Anda di halaman 1dari 15

BAB II

ISI

A. DEFINISI
Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik
secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan
sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan
pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik oleh persepsi dan
pandangan orang lain. Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif
dan perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti
pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar
pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri. (Perry &
Potter, 2005)
Individu  yang  stabil,  realistis  dan  konsisten  terhadap  gambaran
dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi
yang akan memacu sukses dalam kehidupan (Stuart&Laraia,2005).
Perubahan citra tubuh adalah suatu keadaan distress personal, yang
didefinisikan oleh individu, yang mengindikasikan bahwa tubuh mereka
tidak lagi mendukung harga diri dan yang disfungsional, membatasi
interaksi social mereka dengan orang lain (suliswati, 2005)
Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas terhadap
perubahan bentuk, struktur dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan
yang diinginkan (Stuart-Laraia, 2005).
Gangguan Citra tubuh adalah kebingungan secara mental dalam
memandang fisik diri sendiri (Nanda, 2008).

B. RENTANG RESPON
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang kosnep diri yang
positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan
dapat diterima
b. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif
maupun yang negatif dari dirinya.
c. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya
negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
d. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-
aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek
psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing
terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan,
kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

C. PENYEBAB
a.Faktor Predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang objektif
dan teramati serta bersifatsubjektif dan dunia dalam pasien sendiri.
Perilaku berhubungan dengan harga diri yang rendah, keracuan
identitas, dan deporsonalisasi.
2) Faktor yang mempengaruhi peran adalah streotipik peran seks,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran kultural.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan dalam struktur sosial.
b. Faktor Presipitasi
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan kejadian mengancam kehidupan
2) Ketegangan peran hubugnan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai frustasi. ada tiga
jenis transisi peran :
1. Transisi peran perkembangan
2. Transisi peran situasi
3. Transisi peran sehat /sakit

D. TANDA DAN GEJALA


Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan
tanda dan gejala, seperti:
a. Syok Psikologis
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak
perubahan dan dapat terjadi pada saat pertamatindakan.syok
psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas. Informasi
yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat klien
menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari,
menolak dan proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.
b. Menarik diri
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi
karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara
emosional. Klien menjadi pasif, tergantung , tidak ada motivasi dan
keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
c. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap
Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau
berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi
dengan gambaran diri yang baru.
Adapun tanda dan gejala yang lain, yaitu
a. Menolak untuk menyentuh dan melihat bagian yang berubah
b. Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh
c. Mengurangi kontak social sehingga terjadi menarik diri
d. Perasaan atau pandangan negative terhadap tubuh
e. Mengungkapkan keputusasaan
f. Mengungkapkan ketakutan ditolak
g. Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh

E. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor
presipitasi, penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki paien. Setiap
melakukan pengajian ,tulis tempat pasien dirawat dan tanggal dirawat isi
pengkajian meliputi:
a. Identitas pasien. Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, tanggal MRS, informan, tanggal pengkajian , No
Rumah pasien dan alamat pasien.
b. Keluhan utama/ Alasan MRS
Keluhan biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orag lain),
komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak
interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari - hari,
dependen
b. Faktor predisposisi. Meliputi Kehilangan , perpisahan , penolakan
orang tua ,harapan orang tua yang tidak realistis ,kegagalan / frustasi
berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan,
dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu
yang terjadi ( korban perkosaan , dituduh kkn, dipenjara tiba – tiba)
perlakuan orang lain yang tidak menghargai pasien/ perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
c. Aspek Fisik / Biologis
Meliputi hasil pengukuran tanda vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan ,
TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh pasien.
d. Aspek Psikososial meliputi :
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi.
2) Konsep diri:
a) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau
yang akan terjadi.Menolakpenjelasan perubahan tubuh ,
persepsi negatip tentang tubuh.Preokupasi dengan bagia
tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus asaan,
mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit
, proses menua, putus sekolah, PHK
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap
diri sendiri, gangguan hubungan sosial , merendahkan
martabat , mencederai diri, dan kurang percaya diri. Pasien
mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga
social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok
yang diikuti dalam masyarakat.
f) Status Mental
Kontak mata pasien kurang /tidak dapat mepertahankan
kontak mata , kurang dapat memulai pembicaraan , pasien
suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan
perawat.
g) Mekanisme Koping
Pasien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakan nya pada orang orang lain( lebih sering
menggunakan koping menarik diri).
h) Aspek Medik
Terapi yang diterima pasien bisa berupa therapy farmakologi
ECT, Psikomotor, therapy okupasional, TAK , dan
rehabilitas.

2. Diagnosa Keperawatan
Selama pasien dirawat, perawat melakukan tindakan untuk diagnosa
potensial, dan akan dilanjutkan oleh perawat di Unit Rawat Jalan untuk
memonitor kemungkinan diagnosa aktual.
Beberapa diagnosa gangguan citra tubuh adalah potensial gangguan citra
tubuh yang berhubungan dengan efek pembedahan serta menarik diri yang
berhubungan dengan perubahan penampilan (Keliat, 1998). Adapun Diagnosa
yang mungkin muncul diantaranya:
a. Gangguan konsep diri : Gangguan Citra Tubuh
b. Isolasi sosial : menarik diri
c. Defisit Perawatan Diri
Berikut ini merupakan data objektif dan data subjektif yang sering
ditemukan pada gangguan citra tubuh :
Data Objektif :
a. Mengurung diri
b. Dari hasil pemeriksaan dokter, pasien mengalami goncangan emosi.
c. Hilangnya bagian tubuh.
d. Perubahan anggota tubuh baik bentuk maupun fungsi.
e. Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu.
f. Menolak melihat bagian tubuh.
g. Aktifitas sosial menurun.

Data Subyektif :
a. Nafsu makan tidak ada.
b. Sulit tidur
c. Pasien suka mengeluh nyeri di dada.
d. Pasien mengeluh sesak nafas.
e. Menolak perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan
hasil operasi.
f. Mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya yang tidak berfungsi.
g. Mengungkapkan perasaan tidak berdaya, tidak berharga, keputusasaan.
h. Menolak berinteraksi dengan orang lain.
i. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang
terganggu.
j. Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi.
k. Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.

3. Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan tindakan keperawatan bagi pasien perubahan citra tubuh adalah
meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya, peran serta pasien
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, mengidentifikasi perubahan citra
tubuh, menerima perasaan dan pikirannya, menetapkan masalah yang
dihadapinya, mengidentifikasi kemampuan koping dan sumber pendukung
lainnya, melakukan tindakan yang dapat mengembalikan integritas diri
(Keliat, 1998).

1. Diagnosa keperawatan: gangguan harga diri rendah berhubungan dengan


gangguan citra tubuh
Tujuan:
Setelah pemberian asuhan selama 3 x 24 jam klien menunjukkan peningkatan
harga diri.
Kriteria Hasil:
-     Klien dapat menigkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya.
-     Klien mengidentifikasi perubahan citra tubuh.
-     Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimilki.
-     Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bebntuk atau fungsi
tubuh.
-     Klien dapat menyusun cara-cara menyelasaikan masalah yang dihadpi.
-     Klien dapat melakukan tindakn pengembalian intergritas tubuh.
Intervensi Rasional
1. Beri kesempatan klien 1. Dengan mengungkapkan
mengungkapkan perasaannya : perasaannya beban klien akan
a. Bimbing klien berkurang
mengungkapkan perasaannya
b. Gunakan pertanyaan terbuka
c. Dengarkan ungkapan klien
dengan aktif
2. Beri respon yang tidak 2. Respon menghakimi dapat
menghakimi: merusak hubungan saling
a. Tidak menyalahkan pendapat percaya dan menurunkan harga
klien diri klien
b. Menerima pendapat klien 3. Lingkungan yang tenang
3. Ciptakan lingkungan yang mampu membantu klien dalam
tenang dengan cara mengurangi memfokuskan pikiran
stimulus eksternal yang
berlebihan dalam interaksi 4. Memotivasi klien memandang
4. Diskusikan kemampuan dan dirinya secara positif,
aspek positif yang dimiliki klien Penilaian negatif semakin
menambah rasa tidak percaya
diri klien

2. Diagnosa keperawatan: Gangguan citra tubuh


Tujuan: setelah pemberian asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam gangguan
citra tubuh menurun
Kriteria hasil:
 Gambaran diri meningkat
 Gambaran diri sesuai
 Bisa menyesuikan diri dengan status kesehatannya

Intervensi Rasional
1. Binalahhubungan saling percaya 1. Dasar mengembangkan tindakan
antara klien dengan perawat keperawatan
2. Berikan kesempatan 2. Klien membutuhkan
pengungkapanperasaan pengalaman didengarkan dan
3. Bantu klien yang dipahami
cemasmengembangkan 3. Menetralkan kecemasan yang
kemampuanuntuk menilai diri dan tidak perlu terjadi dan
mengenalimasalahnya memulihkan realitas situasi,
4. Dukung upaya klien ketakutan merusak adaptasi
untukmemperbaiki citra diri klien
5. Dorong klien agar 4. Membantu meningkatkan
bersosialisasidengan orang lain penerimaan diri dan sosialisasi
5. Membantu meningkatkan
penerimaan diri dan sosialisasi

3. Diagnosa keperawatan : isolasi sosial b.d perubahan fisik


Tujuan: setelah pemberian asuhan selama 4x4 jam klen dapat bersosialisasi
Kriteria hasil: - klien dapat melakukan cara berinteraksi dengan orang lain
- Klien mampu mengungkapkan pentingnya bersosialisasi
Intervensi Rasional
.  1. Bina hubungan saling percaya : 1. Hubungan saling percaya
 Sapa klien dengan ramah baik sebagai dasar interaksi yang
verbal maupun non verbal. terapeutik perawat-klien.
   Perkenalkan diri dengan sopan.
 Tanyakan nama lengkap dan
nama panggilan yang disukai
klien.
   Jelaskan tujuan pertemuan /
interaksi.
   Jujur dan menepati janji.
 Pertahankan kontak mata,
tunjukkan rasa empati dan
dorong serta berikan kesempatan
klien untuk mengungkapkan
perasaannya. 2. Mengetahui sejauh mana
2. Kaji pengetahuan klien tentang pengetahuan klien yang
menarik diri. menarik diri sehingga perawat
 Beri kesempatan pada klien dapat merencanakan tindakan
untuk mengungkapkan selanjutnya.
perasaan penyebab menarik  Untuk mengetahui alasan
diri. klien menarik diri.
 Diskusikan dengan klien  Meningkatkan pengetahuan
tentang perilaku menarik klien dan mencari pemecahan
dirinya. bersama tentang masalah
 Beri pujian terhadap klien.
kemampuan klien  Meningkatkan harga diri
mengungkapkannya. klien berani bergaul dengan
 Diskusikan tentang manfaat lingkungan sosialnya.
berhubungan dengan orang  Meningkatkan pengetahuan
lain. klien tentang perlunya
 Dorong klien untuk berhubungan denga orang
menyebutkan kembali manfaat lain.
berhubungna orang lain.  Untuk mengetahui tingkat
 Beri pujian terhadap permohonan klien terhadap
kemampuan klien dalam informasi yang telah
menyebutkan manfaat diberikan.
berhubungan dengan orang  Reinforcement positif dapat
lain. meningkatkan harga diri
 Dorong klien untuk klien.
menyebutkan cara berhubungan  Untuk mengetahui
dengan orang lain. pemahaman dengna
 Libatkan klien dalam kegiatan informasi yang telah
TAK dan ADL ruangan. diberikan.
 Membantu klien dalam
mempertahankan hubungan
interpersonal.
3.  Reinforcement positif atas 3.  Reinforcement positif dapat
keberhasilan yang telah dicapai meningkatkan harga diri klien.
klien.

4. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi perawatan merupakan tindakan dari
rencana keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas
yang telah dibuat dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan
mandiri dan kolaboratif. Pada situasi nyata sering impelmentasi jauh
berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa
menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan tindakan
keperawatan yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang
dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat
membahayakan pasien dan perawat jika berakibat fatal dan juga tidak
memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana
perawatan masih sesuai dan dibutuhkan pasien sesuai kondisi saat ini.
Setelah semua tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh
dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka
kontrak dengan pasien dilaksanakan. Dokumentasikan semua tidakan
yang telah dilaksanakan beserta respon pasien (Keliat, 2006,).

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari
tindakan yang dilakukan secara terus menerus terhadap respon pasien
evaluasi adalah hasil yang dilihat dan perkembangan persepsi pasien
pertumbuhan perbandingan perilakunya dengan kepribadian yang
sehat.Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP:
S : Respon subyektif pasien terhadap keperawatan yang telah
dilaksanakan
O : Respon objektif pasien terhadap keperawatan yang dilaksanakan
A : Analisa ulang atas data subyektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masih tetap atau masuk giliran baru.
P : Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Honigman, Rosberta dan David J. Castle. 2007. Living With Your Looks. Victoria:
University of Western Australia Press.
Keliat, B.A. 1994. Gangguan Konsep Diri. Jakarta : EGC.
Larsen, P. D & Lubkin, I. M. (2009). Chronic illness: impact and intervention,
Sudbury, Jones and Bartlett Publishers.
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : CV Andi
Offset.
Potter, P.A, Perry, A.G.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, Dan Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk.
Jakarta : EGC.
Samura, Jul Asdar Putra. 2011. Hubungan Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas
Dengan Citra Tubuh Remaja Putri Kelas 1 Di SMP Nusantara Lubuk
Pakam. Volume 1 No 1.
Stuart dan Sundeen. 1995. Buku Keperawatan (Ahli Bahasa) Achir Yani
S.Hamid, Edisi 3. Jakarta : EGC.
Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai