* E-mail: khairun.nisah@ar-raniry.ac.id
AMINA 3(3) 2021 | Karakterisasi sabun cair cuci piring dengan variasi konsentrasi NaCl
137 Arrazi, Nisah dan Arfi
Sabun cuci piring adalah kebutuhan kedalam gelas kimia pertama kemudian
harian yang tidak dapat dihindarkan oleh ibu diaduk hingga rata, selanjut nya dimasukkan
rumah tangga. Sehingga perlu sekali SLS dan air kedalam gelas kimia kedua
diberikan informasi berupa pelatihan kepada kemudian diletakkan pada hot plate magnetic
masyarakat, khususnya ibu-ibu yang selalu dan stirrer diatur kecepatan pengadukan
menggunakan sabun cuci piring, terkait pada 1000 rpm selama 5 menit. Pada gelas
pembuatan secara mandiri sabun cuci piring kimia pertama ditambahkan air sebanyak
dan komposisi terbaik dalam pembuatan 2000 mL kemudian diaduk sampai larutang
sabun cuci piring. Pelatihan ini dapat mengental, kemudian diambil gelas kimia
meningkatkan keterampilan ibu-ibu. kedua dicampurkan dengan gelas kimia
Pembuatan sabun cuci piring juga pertama dan diaduk hingga homogen,
harus dilakukan dengan prosedur dan selanjutnya ditambahkan pewarna makanan
takaran yang tepat serta informasi peralatan dan aroma jeruk nipis kemudian diaduk
kerja yang baik sehingga dapat dihasilkan kembali hingga homogen (Adriani, dkk,
sabun cuci piring yang berkualitas, 2020).
harganya murah dan aman. Selain itu
produksi sabun cuci piring dapat Analisis Sifat Fisika Dan Kimia Sabun
meningkatkan efektivitas dan peluang Cuci Piring
wirausaha. Pemeriksaan Organoleptis
Bahan-bahan pembuatan sabun dapat
dengan mudah ditemukan di toko kimia Pemeriksan organoleptis dilakukan
terdekat. Bahan dasar pembuatan sabun dengan melihat perubahan yang terjadi pada
cair meliputi SLS, texapon dan garam serta sabun cair cuci piring, yakni meliputi bentuk,
bahan aditif seperti parfum, pengawet, warna dan bau selama 24 jam pada suhu
pengental dan zat pewarna (Amelia dkk. ruang 25o C (Septiani, 2011).
2018) dengan gliserin, ini bertujuan agar
gliserin tidak mengalami pengendapan pada Uji pH
air garam sedangkan sabun akan
mengendap. Pengujian dilakukan menggunakan
Dari permasalahan diatas maka dapat pH meter digital HI 9813-5, sebelum
disimpulkan bahwasannya NaCl berperan dilakukan pengujian terlebih dahulu pH meter
penting dalam pembuatan sabun cuci piring. di kalibrasi menggunakan larutan buffer pH 7.
Setelah itu elektroda dibersihkan dengan
aquadest dan dikeringkan. Kemudian
METODE
elektroda dimasukkan kedalam sampel
sabun. Selanjutnya pH meter dibiarkan
Alat dan Bahan
beberapa menit sampai nilai pada monitor pH
Alat yang digunakan dalam penelitian stabil, kemudian dicatat nilai pada monitor
ini adalah viscometer NDJ-8S, timbangan, sebagai pH sampel (SNI 06-4075-2:2017).
vortex, hot plate dan stirrer, pH meter HI
Uji Viskositas
9813-5, gelas kimia 2000 mL gelas kimia
2000 mL, gelas kimia 250 mL, gelas ukur 10
Sampel sebanyak 150 g disiapkan
mL, kaca arloji, batang pengaduk, spatula,
dalam gelas beaker 250 mL, kemudian diatur
pipet tetes.
menggunakan rotor 4 dengan kecepatan 30
Bahan yang digunakan dalam penelitian
rpm, lalu dicelupkan kedalam sediaan sampai
ini adalah aquadest, texapon, SLS, Nacl, air,
alat menunjukkan nilai viskositas sediaan.
pewarna makanan, aroma jeruk nipis,
Nilai viskositas yang ditunjukkan pada alat
larutan buffer pH 7.
viskometer NDJ - 8s merupakan nilai
viskositas sediaan (Depkes RI, 1995).
Pembuatan Sabun Cuci Piring
Uji Stabilitas Busa
Disiapkan gelas kimia ukuran 2000
mL sebanyak 2 buah, kemudian ditimbang Sebanyak 0,3 g sediaan dilarutkan kedalam
masing – masing bahan sesuai dengan 30 mL aquadest, kemudian 10 mL larutan
variabel, dimasukkan texapon dan NaCl tersebut dimasukkan kedalam tabung
AMINA 3(3) 2021 | Karakterisasi sabun cair cuci piring dengan variasi konsentrasi NaCl
138 Arrazi, Nisah dan Arfi
berskala melalui dinding. Tabung tersebut Sebagai bahan pengental, garam yang
ditutup kemudian divorteks selama dua dibutuhkan dalam pembuatan bahan pencuci
menit. Tinggi busa yang terbentuk dicatat piring adalah natrium klorida yang berfungsi
pada menit ke-0 dan ke-5. Nilai ketahanan sebagai pembentuk inti pada proses
busa didapatkan dari selisih tinggi busa pemadatan yang dapat mengontrol dan
pada menit ke-0 dan ke-5 dihitung dengan mempengaruhi viskositas larutan sehingga
rumus (Safitri, 2009). terjadi perubahan jenis koloid, dalam
penggunaannya selain digunakan sebagai
perhitungan = pembantu proses, bahan pengisi ini juga
berfungsi meningkatkan kekuatan ionik
dalam sediaan sabun cuci piring.
Uji Densitas Sabun adalah surfaktan yang
digunakan dengan air untuk mencuci dan
Piknometer ukuran 25 mL dibersihkan dan membersihkan. Sodium lauryl eter sulfat
dikering kemudian ditimbang dan dicatat (SLES) dan sodium lauryl sulfat (SLS)
berat piknometer tersebut. Selanjutnya merupakan surfaktan yang paling banyak
sampel dimasukkan ke dalam piknometer digunakan dalam pembuatan sabun yang
sampai batas tara kemudian ditimbang dan berfungsi sebagai surfaktan. Menurut Spiess
dicatat berat piknometer yang berisi sampel. (1996) SLES dibuat dengan proses etosilasi
Nilai yang didapatkan dihitung enggunakan (ethoxylation) dari dodecanol. Hasil dari
rumus (SNI 06-4075-2:2017): etosilasi berupa setengah ester asam sulfat
yang dinetralkan sehingga terkonversi
menjadi garam sodium. Salah satu jenis
surfaktan lain, sodium lauryl sulfate (sering
juga disebut sodium deodecyl sulfate atau
HASIL DAN PEMBAHASAN SLS) diproduksi dengan metode yang sama
tetapi tanpa etosilasi. SLS biasanya
Sabun cuci piring cair merupakan digunakan sebagai alternatif pengganti SLES
cairan kental bening yang pada umumnya di produk konsumen.
berfungsi untuk membersihkan peralatan Dalam pembuatan sabun, air bertindak
makan seperti piring,gelas,sendok/garpu sebagai pelarut air yang baik digunakan
dan peralatan dapur pada umumnya. Dalam adalah air sulingan atau air minum kemasan
penelitian ini, variasi NaCl dalam pembuatan sedangkan air PAM tidak baik digunakan
sabun cuci piring cair seperti pada Tabel 1. karna banyak mengandung mineral (Sintia,
2016). Penambahan parfum dan pewarna
Tabel 1. Variabel sabun cuci piring (variasi bertujuan untuk meningkatkan kesukaan
konsentrasi NaCl)
konsumen, menjaga tetap harum dan
meningkatkan kualitas produk. Tidak lengkap
jika dalam sabun cair tidak ditambahkan
parfum sebagai pewangi dan pewarna.
Pemeriksaan organoleptik dilakukan
dengan melihat perubahan pada sabun cuci
piring cair seperti pada Tabel 2.
AMINA 3(3) 2021 | Karakterisasi sabun cair cuci piring dengan variasi konsentrasi NaCl
139 Arrazi, Nisah dan Arfi
ke empat hanya berbeda bentuknya saja (2017). Dari hasil pengujian semua variabel
yaitu terlihat lebih encer sehingga memenuhi standard, karena standar sabun
berdampak juga pada viskositasnya dapat cair yang baik busa harus dapat bertahan
dilihat pada Tabel 3 variabel ke empat 100 selama 5 menit dengan presentase 60-70%
cPs tidak memenuhi SNI viskositas sabun (Dragon dkk. 1969).
cuci piring hal ini didukung oleh penelitian
Pramasanti (2011) NaCl bertindak sebagai Tabel 5. Data Hasil Pengujian Stabilitas Busa
pengental pada produk. Pengental adalah
suatu zat yang digunakan untuk mengatur
visikositas produk agar lebih mudah
digunakan dan terjaga stabilitasnya. Jumlah
dari elektrolit atau garam yang ditambahkan
berpengaruh pada visikositas sediaan, NaCl
biasa ditambahkan pada basis sabun untuk Massa jenis atau densitas adalah
mengentalkan sabun dengan proses salting pengukuran massa setiap satuan volume
out dari surfaktan. SNI sabun cuci piring cair benda. Semakin tinggi massa jenis suatu
adalah 500 – 20.000 cPs (SNI., 2017). Pada benda, maka semakin besar pula massa
variabel pertama, kedua, dan ketiga memiliki setiap volumenya. Pada Table 6 dari hasil
rentang viskositas 3400-5980 cPs, hal pengujian densitas dapat dilihat massa jenis
tersebut memenuhi SNI sabun cuci piring. sabun cuci piring pada variabel pertama,
kedua dan ketiga ialah 1,064 – 1,065 g/mL ini
Tabel 3. Data Hasil Pengujian pH memenuhi standard sedangkan variabel
keempat tidak memenuhi standard dengan
massa jenis 0,991gr/ml. Karena, menurut SNI
(2017) densitas sabun cair bagian 2 : alat
dapur yaitu 1,01 – 1,10 g/mL. Massa jenis
rata-rata setiap benda merupakan total
Menurut Rahayu (2015) Uji pH atau
massa dibagi dengan total volumenya.
derajat keasaman merupakan salah satu
syarat mutu sabun cair. Hal tersebut karena Tabel 6. Data Hasil Pengujian Densitas
sabun cair kontak lansung dengan kulit dan
dapat menimbulkan masalah apabila pH
nya tidak sesuai dengan pH kulit.
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa
variable pertama, kedua, ketiga, dan
keempat memiliki pH 7. Hasil tersebut
sesuai rentang pH sabun cair berdasarkan
SNI 06 – 4075-2:2017 yaitu 6 – 8. KESIMPULAN
Tabel 4. Data Hasil Pengujian pH Sabun cuci pring yang dihasikan pada
variabel 1,2,dan 3 secara fisik organoleptis,
viskositas, pH, densitas, dan stabilitas busa
memenuhi standard mutu sabun cair cuci
piring, pada variabel 4 tidak dikarenakan
hanya organoleptis, pH dan stabilitas busa
saja yang memenuhi standard, sedangkan
Pada Tabel 5 menunjukan perbandingan viskositas dan densitas tidak memenui
stabilitas busa setiap variabel berbeda standard mutu sabun cair cuci piring.
persentase nya pada variabel pertama
stabilitas busanya sebesar 83%, variabel
kedua 94% variabel ketiga 90% dan varibel
keempat 92%. SLES dan SLS merupakan
merupakan surfaktan anionik golongan alkil
sulfat yang menghasilkan busa Azumari
AMINA 3(3) 2021 | Karakterisasi sabun cair cuci piring dengan variasi konsentrasi NaCl
140 Arrazi, Nisah dan Arfi
DARTAR RUJUKAN
Dragon S, Patricia M. Daley B.A, Henry F, Sintia, M. (2016). Laporan Akhir Pembuatan
Maso, & Lester I., (1969). Sabun Padat. (Rasio Tallow –
Studies on Lanolin Derivatives In Minyak Kelapa – Minyak Jagung).
Shampoo Systems, J. Soc. Palembang: Polteknik Sriwijaya.
Cosmetic Chemis's,
Spiess, E. (1996). ‘’Raw Materials’’. Dalam
Intan, K.W. (2019). Pelatihan Pembuatan Chemistry And Technology Of The
Sabun Cuci Piring Dan Sabun Cosmetics And Toiletries Industry
Detergent Bagi Masyarakat Desa Second Edition. Blackie Academic
Senyiur Kec. Keruak Lombok & Professional, London.
Timur. Jurnal Abdi
Masyarakt,1(1) Standard Nasional Indonesia (SNI). (2017).
Sabun cuci cair – bagian 2: untuk
Pramasanti. T.A., (2011). Pengaruh alat dapur. Badan Standarisasi
Penggunaan Pengental Natrium Nasional, Jakarta. (SNI 06 – 4075-
Klorida Dan Surfaktan 2:2017)
Cocoamidopropyl Betaine
Terhadap Visikositas Dan
AMINA 3(3) 2021 | Karakterisasi sabun cair cuci piring dengan variasi konsentrasi NaCl