Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH PSIKOFARMAKA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa.


Dosen Pengampu : Ruti Wiyati, M.Kes, Ns

Disusun Oleh :
1. Nur Hasanah H (P1337420218007)
2. Yunindya Triska W (P2337420218014)
3. Gina Nur Meina (P1337420218021)
4. Nofa Alda Nur L (P1337420218028)
5. Ita Dwi R A (P1337420218035)
6. Eling S (P1337420218042)
7. Windia Maulina Y (P1337420218043)

Tingkat 2A
Kelompok 7

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah Keperawatan jiwa “Makalah Psikofarmaka” ini dengan baik
tanpa halangan suatu apapun.

Karya tulis sederhana ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas
semester keempat tingkat 2A. Dalam penyajian karya tulis ini, penulis
memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa


2. Yth. Ibu Walin, SST., M.Kes selaku Kepala Program studi DIII
Keperawatan Purwokerto
3. Yth Ibu Ruti Wiyati, M.Kes, Ns selaku dosen pengampu
4. Orang tua, yang selalu memberi motivasi dan dukungan
5. Teman-teman yang telah membantu dan memberi semangat
6. Dan semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
Semoga karya tulis ini memberikan manfaat bagi masyarakat pada
umumnya dan bagi pembaca khususnya serta meningkatkan harkat dan martabat
bangsa kita Indonesia guna mencapai tujuannya masing-masing sehingga dapat
dijadikan panutan yang berguna bagi masa depan nusa bangsa dan agama
sekaligus menjadi contoh kepada generasi-generasi penerus bangsa kita Indonesia.

Purwokerto, 2 April 2020


Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 3
BAB III PENUTUP...............................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
LAMPIRAN : ROLEPLAY PSIKOFARMA PADA PASIEN HALUSINASI... 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Skizofrenia dapat merupakan penyakit yang ditentukan secara
genetik, tetapi juga terdapat bukti yang menunjukkan kejadian intra uteri
dan komplikasi obstetrik. Obat neuroleptik banyak mengedalikan banyak
gejala skizofrenia. Obat tersebut mempunyai sebagian besar efek pada
gejala positif seperti halusinasi dan waham. Gejala negati f seperti menarik
diri dari lingkungan sosial dan apatis emosional kurang dipengaruhi oleh
obat neuroleptik (Profitasari, 2010).
Obat neuroleptik membtuhkan waktu beberapa minggu untuk
mengendalikan gejala skizofren dan sebagian pasien akan membutuhkan
pengobatan rumatan selama bertahun-tahun. Relaps sering terjadi bahkan
pada pasien yang dipertahankan dengan obat dan lebih dari dua pertiganya
mengalami relaps dalam satu tahun bila menghentikan terapi. Sayangnya,
neuroleptik juga memblok reseptor dopamin pada gnaglia basalis dan
sering juga menyebabkan gangguan pergerakan (efek ekstra piramidal)
yang menyebabkan stres dan kecacatan (Mansjoer, 2000).
Berbagai agen farmakologis yang digunakan untuk menerapi
berbagai gangguan psikiatrik disebut dengan tiga istilah umumyang dapat
saling menggantikan: obat psikotropik, obat psikoaktif, dan obat
psikoterapuetik. Dahulu agen tersebut dibagi dalam empat kategori : obat
antipsikotik atau neuroleptik, digunakan untuk menerapi psikosis, obat anti
depresan, digunakan untuk menerapi depresi, obat anti manik dan
penstabil mood, digunakan untuk menerapi gangguan bipolar, obat anti
ansietas dan anti ansiolitik, digunakan untuk menerapi keadaan ansietas.
Meskipun demikian, sekarang ini pembagian tersebut kurang sah
disebabkan berbagai alasan yang mendasari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Psikofarmaka?

1
2. Apa saja jenis-jenis obat Psikofarmaka?
3. Bagaimana mekanisme kerja obat Psikofarmaka?
4. Bagaimana cara penggunaan obat-obat Psikofarmaka?
5. Bagaimana pemberian dosis obat-obat Psikofarmaka?
6. Apa saja indikasi dari obat-obat Psikofarmaka?
7. Apa saja efek samping dari obat-obat Psikofarmaka?
8. Apa saja kontra indikasi dari obat-obat Psikofarmaka?
9. Bagaimana sediaan obat-obat Psikofarmaka?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Psikofarmaka
2. Untuk mengetahui jenis-jenis obat Psikofarmaka
3. Untuk mengetahui mekanisme kerja obat Psikofarmaka
4. Untuk mengetahui a cara penggunaan obat-obat Psikofarmaka
5. Untuk mengetahui pemberian dosis obat-obat Psikofarmaka
6. Untuk mengetahui indikasi dari obat-obat Psikofarmaka
7. Untuk mengetahui samping dari obat-obat Psikofarmaka
8. Untuk mengetahui a kontra indikasi dari obat-obat Psikofarmaka
9. Untuk mengetahui sediaan obat-obat Psikofarmaka

2
BAB II
ISI

A. Definisi
Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja
secara selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama
terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan
psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup pasien. Obat
psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya: antipsikosis,
anti-depresi, anti-mania, anti-ansietas, anti-insomnia. Pembagian lainnya
dari obat psikotropik antara lain: transquilizer, neuroleptic, antidepressants
dan psikomimetika.
B. Macam-Macam Obat Psikotropika
1. Obat Antipsikosis
Obat-obat neuroleptika juga disebut tranquilizer mayor, obat anti
psikotik atau obat anti skizofren, karena terutama digunakan dalam
pengobatan skizofrenia tetapi juga efektif untuk psikotik lain, seperti
keadaan manik atau delirium. Obat-obat anti psikotik ini terbagi atas
dua golongan besar, yaitu :
a) Obat anti psikotik tipikal
1) Phenothiazine
- Rantai aliphatic : Chlorpromazine
Levomepromazine
- Rantai piperazine : Perphenazine
Trifluoperazine
Fluphenazine
- Rantai piperidine : Thioridazine
2) Butyrophenone : Haloperidol
3) diphenyl-butyl-piperidine : Pimozide
b) Obat anti psikotik atipikal
1) Benzamide : Sulpiride

3
2) Dibenzodiazepine : Clozapine
Olanzapine
Quetiapine
3) Benzisoxazole : Risperidon
2. Anti Depresan
Antidepresan terutama digunakan untuk mengobati depresi,
gangguan obsesifkompulsif, gangguan ansietas menyeluruh, gangguan
panik, gangguan fobik dan pada kasus tertentu, enuresis nokturnal
(antidepresn trisiklik) dan bulimia nervosa (fluoxetine).
Pengaruh antidepressan pada neurotransmitter biogenik amin
memiliki mekanisme yang berbeda pada setiap golongan
antidepressan. Terapi jangka panjang dengan obat-obat tersebut telah
membuktikan pengurangan reuptake norepinephrine atau serotonin
atau keduanya, penurunan jumlah reseptor beta pascasinaptik, dan
berkurangnya pembentukan cAMP.
Di pelayanan kesehatan primer, obat anti depresan yang tersedia
biasanya golongan trisiklik. Meskipun antidepresan trisiklik sampai
saat ini merupakan obat antidepresan yang paling banyak digunakan,
tetapi penggunaannya masih belum optimal karena kemampuan
diagnostik dari pelayanan kesehatan primer belum ditingkatkan juga
belum berperannya konselor apoteker. Dari hasil penelitian ternyata
dosis yang digunakan masih terlalu rendah. Akibatnya, efek terapi
yang ingin dihasilkan tidak tercapai.
Antidepresan baru terlihat efeknya dalam 4 sampai 12 minggu,
sebelum ia mengurangi atau menghapus gejala-gejala gangguan
depresif meski hasilnya dirasakan sudah membuat perbaikan dalam 2
sampai 3 minggu. Selama masa ini efek samping akan terasa. Banyak
efek samping bersifat sementara dan akan menghilang ketika obat
diteruskan, dan beberapa efek samping menetap seperti mulut kering,
konstipasi dan efek seksual. Orang berusia lanjut perlu mendapatkan

4
perhatian atas daya absorbsi dan kepekaannya terhadap efek obat.
Monitor obat dan gejala perlu lebih cermat.
3. Anti Mania
Mania merupakan gangguan mood atau perasaan ditandai dengan
aktivitas fisik yang berlebihan dan perasaan gembira yang luar biasa
yang secara keseluruhan tidak sebanding dengan peristiwa positif yang
terjadi. Hal ini terjadi dalam jangka waktu paling sedikit satu minggu
hampir setiap hari terdapat keadaan afek (mood, suasana perasaan)
yang meningkat ekspresif atau iritabel.
Sindroma mania disebabkan oleh tingginya kadar serotonin dalam
celah sinaps neuron, khususnya pada sistem limbik, yang berdampak
terhadap “dopamine receptor supersensitivity”. Lithium karbonat
merupakan obat pilihan utama untuk meredakan sindroma mania akut
dan profilaksis terhadap serangan sindroma mania yang kambuh pada
gangguan afektif bipolar.
Bentuk mania yang lebih ringan adalah hipomania. Mania
seringkali merupakan bagian dari kelainan bipolar (penyakit manik-
depresif). Beberapa orang yang tampaknya hanya menderita mania,
mungkin sesungguhnya mengalami episode depresi yang ringan atau
singkat. Baik mania maupun hipomania lebih jarang terjadi
dibandingkan dengan depresi. Mania dan hipomania agak sulit
dikenali, kesedihan yang berat dan berkelanjutan akan mendorong
seseorang untuk berobat ke dokter, sedangkan kegembiraan jarang
mendorong seseorang untuk berobat ke dokter karena penderita mania
tidak menyadari adanya sesuatu yang salah dalam keadaan maupun
perilaku mentalnya.
4. Anti Ansietas
Antiansietas adalah obat – obat yang digunakan untuk mengatasi
kecemasan dan juga mempunyai efek sedative, relaksasi otot,
amnestic, dan antiepileptic.

5
Antiansietas yang terutama adalah benzodiazepine. Banyak
golongan obat yang mendepresi system saraf pusat (SSP) lain telah
digunakan untuk sedasi siang hari pada pengobatan ansietas, namun
penggunaannya saat ini telah ditinggalkan. Alasannya ialah antara lain
golongan barbiturate dan meprobamat, lebih toksik pada takar lajak
(overdoses).
Dari golongan benzodiazepine, yang dianjurkan untuk antiansietas
adalah klordiazepoksid, diazepam, oksazepam, klorazepat, lorazepam,
prazepam, alprazolam, dan halozepam. Sedangkan klorazepam lebih
dianjurkan untuk pengobatan panic disorder.
5. Obat Anti Insomnia
Pengobatan insomnia secara farmakologi dibagi menjadi dua
golongan yaitu benzodiazepine dan non-benzodiazepine.
a) Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam)
b) Non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital)

C. Mekanisme Kerja Obat


1. Obat Anti Psikosis
Semua obat anti-psikosis merupakan obat-obat potensial dalam
memblokade reseptor dopamin dan juga dapat memblokade reseptor
kolinergik, adrenergik dan histamin. Pada obat generasi pertama
(fenotiazin dan butirofenon), umumnya tidak terlalu selektif,
sedangkan benzamid sangat selektif dalam memblokade reseptor
dopamine D2. Anti-psikosis “atypical” memblokade reseptor
dopamine dan juga serotonin 5HT2 dan beberapa diantaranya juga
dapat memblokade dopamin system limbic, terutama pada striatum.
2. Obat Anti Depresan
Trisiklik (TCA) memblokade reuptake dari noradrenalin dan
serotonin yang menuju neuron presinaps. SSRI hanya memblokade
reuptake dari serotonin. MAOI menghambat pengrusakan serotonin
pada sinaps. Mianserin dan mirtazapin memblokade reseptor alfa 2

6
presinaps. Setiap mekanisme kerja dari antidepresan melibatkan
modulasi pre atau post sinaps atau disebut respon elektrofisiologis.
3. Obat Anti Mania
Lithium Carbonate merupakan obat pilihan utama untuk
meredakan Sindrom mania akut atau profilaksis terhadap serangan
Sindrom mania yang kambuhan pada gangguan afektif bipolar.
Hipotesis: Efek anti-mania dari Lithium disebabkan kemampuannya
mengurangi “dopamine receptor supersensitivity”, meningkatnya
“cholinergic-muscarinic activity”, dan menghambat “cyclic AMP
(adenosine monophosphate) dan phosphoinositides”.
4. Anti Ansietas
Mayoritas neurotransmitter yang melakukan inhibisi di otak adalah
asam amino GABA (gamma-aminobutyric acid A). Secara selektif
reseptor GABA akan membiarkan ion Chlorid masuk ke dalam sel,
sehingga terjadi hiperpolarisasi neuron dam menghambat penglepasan
transmisi neuronal. Secara umum obat – obat antiansietas ini bekerja di
reseptor GABA. Benzodiazepine menghasilkan efek pengikatan
terhadap reseptor GABA tersebut.
D. Cara Penggunaan
1. Obat Anti Psikosis
Umumnya dikonsumsi secara oral, yang melewati “first-pass
metabolism” di hepar. Beberapa diantaranya dapat diberikan lewat
injeksi short-acting Intra muscular (IM) atau Intra Venous (IV), Untuk
beberapa obat anti-psikosis (seperti haloperidol dan flupenthixol), bisa
diberikan larutan ester bersama vegetable oil dalam bentuk “depot” IM
yang diinjeksikan setiap 1-4 minggu. Obat-obatan depot lebih mudah
untuk dimonitor. Pemilihan jenis obat anti-psikosis
mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping
obat. Penggantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalennya. Apabila
obat psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis
optimal setelah jangka waktu memadai, dapat diganti dengan obat anti-

7
psikosis lainnya. Jika obat anti-psikosis tersebut sebelumnya sudah
terbukti efektif dan efek sampingnya dapat ditolerir dengan baik, dapat
dipilih kembali untuk pemakaian sekarang.
2. Obat Anti Depresan
Umumnya bersifat oral, sebagian besar bisa diberikan sekali sehari
dan mengalami proses first-pass metabolism di hepar. Respon anti-
depresan jarang timbul dalam waktu kurang dari 2-6 minggu. Untuk
sindroma depresi ringan dan sedang, pemilihan obat sebaiknya
mengikuti urutan:
Langkah 1 : golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake
Inhibitor) Langkah 2 : golongan tetrasiklik (TCA)
Langkah 3 : golongan tetrasiklik, atypical, MAOI (Mono Amin
Oxydase Inhibitor) reversibel.
Pertama-tama menggunakan golongan SSRI yang efek sampingnya
sangat minimal (meningkatkan kepatuhan minum obat, bisa digunakan
pada berbagai kondisi medik), spectrum efek anti-depresi luas, dan
gejala putus obat minimal, serta “lethal dose” yang tinggi (>6000 mg)
sehingga relatif aman. 1,6 Bila telah diberikan dengan dosis yang
adekuat dalam jangka waktu yang cukup (sekitar 3 bulan) tidak efektif,
dapat beralih ke pilihan kedua, golongan trisiklik, yang spektrum anti
depresinya juga luas tetapi efek sampingnya relatif lebih berat. Bila
pilihan kedua belum berhasil, dapat beralih ketiga dengan spectrum
anti depresi yang lebih sempit, dan juga efek samping lebih ringan
dibandingkan trisiklik, yang teringan adalah golongan MAOI.
Disamping itu juga dipertimbangkan bahwa pergantian SSRI ke MAOI
membutuhkan waktu 2-4 minggu istirahat untuk “washout period”
guna mencegah timbulnya “serotonin malignant syndrome”.
3. Anti Mania
Pada mania akut diberikan haloperidol IM atau tablet litium
karbonat. Pada gangguan afektif bipolar dengan serangan episodik
mania depresi diberi litium karbonat sebagai obat profilaks. Daapt

8
mengurangi frekwensi, berat dan lamanya suatu kekambuahan. Bila
penggunaan obat litium karbonat tidak memungkinkaan dapat
digunakan karbamezin. Obat ini terbukti ampuh meredakan sindroma
mania akut dan profilaks serangan sindroma mania pada gangguan
afektif bipolar. Pada ganguan afektif unipolar, pencegahan
kekambuhan dapat juga denagn obat antidepresi SSRI yang lebih
ampuh daripada litium karonat. Dosis awal harus lebih rendah pada
pasien usia lanjut atau pasien gangguan fisik yang mempengaruhi
fungsi ginjal. Pengukuran serum dilakukan dengan mengambil
sampeel darah pagi hari, yaitu sebelum makan obat dan sekitar 12 jam
setelah dosis petang.
4. Anti Ansietas
a) Benzodiazepine memiliki rasio terapetik yang tinggi sebagai anti
ansietas dan kurang menimbulkan adiksi dengan toksisitas yang
rendah dibandingkan dengan meprobamate atau fenobarbital.
b) Benzodiazepine sebagai “drug of choice” karena memiliki
spesifisitas, potensi dan kemanannya.
c) Spectrum klinis benzodiazepine memliputi efek anti ansietas
(lorazepam, clobazam, bromazepam), antikonvulsan, anti insomnia
(nitrazepam/flurazepam), dan premedikasi tingkat operatif
(midazolam).
d) Efek klinis terlihat bila kadar obat dalam darah telah mencapai
“steady state” dimana dapat dicapai 5-7 hari dengan dosis 2-3 kali
sehari. Onset of action cepat dan langsung memberikan efek.
e) Mulai dengan dosis awal (dosis anjuran) kemudian dinaikkan dosis
setiap 3-5 hari sampai mencapai dosis optimal. Dosis ini
dipertahankan 2-3 minggu. Kemudian diturunkan 1/8 x dosis awal
setiap 2-4 minggu sehingga tercapai dosis pemeliharan. Bila
kambuh dinaikkan lagi dan tetap efektif pertahankan 4-8 minggu.
f) Pemberian obat tidak boleh lebih dari 1-3 bulan dan penghentian
selalu secara bertahap.

9
5. Anti Insomnia
Pemakaian obat antiinsomnia sebaiknya sekitar 1-2 minggu saja,
tidak lebih dari 2 minggu, agar resiko ketergantungan kecil.
Penggunaan lebih dari 2 minggu dapat menimbulkan perubahan “Sleep
EEG” yang menetap sekitar 6 bulan lamanya.
E. Pemberian Dosis
1. Obat Anti Psikosis
Dalam pemberian dosis, perlu dipertimbangkan:
a) Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
b) Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam
c) Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)
d) Dosis pagi dan malam berbeda untuk mengurangi dampak efek
samping, sehingga tidak menganggu kualitas hidup pasien
Mulailah dosis awal dengan dosis anjuran → dinaikkan setiap 2-3
hari → hingga dosis efektif (sindroma psikosis reda) → dievaluasi
setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan → dosis optimal →
dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) → diturunkan setiap 2
minggu → dosis maintenance → dipertahankan selama 6 bulan – 2
tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu → tapering off (dosis
diturunkan tiap 2-4 minggu) → stop.
Obat anti-psikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat
walaupun diberikan dalam jangka waktu lama, sehingga potensi
ketergantungan sangat kecil. Jika dihentikan mendadak timbul gejala
cholinergic rebound, yaitu: gangguan lambung, mual, muntah, diare,
pusisng, gemetar dan lain-lain dan akan mereda jika diberikan
anticholinergic agents.
2. Obat Anti Depresan
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
a) Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
b) Efek sekunder (efek samping) : sekitar 12-24 jam
c) Waktu paruh : 12-48 jam (pemberian 1-2 kali perhari).

10
Ada lima proses dalam pengaturan dosis, yaitu:
a) Initiating Dosage (dosis anjuran), untuk mencapai dosis anjuran
selama minggu I. Misalnya amytriptylin 25 mg/hari pada hari I dan
II, 50 mg/hari pada hari III dan IV, 100 mg/hari pada hari V dan
VI.
b) Titrating Dosage (dosis optimal), dimulai pada dosis anjuran
sampai dosis efektif kemudian menjadi dosis optimal. Misalnya
amytriptylin 150 mg/hari selama 7 sampai 15 hari (miggu II),
kemudian minggu III 200 mg/hari dan minggu IV 300 mg/hari.
c) Stabilizing Dosage (dosis stabil), dosis optimal dipertahankan
selama 2-3 bulan. Misalnya amytriptylin 300 mg/hari (dosis
optimal) kemudian diturunkan sampai dosis pemeliharaan.
d) Maintining Dosage (dosis pemeliharaan), selama 3-6 bulan.
Biasanya dosis pemeliharaan ½ dosis optimal. Misalnya
amytriptylin 150 mg/hari.
e) Tappering Dosage (dosis penurunan), selama 1 bulan. Kebalikan
dari initiating dosage. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari à 100
mg/hari selama 1 minggu, 100 mg/hari à 75 mg/hari selama 1
minggu, 75 mg/hari à 50 mg/hari selama 1 minggu, 50 mg/hari à
25 mg/hari selama 1 minggu.
Dengan demikian obat anti depresan dapat diberhentikan
total. Kalau kemudian sindrom depresi kambuh lagi, proses
dimulai lagi dari awal dan seterusnya. Pada dosis pemeliharaan
dianjurkan dosis tunggal pada malam hari (single dose one hour
before sleep), untuk golongan trisiklik dan tetrasiklik. Untuk
golongan SSRI diberikan dosis tunggal pada pagi hari setelah
sarapan. Pemberian obat anti depresi dapat dilakukan dalam jangka
panjang oleh karena “addiction potential”-nya sangat minimal.
3. Anti Insomnia
a) Pemberian tunggal dosis anjuran 15 sampai 30 menit sebelum
pergi tidur.

11
b) Dosis awal dapat dinaikkan sampai mencapai dosis efektif dan
dipertahankan sampai 1-2 minggu, kemudian secepatnya tapering
off (untuk mencegah timbulnya rebound dan toleransi obat).
c) Pada usia lanjut, dosis harus lebih kecil dan peningkatan dosis
lebih perlahan-lahan, untuk menghindari oversedation dan
intoksikasi.
d) Ada laporan yang menggunakan antidepresan sedatif dosis kecil 2-
3 kali seminggu (tidak setiap hari) untuk mengatasi insomnia pada
usia lanjut .

F. Indikasi
1. Obat Anti Psikosis
Obat anti-psikosis merupakan pilihan pertama dalam menangani
skizofreni, untuk memgurangi delusi, halusinasi, gangguan proses dan
isi pikiran dan juga efektif dalam mencegah kekambuhan. Major
transquilizer juga efektif dalam menangani mania, Tourette’s
syndrome, perilaku kekerasan dan agitasi akibat bingung dan
demensia. Juga dapat dikombinasikan dengan anti-depresan dalam
penanganan depresi delusional.
2. Obat Anti Depresan
Obat antidepresan ditujukan kepada penderita depresi dan kadang
berguna juga pada penderita ansietas fobia, obsesif-kompulsif, dan
mencegah kekambuhan depresi.
3. Obat Anti Mania
Gejala sasaran: Sindrom mania. Butir-butir diagnostik terdiri dari:
a) Dalam jangka waktu paling sedikit satu minggu hampir setiap hari
terdapat keadaan afek (mood, suasana perasaan) yang meningkat,
ekspresif dan iritabel.
b) Keadaan tersebut paling sedikit 4 gejala berikut :
1) Peningkatan aktivitas (ditempat kerja, dalam hubungan sosial
atau seksual), atau ketidak-tenangan fisik.

12
2) Lebih banyak bicara dari lazimnya ataun adanya dorongan
untuk bicara terus menerus.
3) Lompat gagasan (flight of ideas) atau penghayatan subjektif
bahwa pikirannya sedang berlomba.
4) Rasa harga diri yang melambung (grandiositas, yang dapat
bertaraf sampai waham/delusi).
5) Berkurangnya kebutuhan tidur.
6) Mudah teralih perhatian, yaitu perhatiannya terlalu cepat
tertarik kepada stimulus luar yang tidak penting.
7) Keterlibatan berlebihan dalam aktivitas-aktivitas yang
mengandung kemungkina resiko tinggi dengan akibat yang
merugikan apabila tidak diperhitungkan secara bijaksana.
4. Obat Anti Ansietas
Derivate benzodiazepine digunakan untuk menimbulkan sedasi,
menghilangkan rasa cemas, dan keadaan psikosomatik yang ada
hubungan dengan rasa cemas. Selain sebagai antiansietas, derivate
benzodiazepine juga digunakan sebagai hipnotik, antikonvulsan,
pelemas otot, dan induksi anestesi umum yang tentunya dosis untuk
masing – masing tujuan penggunaan berbeda.
Sebagai antiansietas, klordiazepoksid dapat diberikan secara oral
atau bila sangat diperlukan, suntikan dapat diulang 2-4 jam dengan
dosis 25 – 100 mg sehari dalam 2 atau 4 pemberian. Dosis diazepam
adalah 2-20 mg sehari, dan pemberian suntik dapat diulang tiap 3-4
jam. Klorazepat diberikan secara oral 30 mg sehari dalam dosis
terbagi.
Klodiazepoksid tersedia dalam bentuk tablet 5 mg dan 10 mg.
diazepam tersedia dalam bentuk tablet 2 mg dan 5 mg. diazepam
tersedia sebagai larutan untuk pemberian rektal pada anak dengan
kejang demam. Alprazolam tersedia dalam bentuk tablet 0,5 mg, 1 mg,
dan 2 mg.
5. Anti Insomnia

13
Pemilihan obat, ditinjau dari sifat gangguan tidur :
a) Initial Insomnia (sulit masuk ke dalam proses tidur). Obat yang
dibutuhkan adalah bersifat “Sleep inducing anti-insomnia” yaitu
golongan benzodiazepine (Short Acting), misalnya pada gangguan
ansietas.
b) Delayed Insomnia (proses tidur terlalu cepat berakhir dan sulit
masuk kembali ke proses tidur selanjutnya). Obat yang dibutuhkan
adalah bersifat “Prolong latent phase Anti-Insomnia”, yaitu
golongan heterosiklik antidepresan (Trisiklik dan Tetrasiklik).
Misalnya pada gangguan depresi.
c) Broken Insomnia (siklus proses tidur yang normal tidak utuh dan
terpecah-pecah menjadi beberapa bagian (multiple awakening).
Obat yang dibutuhkan adalah bersifat “Sleep Maintining Anti-
Insomnia”, yaitu golongan phenobarbital atau golongan
benzodiazepine (Long acting). Misalnya pada gangguan stres
psikososial.

G. Efek Samping
1. Obat Anti Psikosis
a) Extrapiramidal : distonia akut, parkinsonism, akatisia,
dikinesia tardiv
b) Endokrin : galactorrhea, amenorrhea
c) Antikolinergik : hiperprolaktinemia
Bila terjadi gejala tersebut, obat anti-psikosis perlahan-lahan
dihentikan. Bisa diberikan obat reserpin 2,5 mg/hari. Obat pengganti
yang paling baik adalah klozapin 50-100 mg/hari.
Reaksi idiosinkrasi yang timbul dapat berupa diskrasia darah,
fotosensitivitas, jaundice, dan Neuroleptic Malignant Syndrome
(NSM). NSM berupa hiperpireksia, rigiditas, inkontinensia urin, dan
perubahan status mental dan kesadaran. Bila terejadi NSM, hentikan
pemakaian obat, perawatan suportif dan berikan agonis dopamine

14
(bromokriptin 3x 7,5 sampai 60 mg/hari, L-Dopa 2x100 mg atau
amantidin 200 mg/hari).
2. Obat Anti Depresan
Efek samping antidepresan trisiklik cukup banyak, tetapi hal ini
tidak menghalangi penggunaannya, karena obat ini telah terbukti
efektif dalam mengobati depresi. Dengan memberikan obat ini sebagai
dosis tunggal pada malam hari, dan melakukan titrasi peningkatan
dosis, maka efek samping yang mengganggu sedikit banyak akan dapat
diatasi.
Trisklik dan MAOI : antikolinergik (mulut kering, retensi urin,
penglihatan kabur, konstipasi, sinus takikardi) dan antiadrenergik
(perubahan EKG, hipotensi). SSRI : nausea, sakit kepala MAOI :
interaksi tiramin.
Jika pemberian telah mencapai dosis toksik timbul atropine toxic
syndrome dengan gejala eksitasi SSP, hiperpireksia, hipertensi,
konvulsi, delirium, confusion dan disorientasi. Tindakan yang dapat
dilakukan untuk mengatasinya:
- Gastric lavage
- Diazepam 10 mg IM untuk mengatasi konvulsi
Kegagalan terapi pada umumnya disebabkan :
- Kepatuhan pasien menggunakan obat (compliance), yang dapat
hilang oleh karena adanya efek samping, perlu diberikan edukasi
dan informasi.
- Pengaturan dosis obat belum adekuat.
- Tidak cukup lama mempertahankan pada dosis minimal
- Dalam menilai efek obat terpengaruh oleh presepsi pasien yang
tendensi negative, sehingga penilaian menjadi “bias”.
3. Anti Mania
a) Efek samping Lithium berhubungan erat dengan dosis dan kondisi
fisik pasien.

15
b) Gejala efek samping pada pengobatan jangka lama: mulut kering,
haus, gastrointestinal distress (mual, muntah, diare, feses lunak),
kelemahan otot, poliuria, tremor halus (fine tremor, lebih nyata
pada pasien usia lanjut dan penggunaan bersamaan dengan
neuroleptika dan antidepresan) Tidak ada efek sedasi dan gangguan
akstrapiramidal.
c) Efek samping lain : hipotiroidisme, peningkatan berat badan,
perubahan fungsi tiroid, edema pada tungkai metalic taste,
leukositosis, gangguan daya ingat dan kosentrasi pikiran.
d) Gejala intoksikasi
1) Gejala dini : muntah, diare, tremor kasar, mengantuk,
kosentrasi pikiran menurun, bicara sulit, pengucapan kata tidak
jelas, berjalan tidak stabil.
2) Dengan semakin beratnya intoksikasi terdapat gejala:
kesadaran menurun, oliguria, kejang-kejang.
3) Penting sekali pengawasan kadar lithium dalam darah.
e) Faktor predisposisi terjadinya intoksikasi lithium :
1) Demam (berkeringat berlebihan)
2) Diet rendah garam
3) Diare dan muntah-muntah
4) Diet untuk menurunkan berat badan
5) Pemakaian bersama diuretik, antireumatik, obat anti inflamasi
nonsteroid
f) Tindakan mengatasi intoksikasi lithium :
1) Mengurangi faktor predisposisi.
2) Diuresis paksa dengan garam fisiologis NaCl diberikan secara
IV sebanyak 10 ml.
g) Tindakan pencegahan intoksikasi lithium dengan edukasi tentang
faktor predisposisi, minum secukupnya, bila berkeringat dan
diuresis banyak harus diimbangi dengan minum lebih banyak,
mengenali gejala dan intoksikasi dan kontrol rutin.

16
4. Anti Ansietas
Pada penggunaan dosis terapi jarang timbul efek samping seperti
rasa mengantuk, tetapi pada kadar takar lajak (overdoses)
benzodiazepine menimbulkan efek depresi SSP. Efek samping akibat
depresi susunan saraf pusat berupa kantuk dan ataksia yang merupakan
kelanjutan dari efek farmakodinamik obat – obat tersebut. Efek
antiansietas diazepam dapat diharapkan terjadi bila kadar dalam darah
mencapai 300-400 ng/mL dan pada kadar ini sudah terjadi efek sedasi
dan gangguan psikomotor. Intoksikasi SSP yang menyeluruh terjadi
pada kadar di atas 900-1000 ng/mL.
Hal yang ganjil adalah sesekali terjadi peningkatan ansietas.
Respon semacam ini terjadi khusus pada pasien yang merasa ketakutan
dan terjadi penumpulan daya pikir sebagai akibat efek samping sedasi
antiansietas.Efek yang unik juga adalah dimana terjadi peningkatan
nafsu makan yang mungkin ditimbulkan oleh derivate benzodiazepine
secara mental.
Umumnya, toksisitas klinik benzodiazepine rendah. Bertambahnya
berat badan, yang mungkin disebabkan karena perbaikan nafsu makan,
terjadi pada beberapa pasien. Banyak efek samping yang dilaporkan
pasien tumpang tindih dengan dengan gejala ansietas, oleh sebab itu
anamnesis yang cermat sangat penting sehingga dapat dibedakan
apakah benar merupakan efek samping atau merupakan gejala
ansietas.2
Pemberian dalam jumlah besar dan jangka waktu lama dapat
menyebabkan toleransi dan dependensi, serta gejala putus zat apabila
obat dihentikan secara tiba – tiba. Jadi pemberian golongan obat ini
lebih dari 3 minggu sebaiknya dihindari.
5. Anti Insomnia
a) Supresi SSP (susunan saraf pusat) pada saat tidur.
b) Hati – hati pada pasien dengan insufisiensi pernapasan, uremia,
gangguan fungsi hati, oleh karena keadaan tersebut terjadi

17
penurunan fungsi SSP, dan dapat memudahkan timbulnya koma.
Pada pasien usia lanjut dapat terjadi “over sedation”, sehingga
resiko jatuh dan trauma menjadi besar, yang sering terjadi adala
“hip fracture”.
c) Efek samping dapat terjadi sehubungan dengan farmakokinetik
obat anti-insomnia (waktu paruh) :
1) Waktu paruh singkat, seperti Triazol berat pada pagi harinya
dan dapat sampai menjadi panik.
2) Waktu paruh sedang, seperti Estazolam, gejala rebound lebih
ringan.
3) Waktu paruh panjang, seperti Nitrazepam, menimbulkan gejala
‘hang over’ pada pagi harinya dan juga “intensifying daytime
sleepiness”
Penggunaan lama obat anti-insomnia golongan benzodiazepine
dapat terjadi “disinhibiting effect” yang menyebabkan “rage
reaction” (perilaku penyerang dan ganas).

H. Kontraindikasi
1. Obat Antipsikosis
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris
yang tinggi, ketergantungan alkohol, penyakit SSP dan gangguan
kesadaran.
2. Anti Mania
Wanita hamil karena bersifat teratogenik. Lithium dapat melalui
plasenta dan masuk peredaran darah janin, khususnya mempengaruhi
kelenjar tiroid.
3. Anti Ansietas
Derivate benzodiazepine sebaiknya jangan diberikan bersama
dengan alcohol, barbiturate dan atau fenotiazin. Kombinasi ini
mungkin menimbulkan efek depresi yang berlebihan. Pada pasien

18
dengan gangguan pernapasan, benzodiazepine dapat memperberat
gejala sesak napas.
4. Anti Insomnia
a) Sleep apneu syndrome
b) Congestive Heart Failure
c) Chronic Respiratory Disease
d) Penggunaan Benzodiazepine pada wanita hamil mempunyai risiko
menimbulkan “teratogenic effect” (e.g.cleft-palate abnormalities)
khususnya pada trimester pertama. Juga benzodiazepine
dieksresikan melalui ASI, berefek pada bayi (penekanan fungsi
SSP).

I. Sediaan dan Dosis Anjuran


1. Obat Antipsikosis
No. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis
1. Chlorpromazine LARGACTIL Tab. 25 mg,
100 mg
PROMACTIL
150-600
MEPROSETIL
Amp.25 mg/h
mg/ml
ETHIBERNAL

2. Haloperidol SERENACE Tab. 0,5 mg, 5-15


1,5&5 mg mg/h
Liq. 2 mg/ml
Amp. 5
mg/ml
HALDOL Tab. 0,5 mg,
2 mg
GOVOTIL Tab. 2 mg, 5
mg
LODOMER Tab. 2 mg, 5
mg

19
HALDOL Amp. 50
DECA-NOAS mg/ml

3. Perphenazine TRILAFON Tab. 2 mg, 4 12-24


& 8 mg mg/h
4. Levomepromazine NOZINAN Tab.25 mg 25-50
Amp. 25 mg/h
mg/ml
5. Trifluoperazine STELAZINE Tab. 1 mg, 5 10-15
mg mg/h

2. Obat Antidepresan
No Golongan Obat Sediaan Dosis
1. Trisiklik (TCA) Amitriptilin 75-150
Imipramin Tablet 25 mg
mg/hari
2. SSRI Sentralin 50-100
Fluvoxamin Tablet 50 mg
mg/hari
Fluoxetin Kapsul 20 mg
20-40
Kaplet 20 mg
mg/hari
Paroxetin Tablet 20 mg
3. MAOI Moclo bemide Tablet 150 mg 300-600
mg/hari
4. Atypical Mianserin Tablet 10, 30 30-60
mg mg/hari
Trazodon Tablet 50, 100 75-150
mg mg/hari
Maprotilin Tablet 10, 25,
Dosis
50, 75 mg
terbagi

3. Obat Anti Mania


No Nama Generik Nama Dagang Sediaan
1. Lithium Karbonat Frimania Tablet 200 mg,
(Mersifarma) 300 mg, 400 mg,

20
500 mg
2. Karbamazepin Tagretol Tablet 200 mg
(Novartis),
Bamgetol Kaplet 200 mg
(mersifarma)
3. Natrium Divalproex Depakote (abbott) Tablet 125 mg,
250 mg, 500 mg.
Capsul 250 mg.
Syr. 250 mg/5 ml
4. Haloperidol Haloperidol Tablet 0,5 mg; 1,5
(Indofarma) mg; 5 mg
Haldol (Jansenn) Liq. 2 mg/ml
Serenace (Searle) Amp. 5 mg/ml
5. Asam Valproat Depakene Capsul 250 mg
Syr. 250 mg/5 ml

4. Obat Anti Ansietas


Klasifikasi yang sering dipakai adalah :
a) Derivate benzodiazepine : Diazepam (valium), Bromazepam
(lexotan), Lorazepam (ativan), Alprazolam (xanax), Clobazam
(frisium).
b) Derivate gliserol : Meprobamat
c) Derivate berbiturat : Fenobarbital
Klodiazepoksid tersedia dalam bentuk tablet 5 mg dan 10 mg.
diazepam tersedia dalam bentuk tablet 2 mg dan 5 mg. diazepam
tersedia sebagai larutan untuk pemberian rektal pada anak dengan
kejang demam. Alprazolam tersedia dalam bentuk tablet 0,5 mg, 1 mg,
dan 2 mg.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara
selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap
aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik

22
yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup pasien. Obat psikotropik
dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya: antipsikosis, anti-depresi,
anti-mania, anti-ansietas, anti-insomnia
Obat Antipsikosis merupakan obat-obat neuroleptika juga disebut
tranquilizer mayor, obat anti psikotik atau obat anti skizofren, karena
terutama digunakan dalam pengobatan skizofrenia tetapi juga efektif untuk
psikotik lain, seperti keadaan manik atau delirium.
Antidepresan terutama digunakan untuk mengobati depresi, gangguan
obsesifkompulsif, gangguan ansietas menyeluruh, gangguan panik, gangguan
fobik dan pada kasus tertentu, enuresis nokturnal (antidepresn trisiklik) dan
bulimia nervosa (fluoxetine). Antidepresan baru terlihat efeknya dalam 4
sampai 12 minggu, sebelum ia mengurangi atau menghapus gejala-gejala
gangguan depresif meski hasilnya dirasakan sudah membuat perbaikan dalam
2 sampai 3 minggu.
Mania merupakan gangguan mood atau perasaan ditandai dengan aktivitas
fisik yang berlebihan dan perasaan gembira yang luar biasa yang secara
keseluruhan tidak sebanding dengan peristiwa positif yang terjadi. Hal ini
terjadi dalam jangka waktu paling sedikit satu minggu hampir setiap hari
terdapat keadaan afek (mood, suasana perasaan) yang meningkat ekspresif
atau iritabel.
Antiansietas adalah obat – obat yang digunakan untuk mengatasi
kecemasan dan juga mempunyai efek sedative, relaksasi otot, amnestic, dan
antiepileptic. Sedangkan untuk pengobatan insomnia secara farmakologi
dibagi menjadi dua golongan yaitu benzodiazepine dan non-benzodiazepine.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat-obatan diatas
adalah seperti indikasi obat, kontra indikasi obat, mekanisme kerja obat, efek
samping obat, dosis pemberian obat, cara penggunaan obat dan lain
sebagainya.

B. Saran

23
Banyak hal yang perlu diperhatikan pada penggunaan obat-obat diatas,
seperti mekanisme kerja obat, indikasi, kontra indikasi, efek samping, dosis
pemberian dan lain-lain. Sehingga perlu ketelitian dalam pemberian obat-obat
tersebut agar tujuan dari penggunaan obat dapat tercapai secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan SG, Setabudy R, Nafrialdi, dan Elysabeth. Farmakologi dan terapi.


Edisi ke-lima. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.
2007. hal. 171-7

24
Dasilva, A, dkk. 2014. Makalah Psikofarmaka. Prodi Ilmu Keperawatan S 1
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri. Diakses pada tanggal 11
Maret 2020 pukul 11.55 WIB.
Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa
Edisi 2. Jakarta :EGC.

Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta : EGC.

LAMPIRAN
Roleplay Psikofarma pada pasien halusinasi

Roleplay Pelaksanaan
Strategi Pelaksanaan 2 Halusinasi

25
SP 2 Halusinasi : Melatih pasien untuk minum obat secara benar (5 benar) dan
teratur

 Tahap Pra-Interaksi
Perawat           : (melakukan persiapan alat, yaitu kertas/buku catatan dan pena)
 Tahap Orientasi
Perawat           : Selamat siang, Mbak ita. Masih ingat dengan saya? Baik mba
saya perawat nina ya mba. Bagaimana Kabarnya hari ini? Apa suara-suaranya
masih suka muncul?
Pasien              :(mengangguk)
Perawat           : Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih waktu itu?
Pasien              : (mengangguk)
Perawat           : Baik. Kalau begitu apakah pagi ini sudah minum obat Hari ini
kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang Mbak minum. Kita akan
diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya Mbak.
Pasien              : (mengangguk)
 Tahap Kerja
Perawat           : Apakah Mbak M merasakan pebedaan setelah minum obat?
Apakah suara-suaranya menghilang atau berkurang setelah minum obat?
Paien               : Sedikit.
Perawat           : Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang Mbak dengar
dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat
yang Mbak minum?
Pasien              : Tiga. (menyimbolkan dengan 3 jari)
Perawat           : Bagus. (menyiapkan obat klien) Jadi, Ini yang warna
orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya
untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama
gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP)  3 kali
sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah
hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter,

26
sebab kalau putus obat, Mbak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke
keadaan semula. Bagaimana mba apakah bisa di pahami ?
Pasien : Bisa
Perawat : baik mba, saya lanjutkan ya. Kalau obat habis Mbak bisa minta
ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. Mbak juga harus teliti saat menggunakan
obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya Mbak harus memastikan bahwa
itu obat yang benar-benar punya Mbak. Jangan keliru dengan obat milik orang
lain. Baca nama  kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan
cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya.  Mbak juga
harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10
gelas per hari.
 Tahap Terminasi
Perawat           : Bagaimana Mbak, apakah Mbak sudah paham dengan yang saya
sampaikan?
Pasien              : Iya, Sus.
Perawat           : Jadi, dengan minum obat ini, sudah berapa cara yang kita latih
untuk mengatasi suara-suara yang muncul itu Mbak?
Pasien              : Dua
Perawat           : Coba sebutkan Mbak, apa saja du acara itu?
Pasien              : Menghardik dan minum obat teratur.
Perawat           : Wah, Bagus sekali, Mbak. Jangan lupa pada waktunya minta obat
pada perawat atau  pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang.
Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 2 cara mencegah suara yang telah
kita bicarakan. Mau jam berapa?
Pasien              : (Berpikir namun tidak berpendapat)
Perawat           : Bagaimana kalau jam 10.00?
Pasien              : (mengangguk)
Perawat           : Biak kalau begitu.Sampai jumpa besok ya Mbak. Selamat makan.
Selamat siang. (perawat meninggalkan pasien)

27
28

Anda mungkin juga menyukai