Anda di halaman 1dari 5

135 IPTEK: Jurnal Hasil Pengabdian Masyarakat Vol. 1., No.

2, 2021

Pelatihan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko pada


Laboratorium Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas
Teknik Universitas Negeri Makassar
Moh, Junaedy R.1, Anas Arfandi2, Taufiq Natsir3
1,2,3
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil & Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Makassar

Abstrak. Mitra Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini adalah Asisten laboratorium,
mahasiswa dan pengguna laboratorium. Masalahnya adalah masih kurangnya pengetahuan yang
dimiliki oleh mitra tentang tata cara keselamatan bekerja di laboratorium, penggunaan alat-alat
Laboratorium guna mengurangi resiko bahaya, serta pengunaan bahan-bahan kimia yang ramah
lingkungan, serta peralatan penunjang penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
dalam laboratorium. Oleh karena itu mitra perlu dibekali pengetahuan akan pentingnnya K3
dalam suatu laboratorium. Metode yang digunakan dalam program kemitraan masyarakat ini
yaitu metode pendampingan (mentoring) dan metode partisipatory rural approach (PRA).
Metode pendampingan dilakukan untuk merubah paradigma berpikir bagaimana pengelolaan
laboratorium agar dapat meminimalisir potensi kecelakaan kerja. Metode PRA dilakukan untuk
membangkitkan rasa memiliki (sense of belonging) mitra terhadap produk yang akan
dikembangkan, dan rasa tanggungjawab (sense of responsibility) mitra terhadap produk dan
lingkungan yang ada disekitarnya. Metode utama yang ditempuh dalam kegiatan Program
Kemitraan Masyarakat (PKM) ini ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi dan learning by
doing. Hasil dari program kemitraan ini adalah dengan adanya pelatihan K3 ini dapat
meningkatkan pengetahuan mitra bagaimana pencegahan dan pertolongan pertama pada
kecelakaan di laboratorium, serta memberikan informasi tentang bagaimana memilih bahan
kimia yang aman dan tidak berbahaya bagi lingkungan serta peralatan penunjang penerapan K3
di dalam laboratorium.

PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki angka kecelakaan kerja yang
tinggi sesuia data pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan RI (2015), menyatakan angka
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK) di Indonesia masih tinggi. Jumlah kasus
kecelakaan akibat kerja pda tahun 2011-2014 yang paling tinggi yaitu pada tahun 2013 yaitu
35.917 kasus kecelakaan kerja (2011=9.891; 2012=21.735; 2014=24.910), sedangkan untuk
kasus penyakit akibat kerja paling tinggi juga pada tahun 2013 yaitu 97.144 (2011=57.299;
2012=30.322; 2014=40.694) (Parhusip & Putri Arista Putri, 2019). Setiap pekerjaan selalu
mengandung potensi risiko bahaya dalam bentuk kecelakaan kerja. Besarnya potensi kecelakaan
dan penyakit akibat kerja tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang
digunakan, tata ruang dan lingkungan serta kualitas manajemen dan tenaga pelaksana (Ponda &
Fatma, 2019). Maka dari itu pelaksanaa K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) sangat penting
diterapkan dalam berbagai jenis pekerjaan untuk mencegah kecelakaan (YU et al., 2008).
Keselamatan kerja adalah salah satu program untuk melindungi karyawan atau pekerja saat
bekerja atau saat berada ditempat kerja dari risiko kecelakaan kerja dan kerusakan mesin atau
Pelatihan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko 136

alat kerja untuk mencegah dan menghilangkan sebab terjadinya kecelakaan (Muhtia et al.,
2020). Kesadaran atas pentingnya penerapan K3 diberbagai bidang sebaiknya dilakukan sejak
dini, mulai dari bangku pendidikan dasar sampai perguruan tinggi (Israwaty & Musfirah, 2020).
Perguruan tinggi atau Universitas juga harus menjadi contoh penerapan dan pembinaan K3
sebagai pembelajaran dan pembiasaan kepada mahasiswa. Praktikum merupakan salah satu
kegiatan yang wajib dilakukan di perguruan tinggi yang berpotensi menimbulkan angka
kecelakaan dalam pelaksanaannya, Sarana tempat simulasi praktek kerja salah satunya adalah
Laboratorium yang ada pada tiap jurusan (Indrayani & Sulianti, 2014).
Laboratorium harus menerapkan standar operasional prosedur yang benar dalam
pengelolaannya termasuk penerapan K3 (Ningsih et al., 2016). Tiap-tiap laboratorium juga
dilengkapi dengan alat-alat canggih yang menyesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan serta
juga material-material praktikumnya. Pada setiap alat dan material untuk praktikum pasti
memiliki penanganan khusus, hal ini dimaksud agar alat dan material tidak rusak serta tidak
membahayakan sekitarnya. Selain alat dan bahan, laboratorium yang baik harus memperhatikan
keadaan ruangan dimana praktik dilakukan, dalam upaya membuat membuat aman dan nyaman,
serta tidak terjadi kecelakaan kerja. hal itu yang harus dihindari bahkan dihilangkan (Israwaty &
Musfirah, 2020).
Widiastuti et al., (2019) menyatakan kecelakaan kerja harus ditangani sesegera mungkin yang
biasanya diakibatkan oleh faktor fisik, kimia, biologis, psikologis, fisiologis, serta mental psikologis
atau tindakan dari manusia sendiri. Selain kecelakaan kerja yang disebabkan oleh teknis, ada
pula kecelakaan kerja yang disebabkan oleh kurangnya perhatian pimpinan atau menejemen
terkait dengan peralatan yang digunakan. Gunawan (2015) menyatakan bahwa kesadaran dan
tanggung jawab para pemimpin untuk melindungi para pekerjanya dari risiko operasi masih
sangat rendah. Banyak pemimpin perusahaan yang beranggapan kecelakaan kerja yang terjadi
itu dikarenakan nasib. Para pemimpin tersebut tidak melihat bahwa terjadinya kecelakaan
karena mengesampingkan K3 lebih tinggi biaya yang harus ditanggung dibandingkan biaya
mencegah kecelakaan itu.
Banyak kegiatan yang dilakukan pada Laboratorium Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas (PTSP) Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar seperti pengujian tanah, pengujian
bahan, pengujian aspal, laboratorium kayu, kegiatan praktek atau pengujian yang menggunakan
bahan-bahan kimia dan lain-lain. Akan tetapi laboratorium-laboratorium tersebut tidak memiliki
standar operasi ketika berada pada laboratorium, ataupun beberapa telah memiliki standar
operasi tetapi tidak terlihat oleh umun dan tidak maksimal dalam menjalankannya. Keamanan
dari sisi K3 juga masih perlu ditingkatkan, hal ini terlihat dari sistem ventilasi udara yang terbatas,
ketersediaan APAR, dan kelengkapan alat pelindung diri (APD).
Berdasarkan permasalahan di atas, maka akan dilakukan pelatihan terkait mengidentifikasi
potensi risiko bahaya pada laboratorium-laboratorium PTSP serta dapat memberikan solusi dan
rekomendasi terkait dengan potensi bahaya dan risiko pada laboratorium guna mengurangi
risiko bahaya sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja, dari yang nearmiss hingga yang
fatal.
METODE YANG DIGUNAKAN
Pada pelaksanaan kegiatan program kemitraan masyarakat ini, maka metode pelaksanaan
yang akan dilakukan berupa metode pendampingan (mentoring) dan metode partisipatory rural
approach (PRA). Metode pendampingan dilakukan untuk merubah paradigma berpikir
bagaimana pengelolaan laboratorium agar dapat meminimalisir potensi kecelakaan kerja.
137 IPTEK: Jurnal Hasil Pengabdian Masyarakat Vol. 1., No. 2, 2021

Metode PRA dilakukan untuk membangkitkan rasa memiliki (sense of belonging) mitra terhadap
produk yang akan dikembangkan, dan rasa tanggungjawab (sense of responsibility) mitra
terhadap produk dan lingkungan yang ada disekitarnya.
Metode utama yang ditempuh dalam kegiatan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini
adalah:
1. Pada waktu penyajian materi metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi, tanya jawab.
2. Pada saat latihan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang digunakan adalah demonstrasi
dan learning by doing.

PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN


Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini berlangsung pada beberapa Laboratorium di
FakultasTeknik Universitas Negeri Makassar. Pada tahap ini mitra menjelaskan secara langsung
bahan dan alat yang digunakan, serta mempraktikkan secara langsung pentingnya Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) dalam suatu Laboratorium.

Gambar 1. Tim Pengabdi Menjelaskan Materi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Gambar 2. Penyusunan Job Safety Analisis (JSA) Laboratorium Pengujian Bahan


Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan pengabdian pada masyarakat yang telah dilakukan dapat menyelesaikan
beberapa permasalahan mitra sehingga kegiatan ipteks bagi masyarakat yang dilakukan dapat
dikatakan berhasil. Adapun hasil kegiatan yang telah dilakukan adalah dengan adanya pelatihan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ini dapat meningkatkan pengetahuan mitra (asisten
laboratorium, mahasiswa, dan pengguna laboratorium) bagaimana pencegahan dan pertolongan
pertama pada kecelakaan di laboratorium, serta memberikan informasi tentang bagaimana
Pelatihan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko 138

memilih bahan kimia yang aman dan tidak berbahaya bagi lingkungan serta peralatan penunjang
penerapan K3 di dalam laboratorium. Beberapa contoh analisis keselamatan pekerjaan
ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 3. Contoh JSA pada Laboratorium Pengujian Bahan

Gambar 4. Contoh JSA pada Laboratorium Pengujian Tanah

KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan program kemitraan masyarakat, dapat disimpulkan bahwa:
1. Laboratorium harus menerapkan standar operasional prosedur yang benar dalam
pengelolaannya, khususnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sangat penting
diterapkan, agar dapat mengidentifikasi potensi bahaya pada laboratorium.
2. Kegiatan pelatihan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) tersebut, mitra dapat
memahami identifikasi dan penanggulangan resiko bahaya dan kecelakaan kerja
139 IPTEK: Jurnal Hasil Pengabdian Masyarakat Vol. 1., No. 2, 2021

UCAPAN TERIMA KASIH


Program Kemitraan Masyarakat ini dapat terselenggara atas bantuan, arahan, dan dukungan
moral maupun material dari berbagai pihak. Untuk itu ucapkan terima kasih kami ucapkan
kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Makassar selaku pembina Universitas Negeri Makassar.
2. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Negeri Makassar,
Dekan Fakultas Teknik, Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan, atas izin dan
dukungannya dalam melakukan kegiatan program kemitraan masyarakat ini.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan program kemitraan
masyarakat ini yang tidak sempat kami sebut namanya satu persatu.

DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, F. A. (2015). Risk Based Behavioral Safety. Gramedia Pustaka Utama.
Indrayani, I., & Sulianti, I. (2014). Kajian Penerapan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Dalam
Proses Belajar Mengajar Di Bengkel Dan Laboratorium Politeknik Negeri
Sriwijaya. PILAR, 10(1).
Israwaty, I., & Musfirah, M. (2020). Pelatihan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Laboratorium IPA Kampus V Parepare UNM. PENGABDI, 1(1).
Muhtia, S. A., Fachrin, S. A., & Baharuddin, A. (2020). Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dengan Metode HIRARC (Hazard Identification, Risk Assesment, Risk Control) pada
Pekerja PT. Varia Usaha Beton Cabang Makassar. Window of Public Health Journal, 166–175.
Ningsih, R., Azhar, A. R., & Paripurno, M. P. A. (2016). Manajemen Risiko Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) dalam Praktikum Pengelasan (Studi Kasus: di Welding Centre
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya). Seminar MASTER PPNS, 1(1), 103–108.
Parhusip, R. I. S., & Putri Arista Putri, D. (2019). Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Paparan
Gas Karbon Monoksida (Co) Pada Pekerja Pemanggang Kemplang Di Desa Lubuk Sakti
Tahun 2019. Sriwijaya University.
Ponda, H., & Fatma, N. F. (2019). Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Departemen Foundry PT. Sicamindo. Heuristic,
16(2).
Widiastuti, R., Prasetyo, P. E., & Erwinda, M. (2019). Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko
untuk Mengendalikan Risiko Bahaya di UPT Laboratorium Terpadu Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa. Industrial Engineering Journal of the University of Sarjanawiyata
Tamansiswa, 3(2).
YU, H., WANG, Y., & LI, X. (2008). On Job Safety Analysis. Safety and Environmental Engineering, 2.

Anda mungkin juga menyukai