PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Herpes zoster adalah infeksi virus pada kulit. Herpes simpleks virus
merupakan salah satu virus yang menyebabkan penyakit herpes pada manusia.
Tercatat ada tujuh jenis virus yang dapat menyebabkan penyakit herpes pada
manusia yaitu, herpes simpleks, Varizolla zoster (VZV), Cytomegalovirus
(CMV), Epstein Barr (EBV), dan human herpes virus tipe 6 (HHV-6), tipe 7
(HHV-7), tipe 8 (HHV-8). Semua virus herpes memiliki ukuran dan morfologi
yang sama dan semuanya melakukan replikasi pada inti sel.
Perbedaan antara Hervers dan Verisela. Hervers simpleks dapat bervariasi
dari satu individu ke individu lain. Infeksi pertama berlangsung lebih lama dan
lebih berat, kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala lain seperti demam,
lemas, nyeri di sekitar mulut, tidak mau makan dan dapat ditemukan
pembengkakan kelenjar getah bening. Gejala utamanya berupa vesikel yang
berkelompok di atas kulit yang lembab dan merah, berisi cairan jernih dan
kemudian menjadi keruh, terkadang gatal dan dapat menjadi krusta. Krusta ini
kemudian akan lepas dari kulit dan memperlihatkan kulit yang berwarna merah
jambu yang akan sembuh tanpa bekas luka. Vesikel ini dapat timbul di tubuh
bagian mana saja, namun paling sering timbul di daerah sekitar mulut, hidung,
daerah genital dan bokong. Setelah itu, penderita masuk dalam fase laten, karena
virus tersebut sebenarnya masih terdapat di dalam tubuh penderita dalam keadaan
tidak aktif di dalam ganglion (badan sel saraf), yang mempersarafi rasa pada
daerah yang terinfeksi. HSV disebarkan melalui kontak langsung antara virus
dengan mukosa atau setiap kerusakan di kulit. Virus herpes tidak dapat hidup di
luar lingkungan yang lembab dan penyebaran infeksi melalui cara selain kontak
langsung kecil kemungkinannya terjadi. Sedangkan varisela mulai timbul 10-21
hari setelah terinfeksi. Pada anak-anak yang usianya berkisar 10 tahun gejala
Asuhan keperawatan pada klien dengan Herves
Zooster_group V
pertamanya adalah sakit kepala, demam sedang, dan rasa tidak enak di
badan.Gejala tersebut tidak ditemukan pada anak-anak di bawah usia 10 tahun
dan akan menjadi gejala yang berat jika menyerang anak yang lebih dewasa.24-36
jam pertama setelah timbulnya gejala awal, muncul ruam di badan dan kemudian
tersebar ke wajah, tangan, dan kaki. Selain itu ruam juga akan muncul di selaput
mukosa seperti di bagian dalam mulut atau vagina. Ruam yang awalnya
berbentuk bintik-bintik merah datar (makula), akan menjadi bintik-bintik
menonjol (papula), membentuk lepuhan berisi cairan (vesikel), yang terasa gatal,
dan pada akhirnya mengering. Proses ini memakan waktu 6-8 jam, selanjutnya
akan terbentuk bintik-bintik dan lepuhan baru.Pada hari kelima biasanya tidak
terbentuk lepuhan baru, seluruh lepuhan akan mengering pada hari keenam, dan
akan menghilang dalam waktu kurang dari 20 hari Penularan.Virus varicella
zoster menyebar melalui udara. Orang dengan daya tahan tubuh rendah dapat
terserang virus ini. Penularan dapat muncul sejak 48 jam sebelum ruam pertama
muncul hingga 5 hari setelahnya. Setelah tertular, biasanya dibutuhkan
waktusekiter 10-21 hari gejala pertama muncul. Jangka waktu ini dikenal sebagai
masa inkubasi. Cacar air ditularkan melalui udara prnapasan, kontak langsung
dengan cairan ruam, dan kontak dengan cairan yang tekena cairan ruam, seperti
handuk, seprei, atau selimut. Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa
infeksi primer virus ini menyebabkan timbulnya penyakit varisela, sedangkan
reaktivasi (keadaan kambuh setelah sembuh dari varisela) menyebabkan herves
zoster.
Melihat kondisi seperti tersebut di atas, maka penulis menyusun
makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada pasien Herves. Perawat
harus dapat mendeteksi secara dini tanda dan gejala klien dengan herves.
Sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien
dengan herves.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana anatomi kulit?
2. Apa yang dimaksud dengan herves?
3. Bagaimana etiologi dari herves?
4. Bagaimana patofisiologi dari herves?
5. Apa saja klasifikasi dari herves?
6. Apa saja manifestasi klinis dari herves?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostic dari herves?
8. Apa saja komplikasi dari herves?
9. Bagaimana penatalaksanaan pada klien dengan herves?
C. Tujuan Penulisan
1.
Tujuan umum
a. Untuk menambah pengetahuan mengenai Keperawatan Medikal Bedah
tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Herves
b. Agar mahasiswa lebih memahami seputar Perbedaan Penyakit Herves dan
Varisela .
2. Tujuan khusus
a. Agar lebih memahami
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Anatomi Fisiologi
Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutupi seluruh tubuh dan
melindungi tubuh dari bahaya yang datang dari luar. Kulit merupakan bagian
tubuh yang perlu mendapat perhatian khusus untuk memperindah kescantikan,
selain itu kulit dapat membantu menemukan penyakit yang didrita pasien
(Syaifuddin, 2011).
1. Susunan Kulit Manusia
Menurut Syaifuddin (2011), Kulit manusia tersusun atas tiga lapisan, yaitu
epidermis, dermis dan subkutis.
a. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki
tebal yang berbeda-beda: 400-600 um untuk kulit tebal (kulit pada
telapak tangan dan kaki) dan 75-150 um untuk kulit tipis (kulit selain
telapak tangan dan kaki, memiliki rambut).
b. Dermis
Dermis yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan
yang bervarias bergantung pada daerah tubuh dan mencapai
maksimum 4 mm di daerah punggung. Dermis terdiri atas dua lapisan
dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum
reticular.
1) Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis,
terdiri atas jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati
fibroblast, sel mast, makrofag, dan leukosit yang keluar dari
pembuluh (ekstravasasi).
Hipodermis
Hipodermis adalah lapisan bawah kulit yang terdiri atas jaringan
pengikat longgar, komponennya serat longgar, elastis, dan sel lemak.
B.
Pengertian
Herpes zooster adalah radang kulit akut dan setempat yang merupakan
reaktivasi virus variselo-zaster dari infeksi endogen yang telah menetap dalam
bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus ( Marwali, 2000).
Sedangkan menurut Sjaiful (2002), merupakan penyakit neurodermal ditandai
dengan nyeri radikular unilateral serta erupsi vesikuler berkelompok dengan
dasar eritematoso pada daerah kulit yang dipersarafi oleh saraf kranialis atau
spinalis.
Demikian menurut Mansjoer A (2007). Herpes zoster (dampa,cacar ular)
adalah penyakit yang disebabkan infeksi virus varisela-zoster yang menyerang
kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan reaktivasi virusyang terjadi setelah
infeksi primer.
Dari tiga pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan, herpes zooster
adalah radang kulit akut dan setempat yang merupakan reaktivasi virus
variselo-zaster yang menyerang kulit dan mukosa ditandai dengan nyeri
radikular unilateral serta erupsi vesikuler berkelompok dengan dasar
eritematoso.
C.
Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster .
Infeksiositas virus ini dengan cepat dihancurkan oleh bahan organic, deterjen,
enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 1421
hari.
a. Faktor Resiko Herpes zoster.
1) Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat
daya tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster
makin tinggi pula resiko terserang nyeri.
2) Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised)
seperti HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan
manifestasi pertama dari immunocompromised.
3) Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
4) Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum
tulang.
1) Factor pencetus kambuhnya Herpes zoster antara lain, Trauma / luka,
Kelelahan, Demam, Alkohol, Gangguan pencernaan, Obat obatan,
Sinar ultraviolet, Haid
2) Stress
Secara umum, penyebab dari terjadinya herpes simpleks ini adalah sebagai
berikut, Herpes Virus Hominis (HVH), Herpes Simplex Virus (HSV),
Varicella Zoster Virus (VZV), Epstein Bar Virus (EBV) dan Citamoga lavirus
(CMV)
Namun yang paling sering herpes simpleks disebabkan oleh virus herpes
simpleks tipe I dan tipe II. Cara penularan melalui hubungan kelamin, tanpa
melalui hubungan kelamin seperti melalui alat-alat tidur, pakaian, handuk atau
sewaktu proses persalinan/partus pervaginaan pada ibu hamil dengan infeksi
herpes pada alat kelamin luar.
D.
Patofisiologi
Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells
zoster) ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus mengadakan
replikasi dan dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya
terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam
Reticulo Endothelial System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi
kedua yang sifat viremianya lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran
virus ke kulit dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat
sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam
neuron. Selama antibodi yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi
dari virus yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana
antibodi tersebut turun dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus
sehingga terjadi herpes zoster.
Patofisiologi herpes simpleks masih belum jelas, ada kemungkinan :
a) Infeksi primer akibat transmisi virus secara langsung melalui jalur
neuronal dari perifer ke otak melalui saraf Trigeminus atau Offactorius.
b) Reaktivitas infeksi herpes virus laten dalam otak.
c) Pada neonatus penyebab terbanyak adalah HSV-2 yang merupakan
infeksi dari secret genital yang terinfeksi pada saat persalinan.
E. Klasifikasi
Menurut lokasi lesinya, herpes zoster dibagi menjadi:
1. Herpes zoster oftalmikus
Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang
ophtalmicus saraf trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah
disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal
Asuhan keperawatan pada klien dengan Herves
Zooster_group V
kulit.
6. Herpes zoster sakralis
Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.
E.
Manifestasi Klinik
1. Gejala prodomal
a. Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung
selama 1 4 hari.
b. Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam, sakit kepala, fatige, malaise,
nusea, rash, kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan kulit), neri, (rasa
terbakar atau tertusuk), gatal dan kesemutan. Nyeri bersifat segmental dan
dapat berlangsung terus menerus atau hilang timbul. Nyeri juga bisa terjadi
selama erupsi kulit.
c. Gejala yang mempengaruhi mata : Berupa kemerahan, sensitive terhadap
cahaya, pembengkakan kelopak mata. Kekeringan mata, pandangan kabur,
penurunan sensasi penglihatan dan lain lain.
2. Timbul erupsi kulit
a. Kadang terjadi limfadenopati regional
10
b. Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah
yang dipersarafioleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh
bagian tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis.
c. Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul
papul dan dalam waktu 1224 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada
hari ketiga berubah menjadi pastul yang akan mengering menjadi krusta
dalam 710 hari. Krusta dapat bertahan sampai 23 minggu kemudian
mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental juga menghilang
d. Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke 4 dan kadangkadang sampai
hari ke 7
e. Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan
jaringan parut (pitted scar)
f. Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih
sensitive terhadap nyeri yang dialami.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster. Tes diagnostic ini untuk
membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :
1. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan
herpes zoster dan herpes simplex.
2. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
11
1) ELISA,
2) Western Blot Test,
3) Biokit HSV-II.
G.
Komplikasi
Herpes zoster tidak menimbulkan komplikasi pada kebanyakan orang.
Bila timbul komplikasi, hal-hal berikut dapat terjadi:
1. Neuralgia pasca herpes. Ini adalah komplikasi yang paling umum. Nyeri saraf
(neuralgia) akibat herpes zoster ini tetap bertahan setelah lepuhan kulit
menghilang.
2. Infeksi kulit. Kadang-kadang lepuhan terinfeksi oleh bakteri sehingga kulit
sekitarnya menjadi merah meradang. Jika hal ini terjadi maka Anda mungkin
perlu antibiotik.
3. Masalah mata. Herpes zoster pada mata dapat menyebabkan peradangan
sebagian atau seluruh bagian mata yang mengancam penglihatan.
4. Kelemahan/layuh otot. Kadang-kadang, saraf yang terkena dampak adalah
saraf
motorik
dan
saraf
sensorik
yang
sensitif.
Hal
ini
dapat
H.
Penatalaksanaan Medis
Herpes zoster biasanya sembuh sendiri setelah beberapa minggu. Biasanya
pengobatan hanya diperlukan untuk meredakan nyeri dan mengeringkan
inflamasi.
12
1. Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin
untuk mencegah vesikel pecah.
2. Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan
antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20
menit.
3. Pereda nyeri. Salah satu masalah terbesar herpes zoster adalah rasa nyeri.
Nyeri ini kadang-kadang sangat keras. Parasetamol dapat digunakan untuk
meredakan sakit. Jika tidak cukup membantu, silakan tanyakan kepada dokter
Anda untuk meresepkan analgesik yang lebih kuat.
4. Antivirus. Penggunaan obat antivirus diberikan 72 jam setelah terbentuk
ruam akan mempersingkat durasi terbentuknya ruam dan meringankan rasa sakit.
Apabila gelembung telah pecah, maka penggunaan antivirus tidak efektif lagi.
5. Steroid. Steroid membantu mengurangi peradangan dan mempercepat
penyembuhan lepuhan. Namun, penggunaan steroid untuk herpes zoster masih
kontroversial. Steroid juga tidak mencegah neuralgia pasca herpes.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN HERPES ZOSTER
A.
PENGKAJIAN
1.
Biodata
a. Identitas Pasien
13
2.
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
b. Riwayat penyakit Sekarang
c. Riwayat penyakit keluarga
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat psikososial.
3.
Pola Kehidupan
Pengkajian fisik
a. Pengkajian fisik
1) Keadaan Umum
2)
b.
Tingkat Kesadaran
TTV
1) Head To Toe
a) Kepala
b) Kulit kepala
14
2) Rambut
Warna rambut hitam, tidak ada bau pada rambut, keadaan rambut tertata
rapi.
3) Mata (Penglihatan)
Posisi simetris, pupil isokor, tidak terdapat massa dan nyeri tekan, tidak
ada penurunan penglihatan.
4) Hidung (Penciuman)
Posisi sektum naso tepat ditengah, tidak terdapat secret, tidak terdapat
lesi, dan tidak terdapat hiposmia. Anosmia, parosmia, kakosmia.
5) Telinga (Pendengaran)
a) Inspeksi
b) Daun telinga : tidak terdapat lesi, kista epidemoid, dan keloid.
c) Lubang telinga : tidak terdapat obstruksi akibat adanya benda
asing.
d) Palpasi
Tidak terdapat edema, tidak terdapat nyeri tekan pada otitis media
dan mastoidius.
e) Pemeriksaan pendengaran
f)
15
8) Thorak
a) Bentuk : simetris
b) Pernafasan : regular
c) Tidak terdapat otot bantu pernafasan
9) Abdomen
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
Inspeksi
Bentuk : normal simetris
Benjolan : tidak terdapat benjolan
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan
Tidak terdapat massa / benjolan
Tidak terdapat tanda tanda asites
Tidak terdapat pembesaran hepar
Perkusi
Suara abdomen : tympani.
10) Reproduksi
Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan adalah
bagianglans penis, batang penis, uretra, dan daerah anus. Sedangkan pada
wanita,daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayora dan minora,
klitoris, introitus vagina, dan serviks. Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk,
ukuran / luas,warna, dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe regional,
periksa adanyapembesaran; pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran
kelenjar limferegional
11) Ekstremitas
Tidak terdapat luka dan spasme otot.
Integument ditemukan adanya
16
Tujuan / KH
Tujuan : setelah
Intervensi
1. Lindungi kulit yang
rasional
1. Maserasi pada kulit
kulit berhubungan
dilakukan tindakan
sehat dari
perawatan selama 7
kemungkinan
menyebabkan
respon peradangan
x 24 jam diharapkan
maserasi (hidrasi
klien tidak
stratum korneum yg
perluasan kelainan
mengalami
berlebihan) ketika
primer.
kerusakan integritas
memasang balutan
2. dilakukan
basah.
mobilisasi secara
parah
2.Lakukan mobilisasi
KH :
semaksimal mungkin
-erupsi berkurang
untuk menghindari
-Kulit tidak
periode penekanan
sehingga
vaskularisasi menjadi
lancer
lebih parah
3. Penderita
akibat penggunaan
dermatosis dapat
kompres hangat
mengalami
penurunan
sensitivitas terhadap
panas.
(bantalan pemanas,
4. memberikan
radiator).
4. Ajarkan pada
dalam proses
untuk mencegah
penyembuhan
penekanan, gesekan
17
,pergeseran dan
ajarkan untuk
waspada terhadap
mempercepat
tanda-tanda awal
penyembuhan dimana
kerusakan jaringan
5. Usahakan kulit
kering
pecah.
6. Kolaborasi dengan
6. untuk mengurangi
infeksi
pemberian obat
topical
Nyeri akut
Tujuan : setelah
1. Membantu
berhubungan
dilakukan tindakan
PQRST
mengidentifikasi
perawatan selama 3
P (provokasi ) : apa
x 24 jam diharapkan
yang memperburuk
untuk memberikan
nyeri atau
kenyamanan
berkurang atau
ketidaknyamanan,
2. Meningkatkan
hilang.
penyebabnya
lingkungan yang
KH :
Q ( kualitas) : jenis
sejuk.
nyeri
3. Kesejukan
R (radiasi) : lokasi
mengurangi gatal.
meringis
4. Upaya ini
- klien melaporkan
menjalar ke bagian
mencakup tidak
tubuh lainnya
berkurang
pewarna.
0- 10
5. karena semakin
T ( waktu) : berapa
18
lama nyeri
terasa gatal
berlangsung.
6. Mengurangi
2. Lepaskan kelebihan
pakaian/peralatan di
garukan
tempat tidur
7. untuk mengurangi
3. Pertahankan
lingkungan dingin.
4. Gunakan sabun
ringan (dove)/sabun
yang dibuat untuk
kulit yang sensitive
5. Anjurkan pasien
untuk tidak
menggaruk dan
menepuk kulit
6. Menjaga agar kuku
selalu terpangkas
(pendek).
7. Kolaborasi
pemberian analgesik
19
Gangguan citra
Tujuan : setelah
1. Kaji adanya
tubuh berhubungan
dilakukan tindakan
dengan penampilan
keperawatan selama
(menghindari kontak
penyakit/keadaan
2 x 24 jam
mata,ucapan
lain
diharapkan klien
merendahkan diri
tidak merasa
sendiri.
orang terhadap
terganggu dengan
2. Identifikasi stadium
dirinya berpengaruh
gangguan citra
psikososial terhadap
tubuh
perkembangan.
2. Terdapat hubungan
KH :
3. Berikan kesempatan
antara stadium
- klien menunujukan
pengungkapan
perkembangan, citra
sikap penerimaan
perasaan.
terhadap dirinya
4. Nilai rasa
pemahaman klien
- klien mengikuti
keprihatinan dan
terhadap kondisi
dan turut
kulitnya.
berpartisipasi dalam
3. klien
tindakan perawatan
mengembangkan
membutuhkan
diri.
kemampuan untuk
pengalaman
didengarkan dan
mengenali
dipahami.
masalahnya.
4. Memberikan
kesempatan pada
untuk memperbaiki
petugas untuk
menetralkan
merapikan.
6. Mendorong
sosialisasi dengan
memulihkan realitas
orang lain.
situasi, ketakutan
merusakadaptasi
klien
20
5. membantu
meningkatkan
penerimaan diri dan
sosialisasi.
6. membantu
meningkatkan
penerimaan diri dan
sosialisasi.
Kurang
Tujuan : setelah
1. memberikan data
pengetahuan
dilakukan tindakan
dasar untuk
berhubungan
perawatan selama
mengerti tentang
mengembangkan
dengan kurangnya
1x 24 jam
penyakitnya.
rencana penyuluhan
pajanan
diharapkan
2. Klien harus
pengetahuan klien
mendapatkan
memiliki perasaan
bertambah
KH :
memperbaiki
mereka perbuat,
- Memiliki
kesalahan
kebanyakan klien
pemahaman
konsepsi/informasi.
merasakan manfaat.
terhadap perawatan
3. Peragakan
3. memungkinkan
kulit.
penerapan terapi
klien memperoleh
- Mengikuti terapi
seperti, kompres
dan dapat
melakukan terapi
menjelaskan alasan
4. stratum korneum
terapi.
fleksibel dengan
tetap fleksibel.
Pengolesan
krim/lotion akan
21
losion kulit.
melembabkan kulit
dan mencegah kulit
tidak kering, kasar,
retak dan bersisik.
22
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Herpes zooster adalah radang kulit akut dan setempat yang merupakan
reaktivasi virus variselo-zaster dari infeksi endogen yang telah menetap dalam
bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus ( Marwali, 2000).Dapat
disimpulkan Herpes zooster adalah radang kulit akut dan setempat yang
merupakan reaktivasi virus variselo-zaster yang menyerang kulit dan mukosa
ditandai dengan nyeri radikular unilateral serta erupsi vesikuler berkelompok
dengan dasar eritematoso. Pada pasien mungkin muncul dengan iritasi,
penurunan kesadaran yang disertai pusing, dan kekuningan pada kulit
(jaudince) dan kesulitan bernafas atau kejang.
B. Saran
Untuk mencapai suatu keberhasilan yang baik dalam pembuatan
makalah selanjutnya, maka penulis memberikan saran kepada:
1. Mahasiswa
Dalam pengumpulan data, penulis mendapatkan berbagai kesulitan.
Dengan usaha yang sungguh-sungguh, sehingga penulis mendapatkan
2.
23
24