KARSINI 30902200270
MUHAIMIN 30902200276
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Herpes zoster merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus varicella zoster
yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus varicella zoster yang
masuk melalui saraf kutan selama episode awal cacar air, kemudian menetap pada ganglion
spinalis posterior. Infeksi pertama kali dari virus varicella zoster menyebabkan penyakit
chickenpox. Sebanyak 15-30% orang yang pernah terinfeksi oleh virus varicella zoster akan
mengalami reaktivasi dan mengalami penyakit herpes zoster yang biasanya muncul berupa
bintilbintil kemerahan dengan rasa nyeri dan gatal pada dermatoma yang (Shendy, 2016).
Penyakit Herpes Zoster adalah radang kulit akut dan setempat, terutama terjadi pada
orang tua yang khas ditandai dengan adanya nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi
vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion
serabut saraf sensorik dari nervus kranialis. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varisela-zoster
dari infeksi endogen yang telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus.
Biasanya ditandai dengan munculnya gelembung - gelembung berwarna merah seperti lepuhan-
lepuhan kecil yang berkelompok pada permukaan kulit dan berair serta diikuti dengan rasa gatal
serta panas. Jika penyakit Herpes Zoster dapat terdiagnosis secara cepat, maka akan lebih mudah
menyembuhkannya (Romli, 2020).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Menurut Mansjoer A (2007) Herpes zoster (dampa,cacar ular) adalah penyakit yang
disebabkan infeksi virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini
merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.
Menurut Sjaiful (2002), merupakan penyakit neurodermal ditandai dengan nyeri radikular
unilateral serta erupsi vesikuler berkelompok dengan dasar eritematoso pada daerah kulit yang
dipersarafi oleh saraf kranialis atau spinalis.
Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela yg menyerang
kulit dan mukosa, infeksi, ini merupakan keaktifan virus yang terjadi setelah infeksi primer (ilmu
penyakit kulit dan kelamin). Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti
gerombolan vesikel unilateral, sesuai dengan dermatomanya (persyarafannya). Infeksi ini dialami
oleh seseorang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang
sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air). (Smeltzer, Suzanne C.2015)
Dapat disimpulkan, herpes zooster adalah radang kulit akut dan setempat yang merupakan
reaktivasi virus variselo-zaster yang menyerang kulit dan mukosa ditandai dengan nyeri radikular
unilateral serta erupsi vesikuler berkelompok dengan dasar eritematoso.
B. Tanda Gejala
1. Gejala prodomal
d.
2. Timbul erupsi kulit
a. Kadang terjadi limfadenopati regional
b. Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang
dipersarafioleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian
tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis.
C. Klasifikasi
Klasifikasi herpes zoster menurut Harahap,Marwali. 2000 adalah sebagai berikut:
1. Herpes zoster oftalmikus
Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian
ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus saraf trigeminus
(N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit. Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada
satu sisi kepala dan wajah disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala
prodromal berlangsug 1 sampai 4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak kelar
air mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.
D. Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster. Infeksiositas virus
ini dengan cepat dihancurkan oleh bahan organic, deterjen, enzim proteolitik, panas dan
suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 14–21 hari. Faktor Resiko Herpes zoster :
1. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan tubuhnya
melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang nyeri.
2. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan
leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari
immunocompromised.
3. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
4. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.
E. Patofisiologi
Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells zoster)
ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus mengadakan replikasi dan
dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan
asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial
System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremianya
lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa.
Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih
ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibodi yang
beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini dapat
dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah titik
kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes zoster.
F. Komplikasi
Herpes zoster tidak menimbulkan komplikasi pada kebanyakan orang. Bila
timbul komplikasi, hal-hal berikut dapat terjadi:
1. Neuralgia pasca herpes. Ini adalah komplikasi yang paling umum. Nyeri saraf
(neuralgia) akibat herpes zoster ini tetap bertahan setelah lepuhan kulit
menghilang.
2. Infeksi kulit. Kadang-kadang lepuhan terinfeksi oleh bakteri sehingga kulit
sekitarnya menjadi merah meradang. Jika hal ini terjadi maka Anda mungkin
perlu antibiotik.
3. Masalah mata. Herpes zoster pada mata dapat menyebabkan peradangan
sebagian atau seluruh bagian mata yang mengancam penglihatan.
4. Kelemahan/layuh otot. Kadang-kadang, saraf yang terkena dampak adalah saraf
motorik dan saraf sensorik yang sensitif. Hal ini dapat menimbulkan kelemahan
(palsy) pada otot-otot yang dikontrol oleh saraf.
5. Komplikasi lain. Misalnya, infeksi otak oleh virus varisela-zoster, atau
penyebaran virus ke seluruh tubuh. Ini adalah komplikasi yang sangat serius tapi
jarang terjadi.
G. Diagnosa
Hipertermia berhubugan dengan penyakit
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi kulit
(timbul bula, kemerahan)
3. Gangguan citra diri berhubungan dengan penyakit
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
5. Resiko infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit
6. Ketidakefektifan pola seksual berhubungan dengan takut infeksi menular seksual
H. Intervensi