Anda di halaman 1dari 5

Sistem Persepsi Sensori ( Otitis Media Akut)

A. Pendidikan Kesehatan
Edukasi dan promosi kesehatan otitis media dapat dilakukan dengan hal-hal
berikut :
1. Pastikan vaksinasi anak lengkap dan rutin, termasuk PVC (pneumococcal
vaccination) yang memproteksi dari Streptococcus pneumoniae. Imunisasi
dapat mengurani insiden otitis media akut, mengurangi kebutuhan antibiotik
atau tindakan timpanostomi, dan mengurangi timbulnya resiko gangguan
pendengaran.
2. Edukasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif bayi selama 6 bulan
dilanjutkan hingga usia bayi setidaknya 12 bulan. Semakin lama durasi ASI
ekslusif, semakin kecil kemungkinan terinfeksi otitis media akut. Selain itu,
hentikan penggunaan dot dalam posisi telungkup.
3. Otitis media lebih banyak terjadi saat musim pancaroba di mana anak sering
terserang flu. Virus dapat menyebabkan otitis media efusi (cairan stasis di
ruang telinga tengah) dan infeksi sekunder oleh bakteria dapat terjadi yang
kemudian menyebabkan otitis media akut. Maka, pastikan vaksinasi anak
lengkap dan vaksinasi flu dilakukan setiap tahunnya. Selain itu, kontrol alergi
anak, jika faktor predisposisinya adalah kongesti dan inflamasi nasal.
4. Jauhkan anak dari paparan asap rokok, karena asap rokok adalah faktor
resiko terjadinya otitis media akut. Pengasuh atau orang tua anak sebaiknya
tidak merokok, serta tidak merokok saat sedang bersama anak.
5. Hindari menempatkan anak di tempat penitipan anak yang jumlah anaknya
banyak (> 20 anak), dan hindari anak dari paparan anak yang terinfeksi.

B. Pencegahan Primer , Sekunder , dan Tersier Penyakit Otitis Media Akut


(OMA)
1. Pencegahan Primer
a. Pencegahan terjadinya ISPA pada bayi dan anak-anak.
b. Pemberian ASI minimal selama enam bulan.
c. Hindari pemberian susu botol ketika anak dalam keadaan berbaring
d. Hindari pajanan terhadap asap rokok
e. Pemberian vaksin pneumococcus dan vaksin influenza,
f. Jagalah telinga tetap kering
g. Menghindari pengeluaran lendir dengan paksaan 4 tekanan yang
berlebihan
h. Jangan mengorek- ngorek liang telinga terlalu kasar
i. Jika ada benda asing yang masuk, datanglah ke dokter

2. Pencegahan Sekunder
a. istirahat yang cukup untuk mengatasi infeksi
b. hindari penerbangan saat menderita infeksi telinga
c. Penggunaaan obat-obatan sesuai resep dokter :
 Obat tetes hidung dapat diberikan untuk membuka kembali saluran
tuba eustachius yangtersumbat Pada otitis media yang disertai
keluarnya cairan nanah dari telinga dapatdiberikan obat cuci telinga
selama 3-5 hari dan antibiotik tetes telinga selama 3 minggu
 Paracetamol sesuai dosis dapat diberikan untuk menurunkan panas
dan mengurangi nyeriyang dirasakan anak
 Sesuai dengan bakteri penyebab tersering, antibiotik golongan
Penisilin atau eritromisinsesuai dosis dapat diberikan pada
penderita OMA selama 10-14 hari
 Melakukan tindakan Miringotomi, yang bertujuan untuk
mengeluarkan cairan nanah daritelinga tengah Miringotomi
dilakukan pada anak dengan OMA yang memiliki gejala nyeriyang
hebat, dengan demam tinggi, dan gendang telinga yang menonjol,
untuk mencegahterjadinya robekan pada gendang telinga, karena
lubang tempat gendang telinga yang robekkadang tidak dapat
menutup kembali terutama pada anak usia lebih dari 12 tahun
ataudewasa
3. Pencegahan Tersier
Kontrol teratur ke dokter untuk memeriksakan membran timpani
(gendang telinga) selama kurang lebih minggu sampai terjadi resolusi
(penutupan kembali)

C. Persiapan Pelaksanaan dan paska pemeriksaan diagnostic dan


laboratorium

Penatalaksanaan OMA pada prinsipnya memberikan terapi


medikamentosa. Pemberian terapi medikamentosa ini tergantung pada stadium
penyakitnya.

1. Stadium oklusi

ada stadium ini pengobatan terutama bertujuan untuk membuka


kembali tuba Eustachius, sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang.
Untuk ini diberikan obat tetes hidung. HCl efedrin 0,5% dalam laruitan
fisiologis (anak 12 tahun) atau HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik
untuk yang berumur di atas 12 tahun dan pada orang dewasa. Disamping itu
sumber infeksi harus diobati. Antibiotika diberikan apabila penyebab infeksi
adalah kuman, bukan oleh virus atau alergi

2. Stadium Presupurasi

Pada stadium ini antibiotika, obat tetes hidunng dan analgetika perlu
diberikan. Bilamembran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya
dilakukan miringotomi.

Antibiotika yang dianjurkan adalah dari golongan penisilin atau


ampisilin. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila
pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin.

Pada anak ampisilin diberikan dengan dosis 50 – 100 mg/BB/hari,


dibagi dalam 4 dosis, atau eritromisin 40 mg/BB/hari.

3. Stadium Supurasi
Diamping diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan
miringotomi, bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala –
gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari. Pada stadium ini
bila terjadi perforasi sering terlihat adanya sekret berupa purulen dan kadang
terlihat keluarnya sekret secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang
diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 selam 3 – 5 hari serta antibiotika
yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup
kembali dalam waktu 7 – 10 hari.

4. Stadium Resolusi

Pada stadium ini jika terjadi resolusi maka membran timpani


berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi membran
timpani menutup. Tetapi bila tidak terjadi resolusi akan tampak sekret
mengalir di liang telinga luar melalui perforasi membran timpani. Keadaan ini
dapat disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa telinga tengah. Pada
keadaan demikian antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu bila 3
minggu setelah pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkina telah
terjadi mastoiditis.

Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih
dari 3 minggu,maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Bila
perforasi menetap dan sekret masih tetap keluar lebih dari satu setengah bulan
atau dua bulan maka keadaan ini disebut otitis media supuratif kronik
(OMSK).
Pemeriksaan penunjang menurut Muscari 2005, h.220 ialah :
1. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpani.
2. Kultur dan uji sensitivitas hanya dapat dilakukan bila dilakukan timpanosentesis
(aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membran timpani). Uji sensitivitas
dan kultur dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme pada sekret
telinga.
3. Pengujian audiometrik menghasilkan data dasar atau mendeteksi setiap
kehilangan pendengaran sekunder akibat infeksi berulang.
4. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar

Anda mungkin juga menyukai