2
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis dalam makalah ini aakan membahas
mengenai:
1. Apa yang dimaksud kalimat dasar?
2. Apa saja jenis-jenis kalimat?
1.2 TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan kalimat dasar dan untuk mengetahui apa saja jenis-jenis kalimat.
1.4 MANFAAT
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan
juga wawasan mengenai materi yang ada dalam bahasa Indonesia khususnya pada
bagian kalimat dasar dan juga jenis-jenis kaliamatnya dan juga berguna untuk
memenuhi tugas mata kuliah umum bahasa Indonesia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. KALIMAT
2.2. KALIMAT DASAR
Kalimat dasar merupakan kalimat turunan yang bentuknya bisa berupa kalimat
tunggal ataupun kalimat majemuk (Ekowardono, 2022). Berkaitan dengan hal tersebut,
kalimat dasar merupakan pembangun kalimat majemuk tetapi pengaplikasiannya tetap
beda dengan bahasa inggris berpredikat verba sedangkan dalam bahasa Indonesia,
predikat bisa berupa kalimat verba, adjektiva, nomina, numeralia, ataupun frasa
preposisi (Ekowardono, 2002).
3
BAB III
PEMBAHASAN
4
3.2 POLA DASAR KALIMAT BAHASA INDONESIA
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk
tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:
S P (kata kerja)
S P (kata benda)
S P (kata sifat)
S P (kata bilangan)
5
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa
nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa
nomina atau frasa nominal. Misalnya:
S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat,
dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva. Misalnya:
S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa
nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal.
Misalnya:
S P O Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur
keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa
nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya:
S P K
6
6. Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan.
subjek nomina, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa
nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
S P O K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan.
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata
sifat, pelengkap berupa nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa frasa
berpreposisi. Misalnya :
S P Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba
intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau
frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
S P O Pel. K
7
Ket. Dalam kalimat tunggal tentu saja lima unsur tadi tidak muncul
sekaligus dikarenakan unsur minimal sebuah kalimat adalah S dan P.
Mengingat unsur pembentuk utamanya hanya S dan P yang serban
tunggal oleh karena itu disebut kalimat tunggal.
Berdasarkan frasa pengisi P-nya, kalimat tunggal terbagi lagi
menjadi empat macam yang diberi nama sesuai dengan unsur P-nya
masing-masing seperti contoh berikut:
Contoh:
a) kami mahasiswa Indonesia (kalimat nominal)
b) jawaban anak itu sangat tepat (kalimat adjectival)
c) kambing itu sedang merumpu (kalimat verbal)
d) mobil pak kades itu ada tiga (kalimat numeral)
Kalimat tunggal ada yang bisa dilengkapi dengan menambah satu
unsur O, Pel, dan Ket. Jadi, kalimat tunggal tidak hanya berupa kalimat
pendek. Apabila fungsi sintaksis utama yaitu S dan P tidak lagi tunggal,
nama kalimatnya pun bisa berubah menjadi kaliamt majemuk.
2. Kalimat majemuk
Kalimat majemuk merupakan kalimat gabungan dari dua atau
lebih kalimat tunggal. Kalimat majemuk mengandung lebih dari satu
klausa.
Contoh:
S P1 O1 P2 O2
8
Kalimat majemuk setara memiliki ciri-ciri: dibentuk dari dua atau
lebih kalimat tunggal, kedudukan setiap kalimat sederajat.
Kalimat majemuk merupakan gabungan kalimat, jadi kalimat yang
digabung tersebut disebut klausa.
Konjungtor untuk menggabungkan klausa dalam kalimat
majemuk setara, konjungtor tersebut menunjukkan jenis hubungan dan
menjalankan beberapa fungsi. Konjungtor tersebut terdapat pada tabel
berikut:
Pemilihan Atau
Contoh:
a) Pitter rajin membaca, baik Ketika menjadi mahasiswa maupun
setelah menikah.
b) Kamu ikut aku pulang, atau tinggal disini
4. Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk setara dan bertingkat jelas berbeda.
Perbedaannya terletak pada derajat klausa pembentuknya dimana tidak
setara karena klausa kedua merupakan perluasan dari klausa pertama.
Oleh sebab itu, konjungtor yang digunakan dalam kalimat majemuk
bertingkat adalah sebagai berikut:
9
Pengakibatkan Sampai-sampai, maka, sehingga
Contoh:
a) Aku memahamimu sebagaimana kamu memahamiku
b) Kita harus bekerja keras agar dapat kaya
10
Pembagian sembako gratis didesaku dilakukan minggu lalu.
2. Kalimat tanya (interogatif)
Kalimat tanya (interogatif) merupakan kalimat yang dipakai oleh
penulis guna mendapatkan informasi berupa jawaban yang diharapkan
dari mitra komunikasinya. Pada bahasa lisan kalimat berintonasi tinggi
sedangkan pada bahasa tulis diakhiri dengan tanda tanya.
Contoh:
Apakah buku ini milikmu?
3. Kalimat perintah (imperative)
Kalimat perintah (imperative) adalah kalimat yang dipakai
penulis untuk menyuruh atau melarang orang melakukan sesuatu. Pada
bahasa lisan kalimat ini berintonasi akhir menurun dan pada bahasa tulis
diakhiri dengan tanda seru atau tanda titik.
Contoh:
Antarkan bajumu ke laundry!
4. Kalimat seru (ekslamatif)
Kalimat seru (ekslamatif) digunakan penulis untuk menunjukkan
perasaan emosi yang kuat, termasuk kejadian tiba-tiba dan memerlukan
reaksi spontan. Pada bahasa lisan kalimat ini berintonasi naik sedangkan
pada bahasa tulis ditandai dengan tanda seru tanda titik.
Contoh:
Aduh, kaki saya tersandung!
11
BAB IV
PENUTUP
12
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2022). Modul Bahasa Indonesia Terampil Menulis dan Berbicara Ilmiah.
Surabaya.
13