Anda di halaman 1dari 4

PENUGASAN ASUHAN MASA RENTAN

Resume Tenaga Kesehatan


(Rontgen, Lab, Dll)

DIBUAT OLEH :
VEDITA DHEDFANKA
202322196

DOSEN PENGAMPU:
SUPARMI,S.ST.M.KEB

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA
2023/2024
A. Pengertian kelompok rentan
Kelompok rentan menurut Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia yaitu semua
orang yang menghadapi hambatan atau keterbatasan dalam menikmati standar kehidupan
yang layak. Kelompok rentan berhak mendapatkan perlakuan khusus untuk dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kerentanan dapat dikatakan sebagai kondisi yang
ditentukan oleh faktor fisik, sosial ekonomi dan lingkungan atau suatu proses yang
meningkatkan kerentanan masyarakat terhadap dampak bahaya. Kerentanan biasa dirasakan
oleh individu atau kelompok yang tinggal di wilayah tertentu yang dapat membahayakan
jiwa dan aset yang dimilikinya. Kerentanan dapat digambarkan sebagai situasi perubahan
yang membingkai kehidupan manusia baik individu, keluarga maupun masyarakat.
Kelompok rentan adalah masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam menikmati
kehidupan yang layak. Faktor aksesibilitas terhadap sumber-sumber pemenuhan
kesejahteraan sosial merupakan salah satu hal baik sebagai penyebab juga menjadi akibat.
Memetakan populasi dan kondisi kelompok rentan secara tapat dan partisipatif merupakan
awal dalam menentukan kegiatan dalam rangka penanganan untuk membantuk kelompok
ini.

B. Macam-macam Kelompok Rentan


Pada dasarnya kondisi rentan dapat disebabkan karena kurangnya aset (apa yang
dimiliki), akses (geografis), dan sistemik (sistem sumber yang dikuasi oleh golongan
tertentu). Kelompok rentan tersebut antara lain : orang lanjut usia, anak-anak, fakir miskin,
wanita hamil, dan penyandang cacat. Walaupun tidak secara implisit undang-undang ini
menegaskan bahwa wanita sebagai salah satu kelompok rentan, tetapi secara eksplisit dapat
disimpulkan bahwa wanita sebagai kelompok rentan. Memperkuat kesimpulan diatas, dalam
Human Rights Reference menyebutkan bahwa yang tergolong dalam kelompok rentan
adalah Refugees (Pengungsi), Internally (Pekerja Migran), Indigenious Peoples (Penduduk
Asli), Children (Anakanak), dan Women (Wanita).
C. Kebutuhan khusus dengan permasalahan tenaga kesehatan
Penggunaan alat sinar x untuk diagnosa dan pengobatan memerlukan kehati- hati karena
tingginya resiko bahaya yang dapat ditimbulkan dari penggunaannya atau hal lain yang
diakibatkan radiasi ionisasi. Semua jaringan pada hewan dan manusia peka terhadap
radiasi. Bagaimana reaksi sel terhadap radiasi : Disini ada berbagai reaksi sel yang
ditimbulkan, reaksi sel tersebut dibagi menjadi 3 bagian:

1) Sel mengalami kematian dan menimbulkan gejala seperti erytema.

2) Sel kembali sehat dan berfungsi sebagai mana mestinya


3) Sel tetap rusak dan mengalami kelainan yang dapatmengakibatkan kanker pad si
penderita. Penangananya dapat dilakukan dengan rekognisi. Rekognisi merupakan
serangkaian kegiatan untuk mengenali suatu bahaya lebih detil dan lebih komprehensif
dengan menggunakan suatu metode yang sistematis sehingga dihasilkan suatu hasil yang
objektif dan bisa dipertanggung jawabkan.
a) Penilaian resiko dimulai dari perkiraaan Potensi resiko bahaya,
b) Jenis bahaya dan besarnya resiko,
c) Jumlah dan karakteristik tingkat pemaparan
d) Dampak terhadap lingkungan
e) Ruang Laboratorium
Risiko bahaya, sekecil apapun kadarnya, dapat muncul di saat kapan pun, di manapun,
dan dapat menimpa siapapun yang sedang melakukan pekerjaan. Bahaya kerja di laboratorium
dapat berupa bahaya fisik, seperti infeksi, terluka, cidera atau bahkan cacat, serta bahaya
kesehatan mental seperti stres, syok, ketakutan, yang bila intensitasnya meningkat dapat
menjadi hilangnya kesadaran (pingsan) bahkan kematian (Winarni, 2014) Sumber bahaya
dapat dibedakan menjadi sumber dari :

1) Perangkat/alat-alat laboratorium, seperti pecahan kaca, pisau bedah, korek api, atau alat-
alat logam.
2) Bahan-bahan fisik, kimia dan biologis, seperti suhu (panas-dingin), suara, gelombang
elektromagnet, larutan asam, basa, alkohol, kloroform, jamur, bakteri, serbuksari atau racun
gigitan serangga.
3) Proses kerja laboratorium, seperti kesalahan prosedur, penggunaan alat yang tidak tepat,
atau faktor psikologi kerja (terburu- buru, takut dan lain-lain) (Hidayati, 2011).
Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :

 Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban adalah pasien.


 Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban adalah petugas laboratorium itu
sendiri.
 Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium :

Terpeleset, biasanya karena lantai licin. Terpeleset dan terjatuh adalah


bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi di laboratorium. Akibatnya :
Ringan: memar
Berat: fraktura, dislokasi, memar otak, dan lain-lain. Pencegahannya:
Pakai sepatu anti slip, jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar,
hati- hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak rata
konstruksinya dan pemeliharaan lantai dan tangga.
Risiko terjadi kebakaran (sumber: bahan kimia, kompor) bahan desinfektan yang
mungkin mudah menyala (flammable) dan beracun. Kebakaran terjadi bila terdapat 3
unsur bersama sama yaitu: oksigen, bahan yang mudah terbakar dan
panas. Akibatnya yaitu timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan
sampai berat, bahkan kematian, timbul keracunan akibat kurang hati-hati.

Selain hal diatas dalam pengantar kecelakaan kerja kita harus mengetahui pokok-
pokok tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang berguna untuk
membantu dalam proses penanganan apabila terjadi kecelakaan dilaboratorium.
Pertolongan pertama pada kecelakaan dimaksudkan untuk memberikan perawatan
darurat bagi korban sebelum pertolongan yang lebih lanjut diberikan ke dokter
(Hudori, 2010). Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam melakukan
tindakan P3K yaitu :
Jangan panik tidak berarti boleh lamban, perhatikan pernafasan korban, hentikan
pendarahan, perhatikan tanda-tanda shock, jangan memindahkan korban terburu-buru.

Anda mungkin juga menyukai