Anda di halaman 1dari 6

PENGUJIAN PARAMETER FISIK SABUN MANDI CAIR DARI SURFAKTAN

SODIUM LAURETH SULFATE (SLES)


Devita Cahyaningsih1), Nina Ariesta2), Rizki Amelia3)
1)
Kimia, FMIPA, Universitas Nusa Bangsa, Bogor, Indonesia
2)
Kimia, FMIPA, Universitas Nusa Bangsa, Bogor, Indonesia
3)
PT Gizi Indonesia, Jl. Veteran II, RT. 004 RW. 02 Teluk Pinang, Ciawi, Bogor, Indonesia
*email : ariestanina14@gmail.com

ABSTRACT

PHYSICAL PROPERTIES OF LIQUID SHOWER SOAP CONTAINED OF SODIUM


LAURETH SULFATE (SLES) SURFACTANT

Soap could be produced by saponification and neutralization process. It was contained of fatty acid, KOH, glycerin,
and surfactan. The properties of surfactant determined physical properties of soap as the quality parameter of soap.
The study was conducted to examine some of the physical parameters of liquid bath soap (stability test: color, aroma,
viscosity, homogeneity, viscosity and pH) in accordance with applicable standards. The study was conducted using
soap which was contained of SLES surfactants (Sodium Laureth Ether Sulfate). The results were pH 8.61 and
viscosity 55254 cps on stability test include oven test, cycle test, room test, and sun test.

Keywords: liquid shower, Sodium Laureth Ether Sulfate, soap stability

ABSTRAK
Sabun yang merupakan salah satu kosmetik pembersih dapat dibuat melalui dua proses, yaitu saponifikasi dan
netralisasi. Sabun tersusun dari berbagai bahan, seperti asam lemak, KOH, gliserin, dan surfaktan. Sifat surfaktan
dalam sabun menentukan sifat fisik dari sabun yang dihasilkan dan sebagai salah satu faktor penentu mutu. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menguji beberapa parameter fisik sabun mandi cair (uji stabilitas: warna, aroma,
kekentalan, homogenitas, viskositas dan pH) sesuai dengan standar yang berlaku, sehingga dapat dilanjutkan ke tahap
pengujian berikutnya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan surfaktan SLES (Sodium Laureth Ether Sulfate).
Beberapa parameter fisik terukur adalah pH 8,61 dan viskositas 55254 cps pada pengujian stabilitas meliputi oven
test, cycle test, room test, dan sun test.

Kata Kunci: sabun cair, Sodium Laureth Ether Sulfate, stabilitas sabun

PENDAHULUAN permukaan sehingga memungkinkan


partikel-partikel yang menempel pada bahan-
Sabun tersusun dari berbagai bahan,
bahan yang dicuci terlepas dan mengapung
seperti asam lemak, KOH, gliserin, dan
atau terlarut dalam air (Effendi, 2003). Sifat
surfaktan. Menurut Cavitch (2001), setiap
surfaktan dalam sabun menentukan sifat fisik
asam lemak memberikan sifat yang berbeda
dari sabun yang dihasilkan dan sebagai salah
pada sabun yang dihasilkan. Sabun yang
satu faktor penentu mutu. Penggunaan
dihasilkan dari asam lemak dengan bobot
surfaktan dalam produk sabun cair dapat
molekul kecil akan lebih lunak daripada
mempengaruhi mutu produk baik secara
sabun yang dibuat dari asam lemak dengan
kegunaan atau fungsinya terhadap kulit
bobot molekul besar.Surfaktan atau surface
maupun bentuk fisik produk tersebut
active agents atau wetting agents merupakan
(Sujianti, 2010). Untuk mengetahui mutu
bahan organik yang berperan sebagai bahan
produk sabun cair berdasarkan sifat fisiknya
aktif pada detergen, sabun, dan shampo.
dapat
Surfaktan dapat menurunkan tegangan
Pengujian Parameter Fisik Sabun Mandi Cair Dari Surfaktan Sodium Laureth Sulfate (Sles)………………………………………. | 11

dilakukan pengujian dengan beberapa di atas plat keramik berwarna dasar putih.
parameter, diantaranya warna, bau, Pengaduk panjang di letakkan di atas
homogenitas, viskositas, dan pH serta sampel lalu di tarik satu arah sehingga
kestabilannya melalui uji stabilitas. terbentuk lapisan tipis sampel.
Kemudian hasil uji produk tersebut Homogenitasnya diamati dengan
dibandingkan dengan standar atau acuannya. memastikan bahwa lapisan yang
Pengujian mutu terhadap sampel terbentuk rata dan tidak ada partikel-
sabun cair ini sangat penting dilakukan partikel yang terbentuk.
karena hasil semua pengujian tersebut akan d. pH
menentukan apakah produk tersebut dapat Masing-masing sampel ditempatkan
dibuat pada skala yang lebih besar. Jika hasil dalam wadah. Elektroda pH dicelupkan
pengujian tersebut telah memenuhi standar, kedalam sampel lalu dicatat nilai pH
maka produk tersebut dapat dibuat pada setelah muncul tanda ready pada layar.
skala produksi untuk dijual di pasaran. Elektroda dibersihkan dengan alkohol
Ketidak sesuaian mutu produk dengan 70% dan dibilas dengan aquadest terlebih
standar yang berlaku dapat berpotensi dahulu sebelum dilanjutkan ke
menimbulkan masalah dikemudian hari, oleh pengukuran sampel berikutnya.
karena itu pengujian sampel produk harus e. Viskositas
dilakukan sebaik mungkin. Masing-masing sampel ditempatkan
dalam piala gelas 200 mL. Kemudian
diukur viskositasnya dengan alat
BAHAN DAN METODE viskometer Brookfield menggunakan
Bahan spindle no.4 dan speed 3 rpm dicatat.
Bahan yang digunakan pada penelitian Nilai viskositas serta akurasinya atau %
ini terdiri dari sampel dimana formula F1, torsi (harus diatas 50%).
sabun mandi cair menggunakan asam lemak, 2. Uji Stabilitas
gliserin, KOH, dan SLES (Sodium Laureth a) Temperatur Ruang (Room Test)
Ether Sulfate) sebagai surfaktan. Sampel F1 Sampel disimpan pada temperatur
simplo. ruang (23oC -32o C), selama 3 bulan dan
Alat diamati perubahan fisiknya dan pH
Alat yang digunakan adalah diukur setiap bulan dengan kertas pH
Viskometer Brookfield, ultimixe mixer universal. Perubahan fisik yang diamati
homogenizer, pH meter, oven, lemari meliputi warna, bau, kekentalan, dan
pendingin dan termometer. homogenitas
b) Temperatur Oven (Oven Test)
Metode Sampel disimpan dalam oven pada
1. Evaluasi sampel meliputi: temperatur 45oC, selama 3 bulan dan
a. Penampilan fisik diamati perubahan fisiknya dan pH
Masing-masing sampel dan standar diukur setiap bulan dengan kertas pH
diambil sedikit dari wadahnya, kemudian universal. Perubahan fisik yang diamati
dituang diatas plat keramik berwarna meliputi warna, bau, kekentalan dan
dasar putih. Sampel diamati warnanya. homogenitas
Warna sampel harus sama dengan warna c) Paparan Sinar Matahari Langsung
standar. (Sun Test)
b. Aroma Sampel dipapar di bawah sinar
Pengujian aroma khas produk matahari, selama 2 minggu. Efektivitas
dilakukan secara organoleptik. Masing- sinar matahari dicatat dengan mengukur
masing sampel dicium aromanya. Aroma temperatur pagi, siang dan sore (pukul
sampel harus sama dengan aroma 09.00 , pukul 12.00 , dan pukul 16.00)
standar. dan diamati perubahan fisiknya. Nilai pH
c. Homogenitas diukur setiap bulan dengan kertas pH
Masing-masing sampel diambil universal. Perubahan fisik yang diamati
sedikit dari wadahnya, kemudian dituang meliputi warna, bau, kekentalan dan

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 6, No.1, Januari 2016, 10 – 15
12 | .....................................................Pengujian Parameter Fisik Sabun Mandi Cair Dari Surfaktan Sodium Laureth Sulfate (Sles)

d) Cycle Thaw Test putih mengkilat (putih pearly), homogen,


Sampel disimpan dalam oven smooth dan aroma khas (Parfume tercium).
o
(temperatur 45 C) selama 24 jam, Sabun dibuat melalui dua proses, yaitu
kemudian dipindahkan ke dalam freezer saponifikasi dan netralisasi. Proses
(temperatur -10oC) selama 24 jam (dapat saponifikasi terjadi karena reaksi antara
disebut 1 siklus). Hal ini dilakukan trigliserida dengan alkali, sedangkan proses
selama 1 minggu. Diamati perubahan netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak
fisiknya pada setiap perpindahan. bebas dengan alkali. Pada proses
saponifikasi akan diperoleh produk samping
yaitu gliserol, sedangkan proses netralisasi
HASIL DAN PEMBAHASAN tidak menghasilkan gliserol (Spiess,1996).
Proses saponifikasi terjadi pada suhu 80-
Sabun mandi cair sampel F1 yang 1000C.
dihasilkan memiliki karakteristik berwarna

Gambar 1. Sampel sabun mandi cair F1 (Sabun menggunakan surfaktan Sodium Laureth Ether
Sulfat (SLES))

Gambar 1. Reaksi kimia pada proses saponifikasi

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 6, No.1, Januari 2016, 10 – 15
Pengujian Parameter Fisik Sabun Mandi Cair Dari Surfaktan Sodium Laureth Sulfate (Sles)………………………………………. | 13

Gambar 2. Reaksi kimia pada proses netralisasi

Pengujian sabun dilakukan untuk 100C dapat mempercepat reaksi kimia 2


untuk memastikan mutu sampel produk sampai 3 kalinya (Djajadisastra, 2004).
tersebut sesuai dengan standar yang berlaku, Tingkat oksidasi asam lemak, sangat
sehingga dapat dilanjutkan ke tahap ditentukan oleh perubahan suhu dan panas
pengujian berikutnya. Jika semua hasil asam lemak serta sangat menentukan
pengujian telah memenuhi standar, maka intensitas warna atau stabilitas warna asam
proses pembuatan produk dapat dilakukan lemak yang dihasilkan (Ketaren,1986).
pada skala produksi. Pengujian yang
dilakukan meliputi uji stabilitas produk Karakteristik Sabun Mandi Cair
dipercepat (accelerated test) produk seperti Sabun mandi cair sampel F1 yang
uji pemeriksaan fisik (bentuk,aroma dan dihasilkan memiliki karakteristik berwarna
putih mengkilat (pearly white), homogen,
warna), uji pH dan uji viskositas.
smooth dan aroma khas (Parfume tercium).
Warna awal sabun putih mengkilap
berubah menjadi kekuningan pada oven test a. Uji Derajat Keasaman (pH)
mulai minggu ke-3. Pada percobaan dengan Pada uji stabilitas suhu tinggi, nilai pH
paparan sinar matahri, perubahan warna mempunyai kecenderungan semakin naik
putih kekuningan terjadi mulai minggu ke-2. karena terjadinya proses hidrolisis adanya
Stabilitas warna sabun telihat pada cycling peningkatan suhu. Semakin tinggi suhu
maka semakin cepat proses hidrolisis,
test dan room temperature test hingga
karena suhu mempercepat reaksi
minggu ke-3 warna tiduk berubah menjadi (Pangajuanto, 2009). Jika lemak
kekuningan. Perubahan warna yang dihidrolisis akan menjadi asam lemak dan
signifikan terjadi pada penyimpanan suhu gliserol. Sifat asam lemak itu bersifat asam
tinggi dan paparan sinar matahari, dimana karena adanya penambahan KOH yang
terlihat sampel F1 berubah warna menjadi bersifat basa dan KOH lebih kuat dari
warna putih kekuningan mengkilap. Hal ini asam lemah maka pH sabun menjadi basa.
Karena adanya faktor suhu maka reaksi
dapat disebabnya adanya faktor suhu yang
hidrolisis dipercepat dan pH akan semakin
tinggi sehingga dapat mempercepat reaksi tinggi atau meningkat (Pangajuanto,
kimia karena tiap kenaikkan suhu sebesar 2009).

Tabel 1. Data Perbandingan Hasil Analisis Sabun Mandi Cair sampel F1 dengan Standar
Parameter Standar Sampel F1
Bentuk Cairan Kental Cairan Kental
Warna Putih Mengkilat Putih Mengkilat
Bau Khas Khas
Homogenitas Homogen Homogen
pH 8,0-10,0 8,61
Viskositas
10000-65000 cps 55254 cps
(Spidle 4 ; Speed 3,0 rpm)
Keterangan :
Sampel F1 : Sabun menggunakan surfaktan Sodium Laureth Sulfate Ether (SLES)

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 6, No.1, Januari 2016, 10 – 15
14 | .....................................................Pengujian Parameter Fisik Sabun Mandi Cair Dari Surfaktan Sodium Laureth Sulfate (Sles)

9.1
8.98
9 8.92
8.9 8.83 8.98
8.89 8.94
8.8 8.75 8.7 8.7
Nilai pH 8.81
8.7 8.61 8.76
8.6 8.7
8.5 8.61
8.4
kondisi Minggu Minggu Minggu Minggu Bulan Bulan
awal ke-I ke-2 ke-3 ke-4 ke-2 ke-3
Waktu Pengamatan
Gambar 3. Hasil Pengamatan pH Accelerated Test Sabun Mandi Cair Sampel F1( Room Test
, Oven Test)

60000 55254 54391 52567 52567 50601


Nilai Viskositas (cps)

47116
50000 55254 52788 43122
50678
40000 47590 45891
40524 38792
30000
20000
10000
0
Kondisi Minggu Minggu Minggu Minggu Bulan Bulan
awal ke 1 ke 2 ke 3 ke 4 ke 2 ke 3
Waktu Pengamatan
Gambar 2. Hasil Pengamatan Viskositas Accelerated Test Sabun Mandi Cair Sampel F1 (
Room Test , Oven Test)

Nilai pH pada kondisi Sun Test dan memiliki tiga gugus hidroksil yang
Cycle Test memiliki nilai pH yang stabil membentuk ikatan hidrogen dengan molekul
Perubahan nilai pH pada sediaan tidak air. Ini adalah masalah yang umum terjadi
signifikan dan masih masuk ke dalam nilai pada sabun mandi cair yang menggunakan
pH sesuai standar, sehingga kedua sampel humektan sebagai bahan baku. Masalah ini
tersebut dapat dikatakan stabil. Nilai pH tidak terjadi pada sabun yang menggunakan
awal dari masing-masing sampel hingga bahan-bahan tersebut dengan konsentrasi
setelah pengujian baik dalam kondisi suhu kurang dari 5% (George dan Serdakowski,
ruang dan suhu tinggi yaitu 8,50-8,98. 1996). Pengaruh gliserin yang bersifat
higroskopis yaitu mampu menyerap uap air
b. Uji Viskositas dari luar sehingga kandungan air dalam
Penurunan viskositas pada suhu ruang sediaan semakin banyak (Rowe et a.l, 2009).
dan suhu tinggi ini dapat disebabkan karena Penambahan konsentrasi surfaktan ini dapat
terdapat gliserin dan sorbitol, dalam meningkatkan viskositas sabun cair yang
konsentrasi tinggi (>10%) dapat dihasilkan. Akan tetapi jika penambahannya
menyebabkan terbentuknya titik-titik air yang lebih dari 30% menyebabkan produk
(fenomena sweating) pada produk jika berbentuk gel atau pasta (Shipp,1996).
disimpan dalam lingkungan yang lembab Kandungan air yang banyak menyebabkan
karena gliserin memiliki sifat higroskopis sediaan sabun mandi cair menjadi semakin

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 6, No.1, Januari 2016, 10 – 15
Pengujian Parameter Fisik Sabun Mandi Cair Dari Surfaktan Sodium Laureth Sulfate (Sles)………………………………………. | 15

encer dan viskositasnya semakin kecil. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
Penurunan viskositas ini dapat disebabkan Pengolahan Sumber Daya dan
oleh kenaikan ukuran diameter partikel yang Lingkungan Perairan. Kanisius.
menyebabkan luas permukaan semakin kecil Yogyakarta
dan mengakibatkan viskositas menurun.
Viskositas sabun mandi cair pada uji George, E. D. dan J. A. Serdakowski. 1996.
stabilitas kondisi suhu tinggi (oven test) “The Formulation of Bar Soap”.
mengalami penurunan tiap siklusnya pada Dalam Soaps and Detergents A
sampel. Hal ini disebabkan oleh pengaruh Theorittical and Pratical Review.
suhu yang diberikan yang membuat sediaan AOCS Press, Champaign, Illinois
semakin encer saat penyimpanan suhu tinggi
(40oC). Uap air dari suhu tinggi mampu Ketaren, K. 1996. Pengantar Teknologi
berinteraksi dengan sediaan yang membuat Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta:
volume air sediaan bertambah yang UI Press
menyebabkan nilai viskositas sediaan
semakin kecil (Zulkarnain et al., 2013). Pangajuanto, T. 2009. Kimia 3 : Untuk
Suhu merupakan faktor yang mempengaruhi SMA/ MA Kelas XII. Pusat
viskositas, kekentalan suatu zat berkurang Perbukuan, Departemen Pendidikan
bila dipanaskan. Kenaikkan suhu akan Nasional, Jakarta.
memperbesar jarak antarmolekul sehingga
kekuatan gesekan antarmolekul berkurang Rowe, R.C. et Al. 2009. Handbook Of
dan kekentalan cairan akan berkurang. Pharmaceutical Excipients, 6th Ed,
Semakin kecil gaya gesek antarmolekul The Pharmaceutical Press, London
maka viskositasnya kecil.
Shipp, J. J. 1996. “Hair-care Products”.
Dalam Chemistry and Technology of
KESIMPULAN The Cosmetics and Toiletries Industry
Second Edittion. Blackie Academic &
1. Sediaan sampel sabun mandi cair F1 Professional, London
menggunakan Sodium Laureth Ether
Sulfate (SLES) dengan parameter warna, Spiess, E. 1996. “Raw Materials.” Dalam
aroma, kekentalan, homogenitas, uji Chemistry and Technology of The
stabilitas (oven test, room test, sun test dan Cosmetics and Toiletries Industry
cycle test), uji viskositas dan uji pH sesuai Second Edittion. Blackie Academic &
dengan standar. Professional, London.

2. Sediaan sampel sabun mandi cair F1 dari Sujianti, Desmia Tri. 2010. Aplikasi
parameter uji stabilitas sun test dan oven test Surfaktan Sodium Lauril Eter Sulfat
mengalami perubahan fisik dari kondisi (SLES) dan Alkil Poliglikosida (APG)
awal warna putih mengkilat menjadi warna Dalam Formulasi Sabun Cair. Skripsi.
putih kekuningan mengkilat tetapi hasil Tidak diterbitkan. Fakultas Teknologi
parameter uji stabilitas sun test dan oven test Pertanian . Institut Pertanian Bogor.
masih masuk standar. Bogor.

Zulkarnain, A.K., Ernawati, N. &


DAFTAR PUSTAKA Sukardani, N.I., 2013, Aktivitas
Amilum Bengkuang (Pachyrrizus
Djajadisastra. J.(2004) Cosmetic Stability erosus (L.) Urban) Sebagai Tabir
disampaikan pada seminar setengah Surya Pada Mencit dan Pengaruh
hari HIKI Kenaikan Kadarnya Terhadap
Viskositas Sediaan, Traditional
Medicine Journal,18, 5-11.

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 6, No.1, Januari 2016, 10 – 15

Anda mungkin juga menyukai