Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SANITASI RUMAH SAKIT

“SANITASI MAKANAN”

Dosen Pembimbing :

1. A.T Diana Nerawati, SKM, M.Kes

2. Fitri Rokhmalia, SST, M.KL

Disusun oleh SUB 3 :

1. Januarista Yuniar (P27833118043)


2. Dimas Wicaksono Aji Pramaja (P27833118051)
3. Dwi Erlina Fristianti (P27833118078)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PRODI DIII SEMESTER V B

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
pihak sehingga dapat melancarkan pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan dalam
pengerjaan makalah ini.

2. Ibu A.T Diana Nerawati, SKM, M.Kes dan Ibu Fitri Rokhmalia, SST, M.KL
selaku dosen mata kuliah Sanitasi Rumah Sakit.
3. Teman – teman yang mendukung penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
4. Semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya,
sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Surabaya, 18 Agustus 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sanitasi Rumah Sakit

1. Pengertian dan Klasifikasi Sanitasi Rumah Sakit

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral
dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan
paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit
(preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi
tenaga kesehatan dan pusat penelitian medic.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014


Tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Di Indonesia dikenal tiga jenis rumah sakit yaitu rumah sakit berdasarkan
kepemiliknnya, rumah sakit berdasarkan jenis pelayanannya dan rumah sakit
berdasarkan kelasnya. Berdasarkan kepemilikannya, dibedakan tiga macam rumah
sakit, yaitu :

a. Rumah Sakit Pemerintah (RS Pusat, RS Provinsi, RS Kabupaten), RS


BUMN/ABRI dan RS Swasta

b. Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Jiwa dan Rumah Sakit Khusus.

c. Rumah Sakit kelas A, B, C dan D. Namun, semua Rumah Sakit Kabupaten


telah ditingkatkan statusnya menjadi RS Kelas C (Muninjaya, 2004)

B. Pengertian Sanitasi Rumah Sakit

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia N0.


340/MENKES/PER/III/2010 adalah Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No.1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit,
dinyatakan bahwa :

Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang


sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.
Sanitasi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu usaha yang
mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia terutama
terhadap hal-hal yang mempengaruhi efek, merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan
kelangsungan hidup. Selanjutnya, Soemirat mengungkapkan bahwa sanitasi adalah usaha
kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia.

C. Tujuan Rumah Sakit


Menurut Undang-undang No.44 Tahun 2009 rumah sakit memiliki beberapa
tujuan, antara lain :

1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.


2. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
lingkungan rumaha sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.
3. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit.
4. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat sumber daya
manusia, dan rumah sakit.
D. Persyaratan Sanitasi Rumah Sakit

Menurut Keputusan Menteri RI No. 07 Tahun 2019 tentang Persyaratan Kesehatan


Lingkungan Rumah Sakit, ada beberapa persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit
yaitu, sebagai berikut :

1. Penyehatan Sarana dan Bangunan Rumah Sakit

Standar baku mutu dan persyaratan kesehatan sarana dan bangunan sesuai
dengan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur mengenai
persyaratan teknis bangunan dan prasarana rumah sakit. Selain yang sudah diatur
dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, terkait dengan toilet
dan kamar mandi terdapat persyaratan fasilitas toilet dan kamar mandi yaitu:

a. Harus tersedia dan selalu terpelihara serta dalam keadaan bersih

b. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna
terang, mudah dibersihkan dan tidak boleh menyebabkan genangan

c. Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet (jamban, peturasan dan
tempat cuci tangan) tersendiri. Khususnya untuk unit rawat inap dan
kamar karyawan harus tersedia kamar mandi
d. Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengapi dengan
penahan bau (water seal)

e. Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur,
kamar operasi, dan ruang khusus lainnya

f. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar

g. Toilet dan kamar mandi harus terpisah antara pria dan wanita, unit rawat
inap dan karyawan, karyawan dan toilet pengunjung

h. Toilet pengunjung harus terletak di tempat yang mudah dijangkau dan ada
petunjuk arah, dan toilet untuk pengunjung dengan perbandingan 1 (satu)
toilet untuk 1 - 20 pengunjung wanita, 1 (satu) toilet untuk 1 - 30
pengunjung pria.

i. Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara


kebersihan

j. Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat


menjadi tempat perindukan/nyamuk (Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019).

Untuk mencapai pemenuhan standar baku mutu dan persyaratan


penyehatan sarana dan bangunan dalam penyelenggaraan kesehatan
lingkungan rumah sakit, maka dilakukan upaya sebagai berikut (Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019) :

a. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit:

1) Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan


sore hari.

2) Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan


setelah pembenahan/merapikan tempat tidur pasien, jam
makan, jam kunjungan dokter, kunjungan keluarga, dan
sewaktu-waktu bilamana diperlukan. Cara-cara
pembersihan yang dapat menebarkan debu harus dihindari.

3) Harus menggunakan cara pembersihan dengan


perlengkapan pembersih (gagang pel) yang memenuhi
syarat dan bahan anti septik yang tepat. Setiap gagang pel
diberikan koding untuk mencegah terjadinya infeksi di
rumah sakit, yakni: kamar pasien dengan warna kuning,
kamar mandi dengan warna merah, dapur dengan warna
hijau dan selasar dan koridor dengan warna biru.

4) Pada masing-masing ruang supaya disediakan


perlengkapan pel tersendiri.

5) Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal 2


(dua) kali setahun dan dicat ulang apabila sudah kotor atau
cat sudah pudar.

6) Setiap percikan ludah, darah atau eksudat Iuka pada


dinding harus segera dibersihkan dengan menggunakan anti
septik.

7) Pembersihan ruangan sesuai dengan prosedur yang


mengatur tata cara pembersihan seluruh ruangan yang
berada di ruang lingkup area Operating Theatre (OT) atau
Kamar Operasi lantai rumah sakit harus mengikuti SOP.
Pembersihan ruangan operasi dilakukan setelah kegiatan
operasi pasien selesai dilakukan. Untuk ruangan lainnya
pembersihan dilakukan minimal 2 kali sehari. Apabila ada
temuan

8) petugas kebersihan, pengawas ataupun perawat maka


dilakukan pembersihan tambahan sehingga kebersihan di
ruangan Operating Theatre tetap terjaga. Petugas
kebersihan di area Operating Theatre bersifat khusus
menggunakan seragam warna putih dan selalu ada di dalam
area Operating Theatre selama 24 jam penuh yang terbagi
dalam 3 shift.

b. Kesehatan Sarana dan Bangunan Rumah Sakit

1) Tersedia toilet untuk pengunjung perbandingan 1 toilet


untuk pengunjung wanita 1 : 20 dan 1 :30 untuk
pengunjung pria

2) Tersedia toilet untuk seseorang dengan keterbatasan fisik


(disabilitas) di ruang rawat jalan, penunjang medik dan
IGD

3) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan


rata, tidak licin, warna terang, dan mudah dibersihkan
4) Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai
kemiringan yang cukup kearah saluran pembuangan air
limbah

5) Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk Konus


atau lengkung agar mudah dibersihkan

6) Permukaan dinding harus kuat rata, berwarna terang dan


menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak
menggunakan cat yang mengandung logam berat

7) Pintu utama dan pintu-pintu yang dilalui brankar/tempat


tidur pasien memiliki lebar bukaan minimal 120 cm, dan
pintu-pintu yang tidak menjadi akses tempat tempat tidur
pasien memiliki lebar bukaan minimal 90 cm

8) Di daerah sekitar pintu masuk tidak boleh ada perbedaan


ketinggian lantai

9) Pintu untuk kamar mandi di ruangan perawatan pasien dan


pintu toilet untuk aksesibel harus terbuka ke luar dan lebar

10) Pintu-pintu yang menjadi akses tempat tidur pasien harus


dilapisi bahan anti benturan

11) Ruang perawatan pasien harus memiliki bukaan jendela


yang dapat terbuka secara maksimal untuk kepentingan
pertukaran udara

12) Pada bangunan rumah sakit bertingkat, lebar bukaan


jendela harus aman dari kemungkinan pasien dapat
melarian / meloloskan diri

13) Atap rumah sakit harus kuat, tidak bocor, tahan lama dan
tidak menjadi tempat perindukan serangga tikus, dan
binatang penggangu lainnya.

14) Langit-langit rumah sakit harus kuat, berwarna terang, dan


mudah dibersihkan, tidak mengandung unsur yang dapat
membahayakan pasien, dan tidak berjamur

15) Tinggi langit-langit di ruangan minimal 2,80 m, dan tinggi


di selasar (koridor) minimal 2,40 m
16) Tinggi langit-langit di ruangan operasi minimal 3,00 m

17) Pada tempat-tempat yang membutuhkan tingkat kebersihan


ruangan tertentu, maka lampu-lampu penerangan ruangan
dipasang dibenamkan pada plafon (recessed)

E. Penyehatan Hygiene dan Sanitasi Makanan

Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan minuman yang
di sajikan dari dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan, Makanan dan minuman
yang dijual di dalam ingkungan rumah sakit atau dibawa dari luar rumah sakit.

Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi


kebersihan diri sendiri atau individu. Contohnya mencuci tangan dan membuang bagian
makanan yang rusak.

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi


kebersihan lingkungan. Contohnya menyediakan air bersih, menyediakan tempat sampah,
dan lain - lain. (Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004).

F. Persyaratan Higiene dan Sanitasi Makanan

Berdasarkan Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 sebagai berikut :


1. Angka kuman E.Coli pada makanan jadi harus 0/gr sampel makanan dan minuman
angka kuman E.Coli harus 0/100 ml sampel minuman.
2. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman sebanyak 100/cm²
permukaan dan tidak ada kuman E.Coli.
3. Makanan yang mudah membusuk disimpan dalam suhu panas lebih dari 65,5º C atau
dalam suhu dingin kurang dari 4º C. Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam
disimpan dalam suhu -5ºC sampai 1º C
4. Makanan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu ± 10º C
5. Penyimpanan bahan mentah dilakukan suhu sebagai berikut :

Tabel 1. Suhu Penyimpanan Menurut Jenis Bahan Makanan

Jenis Bahan Digunakan Untuk


Makanan 3 hari atau kurang 1 minggu atau kurang1 minggu atau lebih

Daging, ikan, udang -5º C Sampai 0º C -10º C Sampai -5º C Kurang dari -10º C
dan olahannya
Telur, susu dan
5º C Sampai 7º C -5º C Sampai 0º C Kurang dari -5º C
olahannya
Sayur, buah dan
10º C 10º C 10º C
minuman
Tepung dan biji 25º C 25º C 25º C

6. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80 – 90%


7. Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada lantai, dinding atau langit –
langit dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm
b. Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm
c. Jarak bahan makanan dengan langit langit 60 cm
G. Tata Cara Pelaksanaan

Berdasarkan Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 sebagai berikut :


1. Bahan Makanan dan Makanan Jadi
a. Pembelian bahan sebaiknya ditempat yang resmi dan berkualitas baik
b. Bahan maakanan dan makanan jadi yang berasal dari Instalasi Gizi atau dari
ruang sakit/jasaboga harus diperiksa secara fisik dan laboratorium minimal 1
bulan sesuai PermenkesNo 715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persyaratan Higiene
Sanitasi Jasaboga.
c. Makanan jadi yang dibawa oleh keluarga pasien dan berasal dari sumber lain
harus di periksa kondisi fisiknya sebelum dihidangkan.
d. Bahan makanan kemasan (terolah) harus mempunyai label dan merek serta dalam
keadaaan baik.
e. Bahan Makanan Tambahan

2. Bahan makanan tambahan (bahan pewarna, pengawet, pemanis buatan) harus sesuai
dengan ketentuan.
3. Penyimpanan Bahan Makanan dan Makanan Jadi

Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam keadaan
bersih, terlindung dari bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lain.
a. Bahan Makanan Kering
1) Semua gudang bahan makanan hendaknya berada di bagian yang tinggi.
2) Bahan makanan tidak diletakkan dibawahsalursan/pipa air untuk menghindari
terkena bocoran
3) Tidak ada drainase di sekitar gudang makanan
4) Semua bahan makanan disimpan pada rak rak – rak dengan ketinggian rak
terbawah 15 – 25 cm
5) Suhu gudang bahan makanan kering dan kaleng dijaga kurang dari 22º C
6) Gudang harus dibuat anti tikus dan serangga
7) Penempatan bahan makanan harus rapi dan tertata tidak padat.

b. Bnnm
c. Makanan Jadi
1) Makanan jadi harus memenuhi persyaratan bakteriolgi berdasarkan ketentuan
yang berlaku. Jumlah kandungan logam berat dan residu tidak boleh melebihi
ambang batas.
2) Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi atau dikemas dan tertutup,
serta segera disajikan.
H. Penyelenggaraan Penyehatan Pangan Siap Saji
Berdasarkan PermenkesNo 7 tahun 2019 Penyehatan pangan siap saji adalah
upaya pengawasan, pelindungan, dan peningkatan kualitas higiene dan sanitasi pangan
siap saji agar mewujudkan kualitas pengelolaan pangan yang sehat, aman dan selamat.
1. Tempat Pengolahan Pangan
a. Perlu disediakan tempat pengolahan pangan (dapur) sesuai dengan
persyaratan konstruksi, tata letak, bangunan dan ruangan dapur.
b. Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan pangan, tempat dan fasilitasnya
selalu dibersihkan dengan bahan pembersih yang aman. Untuk pembersihan
lantai ruangan dapur menggunakan kain pel, maka pada gagang kain pel
perlu diberikan kode warna hijau.
c. Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan sungkupasap.
d. Pintu masuk bahan pangan mentah dan bahan panganterpisah
2. Peralatan Masak

a. Peralatan masak terbuat dari bahan dan desain alat yang mudah
dibersihkan dan tidak boleh melepaskan zat beracun ke dalam bahan
pangan (foodgrade).
b. Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor serta tidak boleh
dicampur.
c. Lapisan permukaan tidak terlarut dalam asam/basa atau garam-garam
yang lazim dijumpai dalampangan.
d. Peralatan masak seperti talenan dan pisau dibedakan untuk pangan
mentah dan pangan siapsaji.
e. Peralatan agar dicuci segera sesudah digunakan, selanjutnya
didesinfeksi dandikeringkan.
f. Peralatan yang sudah bersih harus disimpan dalam keadaan kering
dan disimpan pada rak terlindung darivektor.
3. Penjamah Pangan

a. Harus sehat dan bebas dari penyakit menular.

b. Secara berkala minimal 2 (dua) kali setahun diperiksa kesehatannya


oleh dokter yangberwenang.
c. Harus menggunakan pakaian kerja dan perlengkapan pelindung
pengolahan pangandapur.
d. Selalu mencuci tangan sebelumbekerja.

4. Pengangkutan Pangan
Pangan yang telah siap santap perlu diperhatikan dalam cara pengangkutannya
yaitu:
a. Pangan diangkut dengan menggunakan kereta dorong yang tertutup, dan
bersih dan dilengkapi dengan pengatur suhu agar suhu pangan dapat
dipertahankan.
b. Pengisian kereta dorong tidak sampai penuh, agar masih tersedia udara
untuk ruanggerak.
c. Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah dengan jalur untuk
mengangkut bahan atau barang kotor.
5. Penyajian Pangan
a. Cara penyajian pangan harus terhindar dari pencemaran dan bersih.
b. Pangan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan tertutup

c. Wadah yang digunakan untuk menyajikan/mengemas pangan jadi


harus bersifat foodgradedan tidak menggunakan kemasan berbahan
polystyren.
d. Pangan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan pada fasilitas
penghangat pangan dengan suhu minimal 60 °C dan 4 °C untuk
pangandingin.
e. Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang sehat dan berpakaian
bersih.
f. Pangan jadi harus segera disajikan kepadapasien.
g. Pangan jadi yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada pasien,
kecuali pangan yang sudah disiapkan untuk keperluan pasien besok paginya,
karena kapasitas kemampuan dapur gizi yang terbatas dan pangan tersebut
disimpan ditempat dan suhu yang aman.
6. Pengawasan Higiene dan SanitasiPangan
Pengawasan higiene dan sanitasi pangan dilakukan secara:
a. Internal
1) Pengawasan dilakukan oleh petugas kesehatan lingkungan bersama
petugas terkait penyehatanpangan di rumah sakit.
2) Pemeriksaan paramater mikrobiologi dilakukan pengambilan sampel
pangan dan minuman meliputi bahan pangan yang mengandung protein
tinggi, pangan siap saji, air bersih, alat pangan, dan alat masak.
3) Untuk petugas penjamah pangan di dapur gizi harus dilakukan
pemeriksaan kesehatan menyeluruh maksimal setiap 2 (dua) kali setahun
dan pemeriksaan usap dubur maksimal setiap tahun.
4) Pengawasan secara berkala dan pengambilan sampel dilakukan minimal
dua kali dalam setahun.
5) Bila terjadi keracunan pangan dan minuman di rumah sakit, maka
petugas kesehatan lingkungan harus mengambil sampel pangan untuk
diperiksakan ke laboratorium terakreditasi.
6) Rumah sakit bertanggung jawab pada pengawasan penyehatan pangan
pada kantin dan rumah makan/restoran yang berada di dalam lingkungan
rumah sakit.
7) Bila rumah sakit bekerja sama dengan Pihak Ketiga, maka harus
mengikuti aturan jasaboga yang berlaku.
b. Eksternal
Dengan melakukan uji petik yang dilakukan oleh petugas sanitasi dinas
kesehatan pemerintah daerah provinsi dan dinas kesehatan pemerintah
daerah kabupaten atau kota untuk menilai kualitas pangan dan minuman.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit, dinyatakan bahwa :
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat
penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran
lingkungan dan gangguan kesehatan.
Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan
minuman yang disajikan dari dapur rumah sakit untuk pasien dan
karyawan, makanan dan minuman yang dijual didalam lingkungan rumah
sakit atau makanan yang dibawa dari luar rumah sakit. Higiene adalah
upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
individu. Misalnya, mencuci tangan, mencuci piring, membuang bagian
makanan yang rusak. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara
memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan. Misalnya,
menyediakan air bersih, menyediakan tempat sampah dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1204/MENKES/SK/X/2004


Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 7 Tahun 201 Tentang


Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1204/MENKES/SK/X/2004


tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit,

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 Tentang


Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit

PermenkesNo 715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi


Jasaboga.

Undang-undang No.44 Tahun 2009

Anda mungkin juga menyukai