Anda di halaman 1dari 15

KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA

A. Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat mengungkapkan pikiran yang
utuh atau setiap tuturan yang dapat mengungkapkan suatu informasi secara lengkap. Jika
terdapat sebuah tuturan yang menginformasikan sesuatu, tetapi belum lengkap atau
belum utuh, tuturan itu belum dapat disebut kalimat, mungkin hanya berupa kata atau
mungkin hanya berupa kelompok kata atau frasa. Ciri lain tuturan disebut kalimat
adalah adanya predikat di dalam tuturan tersebut (Aprillia, 2019).
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat mengungkapkan pikiran yang
utuh. Pikiran yang utuh itu dapat diekspresikan dalam bentuk lisan atau tulisan. Dalam
bentuk lisan, kalimat ditangdai dengan alunan titinada, keraslembutnya suara, disela
jeda, dan diakhiri dengan nada selesai. Dalam bentuk tulisan kalimat dimulai dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda sera, atau tanda tanya. Dari sudut
kelengkapan pikiran, kalimat biasanya minimal terdiri atas predikat dalam suatu
pemyataan selain ditentuka pula oleh situasi pembicaraan (Aprillia, 2019).

B. Unsur-Unsur Kalimat

Unsur-unsur kalimat dapat diuraikan sebagai berikut:(Dendi, 2020). Unsur kalimat


adalah fungsi sintaksis yang biasa disebut juga jabatan kata atau peran kata, yaitu subjek
(S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa
Indonesia baku sekurang - kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni S dan P. Unsur yang
lain (O, Pel, dan Ket) dapat wajib hadir, atau tidak wajib hadir dalam suatu kalimat.
1.Subjek (S)
Subjek adalah bagian kalimat yang menunjuk pada pelaku, tokoh, sosok, sesuatu
hal, atau suatu masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Sebagian besar S diisi oleh
kata benda/frasa nominal, kata kerja/frasa verbal, dan klausa. Subjek kalimat dapat
dicari dengan ramus pertanyaan apa ataupun siapa. Contoh:
a) Kakek itu sedang melukis (S yang diisi kata benda/frasa nominal).
b) Berjalan kaki menyehatkan badan (S yang diisi kata kerja/frasa verbal).
c) Gunung Kidul itu tinggi (S yang diisi kata benda/frasa nominal).
2. Predikat (P)
Predikat adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan perbuatan (action)
apa S, yaitu pelaku/tokoh atau sosok di dalam suatu kalimat. Satuan bentuk pengisian P
dapat berupa kata atau frasa namun sebagian besar berkelas verbal atau adjektiva, tetapi
dapat juga numeral, nominal atau frasa nominal. Pemakaian kata adalah pada predikat
biasa terdapat pada kalimat nominal. Predikat (P) dapat dicari dengan rumus pertanyaan
bagaimana, mengapa, ataupun diapakan. Contoh :
a) Ibu sedang tidur siang (P yang diisi dengan kata kerja/frasa verbal).
b) Soal ujian ini sulit sekali (P yang diisi dengan kata sifat/frasa adjektif).
c) Karangan itu sangat bagus (P yang diisi dengan kata sifat/frasa adjektif).
d) Santi adalah seorang kolektor (P dengan pemakaian kata adalah pada frasa nominal).
3. Objek (O)
Objek merupakan bagian kalimat yang melengkapi Predikat (P). Objek biasanya
diisi oleh nomina, frasa nominal atau klausa. Letak Objek (O) selalu di belakang P
yang berupa verba transitif, yaitu veba yang menuntut wajib hadirnya
O. Objek dapat dicari dengan rumus pertanyaan apa atau siapa terhadap tindakan
Subjek. Contoh:
a) Mereka memancing ikan Pari (O yang diisi dengan kata benda/frasa nominal).
b) Orang itu menipu adik saya (O yang diisi dengan kata benda/frasa nominal).
4. Pelengkap (Pel)
Pelengkap atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak Pel
umumnya di belakang P yang berupa verbal. Posisi ini juga bisa ditempati oleh O,
dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga bisa sama, yaitu nominal atau frasa
nominal. Akan tetapi, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Contoh:
Ketua MPR //membacakan //Pancasila.
S P O
Banyak orsospol // berlandaskan //
Pancasila S P Pel
Kedua kalimat aktif di atas yang Pel dan O-nya sama-sama nominal Pancasila jika
hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat pertama dengan ubahan sebagai
berikut.
Pancasila //dibacakan // oleh Ketua MPR
S P Ket
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol (tidak gramatikal karena posisi Pancasila
sabagai Pel pada kalimat kedua ini tidak dapat dipindahkan ke depan menjadi S dalam
bentuk kalimat pasif).
Hal lain yang membedakan Pel dengan O adalah jenis pengisiannya. Pel bisa diisi
oleh adjektiva, frasa adjektif, frasa verbal, dan frasa preposisional.
Contoh:
a. Kita benci pada kemunafikan (Pel-nya frase preposisional).
b. Mayang bertubuh mungil (Pel-nya frase adjektiva).
c. Sekretaris itu mengambilkan bosnya air minum (Pel-nya frase nominal).
d. Pak Lam suka bermain tenis (Pel-nya frase verbal).

5. Keterangan (Ket)
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan Pel dan klausa dalam
sebuah kalimat. Pengisi Ket adalah adverbial, frasanominal, frasa proposisional, atau
klausa. Posisi Ket boleh manasuka, di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Contoh:
a. Antoni menjilid makalah kemarin pagi.
b. Antoni kemarin pagi menjilid makalah.
c. Kemarin pagi Antono menjilid makalah.
Keterangan terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya keterangan waktu, tempat,
cara, alat, alasan/sebab, tujuan, similatif, dan penyerta.
Contoh:
a) Aulia memotong tali dengan gunting. (Ket.alat)
b) Mahasiswa fakultas Hukum berdebat bagaikan pengacara. (Ket. similatif)
c) Karena malas belajar, mahasiswa itu tidsk lulus ujian. (Ket.sebab)
d) Polisi menyelidiki masalah narkoba dengan cara hati-hati.(Ket.cara)
e) Amir pergi dengan teman-teman sekelasnya. (Ket.penyetara)
f) Karena malas belajar, Petrus tidak lulus ujian. (Ket.penyebab)
6. Syarat Kalimat

Persyaratan pokok yang perlu diperhatikan dalam penentuan sebuah peyataan


berupa kalimat atau bukan adalah adanya unsur predikat dan permutasi unsur
kalimat. Keduanya dapat dijadikan alat untuk mengetes sebuah pemyataan. Setiap
kalimat dalam realisasinya sekurang kurangnya memiliki predikat, sedangkan
pemyataan (kelompok kata) yang tidak memiliki predikat disebut frasa. Untuk
menentukan predikat sebuah kalimat dapat dilakukan pemeriksaan terhadap verba
dalam untaian kata bersangkutan. Umumnya, kalimat bahasa Indonesia berpredikat
verba (Sari dkk, 2021).

7. Pola Dasar Kalimat

Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah


kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita
gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita
masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu
tentu saja didasarkan pada kaidah yang berlaku. Pola dasar kalimat bahasa Indonesia
adalah sebagai berikut: (Tarmini dan Sulistyawati, 2019).
A. Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk
tipe ini dapat berupa kata keija, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan.
Misalnya:
i. Mereka / sedang
berenang. SP (kata
keija)
ii. Ayahnya / guru SMA.
S P (kata
benda)
iii. Gambar itu / bagus.
S P (kata sifat)
iv. Peserta penataran ini / empat puluh
orang. S P (kata bilangan)
b. Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. Misalnya:
i. Mereka / sedang menyusun / karangan
ilmiah. S P O
c. Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap.
Misalnya:
i. Anaknya / beternak /
ayam. S P Pel
d. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan
pelengkap. Misalnya:
i. Dia / mengirimi / saya / surat.
SP O Pel
e. Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan keterangan.
Misalnya:
i. Mereka / berasal / dari
Surabaya S P K
f. Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan
keterangan. Misalnya:
Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari.
S P O K
B.Jenis-Jenis Kalimat
a. Jenis Kalimat Menurut Fungsinya
Kalimat dalam bahasa Indonesia, berdasarkan fungsinya dapat dibedakan
menjadi kalimat pemyataan, kalimat perintah, dan kalimat seruan (Tarmini dan
Sulistyawati, 2019).
i. Kalimat Pemyataan (Deklaratif).
Kalimat berita adalah kalimat yang dipakai untuk menyatakan suatu
berita. Ciri-ciri kalimat berita, yaitu bersifat bebas, boleh langsung atau tak
8 langsung,aktif atau pasif,tunggal atau majemuk, berintonasi menurun dan
kalimatnya diakhiri tanda titik (.). Kalimat deklaratif berisi pemyataan
sesuatu dengan lengkap untuk menyampaikan informasi kepada lawan
komunikasinya. Contoh:
1. Menteri tenaga kerja mengadakan kunjungan ke
beberapa pabrik baja di Surabaya.
2. Malaysia menggunakan bahasa Melayu dengan sistem
bahasa yang berbeda.
ii. Kalimat Pertanyaan (Interoigatif)
Kalimat ini digunakan untuk memperoleh informasi atau reaksi dari
lawan komunikasi. Kalimat pertanyaan biasanya dipertegas dengan
penyertaan tanda baca (tanda tanya). Contoh:
Positif.
1. Kapan Saudara lulus sarjana?
2. Mengapa dia selalu bersikap tidak sopan?
Negatif.
1) Mengapa mobil ini dirancang tidak menggunakan pengaman yang
lengkap?
2) Mengapa kita tidak bisa hidup saling mengerti, memahami, dan
menghargai sesama umat?
iii. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat ini digunakan jika pemakainya menyuruh atau melarang untuk
berbuat sesuatu. Kalimat perintah dan permintaan ini secara umum dipertegas
dengan menyertakan tanda baca (tanda seru). Contoh:
Positif.
1. Maukah kamu disuruh mengeijakan laporan itu!
2. Tolong selesaikan tugas membuat makalah itu lebih
dahulu! Negatif.
1) Sebaiknya kita tidak melakukan profokasi yang dapat menyesatkan
orang lain!
2) Janganlah khawatir kekurangan rezeki jika sudah bemiat amal!
iv. Kalimat Seruan
Kalimat seruan digunakan untuk menyampaikan atau mengungkapkan
perasaan yang kuat dan mendadak. Contoh:
Positif.
1. Hebat, ternyata dia bisa.
2. Nah, ini baru kejutan bagi
kita. Negatif.
1) Aduh, ternyata dia tidak menepati janji.
2) Wah, target yang ditetapkan semula tidak tercapai.
b. Jenis Kalimat Menurut Klausanya
Menurut jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibentuk atas dua
macam, yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
i. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang mempunyai satu klausa bebas. Hal
itu berarti hanya ada satu P di dalam kalimat tunggal. Unsur P adalah sebagai
penanda klausa. Unsur S dan P memang selalu wajib hadir di dalam setiap
kalimat. Adapun O, Pel, dan Ket sifatnya tidak wajib hadir di dalam kalimat,
termasuk dalam kalimat tunggal. Jika P masih perlu dilengkapi, barulah unsur
yang melengkapi itu dihadirkan. Berdasarkan jenis kata/frasa pengisi P-nya,
kalimat tunggal dapat dipilah menjadi empat macam yang diberi nama atau
label
tambahan sesuai jenis kata atau frasanya, yaitu nominal, adjektiva, verbal, dan
numeral. Contoh:
1. Kami mahasiswa UIN Suska Riau (kalimat nominal).
2. Jawaban anak pintar itu sangat tepat (kalimat adjektiva).
3. Sapi-sapi sedang merumput (kalimat verbal).
4. Mobil orang kaya itu ada delapan (kalimat numeral).
ii. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau
lebih kalimat tunggal. Dengan kata lain kalimat majemuk adalah kalimat yang
sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan dua predikat. Kalimat majemuk
dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Kalimat majemuk setara/koordinatif
Kalimat majemuk setara/koordinatif yaitu gabungan dua pokok
pikiran atau lebih yang kedudukannya setara. Struktur kalimat yang di
dalamnya terdapat, sekurang - kurangnya, dua kalimat dasar dan masing -
masing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Konjungtor yang
menghubungkan klausa dalam kalimat majemuk setara jumlahnya cukup
banyak. Konjungtor itu menunjuk beberapa jenis hubungan dan
menjalankan beberapa fungsi. Contoh kalimat majemuk
setara/koordinatif:
a. Anto gemar menulis sedangkan Anita gemar
menari.
b. Engkau tinggal di sini, atau ikut dengan saya.
c. Sinta cantik.tetapi sombong.
d. Ia memarkirkan mobil di lantai 3, lalu naik lift ke
lantai 7.
2. Kalimat Majemuk Bertingkat/Kompleks/Subordinatif
Kalimat majemuk bertingkat/kompleks/subordinatif yaitu kalimat
tunggal yang salah satu jabatannya diperluas membentuk kalimat baru.
Dalam kalimat majemuk bertingkat kita mengenal
a. Induk kalimat (jabatan kalimat yang bersifat
tetap atau tidak mengalami perubahan)
b. Anak kalimat (jabatan kalimat yang diperluas
membentuk kalimat baru. Anak kalimat
ditandai pemakaian kata penghubung dan bila
mendahului induk kalimat dipisah dengan tanda
baca koma).
Contoh kalimat majemuk bertingkat/kompleks/subordinatif:
a. Agar koperasi unit desa (KUD) berkembang,perlu dipikirkan
penciptaan kader-kader yang tangguh.
b. Ketika memberikan keterangan, saksi itu meneteskan air mata.
c. Pembangunan rumah susun itu memerlukan penelitian sebab
beberapa unit rumah susun belum berpenghuni.
d. Hujan turun berhari - hari sehingga banjir besar melanda kota itu.
e. Dengan menurunkan harga beberapa jenis BBM, kita berharap
kegiatan ekonomi tidak lesu lagi.
f. Pengurus lama berjanji bahwa koperasi kita akan memilih pengurus
baru.
g. Tempat itu kotor, makanya dia malas kalau disuruh ke situ.
h. Dia diam saja seakan-akan tidak tahu kesalahannya.
i. Semangat belajamya tetap tinggi meskipun usianya sudah lanjut.
j. Aku memahaminya sebagaimana ia memahamiku.
c. Jenis Kalimat Menurut Kelengkapan Unsurnya
Dipandang dari segi kelengkapan unsurnya, kalimat dibedakan menjadi dua,
yaitu kalimat sempurna (mayor) dan kalimat tak lengkap (minor).
i. Kalimat Sempurna (Mayor)
Kalimat sempurna adalah kalimat yang dasamya terdiri dari sebuah
klausa bebas. Oleh karena yang mendasari kalimat sempurna adalah suatu
klausa bebas maka kalimat sempurna ini cukup kalimat tunggal dan kalimat
majemuk. Contoh:
a. Ayah membaca koran. (K.S. dilihat dari kalimat tunggal).
b. Kalau saya mempunyai uang, saya akan membeli rumah itu.
ii. Kalimat Tak Sempurna (Minor)
Kalimat tak sempurna adalah kalimat yang subjek dan predikatnya tidak
lengkap atau dengan kata lain subjek dan predikatnya tidak ada sama sekali.
Kalimat tak sempurna ini mencakup kalimat pertanyaan, minor, dan seruan.
Contoh :
a. “Maksudmu?”
b. “Ayah di Sumatera Utara.”

d. Jenis Kalimat menurut Susunan Subjek dan Predikatnya


Jenis kalimat menurut susunan subjek dan predikatnya dapat dibagi menjadi
dua, yaitu kalimat versi dan kalimat inversi.
i. Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang berpola S-P. Kalimat ini bisa
dikatakan sama dengan kalimat tunggal tunggal yang mempunyai satu
klausa. Contoh:
a. Dokter menangani pasien itu dengan baik.
b. Mereka bersalaman.
ii. Kalimat inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang P-nya mendahului S sehingga
membentuk pola P-S. Selain merupakan variasi dari pola S-P, ternyata
kalimat berpola P-S dapat memberi penekanan atau ketegasan makna
tertentu. Memang kata atau frase yang pertama muncul dalam tuturan bisa
menjadi kata kunci yang mempengaruhi makna. Contoh:
a. Matikan televisi itu.
b. Tidak terkabul permintaannya.
e. Kalimat Menurut Sifat Hubungan Aktor-Aksi
Dipandang dari segi hubungan aktor-aksi, maka kalimat ini terbagi menjadi
empat, yaitu kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat medial, dan kalimat resiprokal.
i. Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat kalimat yang subjeknya sebagai pelaku atau
aktor. Kalimat aktif umumnya berawalan me- dan ber- pada P-nya. Contoh:
a. Anto mengambil buah mangga.
b. Adik bermain bola.
ii. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat - kalimat yang subjeknya berperan sebagai
penderita atau dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat pasif umumnya
berawalan di-, ter-, ke-an. Contoh:
a. Piring dicuci Anita.
b. Adik terjatuh di kamar mandi.
c. Suaranya kedengaran ke sana.
iii. Kalimat Medial
Kalimat medial adalah kalimat yang subjeknya berperan baik sebagai
pelaku dan atau sebagai penderita (objek). Contoh:
a. Dia menghibur dirinya.
b. Wanita itu menggantung dirinya sendiri.
c. Mereka menyusahkan diri sendiri.
iv. Kalimat Reiprokal
Kalimat resiprokal adalah kalimat yang subjek dan objeknya melakukan
sesuatu perbuatan yang berbalas - balasan. Contoh:
a. Saya sering tukar-menukar buku dengan si Joni.
b. Para pembeli ramai tawar-menawar dengan para pedagang.

f. Kalimat Inti dan Inti Kalimat


Kalimat inti adalah kalimat yang terdiri atas S dan P. Sedangkan inti kalimat
adalah kalimat yang terdiri atas inti-inti kalimat atau unsur-unsur kalimat yaitu S-
P-O.
Syarat-syarat kalimat inti:
i. Terdiri dari dua suku kata
ii. Berpola S dan P
iii. Intonasi netral
Syarat-syarat inti kalimat:
a) Terdiri dari tiga suku kata
b) Berpola S-P-0
c) Intonasi netral
Contoh:
a. Adik saya yang paling bungsu sedang mempelajari bahasa
Mandarin Kalimat inti: Adik mempelajari Inti kalimat: Adik
mempelajari bahasa Mandarin
b. Penelitian - penelitian mutakhir memusatkan perhatian pada
makanan dari soya, yang ternyata dapat membantu mencegah
kanker payudara. Kalimat inti: Penelitian - penelitian memusatkan
Inti kalimat: Penelitian - penelitian memusatkan perhatian
g. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud
penutur/penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula. Dengan kata lain kalimat efektif adalah
kalimat yang dapat mencapai sasarannya dengan baik sebagai alat komunikasi.
Kalimat efektif memiliki diksi (pilihan kata) yang tepat, tidak mengalami
kontaminasi frasa, sesuai ketentuan EYD, baik penulisan tanda baca dan penulisan
kata. Selain itu kalimat efektif juga memiliki enam syarat keefektifan, yaitu
adanya kesatuan, kepaduan, kepararelan, ketepatan, kehematan, dan kelogisan.
i. Kesatuan
Kesatuan dalam kalimat efektif adalah dengan adanya ide pokok (S dan
P) sebagai kalimat yang jelas . Contoh:
Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk.
(salah) K P
Yang tidak berkepentingan dilarang masuk. (benar)
S P
ii. Kepaduan
Kepaduan teijadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur
pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata,
frasa, tanda baca, dan fungsi sintaksis S-P-O-Pel-Ket. Kepaduan juga
menyangkut pemakaian kata tugas yang tepat. Contoh:
a. Kepada setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin
mengemudi. (tidak mempunyai subjek/subjeknya tidak jelas).
(salah)
b. Setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi
(subjeknya sudah jelas). (benar)
c. Kami telah membicarakan tentang hal itu. (salah) 4. Kami telah
membicarakan hai itu. (benar)
iii. Keparalelan
Keparalelan adalah pemakaian bentuk gramatikal yang sama untuk
bagian - bagian kalimat tertentu. Umpamanya alam sebuah perincian jika
unsur pertama menggunakan verba (kata kerja) dan seterusnya juga harus
verba. Jika unsur pertamanya nomina (kata benda), bentuk berikutnya juga
hams nomina. Contoh:
a. Kami telah merencanakan membangun pabrik, membuka hutan,
pelebaran jalan desa, dan membuat tali air. (salah)
b. Kami telah merencanakan membangun pabrik, membuka hutan,
melebarkan jalan desa, dan membuat tali air. (benar)
c. Kakakmu menjadi dosen atau sebagai pengusaha? (salah)
d. Kakakmu menjadi dosen atau menjadi pengusaha? (benar)
iv. Ketepatan
Ketepatan adalah kesesuain/kecocokan pemakaian unsur - unsur yang
membangun suatu kalimat sehingga terbentuk pengertian yang bulat dan
pasti. Contoh:
a. Karyawan teladan itu memang tekun belajar dari pagi sehingga
petang. (salah)
b. Karyawan teladan itu memang tekun belajar dari pagi sampai
petang. (benar)
v. Kehematan
Kehematan yaitu hemat pemakaian kata atau kelompok kata. Dengan
kata lain tidak mengalami gejala bahasa pleonasme. Dengan hemat kata,
diharapkan kalimat menjadi padat berisi. Contoh:
a. Hanya ini saja yang dapat saya berikan. (salah)
b. Hanya ini yang dapat saya berikan. (benar)
c. Ini saja yang dapat saya berikan. (benar)
vi. Kelogisan
Kelogisan di sini adalah terdapatnya arti kalimat yang logis/masuk akal.
Supaya efektif, kata - kata dalam sebuah kalimat tidak boleh menimbulkan makna
ambigu (ganda) atau tidak boleh mengandung dua pengertian. Contoh:
a. Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-57.(salah) Alasan: Seolah-olah
ada 57 negara Republik Indonesia.
b. Hari kemerdekaan ke-57 Republik Indonesia. (benar)
c. Kepada Bapak Gubemur waktu dan tempat kami persilahkan. (salah)
Alasan: Waktu dan tempat tidak mungkin kami persilahkan.
d. Bapak Gubemur kami persilahkan. (benar)

Anda mungkin juga menyukai