Anda di halaman 1dari 27

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BARAT

UPT RSUD CIKALONGWETAN


DINAS KESEHATAN
Jl. Padalarang–Purwakarta No.290 Km 11 Cikalong Wetan Kode Pos 40556
Email: rsudcikalongwetan@gmail.com Website: www.rsudcikalongwetan.com Telp 022 868666243

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA UPT RUMAH SAKIT CIKALONGWETAN


NOMOR : 441/A.2/RSUD-CW/594/III/2019
TANGGAL : 19 Maret 2019
TENTANG : PEDOMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RUMAH
SAKIT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan
rujukan di Indonesia akhir-akhir ini sangat pesat, baik dari jumlah maupun
pemanfaatan teknologi kedokteran. Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan tetap harus mengedepankan peningkatan mutu pelayanan kepada
masyarakat dengan tanpa mengabaikan upaya Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) bagi seluruh pekerja Rumah Sakit. Dengan meningkatnya
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat maka tuntutan
pengelolaan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
(K3RS) semakin tinggi karena Sumber Daya Manusia (SDM) Rumah Sakit,
pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar Rumah Sakit
ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan
kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun
karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit yang tidak
memenuhi standar. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit perlu
mendapat perhatian serius dalam upaya melindungi kemungkinan dampak
negatif yang ditimbulkan oleh proses pelayanan kesehatan, maupun
keberadaan sarana, prasarana, obat-obatan dan logistik lainnya yang ada di
lingkungan Rumah Sakit sehingga tidak menimbulkan kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja dan kedaruratan termasuk kebakaran dan bencana yang
berdampak pada pekerja Rumah Sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat di
sekitarnya. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
(K3RS) ini merupakan pedoman yang dipakai sebagai acuan dalam
pelaksanaan pengelolaan K3RS dan dapat menggantikan peran standar
K3RS terdahulu yang dikenal dengan Kebakaran, Keselamatan Kerja dan
Kewaspadaan Bancana. Standar K3RS sebagai acuan lebih komprehensif
karena didalamnya terdapat Standar Kesehatan Kerja dan Standar
Keselamatan Kerja yang mencakup standar penanggulangan kebakaran dan
kewaspadaan terhadap bencana. Standar K3RS yang ditetapkan melalui
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1087/MENKES/SK/VIII/2010 diharapkan
dapat diterapkan di seluruh Rumah Sakit sebagai bagian dalam pengelolaan
Rumah Sakit dan sebagai salah satu parameter penilaian Akreditasi Rumah
Sakit yang diamanatkan oleh Undang undang no 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit. Di dunia Internasional, program K3 telah lama diterapkan di
berbagai sektor industri (akhir abad 18), kecuali di sektor kesehatan.
Perkembangan K3RS tertinggal dikarenakan fokus pada kegiatan kuratif,
bukan preventif. Fokus pada kualitas pelayanan bagi pasien, tenaga profesi di
bidang K3 masih terbatas, organisasi kesehatan yang dianggap pasti telah
melindungi diri dalam bekerja.
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya. Selain dituntut mampu memberikan pelayanan dan
pengobatan yang bermutu, Rumah Sakit juga dituntut harus melaksanakan
dan mengembangkan program K3 di Rumah Sakit (K3RS) seperti yang
tercantum dalam buku Standar Pelayanan Rumah Sakit dan terdapat dalam
instrumen akreditasi Rumah Sakit. Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan, khususnya pasal 165: ”Pengelola tempat kerja wajib
melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan,
peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”. Berdasarkan
pasal di atas maka pengelola tempat kerja di RumahSakit mempunyai
kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah
melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Rumah Sakit
harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia
layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi
bahaya di Rumah Sakit. Oleh karena itu, Rumah Sakit dituntut untuk
melaksanakan Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang
dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga resiko terjadinya
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Rumah
Sakit dapat dihindari. K3RS merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
mutu pelayanan Rumah Sakit, khususnya dalam hal kesehatan dan
keselamatan bagi SDM Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar pasien,
masyarakat sekitar Rumah Sakit. Hal ini secara tegas dinyatakan di dalam
Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal 40 ayat 1
yakni “Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib
dilakukan akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga) tahun sekali”. K3
termasuk sebagai salah satu standar pelayanan yang dinilai di dalam
akreditasi Rumah Sakit, disamping standar pelayanan lainnya. Selain itu
seperti yang tercantum dalam pasal 7 ayat 1 Undang-undang No.44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit, bahwa “Rumah Sakit harus memenuhi
persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian,
dan peralatan”, yang mana persyaratan-persyaratan tersebut salah satunya
harus memenuhi unsur K3 di dalamnya. Dan bagi Rumah Sakit yang tidak
memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut tidak diberikan izin mendirikan,
dicabut atau tidak diperpanjang izin operasional Rumah Sakit (pasal 17).

a. Data dan fakta K3RS :


1. Secara Global :
WHO : Dari 35 juta pekerja kesehatan :
 3 juta terpajan patogen darah (2 juta terpajan virus HBV, 0,9 juta
terpajan virus HBC dan 170,000 terpajan virus HIV/AIDS).
 Dapat terjadi : 15,000 HBC, 70,000 HBB & 1000 kasus HIV.
 Lebih dari 90% terjadi di negara berkembang.
 8–12% pekerja Rumah Sakit, sensitif terhadap lateks.
ILO (2000); Kematian akibat penyakit menular yang berhubungan
dengan pekerjaan : Laki-laki 108, 256 dan perempuan 517, 404.
2. Di luar negeri :
 USA : (per tahun) 5000 petugas kesehatan terinfeksi Hepatitis B 47
positif HIV dan Setiap tahun 600.000–1.000.000 luka tusuk jarum
dilaporkan (diperkirakan lebih dari 60% tidak dilaporkan).
 SC-Amerika (1998) mencatat frekuensi angka KAK di Rumah Sakit
lebih tinggi 41% dibanding pekerja lain dengan angka KAK terbesar
adalah cedera jarum suntik (NSI-Needle Stick injuries).
 Staf wanita Rumah Sakit yang terpajan gas anestesi, secara signifikan
meningkatkan abortus spontan, anak yang dilahirkan mengalami
kelainan kongenital (studi restrospektif di Rumah Sakit Ontario
terhadap 8.032 orang, tahun 1981-1985).
 41% perawat Rumah Sakit mengalami cedera tulang belakang akibat
kerja (occupational low back pain), (Harber P et al,1985).

3. Indonesia :
 Gaya berat yang ditanggung pekerja rata-rata lebih dari 20 kg.
Keluhan subyektif low back pain didapat pada 83.3% pekerja.
Penderita terbanyak usia 30-49 : 63.3 %. (instalasi bedah sentral di
RSUD di Jakarta 2006).
 65.4% petugas pembersih suatu Rumah Sakit di Jakarta menderita
Dermatitis Kontak Iritan Kronik Tangan (2004).
 Penelitian dr Joseph tahun 2005-2007 mencatat bahwa angka KAK
NSI mencapai 38-73 % dari total petugas kesehatan.
 Prevalensi gangguan mental emosional 17,7% pada perawat di suatu
Rumah Sakit di Jakarta berhubungan bermakna dengan stressor
kerja.
 Insiden akut secara signifikan lebih besar terjadi pada Pekerja Rumah
Sakit dibandingkan dengan seluruh pekerja di semua kategori (jenis
kelamin, ras, umur dan status pekerjaan. (Gun 1983).
Berdasarkan data-data yang ada Insiden akut secara signifikan lebih
besar terjadi pada Pekerja RS dibandingkan dengan seluruh pekerja di
semua kategori (jenis kelamin, ras, umur, dan status pekerjaan) (Gun
1983). Pekerja RS beresiko 1,5 kali lebih besar dari golongan pekerja lain.
Probabilitas penularan HIV setelah luka tusuk jarum suntik yang
terkontaminasi HIV 4: 1000. Resiko penularan HBV setelah luka tusuk
jarum suntik yang terkontaminasi HBV 27 - 37: 100. Resiko penularan HCV
setelah luka tusuk jarum suntik yang mengandung HCV 3 - 10 : 100

b. Keadaan dan Masalah di Rumah Sakit


Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit yang disebabkan oleh faktor
biologi (virus, bakteri,jamur,parasit); faktor kimia (antiseptik, reagent, gas
anestesi); faktor ergonomi (lingkungan kerja,cara kerja, dan posisi kerja
yang salah); faktor fisik (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan radiasi);
faktor psikososial (kerja bergilir, beban kerja, hubungan sesama
pekerja/atasan) dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
PAK di Rumah Sakit, umumnya berkaitan dengan faktor biologi
(kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia
(pemaparan dalam dosis kecil yang terus menerus seperti antiseptik pada
kulit, gas anestesi pada hati); faktor ergonomi (cara duduk salah, cara
mengangkat pasien salah); faktor fisik (panas pada kulit, tegangan tinggi
pada sistem reproduksi, radiasi pada sistem produksi sel darah); faktor
psikologis (ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien gawat darurat,
bangsal penyakit jiwa, dan lain-lain). Sumber bahaya yang ada di Rumah
Sakit harus diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan tingkat resiko, yang
merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan PAK.
Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit dapat dikelompokkan,
seperti dalam tabel berikut :
Bahaya Fisik Diantaranya: radiasi pengion, radiasi non-pengion, suhu
panas, suhu dingin, bising, getaran, pencahayaan
Bahaya Kimia Diantaranya Ethylene Oxide, Formaldehyde,
Glutaraldehyde, Ether, Halothane, Etrane, Mercury,
Chlorine
Bahaya Biologi Diantaranya Virus (misal: Hepatitis B, Hepatitis C,
Influenza, HIV), Bakteri (misal: S. Saphrophyticus, Bacillus
sp,Porionibacterium sp, H.Influenzae, S.Pneumoniae,
N.Meningitidis, B.Streptococcus, Pseudomonas), Jamur
(misal: Candida) dan Parasit (misal: S. Scabiei)
Bahaya Cara kerja yang salah, diantaranya posisi kerja statis,
Ergonomi angkat angkut pasien, membungkuk, menarik, mendorong
Bahaya Diantaranya kerja shift, stress beban kerja, hubungan
Psikososial kerja, post traumatic
Bahaya Diantaranya terjepit, terpotong, terpukul, tergulung,
Mekanik tersayat, tertusuk benda tajam
Bahaya Listrik Diantaranya sengatan listrik, hubungan arus pendek,
kebakaran, petir, listrik statis
Kecelakaan Diantaranya kecelakaan benda tajam
Limbah Rumah Diantaranya limbah medis (jarum suntik, vial obat, nanah
Sakit Diantaranya limbah medis (jarum suntik, vial obat, nanah,
darah) limbah non medis, limbah cairan tubuh manusia
(misal: droplet, liur, sputum)
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Rumah Sakit Umum Daerah
Cikalongwetanperlu dibuat standar pelayanan K3RS yang merupakan
pedoman bagi Rumah Sakit dalam upaya-upaya melaksanakan program
kesehatan dan keselamatan kerja secara komperenship sehinnga tercipta
kondisi lingkungan yang sehat dilingkungan rumah sakit yang pada akhirya
terciptanya kualitas pelayanan kesehatan yang aman diberikan di
lingkungan rumah sakit.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, selamat dan sehat serta
produktif bagi Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit, aman dan sehat
bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan
sekitar Rumah Sakit sehingga proses pelayanan Rumah Sakit berjalan
baik dan lancar.
2. Tujuan Khusus
a. Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang tercapainya K3RS
b. Meningkatkan profesionalisme dalam hal K3RS bagi management
pelaksana dan pendukung program
c. Terlindunginya pekerjaan dan mencegah terjadinya Penyakit Akibat
Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
d. Terselenggaranya program K3RS secara optimal dan menyeluruh
e. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas Rumah Sakit
3. Sasaran
a. Pengelola Rumah Sakit.
b. Sumber Daya Manusia Rumah Sakit.

C. Ruang Lingkup
Standar K3RS mencakup; prinsip, program dan kebijakan K3RS,
standar pelayanan K3RS, standar sarana, prasarana dan peralatan K3RS,
pengelolaan barang berbahaya, standar sumber daya manusia K3RS,
pembinaan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan.

D. Batasan Operasional
1. Manjemen K3RS
Adalah : Upaya terpadu seluruh pekerja Rumah Sakit, pasien,
pengunjung/pengantar orang sakit untuk menciptakan lingkungan kerja,
tempat kerja Rumah Sakit yang sehat, aman dan nyaman baik bagi
pekerja Rumah Sakit, pasien, pengunjung/ pengantar orang sakit maupun
bagi masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah Sakit
2. Pengembangan Kebijakan K3RS
Adalah : Merencanakan program K3RS selama 3 tahun ke depan. (setiap
3 tahun dapat direvisi kembali, sesuai dengan kebutuhan) maupun
revitalisasi organisasi K3RS.
3. Pembudayaan Perilaku K3RS
Adalah : Upaya Advokasi sosialisasi K3RS pada seluruh jajaran Rumah
Sakit, baik bagi SDM Rumah Sakit, pasien maupun pengantar
pasien/pengunjung Rumah Sakit termasuk penyebaran brosur, poster,
pamlet, dll termasuk promosi kesehatan
4. Pengembangan SDM K3RS
Adalah : Upaya peningkatan kapasitas petugas di bidang K3RS melalui
upaya pendidikan dan latihan baik dalam maupun luar daerah melalui
kegiatan seminar, pelatihan lanjutan, worshop dll.
5. Pengembangan Pedoman, Petunjuk Teknis Dan Standard Operational
Prosedure (SOP) K3RS
6. Adalah : Menyusun standar pedoman pelaksanaan pelayanan yang
berhubungan dengan K3RS
7. Pemantauan Dan Evaluasi Kesehatan Lingkungan Tempat Kerja
Adalah : Upaya Pemetaan daerah yang dianggap beresiko atau
berbahaya yang belum melaksanakan K3RS maupun yang sudah
melakukan termasuk evaluasi lingkungan melalui observasi, wawancara
sumber daya manusia Rumah Sakit.
8. Pelayanan Kesehatan Kerja
Adalah : Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana,
prasarana dan peralatan Rumah Sakit, termasuk pembianan pengawasan
perlengkapan keselamatan, maupun dalam hal pengadaan pemeliharaan
sarana dan prasarana alat kesehatan.
9. Pengembangan Program Pemeliharaan Pengelolaan Limbah Padat, Cair
Dan Gas
Adalah : Upaya penyediaan fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan
limbah padat, cair dan gas.
10. Pengelolaan Jasa, Bahan Beracun Berbahaya Dan Barang Berbahaya
Adalah : Upaya inventarisasi bahan racun berbahaya, barang berbahaya,
membuat kebijakan dan prosedur pengadaan, penyimpanan dan
penanggulangan bila terjadi kontaminasi dengan acuan Lembar Data
Keselamatan Bahan (MSDS) Material Safety Data Sheet atau Lembar
Data Pengaman (LDP); lembar informasi dari pabrik tentang sifat khusus
(fisik/kimia) dari bahan, cara penyimpanan, resiko pajanan dan cara
penanggulangan bila terjadi kontaminasi.
Pengembangan Manajemen Tanggap Darurat
Adalah : Menyusun rencana tanggap darurat (survey bahaya, membentuk
tim tanggap darurat, menetapkan prosedur pengendalian, pelatihan dll).
11. Pengumpulan, Pengolahan, Dokumentasi Data Dan Pelaporan Kegiatan
K3
Adalah : Menyusun prosedur pencatatan dan pelaporan serta
penanggulangan kecelakaan akibat kerja, penyakit akibat kerja,
kebakaran dan bencana dan pembuatan pelaporan kejadian dan tindak
lanjutnya.
12. Review Program Tahunan
Adalah : Upaya internal audit K3RS dengan menggunakan instrumen self
assessment Maupun umpan balik SDM Rumah Sakit melalui wawancara,
observasi maupun survey.

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
4. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
5. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
6. Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi Dan Alat Kesehatan
7. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan
8. Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan Dan
Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion
9. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
10. Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul
Karena Hubungan Kerja
11. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 5/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
12. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
13. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1217/Menkes/SK/IX/2001 tentang
Pengamanan Dampak Radiasi
14. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang
Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan.
15. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1335/Menkes/SK/XI/2002 tentang
Standar Operasional Pengambilan Dan Pengukran Kualitas Udara
Ruangan Rumah Sakit
16. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1439/Menkes/SK/XI/2002 tentang
Penggunaan Gas Medis Pada Sarana Pelayanan Kesehatan
17. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 351/Menkes/SK/III/2003 tentang
Komite Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Sektor Kesehatan
18. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri
19. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
20. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 432/Menkes/IV/2007 tentang
Pedoman Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Rumah
Sakit.
21. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 145/Menkes/SK/I/2007 tentang
Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan.
22. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang
Standar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Dalam upaya melaksanakan pelayanan K3RS di Rumah Sakit Umum
Daerah CikalongwetanMaka diperlukan tenaga yang memiliki kemampuan
atau yang telah mendapatkan pelatihan khusus dibidang K3. Apabila mengacu
kepada standar pelayanan K3RS ketersediaan tenaga yang telah
mendapatkan pendidikan dan pelatihan belum merata, perlu kiranya
melakukan kegiatan peningkatan sumber daya yang ada baik itu jumlah
maupun kualitas ketenagaan guna melaksanakan program pelayanan K3RS
lebih optimal.
Atas dasar tersebut perlu adanya perencanaan SDM, yaitu proses
dimana Rumah Sakit berkomitmen pada kebijakan pelayanan K3RS melalui
pengembangan kemampuan petugas dibidang K3RS sehingga tujuan
pelayanan kesehatan diberikan dapat tercipta pada lingkungan yang aman
dan sehat.
Perencanaan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kemampuan oganisasi dalam mencapai sasarannya melalui strategi
pengembangan kontribusi.
Adapun Organisasi K3RS di Rumah Sakit berbentuk Komite
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) yang terdiri dari
ketua Komite K3RS adalah seorang dokter yang memiliki pengetahuan
tentang K3, sebaiknya seorang Pasca Sarjana bidang K3. Sekretaris adalah
seorang tenaga kerja yang membidangi keselamatan dan kesehatan kerja,
sebaiknya yang mempunyai latar belakang pendidikan K3 dan pelatihan
rumah sakit, sedangkan anggota K3RS adalah perwakilan dari semua unit
atau instalasi yang ada di rumah sakit. Sebaiknya anggota K3RS yang dipilih
memungkinkan pada setiap zoning dan setiap shift jaga selalu ada petugas
yang menjadi anggota K3RS. Anggota K3RS ini setahun 2 kali mendapat
pelatihan K3 sesuai dengan rencana dan jadwal pelatihan.

B. Distribusi Ketenagaan
Ketua Komite K3RS dalam menjalankan kegiatan K3 di Rumah Sakit
berkoordinasi dengan sekertaris dan dibantu oleh anggota. Kegiatan
surveilens, audit, pelaporan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan Penyakit
Akibat Kerja (PAK) dilakukan oleh sekretaris melalui koordinasi dengan ketua

10
Komite K3RS. Untuk pengumpulan data sekretaris juga mengumpulkan dari
masing-masing unit dan unit terkait. Tiap unit dan unit terkait wajib membuat
program kerja dan SPO terkait Job Desk nya masing-masing. Dalam
pelaksanaannya dibantu oleh ketua dan sekertaris Komite K3RS.

Skema Struktur Organisasi Komite K3RS

Uraian Tugas :
1. Kepala UPT (Penanggung Jawab)
Mengawasi dan sebagai Penanggung Jawab penuh terhadap
pelaksanaan program-program K3RS dan memberikan izin atas
keberlangsungan kegiatan-kegiatan mengenai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Rumah Sakit.
2. Ketua Komite K3RS
a. Memimpin semua rapat pleno Komite K3RS ataupun menunjuk
anggota untuk memimpin rapat pleno
b. Menentukan langkah dan kebijakan demi tercapainya
pelaksanaan program-program Komite K3RS
c. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan K3RS di Rumah Sakit
ke Disnakertrans Kabupaten/Kota setempat melalui Pimpinan
Perusahaan.
d. Mempertanggung jawabkan program-program Komite K3RS dan
pelaksanaannya kepada Kepala UPT
e. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksaan program-program
K3RS dan MFK di Rumah Sakit
3. Sekretaris K3RS

11
a. Membuat undangan rapat pleno Komite K3RS ataupun menunjuk
anggota untuk mempimpin rapat pleno
b. Membuat administrasi surat-surat K3RS
c. Mencatat dan mengumpulkan data-data yang berhubungan
dengan K3RS
d. Memberikan bantuan/saran-saran yang diperlukan oleh seksi-
seksi demi suksesnya program-program K3RS
e. Membuat laporan ke Disnakertrans setempat maupun instalasi
lain yang bersangkutan dengan kondisi dan tindakan bahaya di
tempat kerja.
4. Semua Seksi K3RS
Secara umum tugas setiap anggota K3RS adalah melaksanakan
program K3RS yang telah dibuat / ditetapkan, salah satunya
mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Bertanggung jawab langsung kepada Ketua Komite K3RS.
b. Bertanggung jawab meyusun dan menetapkan program K3RS
sesuai kedudukannya dalam tugasnya.
c. Bertugas melaksanakan kegiatan yang telah tersusun dalam
program K3RS.
d. Membuat evaluasi pelaksanaan kegiatan program dan
disampaikan kepada ketua K3RS.
e. Melaksanakan program-program yang telah ditetapkan sesuai
dengan unit masing-masing
f. Melaporkan kepada Ketua Komite K3RS atas kegiatan yang
telah dilaksanakan.

Keanggotaan tenaga kerja dalam struktur organisasi Komite K3RS


diganti setiap 3 tahun sekali. Dengan bergantinya pengurus Komite K3RS,
maka akan semakin banyak tenaga kerja yang memahami K3RS, sehingga
dapat menjadi simpul-simpul komunikasi upaya pencegahan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.

C. Pelatihan Serta Pengembangan SDM K3RS


Program pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) K3RS
merupakan hal pokok yang tidak bisa dikesampingkan. Kepala UPT Dan
Manajemen serta Komite K3RS memegang peranan penting dalam
membangun kepedulian dan memotivasi pekerja dengan menjelaskan nilai-

12
nilai organisasi dan mengkomunikasikan komitmennya pada kebijakan yang
telah dibuat. Selanjutnya transformasi sistem manajemen K3RS dari prosedur
tertulis menjadi proses yang efektif merupakan komitmen bersama.
Identifikasi pengetahuan, kompetensi dan keahlian yang diperlukan
dalam mencapai tujuan dilakukan mulai dari proses: rekruitmen, seleksi,
penempatan, orientasi, pengkajian, pelatihan dan pengembangan
kompetensi/keahlian lainnya, rotasi dan mutasi, serta hukuman &
penghargaan (reward & punishment).
Dalam hal ini Rumah Sakit Umum Daerah Cikalongwetan upaya
pengembangan SDM melalui pendidikan dan latihan hendaknya memuat
unsur - unsur diantaranya :
1. Identifikasi kebutuhan pelatihan SDM Rumah Sakit yang dituangkan
dalam matriks pelatihan.
2. Pengembangan rencana pelatihan untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
3. Ditetapkannya program dan jadwal pelatihan di bidang K3RS.
4. Ditetapkannya program simulasi atau latihan praktek untuk semua SDM
Rumah Sakit di bidang K3RS.
5. Harus ada kegiatan keterampilan melalui seminar, workshop, pertemuan
ilmiah, pendidikan lanjutan yang dibuktikan dengan sertifikat.
6. Verifikasi kesesuaian program pelatihan dengan persyaratan organisasi
atau perundang- undangan.
7. Pelatihan untuk sekelompok SDM Rumah Sakit yang menjadi sasaran.
8. Pendokumentasian pelatihan yang telah diterima.
9. Evaluasi pelatihan yang telah diterima.

D. Pengaturan Jaga
Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit terdiri dari Ketua
1 orang, Sekretaris 1 orang, dan Seksi-Seksi 3 orang. Untuk jadwal Komite
K3RS sesuai dengan jadwal jaga / jam kerja masing-masing personil atau
dipanggil sewaktu-waktu bila ada masalah tentang K3RS.

13
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Denah ruang Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
(K3RS) yang masih dalam pengajuan;
RUANG KOMITE K3RS

RAK PERALATAN HELM


LEMARI/ RAK BUKU
ALAT KEAMANAN PEMADAM APD
PASIEN KEBAKARAN
TONG SAMPAH

KETUA
KOMIE
K3RS

DISPENSER
SIE.Kesehatan
SIE. Sanitasi & SIE. Pelayanan kerja&
SEKERTARIS Prog.Disaster
Limbah Kesehatan&PAK
TOLET
PRINTER
DAN
TELPON

RUANG KOMITE K3RS SAAT INI

SIE. Sanitasi
& Limbah GUDANG K3RS

SIE.
Pelayanan TONG SAMPAH

Kesehatan&P
AK

SIE.Kesehata
n kerja&
Prog.Disaster
SEKERTARIS KETUA
KOMIE
K3RS

B. Standar Fasilitas
Sarana yang diperlukan adalah :

14
1. Ruang sekretariat
2. Komputer dengan printer
3. 5 Meja dan 5 kursi
4. Internet
5. Line Telepon dengan nomor khusus (untuk keadaan darurat)
6. Telepon untuk eksternal
7. Dispenser dan tempat sampah
8. Rak alat
9. Rak buku
10. Rak helm kebakaran
11. White board
12. AC ruangan
13. Alat pelindung diri (APD)
14. Perlengkapan keamanan pasien

15
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. CARA MELAKSANANKAN KEGIATAN


Untuk melakukan kegiatan pokok kesehatan dan keselamatan kerja
Rumah Sakit harus menerapkan sebagai berikut :
1. Pengembangan Kebijakan K3RS
a. Pembentukan atau revitalisasi organisasi K3RS
b. Merencanakan program K3RS selama 3 tahun ke depan (setiap 3
tahun dapat direvisi kembali, sesuai dengan kebutuhan)
2. Pembudayaan perilaku K3RS
a. Advokasi sosialisasi K3 pada seluruh jajaran Rumah Sakit, baik bagi
SDM Rumah sakit,pasien maupun pengantar pasien/ pengunjung
Rumah SAKIT
b. Penyebaran media komunikasi dan informasi baik melalui film, leaflet,
poster dan pamflet.
c. Promosi K3 pada setiap pekerja yang bekerja disetiap unit RS dan
pada para pasien serta para pasien serta para pengantar pasien/
pengunjung Rumah Sakit
3. Pengembangan SDM K3RS
a. Pelatihan umum K3RS
b. Pelatihan intern Rumah Sakit, khususnya SDM Rumah Sakit per unit
Rumah Sakit
c. Pengiriman SDM Rumah Sakit untuk pendididkan formal, pelatihan
lanjutan, seminar dan workshop yang berkaitan dengan K3
4. Pengembangan pedoman, petunjuk teknis dan Standard Operasional
Procedure (SPO) K3RS
a. Penyusunan pedoman praktis ergonomi di Rumah Sakit
b. Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan keehatan kerja
c. Penyusunan pedoman pelayanan keslematan kerja
d. Penyusunan pedoman pelaksanaan tanggap darurat di RS
e. Penyusunan pedoman pelaksanaan pencegahan dan
penanggulangankebakaran
f. Penyusunan pedoman pengelolaan penyehatan lingkungan Rumah
Sakit
g. Penyusunan pedoman pengelolaan faktor risiko dan pengelolaan
limbah Rumah Sakit

16
h. Penyusunan petunjuk teknis pencegahan kecelakaan dan
penanggulangangan bencana
i. Penyusunan kontrol terhadap penyakit infeksi
j. Penyusunan SPO angkat angkut di Rumah Sakit
k. Penyusunan SPO terhadap Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
l. Penyusunan SPO kerja dan peralatan di masing – masing unit kerja
Rumah Sakit.
5. Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja
a. Mappring lingkungan tempat kerja (area atau tempat kerja yang
dianggap berisiko dan berbahaya, area tempat kerja yang belum
melaksanakan program K3RS, area/ tempat kerja yang sudah
melaksanakan program K3RS, area/ tempat kerja yang sudah
melaksanakan dan mendokumentasikan pelaksanaan program K3RS)
b. Evaluasi lingkungan tempat kerja (walk through dan observasi,
wawancara SDM Rumah Sakit, survei dan kuesioner, checklist dan
evaluasi lingkungan tempat kerja secara rinci).
6. Pelayanan kesehatan kerja
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan
kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus bagi SDM
Rumah Sakit
b. Membuat poliklinik pegawai untuk melakukan assesmen awal saat
pegawai menderita sakit?kecelakaan kerja.
c. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM
Rumah Sakit yang menderita sakit/kecelakaan kerja
d. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan
kemampuan fisik SDM Rumah Sakit
e. Perlindungan spesifik dengan pemberian imunisasi pada SDM Rumah
Sakit yan bekerja pada area/ tempat kerja yang berisiko dan
berbahaya
f. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja.
7. Pelayanan keselamatan kerja
a. Pembinaan dan pengawasan keselamatan/ kemananan sarana,
prasarana dan peralatan kesehatan di Rumah Sakit
b. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja di
Rumah Sakit
c. Pengelolaan, pemeliharaan dan sertifikasi sarana, prasarana dan
peralatan Rumah Sakit

17
d. Pengadaan peralatan K3RS
8. Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah padat, cair
dan gas
a. Penyediaan fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan limbah
padat, cair dan gas
b. Pengelolaan lmbah medis dan non medis
9. Pengelolaan jasa, bahan beracun berbahaya dan barang berbahaya
a. Inventarisasi jasa, bahan beracun berbahaya dan barang berbahaya
(Permenkes No 472 Tahun 1996)
b. Membuat kebijakan dan prosedur pengadaan, penyimpanana dan
penanggulangan bila yerjadi kontaminasi dengan acuan Lembar Data
Keselamatan Bahan (MSDS – Material Safety Data Sheet) atau
Lembar Data Pengamanan (LDP), lembar informasi dari pabrik
tentang sifat khusus (fisik/ kimia) dari bahan, cara penyimpanan, risiko
pajanan dan cara penanggulangan bila terjadi kontaminasi.
10. Pengembangan management tanggap darurat
a. Menyusun rencana tanggap darurat (survey bahaya, membentuk tim
tanggap darurat, menetapkan prosedur pengendalian, pelatihan, dll)
b. Pembentukan organisasi/ tim kewaspadaan bencana
c. Pelatihan dan uji coba terhadap kesiapan petugas tanggap darurat
d. Inventarisasi tempat – tempat yang berisiko dan berbahaya serta
membuat denahnya (laboratorium, rontgen, farmasi , CSSD, kamar
operasi, genset, kamar isolasi penyakit menular dll)
e. Menyiapkan sarana dan prasarana tanggap darurat / bencana
f. Membuat kebijakan dan prosedur kewaspadaan, uapaya pencegahan
dan pengendalian bencana pada tempat – tempat yang berisiko
tersebut
g. Membuat rambu – rambu/ tanda khusus jalan keluar untuk evakuasi
apabila terjadi bencana
h. Memberikan Alat Perlindungan Diri (APD) pada petugas di tempat –
tempat yang berisiko (masker,apron, kacamata, sarung tangan, dll)
i. Sosialisasi dan penyuluhan ke seluruh SDM Rumah Sakit
j. Pembentukan sistem komunikasi internal dan eksternal tanggap
darurat Rumah Sakit
k. Evaluasi sistem tanggap darurat
11. Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi dan pelaporan kegiatan K3

18
a. Menyusun prosedur pencatatan dan pelaporan serta penanggulangan
kecelakaan kerja, PAK, kebakaran dan bencana (termasuk format
pencatatan dan pelaporan yang sesuai dengan kebutuhan)
b. Pembuatan sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjut (alur
pelaporan kejadian nyaris celaka dan celaka serta SPO pelaporan,
penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris celaka (near miss) dan
celaka
c. Pendokumentasian data :
1) Data seluruh SDM Rumah Sakit’
2) Data SDM Rumah Sakit yang sakit yang dilayani
3) Data pekerja luar Rumah Sakit yang sakit yang dilayani
4) Data pemeriksaan kesehatan SDM Rumah Sakit
a) Sebelum bekerja
b) Berkala
c) Khusus
5) Cakupan MCU bagi SDM Rumah Sakit
6) Angka absensi SDM Rumah Skit
7) Kasus penyakit umum pada SDM Rumah Sakit
8) Kasus penyakit umum pada pekerja luar Rumah Sakit
9) Jenis penyakit yang terbanyak di kalangan pekerja luar Rumah
Sakit
10) Kasus penyakit akibat kerja (SDM Rumah Sakit)
11) Kasus penyakit akibat kerja (pekerja luar Rumah Sakit)
12) Kasus diduga penyakit akibat kerja (pekerja luar Rumah Sakit)
13) Kasus diduga penyakit akibat kerja (SDM Rumah Sakit)
14) Kasus kecelakaan akibat kerja (SDM Rumah Sakit)
15) Kasus kecelakaan akibat kerja (pekerja luar Rumah Sakit)
16) Kasus kebakaran/ peledakan akibat bahan kimia
17) Data kejadian nyaris celaka (near miss) dan celaka
18) Data sarana, prasarana dan peralatan keselamatan kerja
19) Data perizinan
20) Data kegiatan pemantauan keselamatan kerja
21) Data pelatihan dan sertidikasi
22) Data pembinaan dan pengawasan terhadap kantin dan
pengelolaan makanan di Rumah Sakit (dapur)
23) Data promosi kesehatan dan keselamatan kerja bagi SDM
Rumah Sakit, pasien dan pengunjung/ pengantar pasien

19
24) Data petugas kesehatan RS yang berpendidikan formal
kesehatan kerja, sudah dilatih kesehatan Keselamatan Kerja dan
sudah dilatih tentang diagnosis PAK bahaya di tempat kerja (unit
kerja Rumah Sakit)
12. Review program tahunan
a. Melakukan internal audit K3 dengan menggunakan instrumen self
assessment akresitas Rumah Sakit
b. Umpan balik SDM Rumah Sakit melalui wawancara langsung,
observasi singkat, survey tertulis dan kuesioner dan evaluasi ulang
c. Analisis biaya terhadap SDM Rumah Sakit atas kejadian penyakit dan
kecelakaan akibat kerja
d. Mengikuti akreditasi Rumah Sakit

B. SASARAN
Sasaran dari program kesehatan dan keselamatan kerja Rumah Sakit
adalah :
1. Pengelolaan Rumah Sakit
2. SDM Rumah Sakit

C. PELAKSANAAN
Kegiatan – kegiatan dalam program keselamatan pasien Rumah Sakit
ini dibuat dalam bentuk time schedule yang terlampir dalam program ini

D. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Kegiatan monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan program
kesehatan dan keselamatan kerja ini dilakukan secara teratur dengan
mengadakan pertemuan evaluasi dengan Kepala UPT.

E. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


1. Kegiatan K3 didokumentasikan secara tertulis dari masing – masing unit
kerja Rumah Sakit dan kegiatan K3RS secara keseluruhan yang dilakukan
oleh organisasi K3RS
2. Data yang dikumpulkan selanjutnya dilaporkan/ diinformasikan oleh
organisasi K3RS ke Kepala UPT Rumah Sakit dan unit teknis terkait di
wilayah Rumah Sakit (Dinkes setempat, penanggungjawab/ pengelola
program keehatan kerja)

20
3. Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan untuk masing – masing aspek K3,
dilaksanakan dengan membuat atau menggunakan formulir – formulir
yang telah ada atau yang telah ditetapkan sesuai dengan aturan yang
berlaku
4. Pencatatan dan pendokumentasian pelaksanaan kegiatan K3 dilakukan
setiap waktu, sesuai dengan jadwal pelaksanaan kegiatan yang telah
ditetapkan dan atau pada saat terjadi kejadian/ kasus (tidak terjawdal)
5. Pelaporan terdiri dari : pelaporan berkala (bulanan, semester dan
tahunan) dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan
pelaporan sesuai / insidentil, yaitu pelaopran yang dilakukan sewaktu –
waktu pada saat kejadian kasus yang berkaitan dengan K3
6. Komite K3RS menganalisis akan penyebab permasalahan semua
kejadian yang berhubungan dengan K3RS
7. Berdasarkan hasil analisis akar masalah Komite K3RS
merekomendasikan solusi kepada pimpinan rumah sakit.

21
BAB V
LOGISTIK

A. Untuk keperluan permintaan penyediaan alat pelindung diri (APD) permintaan


dilakukan oleh setiap unit ke Bagian Umum dan Rumah Tangga.
B. Untuk permintaan alat pemadam api ringan (APAR) dilakukan oleh Komite
K3RS ke Bagian Umum / Rumah Tangga.
C. Untuk permintaan alat tulis kantor (ATK) dilakukan oleh Komite K3RS ke
Bagian Rumah Tangga.
D. Untuk permintaan Label yang terkait K3RS dilakukan oleh Komite K3RS ke
Bagian Rumah Tangga.
E. Untuk permintaan pembuatan spanduk yang terkait informasi K3RS dilakukan
oleh Komite K3RS ke Bagian Rumah Tangga, Keuangan dan Humas.

22
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien telah menjadi isu global dan merupakan prioritas utama
untuk rumah sakit dan keselamatan pasien juga merupakan prioritas utama
karena terkait tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang mereka
terima dan terkait dengan mutu dan citra rumah sakit, disamping itu keselamatan
pasien juga dapat mengurangi KTD (Kejadian Tidak Diinginkan) di Rumah Sakit.
Keselamatan pasien dilaksanakan melalui 6 langkah menuju keselamatan pasien,
yaitu :
1) Ketepatan identifikasi pasien.
2) Peningkatan komunikasi yang efektif.
3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai.
4) Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur dan tepat-pasien operasi.
5) Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
6) Pengurangan resiko pasien jatuh.

23
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan
kerja petugas ataupun kelalaian/kesengajaan.
Tujuan :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
3. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan.
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian lain yang berbahaya.
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
6. Memberi perlindungan pada pekerja.
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angina, cuaca,
sinar atau radiasi, suara dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik
fisik/psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
9. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
10. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
11. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya.
12. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang.
13. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
14. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
15. Mencegah terkena aliran listrik.
16. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Prinsip Keselamatan Kerja


1. Pengendalian teknis :
a. Ruangan dapur cukup luas, denah sesuai dengan arus kerja dan dapur
dibuat dari bahan-bahan atau konstruksi yang memenuhi syarat.

24
b. Letak, bentuk dan konstruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi
syarat yang telah ditentukan.
c. Perlengkapan alat kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan yang
praktis.
d. Penerapan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat.
e. Tersedianya ruang istirahat untuk pegawai.
2. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan
terciptanya kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai.
3. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja
dari pegawai.
4. Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai dengan jam kerja yang
telah ditetapkan, dan pegawai diberi waktu untuk istirahat setelah 3 jam
bekerja, karena kecelakaan kerja sering terjadi setelah pegawai bekerja > 3
jam.
5. Maintenance (Perawatan) alat dilakukan secara kontinyu agar peralatan
tetap dalam kondisi yang layak pakai.
6. Adanya pendidikan mengenai kesalamatan kerja bagi pegawai.
7. Adanya fasilitas/peralatan pelindung dan peralatan pertolongan pertama
yang cukup.
8. Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja

25
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator Mutu K3RS di Rumah Sakit yaitu Daftar B3 (bahan berbahaya dan
beracun) yang dilengkapi dengan MSDS dan Tumpahan B3, Kejadian tertusuk
jarum, dan kepatuhan tidak merokok. Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
di rumah sakit memuat komitmen dan tekad dalam memberikan rasa aman,
ketenangan serta kesehatan bagi seluruh pegawai sesuai kerangka dan program
kerja yang mencakup kegiatan secara menyeluruh yang bersifat umum dan
operasional. Kebijakan tersebut dibuat, disosialisasikan kepada semua karyawan
agar prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja dilaksanakan secara efektif
dan efisien menjadi bagian yang vital dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
Keterkaitan dalam upaya pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja
rumah sakit selain pengendalian teknis juga perlu memperhatikan pengendalian
administratif, dimana salah satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah sistem
pencatatan dan
pelaporan kecelakaan kerja, berupa :
1) Pencatatan peristiwa kecelakaan kerja
2) Pelaporan peristiwa kecelakaan kerja
3) Penyelidikan peristiwa kecelakaan kerja
4) Penanggulangan peristiwa kecelakaan kerja
Pengisian formulir tersebut harus berdasarkan fakta yang sebenarnya agar
tidak terjadi kesalahan dalam upaya penyelidikan dan cara penanggulangannya.
Pencatatan peristiwa kecelakaan kerja dan kondisi bahaya dilakukan dengan
menggunakan formulir yang telah disediakan di setiap bagian terkait. Untuk
mengetahui alur sistem pencatatan dan pelaporan yang terjadi di masing-masing
bagian dapat melihat dari skema tersebut.
Dari hasil pencataan dan pelaporan peristiwa kecelakaan kerja yang diterima
oleh Komite K3RS dibahas dalam rapat K3RS dan dilaporkan ke Kepala UPT.
Untuk pengandalian mutu keselamatan dan kesehatan kerja Rumah Sakit
kedepannya akan mengadakan audit SMK3 sebagai bentuk kepedulian terhadap
pelaksanaan K3RS di rumah sakit dan bila terjadi peristiwa kecelakaan yang
tergolong berat dilaporkan ke Dinas Tenaga Kerja setempat.

26
BAB IX
PENUTUP

Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) di


RSUD Cikalongwetan diperlukan agar tenaga kerja dapat terhindar dari gangguan
keselamatan dan kesehatan dalam bentuk kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Untuk itu, Pedoman Pelayanan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
diperlukan sebagai pegangan atau pedoman dalam pelaksanaan K3Rs di RSUD
Cikalongwetan. Diharapkan dengan adanya pedoman ini, maka penerapan K3RS
di RSUD Cikalongwetan dapat lebih ditingkatkan hasilnya.
Bagi karyawan, diharapkan pedoman ini dapat membantu mereka dalam
memahami masalah-masalah K3 di rumah sakit dan dapat melakukan upaya-
upaya antisipasi terhadap potensi bahaya yang ada di lingkungan rumah sakit
sehingga tercapai budaya sehat dalam bekerja.
Namun, tentu saja Pedoman Pelayanan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu diperlukan saran dari berbagai pihak demi
sempurnanya pedoman ini.

Ditetapkan di : Cikalongwetan
Pada tanggal : 19 Maret 2019

KEPALA UPT RSUD CIKALONGWETAN

DR. Dr. H. Ridwan Abdullah Putra, SpOG(K-FM),CH


NIP. 19701202 200012 1 004

27

Anda mungkin juga menyukai