Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN HERPES

Pembimbing:
Gustina,SKp,M.Kes

Oleh,
Kelompok II :
1. Abdul muhyi Hamli 7. Yuni Kartika
2. Erry Triatmojo 8. Karen Divina Jasmine
3. Ida Nurliana 9. Tiwi Sapitri
4. Tira Argianti Suswita 10.Anis Septianingsih
5. Shinta Wulandari 11.Syintia Nova Kristi
6. Elvi Juwita 12.Syaidah Rusli Hadinah

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PERSAHABATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
Keperawatan Medikal Bedah III

2013
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Herpes zoster adalah infeksi virus pada kulit. Herpes simpleks virus merupakan
salah satu virus yang menyebabkan penyakit herpes pada manusia. Tercatat ada
tujuh jenis virus yang dapat menyebabkan penyakit herpes pada manusia yaitu,
herpes simpleks, Varizolla zoster (VZV), Cytomegalovirus (CMV), Epstein Barr
(EBV), dan human herpes virus tipe 6 (HHV-6), tipe 7 (HHV-7), tipe 8 (HHV-8).
Semua virus herpes memiliki ukuran dan morfologi yang sama dan semuanya
melakukan replikasi pada inti sel.

Perbedaan antara Hervers dan Verisela. Hervers simpleks dapat bervariasi dari
satu individu ke individu lain. Infeksi pertama berlangsung lebih lama dan lebih
berat, kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala lain seperti demam, lemas,
nyeri di sekitar mulut, tidak mau makan dan dapat ditemukan pembengkakan
kelenjar getah bening. Gejala utamanya berupa vesikel yang berkelompok di atas
kulit yang lembab dan merah, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi keruh,
terkadang gatal dan dapat menjadi krusta. Krusta ini kemudian akan lepas dari
kulit dan memperlihatkan kulit yang berwarna merah jambu yang akan sembuh
tanpa bekas luka. Vesikel ini dapat timbul di tubuh bagian mana saja, namun
paling sering timbul di daerah sekitar mulut, hidung, daerah genital dan bokong.
Setelah itu, penderita masuk dalam fase laten, karena virus tersebut sebenarnya
masih terdapat di dalam tubuh penderita dalam keadaan tidak aktif di dalam
ganglion (badan sel saraf), yang mempersarafi rasa pada daerah yang terinfeksi.
HSV disebarkan melalui kontak langsung antara virus dengan mukosa atau setiap
kerusakan di kulit. Virus herpes tidak dapat hidup di luar lingkungan yang lembab

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Herves 2


Keperawatan Medikal Bedah III

dan penyebaran infeksi melalui cara selain kontak langsung kecil


kemungkinannya terjadi. Sedangkan varisela mulai timbul 10-21 hari setelah
terinfeksi. Pada anak-anak yang usianya berkisar 10 tahun gejala pertamanya
adalah sakit kepala, demam sedang, dan rasa tidak enak di badan.Gejala tersebut
tidak ditemukan pada anak-anak di bawah usia 10 tahun dan akan menjadi gejala
yang berat jika menyerang anak yang lebih dewasa.24-36 jam pertama setelah
timbulnya gejala awal, muncul ruam di badan dan kemudian tersebar ke wajah,
tangan, dan kaki. Selain itu ruam juga akan muncul di selaput mukosa seperti di
bagian dalam mulut atau vagina. Ruam yang awalnya berbentuk bintik-bintik
merah datar (makula), akan menjadi bintik-bintik menonjol (papula), membentuk
lepuhan berisi cairan (vesikel), yang terasa gatal, dan pada akhirnya mengering.
Proses ini memakan waktu 6-8 jam, selanjutnya akan terbentuk bintik-bintik dan
lepuhan baru.Pada hari kelima biasanya tidak terbentuk lepuhan baru, seluruh
lepuhan akan mengering pada hari keenam, dan akan menghilang dalam waktu
kurang dari 20 hari Penularan.Virus varicella zoster menyebar melalui udara.
Orang dengan daya tahan tubuh rendah dapat terserang virus ini. Penularan dapat
muncul sejak 48 jam sebelum ruam pertama muncul hingga 5 hari setelahnya.
Setelah tertular, biasanya dibutuhkan waktusekiter 10-21 hari gejala pertama
muncul. Jangka waktu ini dikenal sebagai masa inkubasi. Cacar air ditularkan
melalui udara prnapasan, kontak langsung dengan cairan ruam, dan kontak
dengan cairan yang tekena cairan ruam, seperti handuk, seprei, atau selimut.
Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini
menyebabkan timbulnya penyakit varisela, sedangkan reaktivasi (keadaan
kambuh setelah sembuh dari varisela) menyebabkan herves zoster.

Melihat kondisi seperti tersebut di atas, maka penulis menyusun makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada pasien Herves”. Perawat harus dapat
mendeteksi secara dini tanda dan gejala klien dengan herves. Sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien dengan herves.

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Herves 3


Keperawatan Medikal Bedah III

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

a. Untuk menambah pengetahuan mengenai Keperawatan


Medikal Bedah tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Herves

b. Agar mahasiswa lebih memahami seputar Perbedaan Penyakit


Herves dan Varisela .

2. Tujuan khusus

a. Agar lebih memahami tentang Keperawatan Medikal Bedah


Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Herves

b. Agar memenuhi tugas mata ajar Konsep Dasar Manusia.

C. Sistematika Penulisan
Adapun penulisan makalah ini adalah:
BAB I. Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II. Konsep Dasar Penyakit yang terdiri dari anatomi fisiologi, pengertian,
penyebab, patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostik,
komplikasi, dan penatalaksanaan medis.
BAB III. Konsep Asuhan Keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa,
perencanaan, dan evaluasi.
BAB IV. Pembahasan Kasus

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Herves 4


Keperawatan Medikal Bedah III

BAB V. Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.


DAFTAR PUSTAKA

BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi

Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutupi seluruh tubuh dan melindungi
tubuh dari bahaya yang datang dari luar. Kulit merupakan bagian tubuh yang
perlu mendapat perhatian khusus untuk memperindah kescantikan, selain itu
kulit dapat membantu menemukan penyakit yang didrita pasien (Syaifuddin,
2011).

1. Susunan Kulit Manusia

Menurut Syaifuddin (2011), Kulit manusia tersusun atas tiga lapisan, yaitu
epidermis, dermis dan subkutis.

a. Epidermis

Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki


tebal yang berbeda-beda: 400-600 um untuk kulit tebal (kulit pada

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Herves 5


Keperawatan Medikal Bedah III

telapak tangan dan kaki) dan 75-150 um untuk kulit tipis (kulit selain
telapak tangan dan kaki, memiliki rambut).

b. Dermis

Dermis yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan


yang bervarias bergantung pada daerah tubuh dan mencapai
maksimum 4 mm di daerah punggung. Dermis terdiri atas dua lapisan
dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum
reticular.

1) Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis,


terdiri atas jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati
fibroblast, sel mast, makrofag, dan leukosit yang keluar dari
pembuluh (ekstravasasi).

2) Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan


tersusun atas jaringan ikat padat dan serat kolagen.

c. Hipodermis
Hipodermis adalah lapisan bawah kulit yang terdiri atas jaringan
pengikat longgar, komponennya serat longgar, elastis, dan sel lemak.

B. Pengertian
Herpes zooster adalah radang kulit akut dan setempat yang merupakan
reaktivasi virus variselo-zaster dari infeksi endogen yang telah menetap dalam
bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus ( Marwali, 2000).
Sedangkan menurut Sjaiful (2002), merupakan penyakit neurodermal ditandai
dengan nyeri radikular unilateral serta erupsi vesikuler berkelompok dengan

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Herves 6


Keperawatan Medikal Bedah III

dasar eritematoso pada daerah kulit yang dipersarafi oleh saraf kranialis atau
spinalis.

Demikian menurut Mansjoer A (2007). Herpes zoster (dampa,cacar ular) adalah


penyakit yang disebabkan infeksi virus varisela-zoster yang menyerang kulit
dan mukosa. Infeksi ini merupakan reaktivasi virusyang terjadi setelah infeksi
primer.

Dari tiga pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan, herpes zooster adalah
radang kulit akut dan setempat yang merupakan reaktivasi virus variselo-zaster
yang menyerang kulit dan mukosa ditandai dengan nyeri radikular unilateral
serta erupsi vesikuler berkelompok dengan dasar eritematoso.

C. Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster .
Infeksiositas virus ini dengan cepat dihancurkan oleh bahan organic, deterjen,
enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 14–21
hari.
a. Faktor Resiko Herpes zoster.
1) Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat
daya tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster
makin tinggi pula resiko terserang nyeri.
2) Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised)
seperti HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan
manifestasi pertama dari immunocompromised.
3) Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
4) Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum
tulang.
1) Stress

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Herves 7


Keperawatan Medikal Bedah III

Secara umum, penyebab dari terjadinya herpes simpleks ini adalah sebagai
berikut, Herpes Virus Hominis (HVH), Herpes Simplex Virus (HSV),
Varicella Zoster Virus (VZV), Epstein Bar Virus (EBV) dan Citamoga lavirus
(CMV)

Namun yang paling sering herpes simpleks disebabkan oleh virus herpes
simpleks tipe I dan tipe II. Cara penularan melalui hubungan kelamin, tanpa
melalui hubungan kelamin seperti melalui alat-alat tidur, pakaian, handuk atau
sewaktu proses persalinan/partus pervaginaan pada ibu hamil dengan infeksi
herpes pada alat kelamin luar.

D. Patofisiologi
Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells zoster) ini
pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus mengadakan replikasi dan
dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan
asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo
Endothelial System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi kedua yang
sifat viremianya lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit
dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu
atau lebih ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama
antibodi yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang
laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut
turun dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi
herpes zoster.

Patofisiologi herpes simpleks masih belum jelas, ada kemungkinan :


a. Infeksi primer akibat transmisi virus secara langsung melalui jalur neuronal dari
perifer ke otak melalui saraf Trigeminus atau Offactorius.
b. Reaktivitas infeksi herpes virus laten dalam otak.

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Herves 8


Keperawatan Medikal Bedah III

c. Pada neonatus penyebab terbanyak adalah HSV-2 yang merupakan infeksi dari
secret genital yang terinfeksi pada saat persalinan.

E. Manifestasi Kliniks
1. Gejala prodomal
a. Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung
selama 1 – 4 hari.
b. Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam, sakit kepala, fatige, malaise,
nusea, rash, kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan kulit), neri, (rasa
terbakar atau tertusuk), gatal dan kesemutan. Nyeri bersifat segmental dan
dapat berlangsung terus menerus atau hilang timbul. Nyeri juga bisa terjadi
selama erupsi kulit.
c. Gejala yang mempengaruhi mata : Berupa kemerahan, sensitive terhadap
cahaya, pembengkakan kelopak mata. Kekeringan mata, pandangan kabur,
penurunan sensasi penglihatan dan lain – lain.
2. Timbul erupsi kulit
a. Kadang terjadi limfadenopati regional
b. Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah
yang dipersarafioleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh
bagian tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis.
c. Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul–
papul dan dalam waktu 12–24 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada
hari ketiga berubah menjadi pastul yang akan mengering menjadi krusta
dalam 7–10 hari. Krusta dapat bertahan sampai 2–3 minggu kemudian
mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental juga menghilang
d. Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke 4 dan kadang–kadang sampai
hari ke 7
e. Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan
jaringan parut (pitted scar)

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Herves 9


Keperawatan Medikal Bedah III

f. Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih
sensitive terhadap nyeri yang dialami.

F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster. Tes diagnostic ini untuk
membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :
1. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan
herpes zoster dan herpes simplex.
2. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan
diagnosis herpes virus
3. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
4. Pemeriksaan histopatologik
5. Pemerikasaan mikroskop electron
6. Kultur virus
7. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (virus varisela zoster)
8. Deteksi antibody terhadap infeksi virus:
a. Virologi:
1) Mikroskop cahaya.
2) Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi).
3) PCR,
4) Kultur Virus,
b. Serologi
1) ELISA,
2) Western Blot Test,
3) Biokit HSV-II.

G. Komplikasi

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Herves 10


Keperawatan Medikal Bedah III

Herpes zoster tidak menimbulkan komplikasi pada kebanyakan orang. Bila


timbul komplikasi, hal-hal berikut dapat terjadi:

1. Neuralgia pasca herpes. Ini adalah komplikasi yang paling umum. Nyeri saraf
(neuralgia) akibat herpes zoster ini tetap bertahan setelah lepuhan kulit
menghilang.
2. Infeksi kulit. Kadang-kadang lepuhan terinfeksi oleh bakteri sehingga kulit
sekitarnya menjadi merah meradang. Jika hal ini terjadi maka Anda mungkin
perlu antibiotik.

3. Masalah mata. Herpes zoster pada mata dapat menyebabkan peradangan


sebagian atau seluruh bagian mata yang mengancam penglihatan.

4. Kelemahan/layuh otot. Kadang-kadang, saraf yang terkena dampak adalah


saraf motorik dan saraf sensorik yang sensitif. Hal ini dapat
menimbulkan kelemahan (palsy) pada otot-otot yang dikontrol oleh saraf.

5. Komplikasi lain. Misalnya, infeksi otak oleh virus varisela-zoster, atau


penyebaran virus ke seluruh tubuh. Ini adalah komplikasi yang sangat serius
tapi jarang terjadi.

H. Penatalaksanaan Medis

Herpes zoster biasanya sembuh sendiri setelah beberapa minggu. Biasanya


pengobatan hanya diperlukan untuk meredakan nyeri dan mengeringkan
inflamasi.

1. Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin
untuk mencegah vesikel pecah.
2. Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan
antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20
menit.

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Herves 11


Keperawatan Medikal Bedah III

3. Pereda nyeri. Salah satu masalah terbesar herpes zoster adalah rasa nyeri.
Nyeri ini kadang-kadang sangat keras. Parasetamol dapat digunakan untuk
meredakan sakit. Jika tidak cukup membantu, silakan tanyakan kepada dokter
Anda untuk meresepkan analgesik yang lebih kuat.

4. Antivirus. Penggunaan obat antivirus diberikan 72 jam setelah terbentuk


ruam akan mempersingkat durasi terbentuknya ruam dan meringankan rasa sakit.
Apabila gelembung telah pecah, maka penggunaan antivirus tidak efektif lagi.

5. Steroid. Steroid membantu mengurangi peradangan dan mempercepat


penyembuhan lepuhan. Namun, penggunaan steroid untuk herpes zoster masih
kontroversial. Steroid juga tidak mencegah neuralgia pasca herpes.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN HERPES ZOSTER

A. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Identitas Pasien
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
b. Riwayat penyakit Sekarang
c. Riwayat penyakit keluarga
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat psikososial.
3. Pola Kehidupan
a. Aktivitas dan Istirahat

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Herves 12


Keperawatan Medikal Bedah III

Apakah pasien mengeluh merasa cemas, tidak bisa tidur karena nyeri, dan
gatal.
b. Pola Nutrisi dan Metabolik
Bagaimana pola nutrisi pasien, apakah terjadi penurunan nafsu makan,
anoreksia.
c. Pola Aktifitas dan Latihan
Dengan adanya nyeri dan gatal yang dirasakan, terjadi penurunan pola
akifitas pasien.
d. Pola Hubungan dan peran
Klien akan sedikit mengalami penurunan psikologis, isolasi karena adanya
gangguan citra tubuh.

4. Pengkajian fisik
a. Pengkajian fisik
1) Keadaan Umum
2) Tingkat Kesadaran
b. TTV
1) Head To Toe
a) Kepala
b) Kulit kepala
2) Rambut
Warna rambut hitam, tidak ada bau pada rambut, keadaan rambut tertata
rapi.
3) Mata (Penglihatan)
Posisi simetris, pupil isokor, tidak terdapat massa dan nyeri tekan, tidak
ada penurunan penglihatan.
4) Hidung (Penciuman)

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Herves 13


Keperawatan Medikal Bedah III

Posisi sektum naso tepat ditengah, tidak terdapat secret, tidak terdapat
lesi, dan tidak terdapat hiposmia. Anosmia, parosmia, kakosmia.
5) Telinga (Pendengaran)
a) Inspeksi
b) Daun telinga : tidak terdapat lesi, kista epidemoid, dan keloid.
c) Lubang telinga : tidak terdapat obstruksi akibat adanya benda
asing.
d) Palpasi
Tidak terdapat edema, tidak terdapat nyeri tekan pada otitis media
dan mastoidius.
e) Pemeriksaan pendengaran
f) Test audiometric : 26 db (tuli ringgan)
g) Test weber : telinga yang tidak terdapat sumbatan mendengar
lebih keras.
h) Test rinne : test (-) pada telinga yang terdapat sumbatan
6) Mulut dan gigi
Mukosa bibir lembab, tidak pecah-pecah, warna gusi merah muda, tidak
terdapat perdarahan gusi, dan gigi bersih.
7) Leher
Posisi trakea simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis, tidak ada nyeri tekan.
8) Thorak
a) Bentuk : simetris
b) Pernafasan : regular
c) Tidak terdapat otot bantu pernafasan
9) Abdomen
a) Inspeksi
b) Bentuk : normal simetris
c) Benjolan : tidak terdapat benjolan

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Herves 14


Keperawatan Medikal Bedah III

d) Palpasi
e) Tidak terdapat nyeri tekan
f) Tidak terdapat massa / benjolan
g) Tidak terdapat tanda tanda asites
h) Tidak terdapat pembesaran hepar
i) Perkusi
j) Suara abdomen : tympani.
10) Reproduksi
Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan adalah
bagianglans penis, batang penis, uretra, dan daerah anus. Sedangkan pada
wanita,daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayora dan minora,
klitoris, introitus vagina, dan serviks. Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk,
ukuran / luas,warna, dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe regional,
periksa adanyapembesaran; pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran
kelenjar limferegional

11) Ekstremitas

Tidak terdapat luka dan spasme otot.

Integument ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang


nyeri,edema di sekitar lesi,dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi
sekunder.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit.


2. Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan lesi kulit.
3. Potensial terjadi penyebaran penyakit s.d infeksi virus

C. INTERVENSI

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Herves 15


Keperawatan Medikal Bedah III

Diagnosa I
Tujuan : Integritas kulit mulai kembali normal
Kriteria hasil :
1. Mempertahakan integritas kulit.
2. Tidak ada maserasi.
3. Tidak ada tanda-tanda cidera termal.
4. Tidak ada infeksi.
Intervensi :
a. Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi (hidrasi stratum
korneum yg berlebihan) ketika memasang balutan basah.
Rasional: Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya
kulit dan perluasan kelainan primer.
b. Hilangkan kelembaban dari kulit dengan penutupan dan menghindari friksi.
Rasional: Friksi dan maserasi memainkan peranan yang penting dalam
proses terjadinya sebagian penyakit kulit.
c. Jaga agar terhindar dari cidera termal akibat penggunaan kompres hangat
dengan suhu terlalu tinggi & akibat cedera panas yg tidak terasa (bantalan
pemanas, radiator).
Rasional: Penderita dermatosis dapat mengalami penurunan sensitivitas
terhadap panas.
d. Nasihati klien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.
Rasional: Banyak masalah kosmetik pada hakekatnya semua kelainan
malignitas kulit dapat dikaitkan dengan kerusakan kulit kronik.

Diagnosa II
Tujuan : Nyeri atau gatal berkurang atau dapat terkontrol
Kriteria hasil :
1. Pasien tampak tenang
2. Nyeri skala 2 – 3

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Herves 16


Keperawatan Medikal Bedah III

3. Tanda-tanda vital dalam batas normal


4. Rasa gatal berkurang
Intervensi :
a. Temukan penyebab nyeri/gatal
Rasional : Membantu mengidentifikasi tindakan yang tepat untuk
memberikan kenyamanan.
b. Kaji skala nyeri, frekuensim daerah, nyeri
Rasional : Mengetahui derajat nyeri
c. Antisipasi reaksi alergi (dapatkan riwayat obat).
Rasional: Ruam menyeluruh terutama dengan awaitan yang mendadak
dapatmenunjukkan reaksi alergi obat.
d. Ajarkan tehnik relaksasi dan dekstraksi
Rasional : Mengurangi rasa nyeri
e. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik
Rasional : Analgetik dapat menurunkan rasa nyeri

Diagnosa III
Tujuan : Setelah perawatan tidak terjadi penyebaran penyakit
Kriteria hasil :
1. Tidak terjadi penularan penyakit pada pasien / orang lain
2. Klien mengerti akan kondisi penyakitnya

Intervensi :
a. Isolasikan klien

Rasional : Mencegah terjadinya penularan terhadap klien lain.

b. Gunakan teknik aseptic dalam perawatannya

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Herves 17


Keperawatan Medikal Bedah III

Rasional : Mencegah penularan dengan klien lain dengan menggunakan


peralatan yang sama.

c. Batasi pengunjung dan minimalkan kontak langsung

Rasional : Banyak nya pengunjung meningkatkan resiko terjadinya penularan.

d. Jelaskan pada klien/keluarga proses penularannya.

Rasional: Klien lebih memahami kondisi penyakitnya

D. EVALUASI

1. Tidak terjadinya infeksi


2. Integritas kulit klien mulai membaik
3. Skala nyeri klie berkurang

BAB IV

KASUS HERPES

Tuan K. 25 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan adanya rasa nyeri dan tidak
nyaman dan adanya lepuhan yang dikelilingi oleh daerah kemerahan membentuk
sebuah gelembung cair pada daerah bibir. Sebelumnya Tuan K mengalami gatal-gatal
selama 2 hari. Tuan K mengeluh nyeri. Raut wajah Tuan K tampak menahan nyeri.
Tuan K juga mengatakan tidak nafsu makan karena sulit mengunyah dan menelan.
Istri klien mengatakan Tuan K hanya dapat menghabiskan 5 sendok makan nasi
setiap makan. Dari hasil pemeriksaan fisik di daerah bibir Tuan K terdapat bintik

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Herves 18


Keperawatan Medikal Bedah III

kemerahan, kesadaran composmetis, suhu 37,50 C, tekanan darah 130/90mmHg,


Nadi 112x/m, BB turun dari 65 menjadi 60 kg. Leukosit < 4000/mmk.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama pasien : Tn. K
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Laki- laki

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Herves 19


B. ANALISA DATA

No D a t a Etiologi Masalah
1 Ds: Proses Nyeri
- Tuan K mengatakan dia mengalami gatal-gatal selama 2 hari Penyakit
Tuan K mengeluh nyeri
Do :
- Raut wajah Tuan K tampak menahan nyeri
- Bibir Tuan K terdapat lepuhan dan bintik kemerahan
- Kesadaran composmetis
- Suhu 370C
- Tekanan Darah 130/90mmHg
- Nadi 112x/ mnt
- Leukosit
<4000 mmk
2 Ds: Hilangnya Nutrisi kurang
- Tuan K mengatakan tidak nafsu makan karena sulit mengunyah atau menelan nafsu makan dari kebutuhan
- Istri klien mengatakan Tuan K hanya dapat menghabiskan 5 sendok makan setiap kali tubuh
makan
Do: - BB turun dari 65 kg menjadi 60 kg
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d. proses penyakit.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. hilangnya nafsu makan (Anoreksia).

D. INTERVENSI
Tujuan dan kriteria
Diagnosa keperawatan Intervensi Rasional
hasil
1. Nyeri b.d proses. Tujuan : 1. Pantau bintik- bintik 1. Dengan memantau bintik – bintik kemerahan dan
penyakit Setelah dilakukan asuhan kemerahan pada bibir lepuhan pada bibir pasien, maka perawat dapat
dimanifestasikan keperawatan selama 2 x pasien mengetah`ui tingkat perkembangan kesembuhan
dengan: 24 jam klien akan pasien.
DS: menunjukkan nyeri 2. Ciptakan lingkungan 2. Dengan menciptakan lingkungan yang tenang
a. Tuan K mengeluh berkurang. yang tenang dan nyaman Suara abdomen : tympani. Suara abdomen :
nyeri kriteria hasil: tympani. Suara abdomen : tympani. Suara abdomen
b. Tuan K a. Pasien melaporkan : tympani. Suara abdomen : tympani. Suara
mengatakan dia nyeri berkurang abdomen : tympani. dan nyaman, maka pasien akan
mengalami gatal- b. Skala nyeri < 5 3. Kolaborasi pemberian dapat beristirahat dengan tenang.
gatal selama 2 hari c. Pasien rileks dan analgetik ( asam 3. Dengan melakukan kolaborasi dengan pemberian
DO: tenang mefenamat) analgetik ( asam mefenamat) akan dapat
a. raut wajah Tuan K d. Tekanan darah 130/90 4. Kolaborasi pemberian mengurangi tingkat nyeri pasien.
tampak menahan mmHg ( nilai 2, asiklovir 4.Dengan melakukan kolaboraaasi dengan
nyeri gangguan ringan ) pemberian asiklovir, maka akan dapat
b. terdapat lepuhan menjadi 120/90 menyembuhkan penyakit pasien
dan bintik mmHg ( nilai 1, tidak
kemerahan di ada gangguan)
daerah bibir
c. kesadaran
composmetis
d. suhu 37,5o C
e. tekanan darah 130 /
90 mmHg
f. nadi 112 x / menit
2. Nutrisi kurang Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau kandungan 1. Dengan memantau kandungan nutrisi dan kalori
dari kebutuhan tubuh keperawatan selama 2 x nutrisi dan kalori pada pada catatan asupan maka perawat akan
b.d. hilangnya nafsu 24 jam klien akan catatan asupan mengetahui perkembangan pasien
E. Catatan Keperawatan

No Tanggal/waktu Implementasi Paraf


1 Tanggal 7 maret 2011 Memantau bintik – bintik kemerahan pada bibir klien Deni
Jam10.00 – 10.30 hasil: bintik merah pada bibir pasien berkurang
Tanggal 7 maret 2011 menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman Deni
Jam 11.00 – 11.30 hasil : klien tampak nyaman dan tenang
Tanggal 7 maret 2011 melakukan kolaborasi dengan pemberian analgetik ( asam mefenamat) Deni
Jam 13.00 – 13.30 kh : asam mefenamat telah diberikan
Tanggal 7 maret 2011 melakukan kolaborasi dengan pemberian asiklovir Deni
Jam 15.00 – 15.30 hasil : asiklovir telah diberikan di sekitar bibir klien
2 Tanggal 8 maret 2011 memantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan Deni
Jam10.00 – 10.30 hasil : klien menghabiskan ¼ porsi makanan
Tanggal 8 maret 2011 mengetahui makanan kesukaan pasien Deni
Jam 11.00 –11.15 hasil: klien suka makanan yang mengandung karbohidrat
Tanggal 8 maret 2011 menimbang pasien pada interval yang tepat Deni
Jam 13.00 – 13.15 hasil : berat sekarang 61 kg
F. Evaluasi
No Evaluasi Paraf
1 Tanggal 7 maret 2009 (Jam 15.00) Deni
S : klien mengatakan nyeri saya sudah berkurang
O : raut wajah pasien tampak sedikit
A : masalah teratasi sebagian
P : implementasi dipertahankan, dengan:
a. Memantau bintik-bintik kemerahan pada klien
b. menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
c. melakukan kolaborasi dengan pemberian analgetik ( asam mefenamat)
d. melakukan kolaborasi dengan pemberian asiklovir
2 Tanggal 8 maret 2009 (Jam 15.00)
S : klien mengatakan sudah nafsu makan
O: berat badan pasien 61 kg ( kembali ke keadaan semula)
A : masalah teratasi sebagian
P : implementasi dipertahankan, dengan:
a. memantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
b. mengajarkan pasien dan keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal
c. mendiskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan nutrisi
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Herpes zooster adalah radang kulit akut dan setempat yang merupakan
reaktivasi virus variselo-zaster dari infeksi endogen yang telah menetap dalam
bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus ( Marwali, 2000).Dapat
disimpulkan Herpes zooster adalah radang kulit akut dan setempat yang
merupakan reaktivasi virus variselo-zaster yang menyerang kulit dan mukosa
ditandai dengan nyeri radikular unilateral serta erupsi vesikuler berkelompok
dengan dasar eritematoso. Pada pasien mungkin muncul dengan iritasi,
penurunan kesadaran yang disertai pusing, dan kekuningan pada kulit
(jaudince) dan kesulitan bernafas atau kejang.

B. SARAN

Untuk mencapai suatu keberhasilan yang baik dalam pembuatan makalah


selanjutnya, maka penulis memberikan saran kepada:

1. Mahasiswa

Dalam pengumpulan data, penulis mendapatkan berbagai kesulitan.


Dengan usaha yang sungguh-sungguh, sehingga penulis mendapatkan
data untuk dapat menyelesaikan makalah ini.

2. Pendidikan

Pada Prodi Keperawatan Persahabatan Jakarta, khususnya perpustakaan.


Agar dapat menyediakan buku-buku yang sudah mengalami perubahan-
perubahan yang lebih maju sehingga buku tersebut bukan saja sebagai
sumber ilmu tetapi dapat dijadikan sumber referensi untuk materi
makalah. Khususnya untuk makalah-makalah yang akan dijadikan
makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arief dkk. (2007). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius

Marwali, dkk. (1984). Pedoman Pengobatan Penyakit Kulit. Bandung : Alumni.

Sjaiful dan Wresti I. (2002). Infeksi Virus Herpes. Jakarta : FKUS

Syaifuddin. (2011). Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika

http://medicalposts.blogspot.com/2012/06/patofisiologi-dan-manifestasi-herves.htm
diakses pada 19 Februari pukul 13.00
http://worldhealth-bokepzz.blogspot.com/2012/03/herves.html diakses pada 19
Februari 2013 pukul 13.00

Anda mungkin juga menyukai