Pengertian
Normoregulasi/Tanda-tanda vital merupakan hal paling mendasar yang
patut diketahui oleh seorang perawat mengenai kondisi pasien. Tanda-
tanda vital disini mencakup pengukuran suhu tubuh, tekanan darah,
frekuensi nadi dan frekuensi pernafasan. Hasil dari pengukuran tanda-
tanda vital tersebut kemudian akan digunakan untuk menjadi acuan
tentang bagaimana keadaan pasien secara umum, apakah dalam keadaan
stabil atau tidak. Keadaan stabil pada pasien adalah keadaan dengan nilai
masing-masing pengukuran tanda-tanda vital dalam rentang normal.
1. Pengukuran tekanan darah
a. Definisi
Adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang
tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah
(Ethel,2003:238).
Tekanan ditentukan oleh kekuatan dan jumlah darah yang di
pompa, dan ukuran serta fleksibilitas dari arteri (pembuluh nadi),
di ukur dengan alat pengukur tekanan darah (tensimeter) dan
stetoskop. Tekanan darah terus menerus berubah tergantung pada
aktivitas, suhu, makanan, keadaan emosi, sikap, keadaan fisik, dan
obat-obatan. Dua angka dicatat ketika mengukur tekanan darah.
Angka yang lebih tinggi adalah tekanan sistolik, mengacu pada
tekanan arteri ketika jantung berkontraksi dan memompa darah
keseluruh tubuh. Angka yang lebih rendah adalah tekanan
diastolik, mengacu pada tekanan di dalam arteri ketika jantung
beristirahat dan pengisisian darah. Baik tekanan sistolik maupun
diastolik dicatat sebagai “mmHg” (milimeter hydrargyrum atau
milimeter air raksa) rekaman ini merepresentasikan seberapa tinggi
kolam air raksa diangkat oleh tekanan darah.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi, langsung meningkatkan
resiko penyakit jantung koroner (serangan jantung) dan stroke
(serangan otak). Dengan tekanan darah tinggi, arteri dapat
mengalami peningkatan resistensi terhadap aliran darah,
menyebabkan jantung memompa lebih keras untuk mengedarkan
darah.
Menurut National Heart, Lung, and Blood Institude (NHLBI) dan
National Institude of Health (NIH), tekanan darah tinggi atau
hipertensi bagi orang dewasa didefinisikan sebagai tekanan sistolik
140 mmHg atau lebih tinggi dan tekanan diastolik 90 mmHg atau
lebih tinggi. Dalam pembaruan NHLBI pedoman untuk hipertensi
pada tahun 2003, sebuah kategori tekanan darah baru ini
ditembahkan dan disebut prehipertensi ialah tekanan sistolik 120
mmHg-139 mmHg dan tekanan diastolik 80 mmHg- 89 mmHg.
Kategori TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Prahipertensi 120-139 80-89
Hipertensi (derajat 1) 140-159 90-99
Hipertensi (derajat 2) >160 >100
a. Arteri radialis
b. Arteri ulnaris
c. Arteri brachialis
d. Arteri karotis
e. Arteri temporalis superfisial
f. Arteri maksiliaris eksterna
g. Arteri femoralis
h. Arteri dorsalis pedis
i. Arteri tibialis posterior
2. Suhu
Lokasi pemeriksaan suhu tubuh : mulut (oral) tidak boleh dilakukan
pada anak/bayi, anus (rectal) tidak boleh dilakukan pada klien dengan diare,
ketiak (aksila), telinga (timpani/aural/otic) dan dahi (arteri temporalis).
Hipotermia (<35° C)
Normal (35-37° C)
Pireksia/febris (37-41,1° C)
Hipertermia (>41,1° C)
LOKASI PENGUKURAN SUHU PERBEDAAN HASIL TEMPERATUR
fSuhu Aksila Lebih rendah 10 C dari suhu oral
Suhu rektal Lebih tinggi 0,4-0,50 C dari suhu oral
Suhu aural/timpani Lebih tinggi 0,80 C dari suhu oral
5. Nadi, RR, dan tekanan darah (TD) berdasarkan usia (Keperawatan Klinis, 2011)
Usia Nadi RR TD sistolik
(kali/menit) (kali/menit) (mmHg)
Dewasa (>18 tahun) 60-100 12-20 100-140
Remaja (12-18 tahun) 60-100 12-16 90-110
Anak-anak (5-12 tahun) 70-120 18-30 80-110
Pra sekolah (4-5 tahun) 80-140 22-34 80-100
Bawah 3 tahun/Toddler (1-3 tahun) 90-150 24-40 80-100
Bayi (1 bulan – 1 tahun) 100-160 30-60 70-95
Baru lahir/infant (0-1 bulan) 120-160 40-60 50-70
Konsep Spritual
1. Definisi
Spritualitas adalah kenyakinan dalam hubungan nya dengan Yang Maha
kuasdan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada
Allah sebagai pencipta atau sebagai Maha Kuasa.
Spritualitas mengandung pengertian hubungan manusia dengan Tuhannya
dengan menggunakan instrumen (medium), Sholat, puasa, zakat, Haji, Doa
dan sebagainya (Keliat, 2005)
Aspek spritualitas kebutuhan spritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan
dimensi ini termasuk menemukan arti, tujuan, menderita, dan kematian;
kebutuhan akan harapan dan keyakinan hidup, dan kebutuhan akan
keyakinan pada diri sendiri, dan Tuhan. Ada 5 dasar kebutuhan spritual
manusia yaitu : arti dan tujuan hidup, perasaan mistri, pengabdian, rasa
percaya dan harapan di waktu kesusahan (Keliat, 2005).
Menurut Burkhardt (dalam Sunaryo, 2004) spritualitas meliputi aspek
sebagai berikut:
1. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak di ketahui atau ketidakpastian
dalam kehidupan.
2. Menemukan arti dan tujuan hidup.
3. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam
diri sendiri.
4. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang
Maha Tinggi.
c. Dimensi spiritual
Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau
keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan
kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik, atau
kematian. Dimensi spiritual juga dapat menumbuhkan kekuatan yang timbul di
luar kekuatan manusia (kozier, 2004).
d. Kebutuhan spiritual
1. Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan ini secara
terus- menerus diulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini
adalah ibadah.
2. Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, kebutuhan untuk menemukan
makna hidup dalam membangun hubungan yang selaras dengan Tuhannya
dan sesama manusia serta alam sekitarnya.
3. Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan
keseharian, pengalaman agama integratif antara ritual peribadatan dengan
pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.
4. Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan secara teratur mengadakan
hubungan dengan Tuhan, tujuannya agar keimanan seseorang tidak
melemah.
5. Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa. Rasa bersalah dan
berdosa ini merupakan beban mental bagi seseorang dan tidak baik bagi
kesehatan jiwa seseorang.
6. Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri ( Self acceptance dan self
esteem), setiap orang ingin dihargai, diterima, dan di akui oleh
lingkungannya.
7. Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap harapan
masa depan.
8. Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang makin tinggi sebagai
pribadi yang utuh.
9. Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesama manusia.
Anak usia pra Perkembangan spiritual pada anak masa prasekolah (3-
sekolah (3-6 6 tahun) berhubungan erat dengan kondisi psikologis
tahun) dominannya, yaitu super ego. Anak usia prasekolah
mulai memahami kebutuhan sosial, norma dan harapan,
serta berusaha menyesuaikan dengan norma keluarga
(Sunaryo, 2004).
Anak Usia Usia sekolah merupakan masa yang paling banyak
Sekolah (6-12 mengalami peningkatan kualitas kognitif pada anak.
Tahun) Anak usia sekolah (6-12 Tahun) berpikir secara konkrit,
tetapi mereka mudah dapat menggunakan konsep
abstrak untuk memahami gambaran dan makna siritual
dan agama mereka. Minat anak mulai ditunjukkan
dalam sebuah ide, dan anak dapat diajak berdiskusi dan
menjelaskan apakah keyakinan (Sunaryo, 2004)..
Remaja (12-18 Pada tahap ini individu sudah mengerti akan arti dan
Tahun) tujuan hidup, menggunakan pengetahuan misalnya
untuk mengambil keputusan saat ini dan yang akan
datang. Pada tahap ini kepercayaan pada kelompok
paling tinggi perannya daripada keluarga (Sunaryo,
2004).