Anda di halaman 1dari 9

Pencegahan Penyakit Pada Perawat Akibat Kecelakaan Kerja Di Rumah

Sakit

Putri Meiyarny Zega

putrimeiyarny@gmail.com

LATAR BELAKANG

Rumah sakit adalah satu unit service layanan kesehatan pada penduduk. Agar bisa
mendapatkan kelebihan serta daya saing maka rumah sakit harus mendapatkan perhatian
khusus dalam peningkatan mutu layanannya dengan profesional pada customer, yaitu pasien
yang dirawat atau rawat jalan. Rumah sakit dalam kaca mata publik adalah unit service
fungsional sebagai unit dalam service penyuluhan, mencegah serta perlakuan beberapa kasus
segala jenis penyakit.

Manajemen kesehatan serta keselamatan kerja rumah sakit menyertakan semua unsur
manajemen, karyawan serta lingkungan kerja yang terintegrasi menjadi usaha pencegahan
serta kurangi kecelakaan kerja serta penyakit karena kerja di lingkungan rumah sakit yang
mempunyai tujuan ialah membuat tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran
paparan lingkungan kerja, yang selanjutnya bisa meningkatkan efesiensi serta produktifitas
kerja.

Rumah sakit merupakan sarana pelayanan yang bergerak dibidang pelayanan jasa
kesehatan yang mempunyai beragam persoalan tenaga kerja yang rumit dengan berbagai
risiko terkena penyakit akibat kerja bahkan kecelakaan akibat kerja sesuai jenis pekerjaannya
sehingga berkewajiban menerapkan upaya pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit (K3RS). Upaya ini dijalankan agar terhidar dari adanya risiko kecelakaan kerja
(Astono, 2010).

Beberapa komponen pelayanan kesehatan di rumah sakit, perawat adalah salah satu
tenaga pelayanan kesehatan yang berinteraksi dengan pasien yang intensitasnya paling tinggi
dibandingkan komponen lainnya. Perawat sebagai anggota inti tenaga kesehatan yang
jumlahnya terbesar di rumah sakit (4060%) dan dimana pelayanan keperawatan yang
diberikan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan memiliki peran kunci dalam
mewujudkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di Rumah Sakit (Depkes, 2007).
Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang tidak terjadi secara kebetulan, melainkan
ada sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan,
agar untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta
dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak
berulang kembali (Suma’mur, 2013).

METODE

Artikel ilmiah ini dibuat dengan menggunakan metode literasi/membaca dan


menganalisa kajian dari berbagai sumber atau referensi terkait seperti jurnal, buku teks, dan
E-book 8 tahun terakhir. Artikel ilmiah ini ditulis dengan mengacu pada sumber-sumber
terkait yang berfokus pada penyakit akibat kerja di rumah sakit.

HASIL

Hasil analisa yang di dapatkan adalah penyakit karena kerja adalah seuatu kendala pada
tingkat keamanan dalam kerja, dalam perihal ini memerlukan usaha pencegahan, baik untuk
keselamatan ataupun kesehatan beberapa pekerja yang berada di lingkungan rumah sakit.
Penyakit karena kerja atau terkait dengan pekerjaan bisa dikarenakan oleh pemajanan di
lingkungan kerja dengan terus menerus setiap hari.

Untuk menghadapi perihal ini, maka langkah awal yang terpenting ialah
pengenalan/identifikasi bahaya yang dapat muncul serta dievaluasi, lalu dikerjakan usaha
pengendalian lewat cara melihat serta mengenal (walk through inspections).

Penyakit karena kerja serta kecelakaan kerja dikalangan petugas kesehatan serta non
kesehatan di lingkungan rumah sakit belumlah terselesaikan dengan baik, hingga berlangsung
kecenderungan penambahan prevalensi. Dalam perihal ini perlu mendapatkan perhatian,
sebab seseorang yang bekerja bila mengalami kecelakaan atau penyakit karena kerja tidak
hanya punya pengaruh pada diri sendiri, tapi ikut produktifitas kerja mengalami penurunan
dalam pemberian service kesehatan yang optimal pada pasien.

Kemungkinan petugas rumah sakit pada gangguan kesehatan serta kecelakaan kerja
biasanya dikarenakan oleh perilaku petugas dalam kepatuhan melakukan tiap-tiap mekanisme
pada kewaspadaan. Lihat hal diatas tentu saja kita perlu mengerti jika dalam cakupan
pekerjaan di bagian kesehatan memiliki banyak resiko pada kesehatan pekerja. Tenaga kerja
(tenaga medis serta non medis) yang berefek pada penyakit karena kerja di dalam rumah sakit
diantaranya:

1. Perawat yang setiap hari kontak dengan pasien dalam tempo yang lumayan lama 6
sampai 8 jam /hari, hingga tetap terpajan pada mikroorganisme pathogen bisa
membawa infeksi dari satu pasien ke pasien yang lainnya. Hasil riset menunjukkan jika
tenaga kerja perawat banyak diketemukan cedera sprain serta strain, nyeri pinggang,
adalah keluhan paling banyak yang diketemukan pekerja perawat di dalam rumah sakit.
Luka sayat serta tusukan jarum yang tidak sesuai mekanisme penggunaannya atau saat
pencucian instrument tajam yang beresiko tersayat.
2. Dokter bisa tertular penyakit dari pasien, terkena bahan kimia anesthesi halotan yang
gampang menguap merembes menembus masker hingga mengakibatkan masalah
somatic, nyeri kepala, mual sampai masalah fungsi saraf pusat. Robeknya sarung
tangan bisa mengakibatkan cedera sayatan serta tusukan jarum.
3. Dokter gigi, tingginya kandungan HBsAg serta anti HBC beberapa dokter gigi
disbanding dengan petugas kesehatan lainnya, perihal ini diduga menjadi pajanan air
ludah pasien, penyakit infeksi karena kerja, pajanan dosis rendah seperti merkuri,
pajanan bahan penambal lubang gigi yang berkepanjagan bisa mengakibatkan masalah
gastrointestinal, lesu, anorexia. Nyeri punggung juga seringkali dihadapi oleh karena
tempat kerja yang tidak ergonomis.
4. Petugas Gizi, menjadi penyaji diet atau makanan pasien, dalam perihal ini petugas
gizi biasanya terpajan salmonella berbahan mentah ikan, daging serta sayuran yang
setiap hari terkena hingga berefek terjadi masalah gastrointestinal.
5. Petugas Farmasi yang melayani pembelian serta penyediaan obat-obat pasien semua
penyakit, yang setiap hari akan menghirup beberapa bahan kimia semua jenis obat-
obatan yang merembes serta menembus masker, perihal ini bisa mengakibatkan
kemungkinan keracunan.
6. Petugas Laboratorium yang setiap hari lakukan pemeriksaan darah, urin, sputum,
feses pasien dengan semua jenis penyakit hingga akan berdampak terpajan bakteri
ataupun virus yang berasal dari bahan objek kontrol.
7. Petugas Radiologi, radiasi adalah pajanan yang sangatlah beresiko bagi gangguan
kesehatan pekerja, dalam perihal ini memerlukan petugas yang lebih bertanggungjawab
dalam usaha pengendaliannya.
8. Petugas londri rumah sakit yang setiap hari terpajan dengan bahan linen yang berasal
dari bekas pakai pasien dengan semua jenis penyakit menyebar, perihal ini bisa
mengakibatkan penyebaran bakteri ataupun virus yang berasal dari linen kotor. Bakteri
serta virus menebar saat petugas londri melakukan seleksi jenis linen, hingga sangatlah
berdampak pada penyakit gangguan pernapasan.
9. Petugas rumah tangga di lingkungan rumah sakit yang setiap hari bersihkan lantai
semua sisi tempat rawat inap pasien semua penyakit menyebar, yang terkena dengan
bakteri ataupun virus, hingga bisa menyebabkan virus serta bakteri berterbangan serta
terhirup petugas, perihal ini bisa menyebabkan penyakit masalah sistem pernapasan
serta infeksi lainnya.

PEMBAHASAN

Rumah sakit mempunyai banyak potensi bahaya yang dapat mengancam jiwa dan
kehidupan khususnya untuk karyawan di rumah sakit, para pasien dan para pengunjung yang
ada di lingkungan rumah sakit (Kemenkes, 2007).

Berdasarkan data dari International Labour Organization (ILO) menyatakan bahwa,


2,78 juta pekerja di seluruh dunia meninggal setiap tahun karena kecelakaan pada saat
bekerja dan penyakit akibat kerja. Sekitar 86,3% yang mengakibatkan kematian bagi pekerja
yaitu penyakit akibat kerja. Sementara lebih dari 13,7% terjadi karena kecelakaan kerja fatal
(ILO, 2018).

Dalam laporan Bureau Labor Statistics USA (2009) bahwa tingkat kejadian hilang hari
kerja di rumah sakit akibat cedera terpeleset (slip), tersandung (trip) dan terjatuh (fall). Slip,
Trip and Fall (STF) adalah 38,2 per 10.000 karyawan rumah sakit. Dalam aktivitas
pekerjaannya, tenaga kesehatan di rumah sakit mengalami STF sering terjadi cedera yang
serius hingga berakibat hari kerja hilang, produktivitas berkurang, klaim kompensasi yang
mahal dan kemampuan berkurang dalam merawat pasien (NIOSH, 2010).

Penyakit Akibat Kerja Di Rumah Sakit

Penyakit karena kerja bisa menyerang semua tenaga kerja di dalam rumah sakit, baik
tenaga medis ataupun non medis karena pajanan biologi, kimia serta fisik di lingkungan kerja
rumah sakit tersebut. Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya beberapa orang sakit ataupun
sehat, atau anggota penduduk baik petugas ataupun pengunjung, pasien yang mendapatkan
perawatan di dalam rumah sakit dengan beberapa jenis penyakit menyebar.
Perihal ini membuat rumah sakit adalah tempat kerja yang mempunyai kemungkinan
pada masalah kesehatan serta kecelakaan kerja buat petugas. Beberapa jenis penyakit yang
ada di lingkungan rumah sakit sangat mungkin rumah sakit jadi tempat penyebaran penyakit
infeksi baik buat pasien, tenaga kerja ataupun pengunjung. Petugas di lingkungan rumah sakit
begitu berdampak dengan kontak langsung pada agent penyakit menyebar lewat darah,
sputum, jarum suntuk dan sebagainya.

Oleh karenanya bila tenaga kerja di lingkungan rumah sakit terkapar dengan penyakit
karena kerja, jadi beberapa hal yang akan terganggu dalam efektif serta manfaat tenaga kerja
di dalam rumah sakit. Sama dengan referensi ILO dalam kewajiban tiap-tiap masyarakat
negara agar bisa melakukan serta mengevaluasi kebijaksanaan nasional dalam aplikasi
kesehatan serta keselamatan kerja di lingkungan kerja, mengingat rumah sakit adalah fasilitas
kesehatan yang mempunyai banyak tenaga kerja baik medis ataupun non medis yang berefek
alami kecelakaan kerja serta penyakit karena kerja.

Tenaga kerja dalam UU No. 14 memiliki hak mendapatkan perlindungan atas


kesehatan, keselamatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja dan perlakuan yang sama
dengan martabat manusia serta kepribadian agama. Dalam perihal ini memerlukan usaha
perlindungan kesehatan serta keselamatan kerja buat petugas di lingkungan rumah sakit.

Pemicu Penyakit Karena Kerja

Dalam lingkungan kerja seseorang bisa terganggu kesehatannya, serta gangguan


kesehatan karena lingkungn kerja ini cukuplah banyak berlangsung. Penyakit karena kerja
diantaranya berlangsung disebabkan karena situasi keadaan kerja seperti udara dingin, panas,
bising, bahan kimia, debu dan sebagainya.

Bahaya kimia dari obat farmasi. Bahaya radiasi sinar X-Ray, bahaya fisik lingkungan
kerja, benda tajam, terjatuh, shift kerja, kelelahan, back pain, kecelakan kerja, ergonomi,
kebakaran, gempa dan lainnya. Kecelakaan kerja di Rumah Sakit X merupakan salah satu
bentuk masalah K3 yang perlu diupayakan pencegahan dan penanggulangannya.
Pengetahuan, sikap serta pelaksanaan K3 tersebut dapat mempengaruhi kecelakaan kerja
pada tenaga perawat merupakan salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan
kecelakaan kerja.

Dari kejadian terpapar atau tertusuk jarum infeksius disebabkan oleh petugas masih
melakukan recapping yaitu menutup kembali jarum dan spuit setelah digunakan dengan dua
tangan, petugas masih melakukan estapet dalam pembuangan sampah benda tajam dan
dikumpulkan dalam satu wadah terbuka, petugas tidak langsung membuang benda tajam atau
jarum bekas pasien ke dalam safety box atau kontainer benda tajam, sampah benda tajam
masih bercampur dengan sampah medis yaitu di dalam kantong plastik kuning, petugas tidak
membuang sampah benda tajam ketika sudah ¾ penuh.

Gangguan kesehatan pada pekerja bisa juga dipicu oleh aspek yang terkait dengan
pekerjaan ataupun aspek yang tidak terkait dengan pekerjaan. Dengan begitu bisa dikatakan
jika status kesehatan penduduk pekerja di pengaruhi bukan hanya oleh bahaya di lingkungan
kerja tapi ikut oleh aspek kesehatan pekerja yang akan punya pengaruh pada perilaku pekerja
yang tidak konsentrasi.

Pelayanan Keselamatan Kerja Rumah sakit telah melaksanakan pengawasan yaitu


dengan melakukan pemeriksaan terhadap fasilitas sarana prasarana yang dilakukan setiap
bulan. Untuk pemeliharaan alat kesehatan dengan melakukan kalibrasi alat yang dilakukan
setiap 1 (satu) tahun sekali. Pengawasan yang dilakukan sudah sesuai dengan Undang-undang
Republik Indonesia No 44 Tahun 2009 pasal 16 ayat (2) yang menyatakan bahwa peralatan
medis harus diuji dan juga dilakukan kalibrasi secara berkala. Pelaksanaan pembinaan dan
pengawasan perlengkapan keselamatan kerja yang telah dilaksanakan pihak rumah sakit yaitu
telah menyediakan APD berupa sarung tangan, masker, APAR lengkap dengan SOP
penggunaan, adanya jalur evakuasi dan titik kumpul untuk keadaan darurat.

Pemantauan dan Evaluasi Kesehatan Lingkungan Kerja Pelaksanaan pembinaan dan


pengawasan lingkungan kerja telah dilakukan oleh pihak rumah sakit. Pelaksanaan tersebut
meliputi pemeriksaan seluruh area kerja yang memiliki resiko bahaya fisik, kimia ataupun
biologi. Pengawasan juga dilakukan disetiap area kerja yang beresiko seperti tanda perhatian
yang diletakkan di area beresiko jatuh ataupun untuk lantai yang licin dilakukan pergantian
dengan yang tidak licin. Selanjutnya dilakukan evaluasi untuk tindakan selanjutnya. Hal ini
sesuai dengan Kemenkes RI No 1087 Tahun 2010 yang menyatakan bahwa tempat kerja
harus menyedian dan menyiapkan lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan baik fisik,
kimia dan biologi melalui kegiatan pengawasan secara rutin kemudin melakukan evaluasi dan
tindakan penanganan untuk perbaikan lingkungan kerja.

Usaha Pencegahan Serta Pengendalian


Supaya tenaga kerja di lingkungan rumah sakit masih efektif serta produktif dalam
melakukan pekerjaan serta tanggung jawabnya dan tidak mengalami penyakit karena kerja
jadi tindakan untuk menghadapi hal itu memerlukan penerapan manajemen kesehatan serta
keselamatan kerja di dalam rumah sakit.

Langkah awal yang peting ialah usaha pengendalian di lingkungan kerja rumah sakit
diantaranya kesehatan kerja buat karyawan, sanitasi lingkungan rumah sakit, pengamanan
pasien, pengunjung ataupun petugas rumah sakit dan sebagainya. Upaya-upaya yang bisa
dikerjakan untuk kurangi serta mnghindarkan kecelakaan kerja serta penyakit karena kerja
ialah seperti berikut:

1. Lakukan substitusi pengenalan lingkungan kerja lewat cara lihat serta menganal
potensial bahaya lingkungan kerja. Mengganti perlengkapan kerja yang tidak wajar
gunakan.
2. Pelajari lingkungan kerja dalam perihal ini menilai karakter serta besarnya potensi-
potensi bahaya yang mungkin muncul hingga dengan mudah bisa mengutamakan
dalam menangani permasalahan yang lebih potensial.
3. Pengendalian lingkungan kerja dengan bertindak mengurangi bahkan juga
menghilangkan pajanan pada masalah kesehatan pekerja dilingkungan kerja lewat
cara teknologi pengendalian.
4. Pengendalian administratif dengan memperingatkan pekerja agar bisa memakai alat
pelindung diri yang benar dan baik, membuat rambu-rambu bahaya dilingkungan
kerja yang punya potensi bahaya.
5. Kontrol kesehatan pekerja dengan berkala untuk mencari aspek pemicu serta upaya
penyembuhan.
6. Pendidikan serta penyuluhan kesehatan serta keselamatan kerja buat pekerja di
lingkungan rumah sakit.
7. Pengendalian fisik lingkungan kerja, mengidentifikasi suhu, kelembapan,
pencahayaan, getaran, kebisingan, pengendalian sistem ventilasi dan sebagainya.
8. Lakukan pengawasan serta monitoring dengan berkala pada lingkungan kerja rumah
sakit.
9. Substitusi berbahan kimia, alat kerja serta mekanisme kerja.

PENUTUP
1. Kesimpulan
Penyakit karena kerja serta kecelakaan kerja dikalangan petugas kesehatan serta non
kesehatan di lingkungan rumah sakit belumlah terselesaikan dengan baik, hingga berlangsung
kecenderungan penambahan prevalensi. Dalam perihal ini perlu mendapatkan perhatian,
sebab seseorang yang bekerja bila mengalami kecelakaan atau penyakit karena kerja tidak
hanya punya pengaruh pada diri sendiri, tapi ikut produktifitas kerja mengalami penurunan
dalam pemberian service kesehatan yang optimal pada pasien.
Kemungkinan petugas rumah sakit pada gangguan kesehatan serta kecelakaan kerja
biasanya dikarenakan oleh perilaku petugas dalam kepatuhan melakukan tiap-tiap mekanisme
pada kewaspadaan. Lihat hal diatas tentu saja kita perlu mengerti jika dalam cakupan
pekerjaan di bagian kesehatan memiliki banyak resiko pada kesehatan pekerja.
Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja yang telah
dilaksanakan pihak rumah sakit yaitu telah menyediakan APD berupa sarung tangan, masker,
APAR lengkap dengan SOP penggunaan, adanya jalur evakuasi dan titik kumpul untuk
keadaan darurat.
2. Saran
Sebagai seorang perawat ataupun mahasiswa keperawatan dapat berkerja profesional
dalam menjalankan tugas dan kewajiban sebagai seorang perawat yang ideal dan bertanggung
jawab. Dalam mencegah perawat terjangkit penyakit yang disebabkan kerja di rumah sakit
dilakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala dan
pemeriksaan kesehatan khusus. Saat melakukan tindakan, perawat harus mengikuti panduan
petunjuk teknis dan SOP, karena rumah sakit telah menyediakan alat keselamatan dan juga
SOP penggunaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ardi, Subhan Zul, dkk. (2018). Analisa Penerapan Budaya Perilaku Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Rumah Sakit. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat, 12(1), 15-20.

Ibrahim, H., Damayanti, D.S., Amansyah, M.,& Sunandar. (2017). Gambaran Penerapan
Standar Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit di Rumah Sakit
Umum Daerah Haji Makassar. Al-Sisah : Public Health Science Journal, 9(2), 160-173.

Kasmarani, Murni Kurnia. (2012). Pengaruh Beban Kerja Fisik Dan Mental Terhadap Stres
Kerja Pada Perawat Di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Cianjur. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 1(2), 767-776.
Maringka, Ferlina, dkk. (2019). Analisis Pelaksanaan Program Kesehatan Dan Keselamatan
Kerja Rumah Sakit (K3RS) Di Rumah Sakit Tingkat II Robert Wolter Mongisidi Kota
Manado. Jurnal KESMAS, 8(5), 1-9.

Mulyati, L., Rachman, D., & Herdiana, Y. (2016). Fakor Determinan Yang Memengaruhi
Budaya Keselamatan Pasien Di RS Pemerintah Kabupaten Kuningan. Jurnal
Keperawatan Padjadjaran, 4(2).

Ndejjo, R., Musinguji, G., Yu X., Buregyeya, E., Musoke, D., Wang, JS., ..., & Ssempebwa,
J. (2015). Occupational Health Hazards Among Healthcare Workers In Kampala,
Uganda. Journal of Environmental and Public Health.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 tentang Kesehatan
dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit. Jakarta.

Putri, Sentya, dkk. (2018). Pelaksanaan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap
Kejadian Kecelakaan Kerja Perawat Rumah Sakit. Jurnal Endurance, 3(2), 271-277.

Simamora, R. H. (2017). A strengthening of role of health cadres in BTA-Positive


Tuberculosis (TB) case invention through education with module development and
video approaches in Medan Padang bulan Comunity Health Center, North Sumatera
Indonesia. International Journal of Applied Engineering Research, 12(20), 10026-
10035.

Simamora, R. H., & Saragih, E. (2019). Penyuluhan kesehatan terhadap masyarakat:


Perawatan penderita asam urat dengan media audiovisual. JPPM (Jurnal Pendidikan
dan Pemberdayaan Masyarakat), 6(1), 24-31.

Sudarmo, dkk. (2016). Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Terhadap Kepatuhan


Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Untuk Pencegahan Penyakit Akibat Kerja.
Journal Of Hospital Infection, 1(2), 88-95.

Anda mungkin juga menyukai