Anda di halaman 1dari 3

TUGAS LEARNING JOURNAL BIOKIMIA BLOK BIOMEDIK 1 TA 2020/2021

NAMA : AULIA MAULIDA TAUFIQI


NIM : K1A1 20 088
TOPIK : XENOBIOTIK, RADIKAL BEBAS, DAN ANTIOKSIDAN

Xenobiotik adalah bahan kimia yang terdapat di dalam tubuh namun tidak
dibutuhkan/diharapkan oleh tubuh makhluk hidup atau tidak diharapkan terdapat dalam jumlah
yang berlebihan. Contoh xenobiotik seperti obat-obatan, bahan pengawet makanan, dan polutan.
Apabila xenobiotik mengalami penumpukan dalam tubuh maka dapat menimbulkan efek toksik,
sehingga agar tidak bersifat toksik maka xenobiotik dalam tubuh harus dieliminasi dari tubuh
melalui urin, empedu, keringat, dan udara ekspirasi.
Xenobiotik harus diubah menjadi senyawa yg larut dalam air melalui suatu rangkaian
metabolism. Metabolisme xenobiotik dapat terjadi di hepar dan jaringan ekstrahepatik (paru,
ginjal, mukosa saluran cerna, dan kulit) dimana metabolisme xenobiotik ini terdiri atas 2 fase:
Fase reaksi non sintetik dan fase reaksi sintetik/ konjugasi
Fase 1 (Fase Reaksi non Sintetik) merupakan reaksi non sintetik dimana terjadi
pembentukan gugus fungsionil atau perubahan gugus fungsionil yang sudah ada pada molekul
xenobiotik, tujuan pada fase ni adalah membuat senyawa menjadi lebih polar dan digunakan
sebagai substrat untuk reaksi konjugasi pada fase II.
Secara garis besar reaksi ini meliputi:
a. Oksidasi : penambahan gugus O2- dan hilangnya gugus H+:
Reaksi oksidasi merupakan proses terbesar yang terjadi pada fase 1 (90%).
Sebagian besar proses ini dikatalisis oleh enzym sitokrom P450 (CYP) yang akan
menghasilkan produk sampingan ROS (Reactive Oxygen Species), misal: superoksida
(O-),HO- dan hidrogen peroksida (H2O2) dimana ROS ini dapat merusak unsur-unsur di
dalam mitokondria dan mengakibatkan kerusakan sel namun dalam keadaan normal,
ROS akan dinetralisir oleh sistem gluthation peroksidase.
Prinsip reaksi P450 : Mengkatalisa pengikatan satu atom O pada substrat, sedang
atom O yg lain direduksi menjadi H2O
b. Reduksi: penambahan gugus H+ dan hilangnya gugus O2-:
Penting untuk pembentukan gugus hidroksil atau amino yang dapat membuat obat
menjadi metabolit menjadi lebih polar
c. Hidrolisis: penambahan gugus OH- dan H+:
Hidrolisis xenobiotik ester dan amida menghasilkan asam karboksilat, alkohol dan
amina

Fase 2 merupakan reaksi sintetik/konjugasi dimana pada fase ini terjadi penggabungan
substrat yang dihasilkan dari reaksi fase I, pada gugus fungsionilnya dengan senyawa endogen
(glukoronida, ester sulfat, glutation asam amino (glysine dan lutamin), asam asetat). Reaksi fase
2 dikatalisis oleh enzim-enzim sitosolik kecuali glukoronil transferase dimana reaksi sintesis ini
meliputi:
a. Konjugasi dengan glukoronyl (glukoronidasi)
b. Konjugasi dengan asam amino
c. Konjugasi dengan glutation
d. Konjugasi dengan sulfat
e. Hidrasi
f. Metilasi
g. Asetilasi
Radikal bebas didefinisikan sebagai atom atau molekul dengan satu atau lebih elektron
yang tidak berpasangan dan bersifat tidak stabil, berumur pendek, dan sangat reaktif untuk
penarikan elektron molekul lain dalam tubuh untuk mencapai stabilitas yang menyebabkan
potensi kerusakan pada biomolekul dengan merusak integritas lipid, protein, dan DNA yang
mengarah pada peningkatan stres oksidatif seperti penyakit neurodegenerative, diabetes mellitus,
penyakit kardiovaskular, proses penuaan dini, bahkan kanker. Jika radikal bebas tidak
diinaktivasi, reaktivitasnya dapat merusak seluruh tipe makromolekul seluler, termasuk
karbohidrat, protein, lipid dan asam nukleat.
Berdasarkan sumbernya, radikal bebas terbagi menjadi dua: radikal bebas internal dan
radikal bebas eksternal. Sumber radikal bebas dapat dari lingkungan maupun sumber endogen.
Radikal bebas dari lingkungan (sumber radikal bebas eksternal) dapat berupa paparan sinar
ultraviolet, asap rokok, asap dari pembakaran bahan bakar fosil dan lain-lain. Sumber radikal
bebas endogen / Internal berasal dari proses metabolisme energi di mitokondria, fagosit, xantine
oksidase, reaksi yang melibatkan besi dan logam transisi lainnya, arachidonat pathway,
peroksisom, olah raga peradangan dan kejadian iskemia/reperfusi
Antioksidan merupakan molekul yang bertindak sebagai pertahanan terhadap kerusakan
oksidatif. Berdasarkan mekanisme pertahanannya, antioksidan dapat dibagi menjadi tiga yaitu
antioksidan primer, sekunder dan tersier. Antioksidan primer menetralisir dengan mendonasikan
1 elektronnya sehingga kehilangan 1 elektron dan menjadi radikal bebas baru namun sifatnya
relatif stabil dan akan dinetralisir oleh antioksidan lainnya misalnya vitamin E, vitamin C, asam
α lipoat, CoQ10, dan flavonoid. Antioksidan sekunder bekerja dengan mengikat logam,
menyingkirkan berbagai logam transisi pemicu ROS dan menyingkirkan ROS misalnya
transferin, albumin, dan laktoferin. Antioksidan tersier bekerja mencegah penumpukan molekul
yang telah rusak sehingga tidak menimbulkan kerusakan lebih lanjut misalnya enzim metionin
sulfaoksida reduktase memperbaiki kerusakan DNA, enzim proteolitik memproses protein yang
teroksidasi dan sebagainya
Proses oksidasi dapat dihambat/diperlambat oleh antioksidan. Proses oksidasi merupakan
eristiwa alami yang terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh
kita. Apabila terjadi reaksi oksidasi dimana menghasilkan radikal bebas (OH-) sebagai hasil
sampingannya maka tanpa adanya antioksidan, radikal bebas ini akan menyerang molekul-
molekul lain disekitarnya yang pada akhirnya akan membentuk reaksi berantai yang sangat
membahayakan. Berbeda halnya apabila terdapat antioksidan, maka radikal bebas tersebut akan
segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya
sehingga reaksi pun berhenti sampai disini

Anda mungkin juga menyukai