Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KMB III

ASUHAN KEPERAWATAN HERPES ZOSTER

ADHITYA FAJAR WIGUNA 30902200236

ADIN SETYA KEMALA 30902200237

ARISTYANI AYU KUSUMAWARDANI 30902200249

FATKHIYAH HANIM 30902200262

KARSINI 30902200270

MOHAMAD AJIB MUTHOHAR 30902200275

MUHAIMIN 30902200276

NURUL HIDAYATI 30902200286

SEPTA KISWORO 30902200293

SITI EKOWATI 30902200297

TRIA EVITA SARI 30902200306

WAHYU PUSPITA APSARI 30902200308

YULIA ULFA KUSUMA ASTUTI 30902200

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN LJ

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Herpes zoster merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus varicella zoster
yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus varicella zoster yang
masuk melalui saraf kutan selama episode awal cacar air, kemudian menetap pada ganglion
spinalis posterior. Infeksi pertama kali dari virus varicella zoster menyebabkan penyakit
chickenpox. Sebanyak 15-30% orang yang pernah terinfeksi oleh virus varicella zoster akan
mengalami reaktivasi dan mengalami penyakit herpes zoster yang biasanya muncul berupa
bintilbintil kemerahan dengan rasa nyeri dan gatal pada dermatoma yang (Shendy, 2016).
Penyakit Herpes Zoster adalah radang kulit akut dan setempat, terutama terjadi pada
orang tua yang khas ditandai dengan adanya nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi
vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion
serabut saraf sensorik dari nervus kranialis. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varisela-zoster
dari infeksi endogen yang telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus.
Biasanya ditandai dengan munculnya gelembung - gelembung berwarna merah seperti lepuhan-
lepuhan kecil yang berkelompok pada permukaan kulit dan berair serta diikuti dengan rasa gatal
serta panas. Jika penyakit Herpes Zoster dapat terdiagnosis secara cepat, maka akan lebih mudah
menyembuhkannya (Romli, 2020).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Setelah proses pembelajaran, diharapkan mahasiswa mampu melakukan asuhan


keperawatan pada klien dengan Herpes Zoster.
2. Tujuan Khusus

a) Mampu memahami definisi

b) Mampu memahami klasifikasi Herpes zoster

c) Mampu memahami tanda gejala

d) Mampu memahami etiologi

e) Mampu memahami patofisiologi

f) Mampu memahami tata laksana asuhan keperawatan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Menurut Mansjoer A (2007) Herpes zoster (dampa,cacar ular) adalah penyakit yang
disebabkan infeksi virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini
merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.
Menurut Sjaiful (2002), merupakan penyakit neurodermal ditandai dengan nyeri radikular
unilateral serta erupsi vesikuler berkelompok dengan dasar eritematoso pada daerah kulit yang
dipersarafi oleh saraf kranialis atau spinalis.
Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela yg menyerang
kulit dan mukosa, infeksi, ini merupakan keaktifan virus yang terjadi setelah infeksi primer (ilmu
penyakit kulit dan kelamin). Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti
gerombolan vesikel unilateral, sesuai dengan dermatomanya (persyarafannya). Infeksi ini dialami
oleh seseorang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang
sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air). (Smeltzer, Suzanne C.2015)
Dapat disimpulkan, herpes zooster adalah radang kulit akut dan setempat yang merupakan
reaktivasi virus variselo-zaster yang menyerang kulit dan mukosa ditandai dengan nyeri radikular
unilateral serta erupsi vesikuler berkelompok dengan dasar eritematoso.

B. Tanda Gejala

1. Gejala prodomal

a. Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung selama 1 – 4


hari.
b. Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam, sakit kepala, fatige, malaise, nusea,
rash, kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan kulit), neri, (rasa terbakar atau
tertusuk), gatal dan kesemutan. Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung
terus menerus atau hilang timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi kulit.

c. Gejala yang mempengaruhi mata : Berupa kemerahan, sensitive terhadap cahaya,


pembengkakan kelopak mata. Kekeringan mata, pandangan kabur, penurunan
sensasi penglihatan dan lain – lain.

d.
2. Timbul erupsi kulit
a. Kadang terjadi limfadenopati regional
b. Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang
dipersarafioleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian
tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis.

c. Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul–


papul dan dalam waktu 12–24 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada
hari ketiga berubah menjadi pastul yang akan mengering menjadi krusta
dalam 7–10 hari. Krusta dapat bertahan sampai 2–3 minggu kemudian
mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental juga menghilang
d. Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke-4 dan kadang–kadang sampai
hari ke- 7
e. Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan
jaringan parut (pitted scar). Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih
parah dan mereka lebih sensitive terhadap nyeri yang dialami.

C. Klasifikasi
Klasifikasi herpes zoster menurut Harahap,Marwali. 2000 adalah sebagai berikut:
1. Herpes zoster oftalmikus
Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian
ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus saraf trigeminus
(N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit. Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada
satu sisi kepala dan wajah disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala
prodromal berlangsug 1 sampai 4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak kelar
air mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.

Gambar 1. Herpes zoster oftalmikus sinistra


2. Herpes zoster fasialis
Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion
gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.
Gambar 2. Herpes zoster fasialis dekstra.
3. Herpes zoster brakialis
Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit

Gambar 3. Herpes zoster brakialis sinistra


4. Herpes zoster torakalis
Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus
torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 4. Herpes zoster torakalis sinistra


.
5. Herpes zoster lumbalis
Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus
lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 5. Herpes zoster lumbalis

6. Herpes zoster sakralis


Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus
sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 6. Herpes zoster sakralis dekstra.

D. Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster. Infeksiositas virus
ini dengan cepat dihancurkan oleh bahan organic, deterjen, enzim proteolitik, panas dan
suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 14–21 hari. Faktor Resiko Herpes zoster :
1. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan tubuhnya
melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang nyeri.
2. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan
leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari
immunocompromised.
3. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
4. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.

E. Patofisiologi
Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells zoster)
ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus mengadakan replikasi dan
dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan
asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial
System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremianya
lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa.
Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih
ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibodi yang
beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini dapat
dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah titik
kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes zoster.

F. Komplikasi
Herpes zoster tidak menimbulkan komplikasi pada kebanyakan orang. Bila
timbul komplikasi, hal-hal berikut dapat terjadi:

1. Neuralgia pasca herpes. Ini adalah komplikasi yang paling umum. Nyeri saraf
(neuralgia) akibat herpes zoster ini tetap bertahan setelah lepuhan kulit
menghilang.
2. Infeksi kulit. Kadang-kadang lepuhan terinfeksi oleh bakteri sehingga kulit
sekitarnya menjadi merah meradang. Jika hal ini terjadi maka Anda mungkin
perlu antibiotik.
3. Masalah mata. Herpes zoster pada mata dapat menyebabkan peradangan
sebagian atau seluruh bagian mata yang mengancam penglihatan.
4. Kelemahan/layuh otot. Kadang-kadang, saraf yang terkena dampak adalah saraf
motorik dan saraf sensorik yang sensitif. Hal ini dapat menimbulkan kelemahan
(palsy) pada otot-otot yang dikontrol oleh saraf.
5. Komplikasi lain. Misalnya, infeksi otak oleh virus varisela-zoster, atau
penyebaran virus ke seluruh tubuh. Ini adalah komplikasi yang sangat serius tapi
jarang terjadi.

G. Diagnosa
Hipertermia berhubugan dengan penyakit
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi kulit
(timbul bula, kemerahan)
3. Gangguan citra diri berhubungan dengan penyakit
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
5. Resiko infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit
6. Ketidakefektifan pola seksual berhubungan dengan takut infeksi menular seksual
H. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kritera hasil Intervensi


1 Hipertermia selama dilakukan tindakan a. Monitor suhu pasien
berhubugan dengan keperawatan, pasien mampu b. Monitor nadi, RR
penyakit mempertahankan kondisi pasien
normotermi dengan kriteria c. Monitor intake
hasil: output pasien
- Suhu tubuh dalam d. Berikan penjelasan
rentang normal tentang penyebab
- Nadi dan RR dalam demam atau
rentang normal peningkatan suhu
tubuh
e. Beri kompres hangat
di daerah ketiak dan
dahi
f. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian antiviral,
antipiretik
2 Nyeri akut Selama dilakukan tindakan a. Lakukan
berhubungan keperawatan, nyeri pasien pengkajian nyeri
dengan agen cidera hilang dengan kriteria hasil: secara
biologis - Pasien mampu komprehensif
mengontrol nyeri b. Observasi reaksi
- Melaporkan nyeri nonverbal dari
berkurang ketidaknyamanan
menggunakan c. Kontrol lingkungan
managemen nyeri yang dapat
- Mampu mengenali mempengaruhi
nyeri (skala, intensitas, nyeri seperti suhu
frekuensi) ruangan,
pencahayaan,
kebisingan
d. Ajarkan tentang
teknik pernafasan /
relaksasi
e. Kolaborasi
pemberian
analgetik
f. Evaluasi
keefektifan kontrol
nyeri
g. Anjurkan klien
untuk beristirahat
3 Kerusakan Selama dilakukan tindakan a. Observasi keaadan
integritas kulit keperawatan, pasien bula pasien
berhubungan mampumencapai b. Anjurkan pada
dengan perubahan penyembuhan pada kulit pasien untuk tidak
pigmentasi kulit dengan kriteria hasil: menggaruk bula
(timbul bula, -
Integritas kulit yang c. Jaga kebersihan
kemerahan) baik bisa dipertahankan kulit
(pigmentasinya) d. Kolaborasi dengan
- Luka atau lesi pda kulit dokter dalam
menunjukan proses pemberian obat
penyembuhan dengan topikal
adanya regenerasi
jaringan
4 Gangguan citra diri Setelah dilakukan tindakan a. Dorong klien
berhubungan keperawatan pasien tidak mengungkapkan
dengan penyakit mengalami gangguan citra perasaannya
tubuh, dengan kriteria hasil : b. Jelaskan tentang
- body image positif pengobatan,
- Mempertahankan perawatan
interaksi sosial c. Fasilitasi kontak
individu dengan
kelompok kecil
d. Beri reinforcement
yang positif
5 Ketidakseimbangan Selama dilakukan tindakan a. Monitor
nutrisi kurang dari keperawatan, kebutuhan mual/muntah
kebutuhan tubuh nutrisi pasien terpenuhi b. Observasi dan kaji
berhubungan dengan kriteria hasil : intake pasien
dengan intake tidak - Tidak ada tanda-tanda c. Anjurkan makan
adekuat malnutrisi sedikit-sedikit tapi
- Tidak ada sering
mual/muntah d. Hidangkan
makanan selagi
hangat
e. Kolaborasi dengan
ahli gizi dalam
pemberian dan
penyusunan menu
favorite klien
f. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian anti
emetik dan
penambah nafsu
makan
6 Resiko infeksi Selama dilakukan tindakan a. Tekankan
berhubungan keperawatan, pasien pentingnya teknik
dengan gangguan terhindar dari infeksi cuci tangan yang
integritas kulit sekunder dengan kriteria baik untuk semua
hasil : individu yang
- Klien mampu datang kontak
mendeskripsikan dengan pasien.
proses penularan b. Gunakan skort,
penyakit, faktor sarung tangan,
yang mempengaruhi masker dan teknik
penularan serta aseptic, selama
penatalaksanaannya perawatan kulit.
- Menunjukan c. Cukur atau ikat
kemampuan untuk rambut di sekitar
mencegah timbulnya daerah yang
infeksi baru terdapat erupsi.
- Menunjukan d. Bersihkan jaringan
perilaku hidup nekrotik / yang
sehat lepas (termasuk
pecahnya lepuh)
e. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian antiviral
7 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji tingkat
pola seksual keperawatan, pola seksual kecemasan klien
berhubungan pasien kembali efektif yang berhubungan
dengan takut dengan kriteria hasil : dengan pola
infeksi menular - Pola seksualitas klien seksual
seksual normal b. Jelaskan pada klien
- Klien terlihat tidak cemas waktu untuk
terhadap aktifitas melakukan
seksualnya hubungan seksual
- Klien mampu sesuai kondisinya
menggunakan mekanisme c. Beri edukasi
koping yang efektif tentang keadaan
klien apabila
berhubungan
seksual
d. Anjurkan pada
pasien untuk
mengikuti program
pengobatan dan
perawatan sampai
tuntas
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Marwali.2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates: Jakarta.


Mansjoer Arif dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Media Aescula plus. Jakarta.
Romli, I., Romansyah, E., & Permana, A. (2020). Implementasi Sistem Pakar menggunakan
Metode Certainty factor Untuk Mendiagnosa Penyakit Herpes Zoster. Jurnal JTIK
(Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi), 4(2), 110.
https://doi.org/10.35870/jtik.v4i2.158
Shendy, M., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2016). Terapi Pada Pasien Lanjut Usia dengan
Herpes Zoster. J Medula Unila, 4(3), 110–114.
file:///C:/Users/User/AppData/Local/Temp/1594-2308-1-PB.pdf
Smeitzer, Suzanne C.2015. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Brunner & Suddarth.
EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai