Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kalimat bahasa Indonesia secara gramatikal setidaknya terdiri atas unsur
subjek dan unsur predikat. Sebuah kalimat dapat berdiri sendiri meskipun tanpa
objek atau keterangan, tapi unsur subjek dan predikat tidak dapat ditinggalkan.
Karena kedua unsur ini (subjek dan predikat) memiliki sifat ketergantungan.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun tulisan yang
mengungkapkan pikiran secara utuh. Dalam wujud lisan kalimat diungkapkan
dengan suara yang naik dan turun, lemah dan lembut, disela dengan jeda, dan
diakhiri dengan intonasi. Sedangkan dalam wujud tertulis kalimat diawali
dengan huruf kapital dan di akhiri dengan tanda titik, tanda tanya dan tanda seru.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari makalah ini adalah :
1. Jelaskan hakikat dalam kalimat ?
2. Bagaimana struktur dalam kalimat ?
3. Apa saja jenis kalimat berdasarkan jumlah kalimat ?
4. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif ?

1.3 Tujuan
Tujuan pembahasan tentang kalimat dalam makalah ini adalah untuk
menjelaskan :
1. Menjelaskan hakikat dalam kalimat
2. Struktur dalam suatu kalimat
3. Jenis kalimat berdasarkan jumlah kalimat
4. Menjelaskan tentang kalimat efektif
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun tulisan
yang mengungkapkan pikiran secara utuh. Dalam wujud lisan kalimat
diungkapkan dengan suara yang naik dan turun, lemah dan lembut, disela
dengan jeda, dan diakhiri dengan intonasi. Sedangkan dalam wujud tertulis
kalimat diawali dengan huruf kapital dan di akhiri dengan tanda titik, tanda
tanya dan tanda seru.
Kalimat diartikan sebagai satuan bahasa yang terdiri dari susunan kata,
frasa, atau klausa dalam bahasa Indonesia yang dapat berdiri sendiri dan
mempunyai makna tersendiri di dalamnya. Seperti hanya klausa, kalimat juga
mempunyai sejumlah ciri. Kalimat merupakan kesatuan dari morfem, fonem,
kata, frasa, dan/atau klausa. Sebuah kalimat dapat berdiri sendiri dan tidak
mempunyai pola intonasi akhir. Kalimat mengandung penggunaan huruf
kapital dan penggunaan tanda baca di dalamnya. Dalam bahasa Indonesia
kalimat mempunyai unsur-unsur yang terdiri atas subjek, predikat, objek,
pelengkap, dan keterangan. Syarat dalam suatu kalimat harus mempunyai pola
kalimat dasar beserta contohnya, makna denotatif, dan konotatif di dalamnya.
2.2 Struktur Kalimat
Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam
sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua
kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai
dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut kita
kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja harus didasarkan pada
kaidah yang berlaku.
Berdasarkan keterangan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti,
belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur
seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat,
objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam delapan
tipe sebagai berikut.
2.2.1 Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat
kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata
bilangan. Misalnya:
 Mereka / sedang berenang. = S / P (Kata Kerja)
 Ayahnya / guru SMA. = S / P (Kata Benda)
 Gambar itu / bagus.= S / P (Kata Sifat)
 Peserta penataran ini / empat puluh orang. = S / P (Kata Bilangan)

2.2.2 Kalimat Dasar Berpola S P O


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek
berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:

 Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah. = S / P / O

2.2.3 Kalimat Dasar Berpola S P Pel.


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap.
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif
atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva. Misalnya:

 Anaknya / beternak / ayam. = S / P / Pel.

2.2.4 Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan
pelengkap. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba
transitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa
nomina atau frasa nominal. Misalnya:

 Dia / mengirimi / saya / surat. = S / P / O / Pel.

2.2.5 Kalimat Dasar Berpola S P


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus
memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa
nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan
berupa frasa berpreposisi. Misalnya:

 Mereka / berasal / dari Surabaya. = S / P / K

2.2.6 Kalimat Dasar Berpola S P O K


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan
keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba
transitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa
berpreposisi. Misalnya:

 Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari. = S / P / O / K


2.2.7 Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, pelengkap, dan
keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba
intransitive atau kata sifat, pelengkap berupa nomina atau adjektiva, dan
keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya
 Ungu / bermain / musik / di atas panggung. = S / P / Pel. / K

2.2.8 Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap,
dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa
verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa
nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya:

 Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan. = S / P / O / Pel. / K

2.3 Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Kalimat


2.3.1 Kalimat Tunggal 
Kalimat yang hanya memiliki satu pola (klausa), yang terdiri dari
subjek dan predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang paling
sederhana. Kalimat tunggal yang sederhana ini dapat ditelusuri
berdasarkan pola-pola pembentukannya.
Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut :
o KB + KK (kata benda + kata kerja)
Contoh: Ibu memasak.
o KB + KS (kata benda + kata sifat)
Contoh: Anak itu sangat rajin.
o KB + KBil (kata benda + kata bilangan)
Contoh: Apel itu ada dua buah.
Kalimat tunggal terdiri dari 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Nominal yaitu jenis kalimat yang pola predikatnya
menggunakan kata benda.
Contoh: Adik perempuan saya ada dua orang.
2. Kalimat Verbal yaitu jenis kalimat yang menggunakan kata kerja
sebagai predikatnya.
Contoh: Saya sedang mandi.
Dua jenis kalimat tunggal diatas dapat dikembangkan dengan
menambahkan kata pada tiap unsur-unsurnya. Dengan adanya
penambahan tiap unsur-unsur itu, unsur utama masih dapat dengan
mudah dikenali. Perluasan kalimat tunggal itu terdiri atas:

1. Keterangan tempat, misalnya: disini, lewat jalan itu, di daerah ini, dll.
Contoh: Rumahnya ada di daerah ini.
2. Keterangan waktu, misalnya: setiap hari, pukul, tahun ini, tahun
depan, kemaren, lusa, dll. Contoh: Aktifitasnya dimulai pukul 08.30
pagi.
3. Keterangan alat, misalnya: dengan baju, dengan sepatu, dengan
motor, dll. Contohnya: Dia pergi dengan sepeda motor.
4. Keterangan cara, misalnya: dengan hati-hati, secepat mungkin, dll.
Contoh: Prakarya itu dibuat dengan hati-hati.
5. Keterangan modalitas, misalnya: harus, mungkin, barangkali, dll.
Contoh: Saya harus giat berlatih.
6. Keterangan aspek, misalnya: akan, sedang, sudah, dan telah.
Contoh: Dia sudah menyelesaikannya.
7. Keterangan tujuan, misalnya: untuk dirinya, untuk semua orang, dll.
Contoh: Orang itu membuat dirinya terlihat menawan.
8. Keterangan sebab, misalnya: karena rajin, karena panik, dll.
Contoh: Dia lulus ujian karena rajin belajar.
9. Keterangan tujuan (ket. yang sifatnya menggantikan),
contoh: penerima medali emas, taufik Hidayat.
10. Perluasan kalimat yang menjadi frasa, contoh: orang itu menerima
predikat guru teladan. Contoh perluasan kalimat tunggal:
 Ibu sedang menyapu halaman.
 Adik saya ada 2 orang yang masih sekolah.
 Saya sedang mandi pagi itu.

2.3.2 Kalimat Majemuk 

Kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri dari 2 atau


lebih kalimat tunggal, yang saling berhubungan baik secara kordinasi
maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis:

1. Kalimat Majemuk Setara adalah kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih


kalimat tunggal, dan kedudukan tiap kalimat tunggal itu ialah setara.
Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan kedalam beberapa
bagian, yaitu:
1. Kalimat majemuk setara penggabungan ialah jenis kalimat
yang dapat diidentifikasi dengan adanya kalimat yang
dihubungkan dengan kata “dan” atau “serta”. Contoh: "Aku
menulis surat itu dan Dia yang mengirimnya ke kantor pos.",
"Murid-murid membuat prakarya itu serta memajangnya di
pameran."
2. Kalimat majemuk setara pertentangan ialah jenis kalimat
majemuk yang dihubungkan dengan kata “tetapi”, “sedangkan”,
“melainkan”, “namun”. Contoh: "Anak itu rajin datang
kesekolah, tetapi nilainya selalu merah.", "Ibu memasak didapur,
sedangkan saya membersihkan rumah.", "Yang membuat
prakarya itu bukan adiknya, melainkan kakaknya yang membuat
prakarya itu.", "Dia tidak membuat makanan itu namun hanya
menyiapkannya untuk para tamu."
3. Kalimat majemuk setara pemilihan ialah jenis kalimat
majemuk yang didalam kalimatnya dihubungkan dengan kata
“atau”. Contoh" "Dia bingung memilih antara buah apel atau
buah anggur."
4. Kalimat majemuk setara penguatan ialah jenis kalimat yang
mengalami penguatan dengan menambahkan kata “bahkan”.
Contoh: "Dia tidak hanya pandai bermain alat musik, dia bahkan
pandai bernyanyi."
2. Kalimat Majemuk Bertingkat adalah penggabungan dua kalimat atau
lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat
majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat.
Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk
kalimat. Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat
majemuk bertingkat terdiri dari 10 macam, yakni:
1. Waktu, misal: ketika, sejak, saat ini. Contoh: "Rumah makan
itu sudah berdiri sejak orang tuaku menetap di kota ini.", "Orang
tuaku meninggalkan kota ini ketika umurku beranjak 3 tahun."
2. Sebab, misal: karena, oleh karena itu, sebab, oleh sebab itu.
Contoh: "Dia pergi dari rumah karena bertengkar dengan
istrinya."
3. Akibat, misal: hingga, sehingga, maka. Contoh: "Hari ini
hujan sangat deras di Ibukota hingga mampu menggenangi
beberapa ruas jalan."
4. Syarat, misal: jika, asalkan, apabila. Contoh: "Dia harus giat
belajar jika ingin nilainya sempurna.", "Tanaman itu bisa
tumbuh dengan subur asalkan dirawat dengan baik."
5. Perlawanan, misal: meskipun, walaupun. Contoh: "Dia ingin
masuk ke perguruan tinggi di Jakarta walaupun nilai
kelulusannya tidak memenuhi syarat.", "Dia selalu pergi
kesekolah dengan berjalan kaki meskipun dia tahu kalau jarak
antara rumah dan sekolahnya sangat jauh."
6. Pengandaian, misal: andaikata, seandainya. Contoh: "Tim kita
bisa menjadi juara 1 andaikata kita berusaha lebih keras lagi."
7. Tujuan, misal: agar, supaya, untuk. Contoh: "Dia bekerja
disini agar mendapatkan biaya hidup.", "Pria itu membuatkan
sebuah rumah di daerah "A" untuk kedua orangtuanya."
8. Perbandingan, misal: bagai, laksana, ibarat, seperti. Contoh:
"Wajah anak itu bagai bulan kesiangan.", "Anaknya yang suka
membangkang itu ibarat Malin Kundang di zaman modern."
9. Pembatasan, misal: kecuali, selain. Contoh: "Dia memiliki
bakat menyanyi selain bakat bermain musik."
10. Alat, misal: (dengan + Kata Benda) dengan mobil, dll.
Contoh: "Orang itu pergi ke kantor dengan mobil."
11. Kesertaan, misal: dengan + orang. Contoh: "Murid-murid
sekolah dasar pergi berdarmawisata dengan para guru."
3. Kalimat Majemuk Campuran adalah kalimat majemuk yang
merupakan penggabungan antara kalimat majemuk setara dengan
kalimat majemuk bertingkat. Minimal pembentukan kalimatnya
terdiri dari 3 kalimat.
Contoh:

1. Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)


2. Rina membaca buku dikamar. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
3. Ketika aku datang kerumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti
keterangan waktu)
Hasil penggabungan ketiga kalimat diatas.
Toni bermain dengan Kevin dan Rina membaca buku dikamar,
ketika aku datang kerumahnya. (kalimat majemuk campuran)

2.4 Kalimat Efektif


Kalimat efektif adalah kalimat yang disusun berdasarkan kaidah-kaidah
yang berlaku, seperti unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat
(subjek dan predikat); memperhatikan ejaan yang disempurnakan; serta cara
memilih kata (diksi) yang tepat dalam kalimat. Kalimat yang memenuhi kaidah-
kaidah tersebut jelas akan mudah dipahami oleh pembaca atau pendengar.
Beberapa ciri kalimat efektif yang kami kumpulkan, diantaranya:
 Memakai diksi yang tepat.
 Mempunyai unsur pokok atau penting, minimal Subjek Predikat (SP).
 Taat kepada tata aturan ejaan yang disempurnakan (EYD) yang berlaku.
 Melakukan penekanan ide pokok.
 Mengacu kepada penghematan penggunaan kata.
 Memakai kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai.
 Memakai variasi struktur kalimat.
 Memakai kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logis dan
sistematis.
 Mewujudkan koherensi yang baik dan kompak.
 Memperhatikan pararelisme.
 Merupakan komunikasi yang berharkat.
 Diwarnai kehematan.
 Didasarkan pada pilihan kata yang baik.

Ada 6 syarat atau prinsip yang harus terpenuhi agar bisa tertulis kalimat


yang efektif, apa saja? dibawah ini:
1. Kesatuan
Menurut Amran Tasai dan Arifin, kesatuan adalah keseimbangan antara
pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang digunakan. Kesatuan gagasan
kalimat ini diperlihatkan oleh kesepadanan yang kompak dan kepaduan pikiran
yang baik. Ciri-ciri yang kesatuan:
a. Adanya subjek dan predikat yang jelas.
Hindari menggunakan kata depan (di, ke, sebagai, dll) sebelum subjek.
Contoh kalimat kesatuan:
 Di rumah adat para petua mendiskusikan masalah kejahatan yang terjadi.
(Salah)
 Para tetua adat mendiskusikan masalah kejahatan yang terjadi di rumah
adat. (Benar)
b. Tidak terdapat subjek ganda
Misalnya:
 Pembangunan jalan itu kami dibantu oleh warga desa. (Salah)
 Dalam membangun jalan itu, kami dibantu oleh warga desa. (Benar)

c. Tidak menggunakan kata penghubung intrakalimat dalam kalimat tunggal


Misalnya:
 Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama (Salah)
 Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti
acara pertama. (Benar)
d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang
Misalnya:
 Bahasa Indonesa yang berasal dari bahasa Melayu.(Salah)
 Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.(Benar)

2. Kehematan
Menurut Finoza, kehematan adalah usaha menghindari pemakaian
kata yang tidak perlu. Hemat disini berarti tidak menggunakan kata-kata
mubazir, tidak menjamakkan kata yang sudah berbentuk jamak, dan tidak
mengulang subjek. Dengan menghemat kata, kalimat menjadi padat dan
berisi. Contoh kalimat kehematan:
 Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke pesta itu. (Salah)
 Karena tidak diundang, dia tidak datang ke pesta itu. (Benar)
 Presiden SBY menghadiri Rapin ABRI hari Senin (Salah)
 Presiden SBY menghadiri rapat ABRI Senin itu. (Benar)
 Dia hanya membawa badannya saja (Salah)
 Dia membawa badannya saja / Dia hanya membawa badannya.  (Benar)
 Para tamu-tamu (Salah)
 Para tamu/ Tamu-tamu. (Benar)

3. Keparalelan
Menurut Amran Tasai dan Arifin, keparalelan merupakan kesamaan
bentuk yang digunakan dalam kalimat itu. Maksudnya yaitu jika pada kata
pertama berbentuk verba, maka kata kedua juga harus berbentuk verba.
Contoh kalimat keparalelan:
 Sang tutor menjelaskan, memaparkan, dan penerapan sebuah aplikasi
pada para praktikan. (Salah)
 Sang tutor menjelaskan, memaparkan, dan menerapkan sebuah aplikasi
pada para praktikan. (Benar).
4. Kelogisan
Menurut Arifin dan Amran Tasai, kelogisan adalah ide kalimat itu
dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang
berlaku. Contoh kalimat efektif kelogisan:
 Waktu dan tempat kami persilahkan. (Salah)
 Bapak dosen kami persilahkan. (Benar)

5. Kepaduan (Koherensi)
Menurut Finoza, koherensi adalah terjadinya hubungan yang padu
antara unsur-unsur pembentukan kalimat. Merupakan syarat dari kalimat
efektif agar diharapakan nantinya setiap informasi yang diterima tidak
terpecah-pecah. Ciri-ciri di contoh koherensi dibawah ini yaitu koherensi
yang rusak karena tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola
kalimat. Misalnya:
 Ikan memakan adik tadi pagi (Salah)
 Adik memakan ikan tadi pagi (Benar)
 Selain itu, satu contoh lagi koherensi yang rusak karena menyisipkan
sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan
objek penderita.
Contoh kalimat kepaduan:
 Mereka membahas daripada kehendak rakyat. (Salah)
 Mereka membahas kehendak rakyat. (Benar)

6. Ketepatan
Menurut Finoza, ketepatan adalah kesesuaian atau kecocokan
pemakaian unsur-unsur yang membentuk suatu kalimat sehingga tercipta
pengertian yang bulat dan pasti. Contoh kalimat ketepatan, misalnya
dibawah ini tentang kesalahan dalam penggunaan tanda koma:
 Sidik lupa bagaimana cara melukis, mengecat dan berjahitan. (Salah)
 Sidik lupa bagaimana cara melukis, mengecat, dan menjahit.(Benar)

BAB III
SIMPULAN

4.1 Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikibooks.org/wiki/Subjek:Bahasa_Indonesia/Materi:kalimat

http://www.yuksinau.id/kalimat-efektif/

https://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat

https://www.slideshare.net/cynthiacrline/karya-ilmiah-bahasa-indonesia-membaca-cepat

https://www.plengdut.com/cara-mudah-membuat-makalah/66/

Anda mungkin juga menyukai