Anda di halaman 1dari 7

KASUS KERACUNAN SIANIDA

(TOKSIKOLOGI FORENSIK)

DosenPengampu :NURMA SURI,M.BIOMED,Sc,MKM,APT

DISUSUN OLEH :
NAMA: A’TINI NISA’ATUL KHAMIDAH
NIM : 142012019038
KELAS :2.B

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU (UMPRI)
LAMPUNG
2020
PENDAHULUAN

Toksikologi ialah ilmu yang mempelajari sumber, sifat serta khasiat racun, gejala-gejala
dan pengobatan pada keracunan, serta kelainan yang didapatkan pada korban yang meninggal. 1
Toksikologi juga merupakan suatu cabang ilmu yang membahas seputar efek merugikan dari
agen kimiawi terhadap semua sistem makhluk hidup. Pada bidang biomedis, ahli toksikologi
akan menangani efek samping yang timbul pada manusia akibat pajanan obat dan zat kimiawi
lainnya, serta pembuktian keamanan atau bahaya potensial.2
Toksikologi forensik sendiri berkaitan dengan penerapan ilmu toksikologi pada berbagai kasus
kriminalitas dimana obat-obatan dan bahan-bahan kimia dapat menimbulkan konsekuensi
medikolegal serta
dapat menjadi bukti dalam pengadilan.2 Salah satu zat toksik yang sering digunakan dalam kasus
kriminalitas adalah sianida.
Sianida merupakan senyawa kimia yang bersifat toksik dan merupakan jenis racun yang
paling cepat aktif dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian dalam waktu beberapa
menit. Sianida telah digunakan dalam pembunuhan massal, agen bunuh diri dan sebagai senjata
perang.3Sianida juga sering mengakibatkan keracunan di laboratorium dikarenakan
penyemprotan (fumigasi) di lahan pertanian dan gudang-gudang kapal.1
Racun sianida memiliki beberapa bentuk yaitu cairan, padat, dan gas. Racun sianida dalam
bentuk cairan yaitu Hidrogen sianida (formonitrile) atau dikenalsebagai asam prussit dan asam
hidrosianik. Hidrogen sianida adalah cairan tidak berwarna atau dapat juga berwarna biru pucat
pada suhu kamar yang memiliki sifat asam, larut dalam air, alkohol dan eter, serta mudah
menguap, volatile dan mudah terbakar. Hidrogen sianida ini akan cepat diabsorbsi melalui
kulit.1,3Racun sianida dalam bentukpadat ialah sodium sianida (NaCN) dan potassium sianida
(KCN) yang berbentuk serbuk dan berwarna putih. 3 Sedangkan racun sianida dalam bentuk gas
lambat diabsorbsi melalui kulit namun cepat diabsorbsi melalui pernafasan.1
Sianida dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam dan ada pada setiap produk yang
biasa kita makan atau gunakan seperti rokok, asap kendaraan bermotor, dan makanan seperti
bayam, bambu, kacang, tepung tapioka dan singkong. Bahkan, sianida dapat diproduksi oleh
bakteri, jamur dan ganggang. Selain itu juga dapat ditemukan pada beberapa produk sintetik dan
industri terutama dalam pembuatan garam seperti natrium, kalium atau kalsium sianida. Sianida
yang digunakan oleh militer NATO (North American Treaty Organization) adalah yang jenis
cair yaitu asam hidrosianik (HCN).3
Takaran toksik peroral untuk HCN adalah 60-90 mg, takaran toksik untuk KCN atau
NaCN adalah 200 mg sedangkan kadar gas sianida dalam udara lingkungan yang dapat
menyebabkan kematian dalam 30 menit adalah 200-400 ppm.1
Nilai TLV (Threshold Limit Value) gas HCN adalah 11 mg/m3 sedangkan nilai TLV debu
sianida adalah 5 gr/m3.1
KASUS
Pada tanggal 02 MARET 2019 telah ditemukan jenazah seorang perempuan di kamar
kontrakannya yang beralamat Jl. Cakrawala No. 02 Kelurahan tunggul pawenang Kecamatan
adiluwih,Kota metro. Jenazah tersebut ditemukan terlentang diatas tempat tidurnya oleh ibu
kandung korban yang kemudian melaporkan kejadian tersebut ke polisi. Kemudian polisi
menindak lanjuti laporan keluarga ke lokasi dan membawa jenazah tersebut bersama surat
permintaan visumnya ke RSUD Raden Mattaher metro untuk dilakukan pemeriksaan luar dan
dalam. Selanjutnya dokter melakukan pemeriksaan. Setelah selesai melakukan pemeriksaan,
dokter berkoordinasi dengan penyidik bahwa pemeriksaan sudah selesai.

PEMBAHASAN
Pada keracunan akut, sianida yang ditelan cepat akan menyebabkan kegagalan pernafasan dan
kematian dapat timbul dalam beberapa menit. Dalam interval waktu yang pendek antara menelan
racun sampai kematian, dapat ditemukan gejala seperti korban mengeluh terasa terbakar pada
kerongkongan dan lidah, sesak nafas, hipersalivasi, mual, muntah, sakit kepala, vertigo,
fotofobia, tinitus, pusing dan kelelahan.1
Dapat pula ditemukan sianosis pada wajah, busa keluar dari mulut, nadi cepat dan lemah,
pernafasan cepat dan kadang-lkadang tidak teratur, puul dilatasi dan refleks melambat, udara
pernafasan dapat berbau amandel, juga dari muntahan tercium bau amandel. Menjelang
kematian, sianosis lebih nyata dan timbul kedut otot-otot kemudian kejang-kejang dengan
inkontinensia urin dan alvi. 1
Racun yang diinhalasi menimbulkan palpitasi, kesukaran bernafas, mual, muntah, sakit kepala,
salivasi, lakrimasi, iritasi mulut dan kerongkongan, pusing dan kelemahan ekstremitas cepat
timbul dan kemudian kolaps, kejang-kejang, koma dan meninggal. 1
Sesak nafas pada keracunan sianida diakibatkan karena sianida dalam tubuh akan
menginaktifkan beberapa enzim oksidatif seluruh jaringan secara radikal, terutama sitokrom
oksidase dengan mengikat bagian ferric heme group dari oksigen yang dibawa oleh darah.
Dengan demikian proses oksidasi-reduksi dalam sel tidak dapat berlangsung dan oksi-Hb tidak
dapat berdisosiasi melepaskan O2 ke jaringan sehingga timbul anoksia histotoksik. Hal ini
merupakan keadaan paradoksal karena korban meninggal akibat hipoksia tetapi dalam darahnya
kaya akan oksigen. 1
Pada keracunan kronik korban tampak pucat, berkeringat dingin, pusing, rasa tidak enak dalam
perut, mual dan kolik, rasa tertekan pada dada dan sesak nafas. Keracunan kronik CN dapat
menyebabkan goiter dan hipotiroid akibat terbentuk sulfosianat. 1
Calcium cyanimide menghambat aldehida-oksidase sehingga toleransi terhadap alkohol
menurun. Gejala keracunan berupa sakit kepala, vertigo, sesak nafas dan meninggal akibat
kegagalan pernafasan. 1
Pemeriksaan Kedokteran Forensik
Pada pemeriksaan luar korban mati akibat keracunan sianida, ada dua hal yang dapat
ditemukan. Pertama, ditemukan tanda-tanda keracunan sianida yaitu tercium bau amandel dari
rongga mulut dan hidung serta lebam mayat berwarna merah terang.1
Bau amandel dapat tercium dengan cara menekan dada mayat sehingga akan keluar gas dari
mulut dan hidung. Bau tersebut harus cepat ditentukan karena indera penciuman kita cepat
beradaptasi dengan bau khas tersebut. Tidak semua orang dapat mencium bau sianida karena
kemampuan untuk mencium bau khas tersebut bersifat genetik sex-linked trait.1 Pada kasus ini,
dari rongga mulut dan hidung tercium bau amandel yang patognomonik dengan keracunan
sianida. 1
Lebam mayat mulai timbul pada 20 – 30 menit pasca mati klinis. Lebam mayat pada korban
keracunan sianida berwarna merah terang karena pembuluh darah berisi darah yang kaya akan
oksigen. Namun, lebam mayat berwarna merah terang tidak selalu ditemukan pada kasus
keracunan sianida. Lebam mayat dapat pula berwarna biru-kemerahan, livid pada korban
keracunan sianida. Hal ini tergantung pada keadaan dan derajat keracunan. 1 Pada kasus ini,
didapatkan lebam mayat berwarna merah terang pada padapunggung, lenganbawahbagiandepan,
bokong, dan tungkai. 1
Kedua, ditemukan tanda-tanda anoksia jaringan, yaitu sianosis pada wajah, ujung jari,
jaringan dibawah kuku dan bibir serta busa yang keluar dari mulut. 1 Sianosis ini diakibatkan
Oksi-Hb tidak dapat berdisosiasi sehingga jaringan kekurangan oksigen. Kurangnya oksigen
pada sel tubuh memberikan sinyal kepada tubuh untuk meningkatkan aktivitas pernafasan yang
disertai sekresi selaput lendir saluran nafas bagian atas. Karena udara yang keluar dan masuk
mengalir dengan cepat didalam saluran sempit, maka akan muncul busa yang kadang-kadang
bercampur darah akibat pecahnya kapiler.1 Pada kasus ini, wajah dan bibir jenazah tampak
berwarna kebiruan dan terdapat busa halus yang keluar dari rongga mulut. 1
Pada pemeriksaan dalam korban mati akibat keracunan sianida, ada dua hal yang dapat
ditemukan juga. Pertama, tercium bau amandel yang khas pada saat membuka rongga otak dada,
perut, dan lambung. Kedua, tampak warna merah terang pada darah, otot dan penampang organ
tubuh lainnya. Selanjutnya akan ditemukan merah kecoklatan dan perabaan licin seperti sabun
pada mukosa lambung korban yang menelan garam alkali sianida. Korosi dapat mengakibatkan
perforasi lambung yang dapat terhadi antemortal dan postmortal. 1 Pada kasus ini didapatkan bau
amandel yang tercium dari rongga kepala, dada dan perut yang patognomonik dengan keracunan
sianida. Selain itu ditemukan warna merah terang pada organ paru, jantung, lambung, usus, hati
dan limpa serta warna merah kecoklatan pada mukosa lambung. Warna merah kecoklatan pada
mukosa lambung muncul karena terbentukya hematin alkali. 1
PENGOBATAN
Pada keracunan gas sianida, korban harus dipindahkan ke tempat yang kaya udara bersih.
Kemudian diberikan amil-nitrit dengan inhalasi 1 ampul (0,2ml) tiap 5 menit. Pemberian
dihentikan bila tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg, berikan pernafasan buatan dengan
100% oksifen untuk menjaga PO2 dalam darah agar tetap tinggi. Dapat juga dipakai oksigen
hiperbarik. Resusitasi mulut ke mulut merupakan kontraindikasi. 1
Antidotum berupa Natrium nitrit 3% IV diberikan sesegera mungkin dengan kecepatan 2,5
sampai 5 ml per menit. Pemberian dihentikan bila tekanan darah sistolik dibawah 80 mmHg.
Pemberian nitrit akan mengubah Hb menjadi met-Hb dan akan mengikat sianida menjadi sian-
metHb. Jumlah nitrit yang diberikan harus berdasarkan pada kadar Hb dan berat badan korban. 1
Bila tekanan darah turun karena pemberian nitrit, berikan 0,1 mg levarterenol atau epinefrin
I.V. 1
Natrium tiosulfat 25% IV akan diberikan menyusul pemberian Na nitrit dengan kecepatan
2,5-5 ml per menit. Tiosulfat mengubah sianida menjadi tiosianiat. 1
Hidroksojobalamin juga dianjurkan sebagai antidotum terutama untuk keracunan kronik.
Dikatakan bahwa Kobalt EDTA adalah obat pil;ihan dengan takaran 300 mg I.V. yang akan
mengubah sianida menjadi kobaltsianida yang larut dalam air. 1
Pada keracunan sianida yang ditelan, lakukan tindakan dengan pemberian inhalasi amil-nitrit,
satu ampul (0,2 ml, dalam waktu 3 menit) setiap 5 meniit. Bilas lambung harus ditunda setelah
diberikan antidotim nitrit dan tiosulfat. Bilas lambung dengan Na-tiosulfat 5% dan sisakan 200
ml (10g) dalam lambung. Dapat juga dengan K Permanganat 0,1% atau H 2o2 3% yang
diencerkan 1 sampai 5 kali. Atau dengan 3 sendok teh karbon aktif atau Universal antidote dalam
1 gelas air dan kemudian kosongkan lambung dengan jalan dimuntahkan atau bilas lambung. 1
Berikan pernafasan buatan dengan oksigen 100% . Penggunaan antidotum sama seperti pada
pengobatan keracunan yang diinhalasi.
Selain nitrit, dapat juga diberikan biru metilen 1% 50 ml LV sebagai antidotum. Biru metilen
akan mengubah Hbmenjadi Met-Hb dan Met-Hb yang terbentuk pada pemberian biru metilen ini
ternyata tidak dapat bereaksi dengan sianida oleh sebab yang masih belum diketahui. 1
Bila korban keracunan akut dapat berahan hidup selama 4 jam makan biasanya akan sembuh.
Kadang-kadang terdapat gejala berupa kelainan neurologik. 1
Pada keracunan CN-Sianamida, belum diketahui antidotum yang dapat digunakan. Setelah
bilas lambung diberikan tetapi secara simtomatik. 1
KESIMPULAN
Sianida merupakan senyawa kimia yang bersifat toksik dan merupakan jenis racun yang
paling cepat aktif dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian dalam waktu beberapa
menit. Pada pemeriksaan luar dan dalam yang dilakukan terhadap korban keracunan sianida akan
ditemukan tanda-tanda keracunan sianida dan tanda-tanda anoksia. Tanda-tanda keracunan
sianida yaitulebam mayat berwarna merah terang, warna merah terang pada organ tubuh serta
bau amandel yang tercium dari lubang hidung dan mulut, rongga kepala, perut dan dada.
REFERENSI

Idries AM. Pedoman ilmu kedokteran forensik. Jakarta Barat: Binarupa Aksara. 1997. Hal.55-56,
95-100
1. Fitriana AN. Forensic toxicology. J MAJORITY (serial online) 2015 Feb (diakses 23 Januari
2015); 4(4):(9 layar). Diunduh dari:
URL:http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/571/575
2. Suudah EN, Yusriana CS, Dewi T.Uji efektivitas ketepatan waktu pemberian kombinasi
natrium tiosulfat dan natrium nitrit sebagai antidotum ketoksikan akut kalium sianida pada
mencit (Mus musculus). Jurnal Permata Indonesia (serial online) 2015 Mei (diakses 23
Januari 2015); 6(1):(8 layar). Diunduh dari: URL:http://www.permataindonesia.ac.id/wp-
content/uploads/2015/07/03.-Jurnal-PI_Evi-Chinthia-Trisna.pdf
3. Nnoli MA, Legbosi NL, Nwafor PA, Chukwuonye II. Toxicological investigation of acute
cyanide poisoning of a 29-year-old man: A case report. IJT

Anda mungkin juga menyukai