Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Herpes zoster adalah infeksi virus pada kulit. Herpes simpleks virus
merupakan salah satu virus yang menyebabkan penyakit herpes pada manusia.
Tercatat ada tujuh jenis virus yang dapat menyebabkan penyakit herpes pada
manusia yaitu, herpes simpleks, Varizolla zoster (VZV), Cytomegalovirus
(CMV), Epstein Barr (EBV), dan human herpes virus tipe 6 (HHV-6), tipe 7
(HHV-7), tipe 8 (HHV-8). Semua virus herpes memiliki ukuran dan morfologi
yang sama dan semuanya melakukan replikasi pada inti sel.
Perbedaan antara Hervers dan Verisela. Hervers simpleks dapat bervariasi
dari satu individu ke individu lain. Infeksi pertama berlangsung lebih lama dan
lebih berat, kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala lain seperti demam,
lemas, nyeri di sekitar mulut, tidak mau makan dan dapat ditemukan
pembengkakan kelenjar getah bening. Gejala utamanya berupa vesikel yang
berkelompok di atas kulit yang lembab dan merah, berisi cairan jernih dan
kemudian menjadi keruh, terkadang gatal dan dapat menjadi krusta. Krusta ini
kemudian akan lepas dari kulit dan memperlihatkan kulit yang berwarna merah
jambu yang akan sembuh tanpa bekas luka. Vesikel ini dapat timbul di tubuh
bagian mana saja, namun paling sering timbul di daerah sekitar mulut, hidung,
daerah genital dan bokong. Setelah itu, penderita masuk dalam fase laten, karena
virus tersebut sebenarnya masih terdapat di dalam tubuh penderita dalam keadaan
tidak aktif di dalam ganglion (badan sel saraf), yang mempersarafi rasa pada
daerah yang terinfeksi. HSV disebarkan melalui kontak langsung antara virus
dengan mukosa atau setiap kerusakan di kulit. Virus herpes tidak dapat hidup di
luar lingkungan yang lembab dan penyebaran infeksi melalui cara selain kontak
langsung kecil kemungkinannya terjadi. Sedangkan varisela mulai timbul 10-21
hari setelah terinfeksi. Pada anak-anak yang usianya berkisar 10 tahun gejala
Asuhan keperawatan pada klien dengan Herves
Zooster_group V

pertamanya adalah sakit kepala, demam sedang, dan rasa tidak enak di
badan.Gejala tersebut tidak ditemukan pada anak-anak di bawah usia 10 tahun
dan akan menjadi gejala yang berat jika menyerang anak yang lebih dewasa.24-36
jam pertama setelah timbulnya gejala awal, muncul ruam di badan dan kemudian
tersebar ke wajah, tangan, dan kaki. Selain itu ruam juga akan muncul di selaput
mukosa seperti di bagian dalam mulut atau vagina. Ruam yang awalnya
berbentuk bintik-bintik merah datar (makula), akan menjadi bintik-bintik
menonjol (papula), membentuk lepuhan berisi cairan (vesikel), yang terasa gatal,
dan pada akhirnya mengering. Proses ini memakan waktu 6-8 jam, selanjutnya
akan terbentuk bintik-bintik dan lepuhan baru.Pada hari kelima biasanya tidak
terbentuk lepuhan baru, seluruh lepuhan akan mengering pada hari keenam, dan
akan menghilang dalam waktu kurang dari 20 hari Penularan.Virus varicella
zoster menyebar melalui udara. Orang dengan daya tahan tubuh rendah dapat
terserang virus ini. Penularan dapat muncul sejak 48 jam sebelum ruam pertama
muncul hingga 5 hari setelahnya. Setelah tertular, biasanya dibutuhkan
waktusekiter 10-21 hari gejala pertama muncul. Jangka waktu ini dikenal sebagai
masa inkubasi. Cacar air ditularkan melalui udara prnapasan, kontak langsung
dengan cairan ruam, dan kontak dengan cairan yang tekena cairan ruam, seperti
handuk, seprei, atau selimut. Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa
infeksi primer virus ini menyebabkan timbulnya penyakit varisela, sedangkan
reaktivasi (keadaan kambuh setelah sembuh dari varisela) menyebabkan herves
zoster.
Melihat kondisi seperti tersebut di atas, maka penulis menyusun
makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada pasien Herves. Perawat
harus dapat mendeteksi secara dini tanda dan gejala klien dengan herves.
Sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien
dengan herves.

Asuhan keperawatan pada klien dengan Herves


Zooster_group V

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana anatomi kulit?
2. Apa yang dimaksud dengan herves?
3. Bagaimana etiologi dari herves?
4. Bagaimana patofisiologi dari herves?
5. Apa saja klasifikasi dari herves?
6. Apa saja manifestasi klinis dari herves?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostic dari herves?
8. Apa saja komplikasi dari herves?
9. Bagaimana penatalaksanaan pada klien dengan herves?
C. Tujuan Penulisan
1.

Tujuan umum
a. Untuk menambah pengetahuan mengenai Keperawatan Medikal Bedah
tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Herves
b. Agar mahasiswa lebih memahami seputar Perbedaan Penyakit Herves dan
Varisela .

2. Tujuan khusus
a. Agar lebih memahami

tentang Keperawatan Medikal Bedah Asuhan

Keperawatan Pada Klien Dengan Herves.


b. Agar memenuhi tugas mata ajar Konsep Dasar Manusia.
D. Manfaat
Makalah ini bermanfaat untuk menambah bahan bacaan dan referensi
bagi mahasiswa kesehatan.

Asuhan keperawatan pada klien dengan Herves


Zooster_group V

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Anatomi Fisiologi
Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutupi seluruh tubuh dan
melindungi tubuh dari bahaya yang datang dari luar. Kulit merupakan bagian
tubuh yang perlu mendapat perhatian khusus untuk memperindah kescantikan,
selain itu kulit dapat membantu menemukan penyakit yang didrita pasien
(Syaifuddin, 2011).
1. Susunan Kulit Manusia
Menurut Syaifuddin (2011), Kulit manusia tersusun atas tiga lapisan, yaitu
epidermis, dermis dan subkutis.
a. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki
tebal yang berbeda-beda: 400-600 um untuk kulit tebal (kulit pada
telapak tangan dan kaki) dan 75-150 um untuk kulit tipis (kulit selain
telapak tangan dan kaki, memiliki rambut).
b. Dermis
Dermis yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan
yang bervarias bergantung pada daerah tubuh dan mencapai
maksimum 4 mm di daerah punggung. Dermis terdiri atas dua lapisan
dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum
reticular.
1) Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis,
terdiri atas jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati
fibroblast, sel mast, makrofag, dan leukosit yang keluar dari
pembuluh (ekstravasasi).

Asuhan keperawatan pada klien dengan Herves


Zooster_group V

2) Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan


tersusun atas jaringan ikat padat dan serat kolagen.
c.

Hipodermis
Hipodermis adalah lapisan bawah kulit yang terdiri atas jaringan
pengikat longgar, komponennya serat longgar, elastis, dan sel lemak.

B.

Pengertian
Herpes zooster adalah radang kulit akut dan setempat yang merupakan
reaktivasi virus variselo-zaster dari infeksi endogen yang telah menetap dalam
bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus ( Marwali, 2000).
Sedangkan menurut Sjaiful (2002), merupakan penyakit neurodermal ditandai
dengan nyeri radikular unilateral serta erupsi vesikuler berkelompok dengan
dasar eritematoso pada daerah kulit yang dipersarafi oleh saraf kranialis atau
spinalis.
Demikian menurut Mansjoer A (2007). Herpes zoster (dampa,cacar ular)
adalah penyakit yang disebabkan infeksi virus varisela-zoster yang menyerang
kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan reaktivasi virusyang terjadi setelah
infeksi primer.
Dari tiga pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan, herpes zooster
adalah radang kulit akut dan setempat yang merupakan reaktivasi virus
variselo-zaster yang menyerang kulit dan mukosa ditandai dengan nyeri
radikular unilateral serta erupsi vesikuler berkelompok dengan dasar
eritematoso.

C.

Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster .
Infeksiositas virus ini dengan cepat dihancurkan oleh bahan organic, deterjen,

Asuhan keperawatan pada klien dengan Herves


Zooster_group V

enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 1421
hari.
a. Faktor Resiko Herpes zoster.
1) Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat
daya tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster
makin tinggi pula resiko terserang nyeri.
2) Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised)
seperti HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan
manifestasi pertama dari immunocompromised.
3) Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
4) Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum
tulang.
1) Factor pencetus kambuhnya Herpes zoster antara lain, Trauma / luka,
Kelelahan, Demam, Alkohol, Gangguan pencernaan, Obat obatan,
Sinar ultraviolet, Haid
2) Stress
Secara umum, penyebab dari terjadinya herpes simpleks ini adalah sebagai
berikut, Herpes Virus Hominis (HVH), Herpes Simplex Virus (HSV),
Varicella Zoster Virus (VZV), Epstein Bar Virus (EBV) dan Citamoga lavirus
(CMV)
Namun yang paling sering herpes simpleks disebabkan oleh virus herpes
simpleks tipe I dan tipe II. Cara penularan melalui hubungan kelamin, tanpa
melalui hubungan kelamin seperti melalui alat-alat tidur, pakaian, handuk atau
sewaktu proses persalinan/partus pervaginaan pada ibu hamil dengan infeksi
herpes pada alat kelamin luar.

Asuhan keperawatan pada klien dengan Herves


Zooster_group V

D.

Patofisiologi
Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells
zoster) ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus mengadakan
replikasi dan dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya
terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam
Reticulo Endothelial System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi
kedua yang sifat viremianya lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran
virus ke kulit dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat
sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam
neuron. Selama antibodi yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi
dari virus yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana
antibodi tersebut turun dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus
sehingga terjadi herpes zoster.
Patofisiologi herpes simpleks masih belum jelas, ada kemungkinan :
a) Infeksi primer akibat transmisi virus secara langsung melalui jalur
neuronal dari perifer ke otak melalui saraf Trigeminus atau Offactorius.
b) Reaktivitas infeksi herpes virus laten dalam otak.
c) Pada neonatus penyebab terbanyak adalah HSV-2 yang merupakan
infeksi dari secret genital yang terinfeksi pada saat persalinan.

E. Klasifikasi
Menurut lokasi lesinya, herpes zoster dibagi menjadi:
1. Herpes zoster oftalmikus
Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang
ophtalmicus saraf trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah
disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal
Asuhan keperawatan pada klien dengan Herves
Zooster_group V

berlangsug 1 sampai 4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak


kelar air mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.

Gambar 1. Herpes zoster oftalmikus sinistra.


2. Herpes zoster fasialis
Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai
erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 2. Herpes zoster fasialis dekstra.


3. Herpes zoster brakialis
Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral padA
kulit.

Asuhan keperawatan pada klien dengan Herves


Zooster_group V

Gambar 3. Herpes zoster brakialis sinistra.


4. Herpes zoster torakalis
Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.

Gambar 4. Herpes zoster torakalis sinistra.


5. Herpes zoster lumbalis
Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
Asuhan keperawatan pada klien dengan Herves
Zooster_group V

kulit.
6. Herpes zoster sakralis
Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.

Gambar 5. Herpes zoster sakralis dekstra.

E.

Manifestasi Klinik
1. Gejala prodomal
a. Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung
selama 1 4 hari.
b. Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam, sakit kepala, fatige, malaise,
nusea, rash, kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan kulit), neri, (rasa
terbakar atau tertusuk), gatal dan kesemutan. Nyeri bersifat segmental dan
dapat berlangsung terus menerus atau hilang timbul. Nyeri juga bisa terjadi
selama erupsi kulit.
c. Gejala yang mempengaruhi mata : Berupa kemerahan, sensitive terhadap
cahaya, pembengkakan kelopak mata. Kekeringan mata, pandangan kabur,
penurunan sensasi penglihatan dan lain lain.
2. Timbul erupsi kulit
a. Kadang terjadi limfadenopati regional

Asuhan keperawatan pada klien dengan Herves


Zooster_group V

10

b. Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah
yang dipersarafioleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh
bagian tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis.
c. Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul
papul dan dalam waktu 1224 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada
hari ketiga berubah menjadi pastul yang akan mengering menjadi krusta
dalam 710 hari. Krusta dapat bertahan sampai 23 minggu kemudian
mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental juga menghilang
d. Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke 4 dan kadangkadang sampai
hari ke 7
e. Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan
jaringan parut (pitted scar)
f. Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih
sensitive terhadap nyeri yang dialami.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster. Tes diagnostic ini untuk
membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :
1. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan
herpes zoster dan herpes simplex.
2. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan
3.
4.
5.
6.
7.
8.

diagnosis herpes virus


Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
Pemeriksaan histopatologik
Pemerikasaan mikroskop electron
Kultur virus
Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (virus varisela zoster)
Deteksi antibody terhadap infeksi virus:
a. Virologi:
1) Mikroskop cahaya.
2) Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi).
3) PCR,
4) Kultur Virus,
b. Serologi

Asuhan keperawatan pada klien dengan Herves


Zooster_group V

11

1) ELISA,
2) Western Blot Test,
3) Biokit HSV-II.
G.

Komplikasi
Herpes zoster tidak menimbulkan komplikasi pada kebanyakan orang.
Bila timbul komplikasi, hal-hal berikut dapat terjadi:
1. Neuralgia pasca herpes. Ini adalah komplikasi yang paling umum. Nyeri saraf
(neuralgia) akibat herpes zoster ini tetap bertahan setelah lepuhan kulit
menghilang.
2. Infeksi kulit. Kadang-kadang lepuhan terinfeksi oleh bakteri sehingga kulit
sekitarnya menjadi merah meradang. Jika hal ini terjadi maka Anda mungkin
perlu antibiotik.
3. Masalah mata. Herpes zoster pada mata dapat menyebabkan peradangan
sebagian atau seluruh bagian mata yang mengancam penglihatan.
4. Kelemahan/layuh otot. Kadang-kadang, saraf yang terkena dampak adalah
saraf

motorik

dan

saraf

sensorik

yang

sensitif.

Hal

ini

dapat

menimbulkan kelemahan (palsy) pada otot-otot yang dikontrol oleh saraf.


5. Komplikasi lain. Misalnya, infeksi otak oleh virus varisela-zoster, atau
penyebaran virus ke seluruh tubuh. Ini adalah komplikasi yang sangat serius
tapi jarang terjadi.

H.

Penatalaksanaan Medis
Herpes zoster biasanya sembuh sendiri setelah beberapa minggu. Biasanya
pengobatan hanya diperlukan untuk meredakan nyeri dan mengeringkan
inflamasi.

Asuhan keperawatan pada klien dengan Herves


Zooster_group V

12

1. Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin
untuk mencegah vesikel pecah.
2. Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan
antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20
menit.
3. Pereda nyeri. Salah satu masalah terbesar herpes zoster adalah rasa nyeri.
Nyeri ini kadang-kadang sangat keras. Parasetamol dapat digunakan untuk
meredakan sakit. Jika tidak cukup membantu, silakan tanyakan kepada dokter
Anda untuk meresepkan analgesik yang lebih kuat.
4. Antivirus. Penggunaan obat antivirus diberikan 72 jam setelah terbentuk
ruam akan mempersingkat durasi terbentuknya ruam dan meringankan rasa sakit.
Apabila gelembung telah pecah, maka penggunaan antivirus tidak efektif lagi.
5. Steroid. Steroid membantu mengurangi peradangan dan mempercepat
penyembuhan lepuhan. Namun, penggunaan steroid untuk herpes zoster masih
kontroversial. Steroid juga tidak mencegah neuralgia pasca herpes.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN HERPES ZOSTER
A.

PENGKAJIAN
1.

Biodata
a. Identitas Pasien

Asuhan keperawatan pada klien dengan Herves


Zooster_group V

13

2.

Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
b. Riwayat penyakit Sekarang
c. Riwayat penyakit keluarga
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat psikososial.

3.

Pola Kehidupan

a. Aktivitas dan Istirahat


Apakah pasien mengeluh merasa cemas, tidak bisa tidur karena nyeri, dan
gatal.
b. Pola Nutrisi dan Metabolik
Bagaimana pola nutrisi pasien, apakah terjadi penurunan nafsu makan,
anoreksia.
c. Pola Aktifitas dan Latihan
Dengan adanya nyeri dan gatal yang dirasakan, terjadi penurunan pola
akifitas pasien.
d. Pola Hubungan dan peran
Klien akan sedikit mengalami penurunan psikologis, isolasi karena adanya
gangguan citra tubuh.
4.

Pengkajian fisik
a. Pengkajian fisik
1) Keadaan Umum
2)
b.

Tingkat Kesadaran

TTV
1) Head To Toe
a) Kepala
b) Kulit kepala

Asuhan keperawatan pada klien dengan Herves


Zooster_group V

14

2) Rambut
Warna rambut hitam, tidak ada bau pada rambut, keadaan rambut tertata
rapi.
3) Mata (Penglihatan)
Posisi simetris, pupil isokor, tidak terdapat massa dan nyeri tekan, tidak
ada penurunan penglihatan.
4) Hidung (Penciuman)
Posisi sektum naso tepat ditengah, tidak terdapat secret, tidak terdapat
lesi, dan tidak terdapat hiposmia. Anosmia, parosmia, kakosmia.
5) Telinga (Pendengaran)
a) Inspeksi
b) Daun telinga : tidak terdapat lesi, kista epidemoid, dan keloid.
c) Lubang telinga : tidak terdapat obstruksi akibat adanya benda
asing.
d) Palpasi
Tidak terdapat edema, tidak terdapat nyeri tekan pada otitis media
dan mastoidius.
e) Pemeriksaan pendengaran
f)

Test audiometric : 26 db (tuli ringgan)

g) Test weber : telinga yang tidak terdapat sumbatan mendengar lebih


keras.
h) Test rinne : test (-) pada telinga yang terdapat sumbatan
6) Mulut dan gigi
Mukosa bibir lembab, tidak pecah-pecah, warna gusi merah muda, tidak
terdapat perdarahan gusi, dan gigi bersih.
7) Leher
Posisi trakea simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis, tidak ada nyeri tekan.
Asuhan keperawatan pada klien dengan Herves
Zooster_group V

15

8) Thorak
a) Bentuk : simetris
b) Pernafasan : regular
c) Tidak terdapat otot bantu pernafasan
9) Abdomen
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)

Inspeksi
Bentuk : normal simetris
Benjolan : tidak terdapat benjolan
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan
Tidak terdapat massa / benjolan
Tidak terdapat tanda tanda asites
Tidak terdapat pembesaran hepar
Perkusi
Suara abdomen : tympani.

10) Reproduksi
Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan adalah
bagianglans penis, batang penis, uretra, dan daerah anus. Sedangkan pada
wanita,daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayora dan minora,
klitoris, introitus vagina, dan serviks. Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk,
ukuran / luas,warna, dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe regional,
periksa adanyapembesaran; pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran
kelenjar limferegional
11) Ekstremitas
Tidak terdapat luka dan spasme otot.
Integument ditemukan adanya

vesikel-vesikel berkelompok yang

nyeri,edema di sekitar lesi,dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi


sekunder.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan respon peradangan
2) Nyeri akut berhubungan dengan lesi kulit
3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampilan dan respon orang lain
Asuhan keperawatan pada klien dengan Herves
Zooster_group V

16

4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan


C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan
Diagnosa
Kerusakan integritas

Tujuan / KH
Tujuan : setelah

Intervensi
1. Lindungi kulit yang

rasional
1. Maserasi pada kulit

kulit berhubungan

dilakukan tindakan

sehat dari

yang sehat dapat

dengan lesi dan

perawatan selama 7

kemungkinan

menyebabkan

respon peradangan

x 24 jam diharapkan

maserasi (hidrasi

pecahnya kulit dan

klien tidak

stratum korneum yg

perluasan kelainan

mengalami

berlebihan) ketika

primer.

kerusakan integritas

memasang balutan

2. dilakukan

kulit yang lebih

basah.

mobilisasi secara

parah

2.Lakukan mobilisasi

rutin ( alih posisi)

KH :

semaksimal mungkin

agar kulit pasien tidak

-erupsi berkurang

untuk menghindari

terlalu lama tertekan

-Kulit tidak

periode penekanan

sehingga

kemerahan dan tidak

yang terlalu lama

vaskularisasi menjadi

terjadi iritasi yang

3. Jaga agar terhindar

lancer

lebih parah

dari cidera termal

3. Penderita

akibat penggunaan

dermatosis dapat

kompres hangat

mengalami

dengan suhu terlalu

penurunan

tinggi & akibat cedera

sensitivitas terhadap

panas yg tidak terasa

panas.

(bantalan pemanas,

4. memberikan

radiator).

dorongan pada pasien

4. Ajarkan pada

dan keluarga untuk

pasien atau keluarga

secara aktiv ikut serta

tindakan yang tepat

dalam proses

untuk mencegah

penyembuhan

penekanan, gesekan

Asuhan keperawatan pada klien dengan Herves


Zooster_group V

17

,pergeseran dan

5. kulit yang kering

ajarkan untuk

dan bersih akan dapat

waspada terhadap

mempercepat

tanda-tanda awal

penyembuhan dimana

kerusakan jaringan

keadaan kulit pasien

5. Usahakan kulit

terutama luka atau

klien selalu bersih dan

vesikel yang mudah

kering

pecah.

6. Kolaborasi dengan

6. untuk mengurangi

tim medis dalam

infeksi

pemberian obat
topical

Nyeri akut

Tujuan : setelah

1. Kaji skala nyeri

1. Membantu

berhubungan

dilakukan tindakan

PQRST

mengidentifikasi

dengan lesi kulit

perawatan selama 3

P (provokasi ) : apa

tindakan yang tepat

x 24 jam diharapkan

yang memperburuk

untuk memberikan

nyeri pada klien

nyeri atau

kenyamanan

berkurang atau

ketidaknyamanan,

2. Meningkatkan

hilang.

penyebabnya

lingkungan yang

KH :

Q ( kualitas) : jenis

sejuk.

- skala nyeri 0-3

nyeri

3. Kesejukan

-eksperi wajah tidak

R (radiasi) : lokasi

mengurangi gatal.

meringis

nyeri, apakah nyeri

4. Upaya ini

- klien melaporkan

menjalar ke bagian

mencakup tidak

nyeri atau gatal

tubuh lainnya

adanya detergen, zat

berkurang

S (skala ) : skala nyeri

pewarna.

0- 10

5. karena semakin

T ( waktu) : berapa

digaruk akan semakin

Asuhan keperawatan pada klien dengan Herves


Zooster_group V

18

lama nyeri

terasa gatal

berlangsung.

6. Mengurangi

2. Lepaskan kelebihan

kerusakan kulit akibat

pakaian/peralatan di

garukan

tempat tidur

7. untuk mengurangi

3. Pertahankan

ambang batas nyeri

lingkungan dingin.
4. Gunakan sabun
ringan (dove)/sabun
yang dibuat untuk
kulit yang sensitive
5. Anjurkan pasien
untuk tidak
menggaruk dan
menepuk kulit
6. Menjaga agar kuku
selalu terpangkas
(pendek).
7. Kolaborasi
pemberian analgesik

Asuhan keperawatan pada klien dengan Herves


Zooster_group V

19

Gangguan citra

Tujuan : setelah

1. Kaji adanya

1. Gangguan citra diri

tubuh berhubungan

dilakukan tindakan

gangguan citra diri

akan menyertai setiap

dengan penampilan

keperawatan selama

(menghindari kontak

penyakit/keadaan

dan respon orang

2 x 24 jam

mata,ucapan

yang tampak nyata

lain

diharapkan klien

merendahkan diri

bagi klien, kesan

tidak merasa

sendiri.

orang terhadap

terganggu dengan

2. Identifikasi stadium

dirinya berpengaruh

gangguan citra

psikososial terhadap

terhadap konsep diri.

tubuh

perkembangan.

2. Terdapat hubungan

KH :

3. Berikan kesempatan

antara stadium

- klien menunujukan

pengungkapan

perkembangan, citra

sikap penerimaan

perasaan.

diri dan reaksi serta

terhadap dirinya

4. Nilai rasa

pemahaman klien

- klien mengikuti

keprihatinan dan

terhadap kondisi

dan turut

ketakutan klien, bantu

kulitnya.

berpartisipasi dalam

klien yang cemas

3. klien

tindakan perawatan

mengembangkan

membutuhkan

diri.

kemampuan untuk

pengalaman

menilai diri dan

didengarkan dan

mengenali

dipahami.

masalahnya.

4. Memberikan

5. Dukung upaya klien

kesempatan pada

untuk memperbaiki

petugas untuk

citra diri , spt merias,

menetralkan

merapikan.

kecemasan yang tidak

6. Mendorong

perlu terjadi dan

sosialisasi dengan

memulihkan realitas

orang lain.

situasi, ketakutan
merusakadaptasi
klien

Asuhan keperawatan pada klien dengan Herves


Zooster_group V

20

5. membantu
meningkatkan
penerimaan diri dan
sosialisasi.
6. membantu
meningkatkan
penerimaan diri dan
sosialisasi.

Kurang

Tujuan : setelah

1. Kaji apakah klien

1. memberikan data

pengetahuan

dilakukan tindakan

memahami dan salah

dasar untuk

berhubungan

perawatan selama

mengerti tentang

mengembangkan

dengan kurangnya

1x 24 jam

penyakitnya.

rencana penyuluhan

pajanan

diharapkan

2. Jaga agar klien

2. Klien harus

pengetahuan klien

mendapatkan

memiliki perasaan

bertambah

nformasi yang benar,

bahwa sesuatu dapat

KH :

memperbaiki

mereka perbuat,

- Memiliki

kesalahan

kebanyakan klien

pemahaman

konsepsi/informasi.

merasakan manfaat.

terhadap perawatan

3. Peragakan

3. memungkinkan

kulit.

penerapan terapi

klien memperoleh

- Mengikuti terapi

seperti, kompres

cara yang tepat untuk

dan dapat

basah, obat topikal.

melakukan terapi

menjelaskan alasan

4. Nasihati klien agar

4. stratum korneum

terapi.

kulit teap lembab dan

memerlukan air agar

fleksibel dengan

tetap fleksibel.

tindakan hidrasi dan

Pengolesan

pengolesan krim serta

krim/lotion akan

Asuhan keperawatan pada klien dengan Herves


Zooster_group V

21

losion kulit.

melembabkan kulit
dan mencegah kulit
tidak kering, kasar,
retak dan bersisik.

Asuhan keperawatan pada klien dengan Herves


Zooster_group V

22

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Herpes zooster adalah radang kulit akut dan setempat yang merupakan
reaktivasi virus variselo-zaster dari infeksi endogen yang telah menetap dalam
bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus ( Marwali, 2000).Dapat
disimpulkan Herpes zooster adalah radang kulit akut dan setempat yang
merupakan reaktivasi virus variselo-zaster yang menyerang kulit dan mukosa
ditandai dengan nyeri radikular unilateral serta erupsi vesikuler berkelompok
dengan dasar eritematoso. Pada pasien mungkin muncul dengan iritasi,
penurunan kesadaran yang disertai pusing, dan kekuningan pada kulit
(jaudince) dan kesulitan bernafas atau kejang.
B. Saran
Untuk mencapai suatu keberhasilan yang baik dalam pembuatan
makalah selanjutnya, maka penulis memberikan saran kepada:
1. Mahasiswa
Dalam pengumpulan data, penulis mendapatkan berbagai kesulitan.
Dengan usaha yang sungguh-sungguh, sehingga penulis mendapatkan
2.

data untuk dapat menyelesaikan makalah ini.


Pendidikan
Pada Prodi Keperawatan Persahabatan Jakarta, khususnya perpustakaan.
Agar dapat menyediakan buku-buku yang sudah mengalami perubahanperubahan yang lebih maju sehingga buku tersebut bukan saja sebagai
sumber ilmu tetapi dapat dijadikan sumber referensi untuk materi
makalah. Khususnya untuk makalah-makalah yang akan dijadikan
makalah selanjutnya.

Asuhan keperawatan pada klien dengan Herves


Zooster_group V

23

Asuhan keperawatan pada klien dengan Herves


Zooster_group V

24

Anda mungkin juga menyukai