesehatan sehingga rehabilitasi berjalan sesuai tujuan yang
diharapkan menurut para perawat sistem dan budaya kerja yang ada tidak
memungkinkan untuk melaksanakan peran tersebut, sehingga perawat mengerjakan
tugas multi profesi sekaligus dari mulai dokter, psikolog, sosial worker, tenaga gizi
sampai tenaga pertanian.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan psikofarmaka?


2. Apa saja jenis obat yang terdapat dalam psikofarmaka?
3. Apa efek samping dari psikofarmaka,
4. Bagaimana identifikasi masalah pasien yang diberikan obat psikofarmaka?
5. Bagaimana cara penggunaan obat psikofarmaka?
6. Apa peran perawat dalam pemberian psikofarmaka?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan psikofarmaka

2. Untuk mengetahui apa saja jenis obat yang terdapat dalam psikofarmaka

3. Untuk mengetahui Apa efek samping dari psikofarmaka,

4. Untuk mengetahui bagaimana identifikasi masalah pasien yang diberikan obat


psikofarmaka

5
5. Untuk mengetahui bagaimana cara penggunaan obat psikofarmaka

6. Untuk mengetahui apa peran perawat dalam pemberian psikofarmaka

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian psikofarmaka
Obat psikotropik (psikofarmaka) adalah obat yang bekerja secara selektif
pada susunan saraf pusat (SSP) dan mempunai efek utama terhadap
aktivitas mental dan perilaku (mind and behavior altering drugs), digunakan
pada gangguan psikiatrik (pshychotherapeutik medication). Penggunaan klinis
obat psikotropik ditujukan untuk meredam (suppression) gejala sasaran
tertentu dan pemilihan jenis obat disesuaikan dengan tampilan gejala sasaran
tertentu dan pemilihan jenis obat disesuaikan dengan tampilan gejala sasaran
yang ingin di tanggulangi misalnya, antipsikotik, antidepresi, anti mania, anti
anxietas,anti insomnia, anti panik, anti obsesif kompulsif (Maslim, 2007).

B. Jenis obat yang terdapat dalam psikofarmaka

Obat antipsikosi

Anti-psikosis disebut juga neuroleptic, dahulu dinamakan major transquilizer.


Salah satunya adalah chlorpromazine (CPZ), yang diperkenalkan pertama
kali tahun 1951 sebagai premedikasi dalam anastesi akibat efeknya yang
membuat relaksasi tingkat kewaspadaan seseorang. CPZ segera dicobakan
pada penderita skizofrenia dan ternyata berefek mengurangi delusi dan
halusinasi tanpa efek sedative yang berlebihan.

Jenis obat yang sering digunakan clorpromazin, haloperidol, trifluoperazin,


risperidon dan klozapin. Menurut rasmun (2009), indikasi, mekanisme kerja,
efek samping, dan kontra indikasi obat antipsikotik adalah sebagai berikut :

1. Clorpromazin (CPZ)
a. Indikasi
Untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri

7
terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: waham,
halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak
terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
b. Mekanisme kerja
Memblokade dopamin pada reseptor pasca sinap di otak khususnya
system ekstrapiramidal (dopamin D2 receptor antagonists, yang efektif
untuk gejala positif (waham, halusinasi, gangguan asosiasi piker,
perilaku aneh, dan tidak terkendali).
c. Efek samping
Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, anti kolinegrik atau
parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan
irama jantung).Gangguan ekstramidal (dystonia akut, akatshia,
sindrom parkinsontremor, bradikinesia, rigiditas).Gangguan endokrin
(amenorhea, ginekomasti).Metabolik (jaundice), hematologi.
d. Konttra indikasi
Panyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris,
ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran yang
disebabkan CNS Depresan.
2. Haloperidol
a. Indikasi
Bardaya berat dalam kemampuan realita dalam fungsi netral serta
dalam fungsi kehidupan sehari-hari.Gangguan delusi dan halusinasi
pada skizofrenia akut dan kronis, konfusi akut dan paranoid.
b. Mekanisme kerja
Obat antipsikotik dalam memblokade dopamin pada reseptor pasca
sinaptik neuron ditolak khususnya sistem limbic dan sistim
ekstrapiramidal.
c. Efek samping
Sedasi dan inhibisi, gangguan otonomik (hipotensi, parasimpatik,
mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, mata kabur, tekanan
intra okuler meninggi, gangguan irama jantung).
d. Kontra indikasi

8
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung, febris,
ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran yang
disebabkan CNS Depresan.
3. Trifluoperazin
a. Indikasi
Dosis rendah, cemas, tegang, pada neurosis atau gangguan somatik.
Dosis tinggi gangguan psikosis seperti katatonik akut dan kronis,
gangguan skizofrenia paranoid psikosis disebabkan kerusakan otak,
control pada penyakit depresi manik dan hebefrenik, dan gangguan
tingkah laku pada kemunduran mental (ISO, 2011).
b. Mekanisme kerja
Obat antipsikotik dalam memblokade dopamin pada reseptor pasca
sinaptik neuron ditolak khususnya sistem limbik.
c. Efek samping
Lesu,gelisah, mengantuk, pusing, sukar tidur, pengliatan buram, otot
lemas, hipotensi, gejala ekstrapiramidal (ISO, 2011).
d. Kontra indikas
Komatos atau keadaan depresi berat (ISO, 2011).
4. Risperidon
a. Indikasi
Skizofrenia akut dan kronis, kadang psikotik lain dengan gejala
(halusinasi, delusi, curiga) dan atau (efek tumpul, gangguan emosi
atau emosional), mengurangi gejala yang efektif yang berhubungan
dengan skizofrenia (ISO, 2011).
b. Mekanisme kerja
Memblokade dopamin dan serotonin pada reseptor pasca sinap di
otak khususnya sistem ekstrapiramidal.
c. Efek samping
Insomnia, agitasi, cemas, sakit kepala, somnolen, lelah, kadang-
kadang hipotensi ortostatik, reflek takikardi, gejala ekstrapiramidal,
dan peningkatan BB (ISO, 2011).
d. Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris,
ketergantungan obat, penyakit SSP.
9
5. klozapin
a. indikasi
pengobatan penderita resisten skizofrenia, yaitu skizofrenia yang non
responsif atau intoleransi terhadap neuroleptic klasik (ISO, 2011).
b. Mekanisme kerja
Memblokade dopamin, serotonin para reseptor pasca sinap di otak,
khususnya sistem limbic dan sistem ekstrapiramidal.
c. Efek samping
Granulositopenia dan agranulositosis, leukositosis dan atau eusinofilia,
fatigue, pusing, sedasi, mulut kering, penglihatan kabur, gangguan
pengaturan keringat atau temperatur, hipersaliva, takikardi, hipotensi,
konstipasi BAB, mual muntah retensi atau inkontinensia urine.
d. Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakitb darah, epilepsi, kelainan jantung, febris,
ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Salah satu therapy pada klien gangguan jiwa adalah pemberian obat
psikofarmaka. Psikofarmaka adalah sejumlah besar obat farmakologis yang
digunakan untuk mengobati gangguan mental, obat-obatan yang sering
digunakan di rumah sakit jiwa adalah Chlorpromazine, Halloperidol, dan
Trihexyperidil. Obat-obatan ynag diberikan selain ddapat membantu dalam
proses penyembuhan pada klien gangguan jiwa, juga mempunyai efek
samping yang dapat merugikan klien tersebut, seperti paskinsonisme, pusing,
sedasi, pingsan, hipotensi, pandangan kabur, dan konstipasi, untuk
menghindari hal tersebut perawat sebagai tenaga kesehatan yang
berlangsung dengan pasien selama 24 jam, harus mampu mengimbangi
terhadap perkembangan mengenai kondisi klien, terutama dari pemberian
obat psikofarmaka.

B. SARAN
Perawat jiwa yang ada dirumah sakit (rumah sakit jiwa, rumah sakit umum,
panti kesehatan jiwa, yayasan yang merawat pasien gangguan jiwa),
pengajar keperawatan jiwa disekolah keperawatan, perawat jiwa yang ada
distruktur departemen kesehatan dan dinas kesehatan diharapkan bersatu
padu untuk menyuarakan kesehatan jiwa pada setiap kesempatan mulai dari
sekarang kepada setiap orang yang ditemui. Kegiatan yang dilakukan berupa
Advocacy And Action.

11
DAFTAR PUSTAKA

keliat,B.A.dkk.2007.Advance Course Community Mental Health


Nursing.Manajemen Community Health Nursing District Level:Jakarta
http://www.docstoc.com/docs/PERAN -PERAWAt-PADA REHABILITASI-
KLIEN-GANGGUAN-JIWA.
Nurhalimah, 2016. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Azizah, Lilik Ma’rifahtul. 2011. Keperawatan Jiwa
Amplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graham Ilmu. Dalami, Ermawati. 2010.
Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Trans Info Media

12

Anda mungkin juga menyukai