Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


HERPES GENITALIS DAN KONDILOMA AKUMINATA
(Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III)
Dosen pengampu : Devi Ratnasari S.Kep,Ns,M.Kep

Disusun Oleh :
Afzal Risman Noor Falah (KHGC18057)
Astiani Fadilah Difani (KHGC18065)
Hera Nurafita (KHGC 18023)
Nindi Ernaiawati (KHGC 18038)
Pujawati (KHGC18095)
Sri Kusmawati (KHGC18106)

Prodi : 3B - S1 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karsa Husada Garut


T.A 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya
kepada kami dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi persyaratan Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III. Selain itu, isi makalah dapat dijadikan sarana dalam memahami
tentang Konsep Penyakit dan Asuhan Keperawatan tentang Herpes Genitalis dan Kondiloma
Akuminata.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang terlibat dalam
pembuatan makalah. Terutama kepada dosen kami Ibu Devi Ratnasari S.Kep,Ns,M.Kep yang telah
memberi kami kesempatan untuk menyusun dan membahas makalah ini.

Kami sangat menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna terutama mengenai masalah dalam penyampaian bahasa dan struktur
isi makalah ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Garut, 16 November 2020

Kelompok 4
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................................
Daftar Isi ............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................................................
B. Rumusan Masalah .........................................................................................................
C. Tujuan ...........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Penyakit Herpes Genitalia ...............................................................................
B. Asuhan Keperawatan Herpes Genitalia ........................................................................
C. Konsep Penyakit Kondiloma Akuminata......................................................................
D. Asuhan Keperawatan Kondiloma Akuminata ..............................................................

BAB III PENUTUP


Kesimpulan .........................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Herpes genitalis (HG) merupakan IMS virus yang menempati urutan kedua tersering
di dunia dan merupakan penyebab ulkus genitalis tersering di negara maju. Virus herpes
simpleks tipe-2 (HSV-2) merupakan penyebab herpes genitalis tersering (82%), sedangkan
virus herpes simpleks tipe-1 (HSV-1) yang lebih sering diakitkan dengan lesi di mulut dan
bibir, ternyata dapat pula ditemukan pada 18% kasus herpes genitalis.
Herpes genitalis atau herpes kelamin adalah penyakit kelamin yang cukup sulit untuk
diobati dan pengobatan penyakit herpes genitalis ini pun cukup memakan waktu penyakit
ditandai dengan timbulnya vesikula (peninggian kulit terbatas tegas dengan diameter kurang
dari 1 cm dan dapat pecah menimbulkan erosi seperti koreng kecil) pada permukaan mukosa
kulit, bergerombol di atas dasar kulit yang berwarna kemerahan. Pada umumnya terjadi pada
bagian tubuh di bawah pusar, terutama daerah genital dan sekitarnya.
Walaupun herpes simpleks virus tipe II merupakan penyebab terbanyak herpes
genitalis, namun dengan trend meningkatnya aktifitas seksual secara orogenital (aktifitas
seksual melalui mulut), keduanya (HSV-1 dan HSV-2) dapat ditemukan di sekitar pinggang
ke bawah, terutama area oergan seksual dan sekitarnya.
Kondiloma akuminata merupakan tonjolan-tonjolan yang berbentuk bunga kol atau
kutil yang meruncing kecil yang bertumbuh kembang sampai membentuk kelompok yang
berkembang terus ditularkan secara seksual. Kondiloma akuminata dijumpai pada berbagai
bagian penis atau biasanya didapatkan mellaui hubungan seksual melewati liang rectal
disekitar anus, pada wanita di jumpai pada permukaan mukosa bibir pada vulva, serviks,
pada perineum atau disekitar anus. Kondiloma sering kali tampak rapuh dan mudah terpecah,
bisa tersebar multifokal dan multisentris yang bervariasi baik dalam jumlah maupun
ukrannya. Lesinya bisa sangat meluas sehingga dapat menguasai penampakan normal dan
antomi pada genitalis. Darah tubuh yang paling umum adalah frenulum, korona, glans pria
dan daerah introitus posterior wanita.
Kondiloma akuminata juga dikenal sebagai anogenital warts terdiri dari epidermis
dan pulpa atau nodil dermal pada perineum, genitalia, lipayan crucal, dan anus. Mereka
bervariasi dalam ukuran dan dapat membentuk besar, exophytic, massa seoertii kembal kol,
terutama di lingkungan yang lembab perineum. Human papillomavirus (HPV) adalah
penyebab etiologi kondiloma akuminata. Kutil dapat menyebar ke dalam vagina, uretra, dan
epital perirevtal.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep penyakit herpes genitalis?


2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan teoritis herpes genitalis?
3. Bagaimana konsep penyakit kondiloma akuminata?
4. Bagaimana konsep asuhan keperawatan teoritis kondiloma akuminata?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep penyakit herpes genitalis.


2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan teoritis herpes genitalis.
3. Untuk mengetahui konsep penyakit kondiloma akuminata.
4. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan teoritis kondiloma akuminata.
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP PENYAKIT HERPES GENETALIS


1. Definisi
Herpes genitalis merupakan penyakit infeksi akut pada genital dengan gambaran khas
berupa vesikel berkelompok pada dasar eritematosa, dan cenderung bersifat rekuren (dapat
berulang-ulang).
2. Etiologi
Penyebabnya adalah virus herpes simpleks. Ada 2 jenis herpes simpleks yaitu HSV-
1 dan HSV-2. HSV-2 biasanya ditularkan melalui hubungan seksual, sedangkan HSV-1
biasanya menginfeksi mulut. Kedua jenis virus herpes simpleks tersebut bisa menginfeksi
kelamin, kulit di sekeliling rektum atau tangan (terutama bantalan kuku) dan bisa ditularkan
kebagian tubuh lainnya (misalnya permukaan mata). Luka herpes biasanya tidak terinfeksi
oleh bakteri, tetapi beberapa penderita juga memiliki organisme lainnya pada luka tersebut
yang ditularkan secara seksual (misalnya sifilis atau cangkroid).
3. Patofisiologi
Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi. Gejala awal biasanya
berupa gatal, kesemutan dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan yang kecil, yang
diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung
membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri dan
membentuk keropeng. Penderita bisa mengalami kesulitan dalam berkemih dan ketika
berjalan akan timbul nyeri. Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa
meninggalkan jaringan parut.
Kelenjar getah bening selangkangan biasanya agak membesar. Gejala awal ini
sifatnya lebih nyeri, lebih lama, dan lebih meluas dibandingkan gejala berikutnya dan
mungkin disertai dengan demam dan tidak enak badan.
Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian panis, termasuk kulit
depan pada penis yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka bisa terbentuk di vulva
dan leher rahim. Jika penderita melakukan hubungan seksual melalui anus, maka lepuhan
dan luka bisa terbentuk di sekitar anus atau di dalam rektum.
Pada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita infeksi HIV), luka herpes
bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh lainnya, menetap selama beberapa minggu atau
lebih dan resisten terhadap pengobatan dengan asiklovir.
Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang sama atau di sekitarnya,
karena virus menetap di saraf panggul terdekat dan kembali aktif untuk kembali menginfeksi
kulit. HSV-2 mengalami pengaktifan kembali di dalam saraf panggul. HSV-1 mengalami
pengaktifan kembali di dalam saraf wajah dan menyebabkan fever blister atau herpes labialis.
Tetapi kedua virus bisa menimbulkan penyakit di kedua daerah tersebut. Infeksi awal oleh
salah satu virus akan memberikan kekebalan parsial terhadap virus lainnya, sehingga gejala
dari virus kedua tidak terlalu berat.
4. Pathway
Individu dengan HSV
(HSV 2)

Kontak Seksual

Pergesekan Permukaan Kulit

Virus Mudah Melewati Kulit Lembab/


Mukosa pada Kelamin

Virus menginvasi
(viral shadding)

Virus bereplikasi, menghancurkan


Sel penjamu dan virion
Kurangnya pajanan DEFISIENSI
Herpes Genital informasi PENGETAHUAN

Munculnya papul- klien cemas virus tersebar melalui virus menginfeksi


papul erimatosa kecil dengan kondisinya saluran limfe regional

vesikel ANSIETAS limfadenopati monocyt,makrofag


release
Pustul imunitas menurun
Pyrogenik,sitokin
Ulkus PK INFEKSI release

Trauma pada jaringan KERUSAKAN INTERGRITAS Beredar melalui sirkulasi


JARINGAN
Pengeluaran Mediator
nyeri (bradikinin, meningkatnya laju metabolisme hipotalamus
prostaglandin, endothelium
sitokinin) sumber energy inadekuat
melepaskan asam
Respon Nyeri ATP menurun arachidonat

NYERI AKUT KELETIHAN malaise prostaglandin release

HIPERTEMIA Produksi panas me Elevasi set point


5. Manifestasi klinis
Herpes kelamin atau herpes genital sering kali tidak disadari, karena bisa tanpa gejala.
Jika muncul gejala, biasanya berupa luka lepuh di kelamin yang terasa sakit dan gatal. Luka
lepuh ini dapat muncul 2 hari sampai 2 bulan sejak tertular.
Ciri-ciri luka lepuh pada herpes kelamin adalah :
1. Luka lepuh berisi cairan, berwarna merah di sekelilingnya, dan muncul secara
berkelompok.
2. Area luka terlihat bengkak dan terasa lunak ketika ditekan.
3. Luka lepuh akan pecah mengeluarkan cairan atau darah, lalu membentuk koreng.

Selain muncul luka lepuh, herpes genital juga dapat disertai dengan gejala yang mirip
dengan flu, yaitu demam dan nyeri otot. Pada kondisi tertentu, dapat muncul benjolan di
selangkangan akibat pembengkakan kelenjar getah bening, atau infeksi herpes yang
menyebar ke mata (keratitis herpes).

Selain infeksi awal, herpes kelamin atau herpes genital dapat kambuh beberapa kali
dalam setahun. Gejala kambuhnya herpes genital ditunjukkan dengan luka lepuh yang
disertai rasa panas, sakit, atau kesemutan di aera kelamin. Gejala tersebut dapat disertai rasa
skait di pinggung bawah, bokong, paha, arau lutut. Namun, luka pada saat kambuh biasanya
lebih cepat sembuh. Seiring waktu, rubuh akan membuat sistem kekebalan untuk melawan
virus herpes, sehingga kekambuhan makin jarang muncul.

6. Penatalaksanaan
Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis, namun
pengobatan secara umum perlu diberikan, seperti :
1. Menjaga kebersihan lokal
2. Menghindari trauma atau faktor pencetus

Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar 5% sampai
40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan ini memiliki
beberapa efek samping, di antaranya pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit
dapat juga terjadi. Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan
anda akan meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan membantu mencegah
terjadinya autbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes pada partner
seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah :

1. Asiklovir (Zovirus)
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5mg/kg BB/8jam selama 5 hari0,
asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari selama 10-14 hari) dan asiklovir topikal (5% dalam salf
propilen glikol) dapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat
penyembuhan.
2. Famsiklovir
Adalah jenis penisklovir, suatu analog nukleosida yang efektif menghambat replikasi
HSV-1 dan HSV-2.
3. Valasiklovir
Adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir lengkap berubah menjadi
asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan bioavaibilitas asiklovir sampai 54%. Oleh
karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar obat dalan darah yang
sama dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan asiklovir 200
mg 5 kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis episode awal.
7. Kompikasi
Infeksi herpes genital biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan yang serius
pada orang dewasa. Pada sejumlah orang dengan sistem imunitasnya tidak bekerja baik bisa
terjadi outbreaks herpes genital yang bisa saja berlangsung parah dalam waktu yang lama.
Wanita hamil yang menderita herpes dapat menginfeksi banyinya yang lahir dengan
herpes dapat meninggal atau mengalami gangguan pada otak, kulit atau mata. Bila pada
kehamilan timbul herpes genital, hal ini perlu mendapat perhatian serius karena virus dapat
melalui plasenta sampai ke sirkulasi fetal serta dapat menimbulkan kerusakan atau kematian
pada janin, infeksi neonatal mempunyai angka mortalitas 60%, separuh dari yang hidup
menderita cacat neurologis atau kelainan pada mata.
8. Pencegahan
Untuk mencegah herpes genitalis adalah sama dengan mencegah penyakit menular
seksual lainnya. Kuncinya adalah untuk menghindari terinfeksi dengan HSV yang sangat
menular pada waktu lesi ada. Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah menjauhkan diri
dari aktivitas seksual atau membatasi hubungan seksual dengan hanya satu orang yang bebas
infeksi.
B. KONSEP ASUHAN KE[ERAWATAN TEORITIS HERPES GENITALIS
1. Pengkajian
a) Identitas
Usia : Sering terjadi pada kelompok usia seks aktif.
Jenis kelamin : dapat terjadi pada pria dan wanita.
Pekerjaan : Dapat berisiko tinggi pada penjaja seks komersial.
b) Keluhan Utama
Klien akan mengeluh nyeri, gatal, panas seperti terbakar atau melepuh pada daerah
genitalianya.
c) Riwayat Kesehatan
- Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien akan mengeluh demam, nyeri otot, lemas, tidak nyaman dan adanya lepuhan yang
bergerombol dan dikelilingi oleh daerah kemerahan yang membentuk gelembung cair
pada daerah kemaluannya dan merasa nyeri ketika BAK.
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Sering diderita kembali oleh klien yang pernah mengalami penyakit herpes simpleks
atau riwayat penyakit seperti ini sebelumnya.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini.
d) Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi dan daya tahan tubuh
klien.
- Pada kondisi awal atau pada proses peradangan dapat terjadi peningkatan subu tubuh
atau demam dan perubahan tanda – tanda vital yang lain seperti tekanan darah, nadi
dan pernafasan yang mengalami peningkatan.
- Perhatikan mukosa mulut, hidung dan penglihatan klien.
- Pada saat pemeriksaan abdomen, palpasi kelenjar limfe regional, periksa adanya
pembesaran. Pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar limferegional.
- Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan adalah bagian glans
penis, batang penis, uretra.
- Pada pemeriksaan genitalia wanita, herpes genitalia dapat ditemukan di area labia
mayora dan minora, klitoris, introitus vagina dan serviks. Jika timbul lesi catat jenis,
bentuk, ukuran atau luas, warna dan keadaan lesi.
- Pada pengkajian kulit, ditemukan adanya vesikel – vesikel berkelompok yang nyeri,
adanya edema disekitar lesi, dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder.
e) Pola Fungsi Kesehatan (Gordon)
 Persepsi terhadap kesehatan
Herpes genitalia disebabkan oleh penyakit menular seksual atau sering berganti – ganti
pasangan.
 Pola aktivitas latihan
Klien masih bisa melakukan aktivitas hanya saja ada sedikit hambatan ketika berjalan
karena nyeri di area genitalianya.
 Pola istirahat tidur
Pada pola istirahat tidur penderita herpes akan terjadi gangguan susah tidur karena rasa
nyeri dan gatal yang dirasakannya.
 Pola nutrisi metabolic
Pada penderita herpes dapat terjadi penurunan nafsu makan.
 Pola Eleminasi
Mengalami gangguan pada saat BAK karena nyeri.
 Pola kognitif perceptual
Pada klien dengan herpes genitalia tidak terjadi gangguan pada panca indera seperti
penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan.
 Pola konsep diri
Klien kadang merasa malu terhadap orang disekitarnya, karena persepsi masyarakat
yang mengira bahwa herpes genital terjadi akibat sering berganti – ganti pasangan
seksual.
 Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana manajemen koping
pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya setelah sakit.
 Pola Seksual
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksualitas dan reproduksi pasien selama pasien
menderita penyakit ini. Pada pola seksual pasien akan terganggu karena herpes
genitalis adalah penyakit menular seks. Selain itu akan keluar cairan encer (keputihan)
yang berbau busuk dari vagina.
 Pola peran hubungan
Hubungan dengan keluarga, teman dan tetangga terganggu karena penyakitnya yang
bisa menular.
 Pola nilai dan kepercayaan
Kaji apakah penyakit klien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang diyakini.
f) Pemeriksaan Penunjang
- Virus herpes dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiak.
- Pada keadaan tidak ada lesi dapat dilakukan pemeriksaan antibody HSV.
- Pada percobaan tzanck dengan pewarnaan geimsa dapat ditemukan sel detia berinti
banyak dan badan inklusi.
g) Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Herpes genitalia Nyeri akut
- Klien akan mengeluh
sakit pada area Munculnya papul – papul
genitalianya terutama erimatosa kecil
pada saat BAK.
DO : Vesikel
- Adanya lepuhan yang
bergerombol pada daerah Pustul
genitalia.
- Kulit disekitar genitalia Ulkus
terlihat kemerahan dan
membentuk gelembung Pengeluaran mediator nyeri
cair. (bradikinin, prostaglandin,
sitokinin)
Respon nyeri

Nyeri akut

2. DS : Herpes genitalia Kerusakan integritas


- Klien mengeluh panas kulit
seperti terbakar pada area Munculnya papul-papul
genitalianya.
DO : Vesikel
- Adanya lepuhan yang
bergerombol pada area Pustul
genitalianya.
Ulkus

Kerusakan integritas kulit

3. DS : Herpes genital Resiko infeksi


- Klien mengeluh perut
bagian bawahnya terasa Virus tersebar melalui saluran
tertekan. limfe regional
DO :
- Adanya cairan yang Limfadenopati
keluar dari genitalia.
- Adanya luka pada Imunitas menurun
genitalia.
Resiko infeksi

4. DS : Virus menginfeksi Hipertermi


DO :
- Kulit klien terasa panas. Monosit, makrofag keluar
- Suhu tubuh : > 37,5℃
Pyrogenik, sitokin keluar

Beredar melalui sirkulasi

Hipotalamus endothelium

Melepaskan asam arachidonat

Prostaglandin keluar

Elevasi set poin

Produksi panas meningkat

Hipertermia

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis (herpes simpleks).
2. Kerusakan integritas kulit b.d ulkus diarea genitalia.
3. Resiko infeksi b.d imunitas menurun d.d gangguan integritas kulit.
4. Hipertermi b.d penyakit (infeksi herpes simpleks genitalis) d.d suhu tubuh > 37,5℃, kulit
teraba hangat.

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnose NOC NIC Rasional
keperawatan
1. Nyeri akut b.d Tujuan : 1) Lakukan pengkajian nyeri 1) Untuk mengetahui
agen cedera Nyeri terkontrol. secara komperhensif tingkatan nyeri.
biologis (herpes Kriteria hasil : (lokasi, karakteristik,
simpleks - Nyeri dapat durasi, frekuensi, kulitas
genitalis) berkurang. dan presipitasi). 2) Untuk menentukan
- Klien dapat 2) Observasi pengaruh nyeri pengaruh nyeri
beristirahat dengan terhadap kualitas hidup. terhadap aktivitas
cukup. sehari-hari.
- Ekspresi wajah 3) Klien dapat
tenang. 3) Berikan informasi tentang mengetahui tentang
nyeri seperti penyebab, nyeri yang
lama nyeri dll. dirasakannya.
4) Untuk menghindari
4) Anjurkan klien untuk nyeri.
menghindari rangsangan
nyeri. 5) Untuk mengatasi
5) Berikan analgetik sesuai nyeri.
program. 6) Mengurangi nyeri.
6) Ajarkan teknik distraksi
dan relaksasi. 7) Untuk menentukan
7) Kolaborasikan dengan tindakan selanjutnya.
dokter jika tidak ada
perubahan nyeri terhadap
terapi yang telah
diberikan.

2. Kerusakan Tujuan : 1) Kaji tingkat kerusakan 1) Untuk mengetahui


integritas kulit Integritas kulit klien kulit. derajat kerusakan kulit.
b.d ulkus diarea dapat membaik. 2) Monitor kulit akan adanya 2) Untuk mengetahui
genitalia. Kriteria hasil : kemerahan. adanya inflamasi.
Tidak ada luka atau 3) Bersihkan kulit disekitar 3) Mencegah terjadinya
lesi pada kulit. genitalia yang mengalami infeksi.
lesi dan keringkan dengan
hati-hati.
4) Berikan obat topical
sesuai program. 4) Mempercepat
5) Anjurkan klien untuk penyembuhan.
menggunakan pakaian 5) Mengurangi gesekan
yang longgar. pada luka.
6) Kolaborasi pemberian
diet tinggi kalori tinggi 6) Mempercepat
protein. perbaikan jaringan.

3. Resiko infeksi Tujuan : 1) Monitor tanda dan gejala 1) Mengetahui letak


b.d imunitas Resiko infeksi dapat infeksi iskemik dan infeksi.
menurun d.d terkontrol. lokal.
gangguan Kriteria hasil : 2) Monitor kerentanan 2) Menghindari terjadinya
integritas kulit. - Klien terbebas dari terhadap infeksi. infeksi.
tanda dan gejala 3) Inspeksi kulit dan 3) Mengetahui adanya
infeksi. membrane mukosa tanda inflamasi.
- Menunjukan terhadap kemerahan,
kemampuan untuk panas dan drainase.
mencegah 4) Ajarkan klien untuk 4) Menghindari
timbulnya infeksi. membersihkan kulitnya terjadinya infeksi.
dan mengeringkannya
dengan hati – hati.
5) Tingkatkan intake 5) Meningkatkan
nutrisi. penyembuhan luka.
6) Berikan antibiotik sesuai 6) Membunuh kuman dan
advis dokter. bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi.
4. Hipertermi b.d Tujuan : 1) Monitor tanda – tanda 1) Untuk mengetahui pola
penyakit (infeksi Suhu tubuh klien vital. demam.
herpes simpleks menurun.
genitalis) d.d Kriteria hasil : 2) Monitor suhu tubuh 2) Untuk mengetahui
suhu tubuh > - Suhu tubuh normal sesering mungkin. peningkatan suhu.
37,5℃, kulit (36℃ - 37,5℃). 3) Monitor warna kulit. 3) Untuk mengetahui
teraba hangat. - Nadi, respirasi dan perubahan warna kulit.
tekanan darah 4) Berikan kompres hangat 4) Membantu menurunkan
dalam batas normal. di axila, lpatan paha atau suhu tubuh.
temporal.
5) Anjurkan klien untuk 5) Untuk menyerap
menggunakan pakaian keringat dan
yang tipis. menghindari terjadinya
penguapan tubuh.
6) Tingkatkan intake cairan 6) Mencegah kehilangan
dan nutrisi. energi yang berlebihan.
7) Kolaborasi pemberian 7) Menurunkan suhu
antipiretik. tubuh.

C. KONSEP PENYAKIT KONDOLIMA AKUMINATA


1. Definisi
Kondiloma akuminata juga dikenal sebagai anogenital warts terdiri dari epidermis
dan papula atau nodul dermal pada perineum, genitalia, lipatan crural, dan anus. Mereka
bervariasi dalam ukuran dan dapat membentuk besar, exophytic, massa seperti kembang
kol, terutama di lingkungan yang lembab perineum. Human papillomavirus (HPV) adalah
penyebab etiologi kondiloma akuminata. Kutil dapat menyebar ke dalam vagina, uretra,
dan epitel perirectal.
2. Etiologi
Kutil kelamin atau kondiloma disebabkan oleh infeksi pada epidermis oleh jenis Human
Papiloma Virus yang spesifik pada sebagian besar lesi yang terjadi akibat HPV 6 dan 11
yang dijumpai, namun terkadang HPV 16 atau jenis lain juga dijumpai hubungan antara kutil
kelamin dengan kutil kulit biasanya telah banyak dibahas sebelumnya namun tidak ada bukti
hubungan klinis atau virologis antara keduanya meskipun demikian sejumlah kecil pasien
dengan kutil kulit biasa juga mengalami kutil yang sama pada bagian genital autoinokulasi
dengan HIV 1,2 atau 4 tampaknya merupakan penjelasan yang paling mungkin, karena jenis
– jenis tersebut telah diidentifikasi pada beberapa material kutil. Beberapa faktor-faktor
resiko yang mempengaruhi :
a) Aktivitas Seksual
Kondiloma akuminata atau infeksi HPV sering terjadi pada orang yang mempunyai
aktivitas seksual yang aktif dan mempunyai pasangan seksual lebih dari 1 orang
(multiple). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mahasiswi-mahasiswa yang sering
bergonta-ganti pasangan seksual dapat terinfeksi HPV melalui pemeriksaan DNA.
Wanita dengan lima atau lebih pasangan seksual dalam lima tahun memiliki resiko 7,1%
mengalami infeksi HPV (anogenital warts) dan 12,8% mengalami kekambuhan dalam
rentang waktu tersebut. Pada penelitian yang lebih luas, yang melibatkan wanita berusia
18-25 tahun yang memiliki tiga kehidupan seksual dengan pasangan yang berbeda
berpotensi untuk terinfeksi HPV.
b) Penggunaan Kontrasepsi
Penelitian pada 603 mahasiswa yang menggunakan alat kontrasepsi oral ternyata
menunjukkan adanya hubungan terjadinya infeksi HPV pada servik. Namun hubungan
pasti antara alat kontrasepsi oral dengan angka kejadian terjadinya kondiloma akuminata
masih menjadi perdebatan di dunia.
c) Merokok
Hubungan antara merokok dengan terjadinya kondiloma akuminata masih belum jelas.
Namun pada penelitian ditemukan adanya korelasi antara terjadinya infeksi HPV pada
seviks dengan penggunaan rokok tanpa filter (cigarette) dengan cara pengukuran HPV
DNA.
d) Kehamilan
Penyakit ini tidak mempengaruhi kesuburan, hanya pada masa kehamilan
pertumbuhannya makin cepat, dan jika pertumbuhannya terlalu besar dapat menghalangi
lahirnya bayi dan dapat timbul perdarahan pasca persalinan. Selain itu dapat juga
menimbulkan kondiloma akuminata atau papilomatosis laring (kutil pada saluran nafas)
pada bayi baru lahir. Keluhan keputihan yang di alami dapat terjadi akibat adanya
kondiloma di vagina dan serviks, atau mungkin juga keputihan oleh sebab lain seperti
jamur misalnya.
e) Imunitas
Kondiloma juga sering ditemukan pada pasien yang immunocompromised (misal HIV).

3. Patofisiologi

HPV merupakan kelompok virus DNA double-strand. Sekitar 30 jenis HPV dapat
menginfeksi traktus anogenital. Virus ini menyebabkan lokal infeksi dan muncul sebagai lesi
kondiloma papilomatous. Infeksi HPV menular melalui aktivitas seksual. HPV yang
berhubungan dengan traktus genital dibagi dalam kelompok resiko rendah dan resiko tinggi
yang didasarkan atas genotipe masing-masing. Sebagian besar kondiloma genital diinfeksi
oleh tipe HPV-6 atau HPV-11. Sementara tipe 16, 18, 31, 33, 45, 51, 52, 56, 68, 89
merupakan resiko tinggi.

Papiloma virus bersifat epiteliotropik dan reflikasinya tergantung dari adanya epitel
skuamosa yang berdeferensisasi. DNA virus dapat ditemui pada lapisan bawah epitel, namun
struktur protein virus tidak ditemukan. Lapisan basal sel yang terkena ditandai dengan batas
yang jelas pada dermis. Lapisan menjadi hiperplasia (akantosis), pars papilare pada dermis
memanjang. Gambaran hiperkeratosis tidak selalu ada, kecuali bila kutil telah ditemui pada
waktu yang lama atau pengobatan yang tidak berhasil, dimana stratum korneum hanya
mengandung 2 lapisan sel yang parakeratosis. Koibeytes terpancar – pencar keluar dari
lapisan terluar dari kutil genialia. Merupakan sel skuamosa yang zona mature perinuclear
yang luas dibatasi dari peripheral sitoplasma. Intinya bisa diperluas dan hyperchromasi, dua
atau lebih nuklei/inti bisa terlihat. Penelitian ultrastruktural menunjukkan adanya partikel –
partikel virus pada suatu bagian nuklei sel. Koilositosis muncul untuk menunjukkan kembali
suatu efek sitopatik spesifik dari HPV.
4. Pathway
Hubungan seksual

Kontak dengan HPV

PV 6 & 11 masuk melalui


mikro lesi

Penetrasi melalui kulit

Ditumpangi oleh patogen Mikroabrasi permukaan epitel

HPV masuk lapisan basal


Keputihan Respon radang
disertai infeksi
mikrorganisme Mengambil alih DNA
Merangsang mediator
kimia: histamin
Bau, berwarna
kehijauan HPV naik ke epidermis
Stimulasi saraf perifer

Gatal dan terasa Bereplikasi


terbakar Menghantarkan pesan gatal
ke otak
Tidak terkendali
Tidak nyaman saat Impuls elektronikimia (gatal)
melakukan sepanjang nervus ke dorsal
hubungan seksual spinal cord Nodul kemerahan di
sekitar genitalia
Gangguan pola Thalamus
fungsi seksual
Penumpukan nodul merah Gangguan citra
Korteks (intensitas) dan
membentuk seperti bunga kol diri
lokasi gatal dipersepsikan

Persepsi gatal Pecah/muncul lesi Gang. Integritas kulit

Gangguan rasa
Lesi terbuka, terpajan
nyaman : Gatal
mikroorganisme

Pelepasan virus bersama


sel epitel

Resiko
penularan

5. Manifestasi Klinis
Kondiloma pada permukaan kulit muncul sebagai papula lobus yang rata-rata 2-5
mm dalam ukuran, tetapi mereka mungkin berkisar dari mikroskopis beberapa sentimeter
untuk diameter dan tinggi. Lesi sering multifokal. Banyak kutil kelamin mungkin muncul
selama kehamilan. Kondiloma akuminata terjadi pada pria terutama penis atau sekitar anus.
Pada wanita, lesi muncul di permukaan mukosa vulva, leher rahim, pada perineum, atau
sekitar anus. Massa seperti kembang kol dapat berkembang di tempat lembab, daerah
tersumbat seperti kulit perianal, vulva, dan lipatan inguinal. Sebagai hasil dari akumulasi
materi purulen dalam celah, mungkin timbul bau busuk. Warna mereka umumnya abu-abu,
kuning pucat, atau merah muda.
Kutil kelamin adalah sexually transmitted disease (STD) dan STD lainnya dapat
ditemukan pada pasien dengan kutil kelamin. Sejarah lengkap harus diambil dan pasien
disaring untuk STD lainnya yang sesuai. Wanita dengan kutil kelamin eksternal harus
dilakukan skrining sitologi servikal rutin untuk mendeteksi adanya displasia serviks.
6. Penatalaksanaan
Karena virus infeksi HPV sangat bersifat subklinis dan laten, maka tidak terdapat
terapi spesifik terhadap virus ini, maka perawatan diarahkan pada pembersihan kutil – kutil
yang tampak dan bukan pemusnahan virus. Perhatian pada pribadi harus ditekankan karena
kelembaban mendukung pertumbuhan kutil.
7. Komplikasi
Kondiloma Akuminatum merupakan IMS yang berbahaya karena dapat
menyebabkan terjadinya komplikasi penyakit lain yaitu:

a. Kanker serviks
Lama infeksi Kondiloma Akuminatum meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks.
Beberapa melaporkan bahwa risiko tertinggi terkena kanker serviks adalah pada kasus
infeksi Kondiloma Akuminatum selama 1 – 2 tahun. Risiko ini menurun pada infeksi
Kondiloma Akuminatum selama < 1 tahun dan infeksi Kondiloma Akuminatum selama
2 – 3 tahun. Kanker serviks merupakan penyebab kematian kedua pada perempuan
karena kanker di negara berkembang dan penyebab ke 11 kematian pada perempuan di
AS. Tahun 2005, sebanyak 10.370 kasus kanker serviks baru ditemukan dan 3.710
diantaranya mengalami kematian 7,10.
b. Kanker genital lain
Selain menyebabkan kanker serviks, Kondiloma Akuminatum juga dapat menyebabkan
kanker genital lainnya seperti kanker vulva, anus dan penis

c. Infeksi HIV
Seseorang dengan riwayat Kondiloma Akuminatum lebih berisiko terinfeksi HIV.

d. Komplikasi selama kehamilan dan persalinan


Kondiloma Akuminatum selama masa kehamilan, dapat terus berkembang membesar di
daerah dinding vagina dan menyebabkan sulitnya proses persalinan. Selain itu, kondisi
Kondiloma Akuminatum dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga terjadi
transmisi penularan Kondiloma Akuminatum pada janin secara tenggorokannya.

8. Pencegahan
Penyakit ‘Condiloma Akuiminata’ merupakan salah satu penyakit menular seksual
yang sering dikeluhkan masyarakat. Oleh karena itu cara pencegahannya dilakukan
berdasarkan program IMS (Infeksi Menular Seksual).

1. Pencegahan Primer
 Perubahan perilaku

- Memperbaiki gaya hidup seksual yang terkesan ‘bebas’ dan ‘cuek’ ke arah yang
lebih memperhatikan kesehatan pasangan masing – masing. Setia hanya pada 1
pasangan

- Tanggap dan segera periksa ke rumah sakit atau puskesmas bila terjadi hal yang
abnormal di sekitar genitalia untuk menghindari kondisi yang parah

 Akses kondom dan pengadaannya

- Membiasakan penggunaan kondom saat berhubungan seksual.

2. Pencegahan sekunder
 Layanan IMS

- Pemerintah daerah atau pusat sebaiknya membuat suatu lembaga yang bisa
melayani masyarakat terkait penyakit – penyakit IMS (Infeksi Menular Seksual).
Risiko untuk akuisisi infeksi HPV genital baru atau serviks berkorelasi dengan
jumlah pasangan seksual. Risiko infeksi genital tampaknya lebih rendah pada laki-
laki yang disirkumsisi dan pasangan seksual mereka, dan ada bukti bahwa
penggunaan rutin kondom sebagian dapat melindungi terhadap akuisisi infeksi HPV
genital. Meluasnya skrining pap smear di Amerika Serikat dan negara-negara maju
lainnya telah sangat mengurangi kejadian kanker serviks invasif.

Vaksin HPV profilaksis merupakan pendekatan terbaru untuk mencegah infeksi


HPV genital. Vaksin yang tidak menular, didasarkan pada self-assembly dari protein
L1 menjadi virus like particles ( VLPs ) yang morfologi dan antigennya menyerupai
authentic capsids. Vaksin VLP profilaksis melindungi terhadap sebagian besar
infeksi HPV yang menyebabkan kanker serviks.

D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KONDOLIMA AKUMINATA


1. Pengkajian
a) Identitas
Usia : Sering terjadi pada kelompok usia seks aktif.
Jenis kelamin : dapat terjadi pada pria dan wanita.
Pekerjaan : Dapat berisiko tinggi pada penjaja seks komersial.
b) Riwayat kesehatan
1. Keluhan Utama
Gatal pada alat kelamin dan terasa terbakar
2. Riwayat penyakit sekarang
Timbulnya tonjolan bergelombang yang tidak nyeri, rasa gatal atau keluar sekret
pada alat kelamin. Pada kasus yang lebih jarang, Kondiloma akuminatum juga dapat
bermanifestasi di saluran uretra, sehingga memberikan gambaran klinis berupa
obstruksi saluran kemih
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat penyakit keluarga
Ada anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini.
5. Riwayat hubungan seksual berganti-ganti pasangan dan berhubungan seks sejak
usia dini. Bila ditemukan lesi pada anus atau mulut dan trakea, perlu juga digali
mengenai riwayat hubungan seksual anal maupun rektal.
6. Kontrasepsi oral : estrogen dan progesterone sebagai hormone glukokortikoid
diketahui menyebabkan efek imunosupresan dan meningkatkan transmisi HPV.
c) Pola fungsi kesehatan Gordon
1. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan
Kanker vulva dapat diakibatkan oleh penyakit menular seksual atau dapat
disebabkan oleh berganti-ganti pasangan serta melakukan hubungan seksual
terlalu dini
2. Pola istirahat dan tidur
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat
progresivitas dari kanker vulva ataupun karena gangguan pada pola tidur juga
dapat terjadi akibat dari depresi yang dialami oleh wanita.
3. Pola eliminasi
Dapat terjadi disuria serta hematuria.
4. Pola nutrisi dan metabolic
Asupan nutrisi pada wanita dengan kanker vulva harus lebih banyak karena dapat
terjadi mual dan muntah. Kaji jenis makanan yang biasa dimakan oleh wanita serta
pantau berat badan karena wanita dengan kanker vulva juga biasanya mengalami
penurunan nafsu makan.
5. Pola kognitif – perseptual
Pada wanita dengan kanker vulva biasanya tidak terjadi gangguan pada pada panca
indra meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai penyakit
kanker vulva, akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat.Dimana salah satu
etiologi dari kanker vulva adalah akibat dari sering berganti – ganti pasangan
seksual.
7. Pola aktivitas dan latihan.
Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi pola aktivitas dan
latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2=
dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total).
Pasien wajar jika mengalami perasaan sedikit lemas akibat dari asupan nutrisi
yang berkurang. Wanita yang disertai dengan kanker vulva ibu akan merasa sangat
lemah terutama pada bagian ekstremitas bawah dan tidak dapat melakukan
aktivitasnya dengan baik akibat dari progresivitas kanker vulva sehingga harus
beristirahat total.
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien selama
pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan terganggu akibat
dari rasa nyeri yang selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual
(dispareuni) serta adanya perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan
encer (keputihan) yang berbau busuk dari vagina.
9. Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana manajemen
koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya setelah sakit. Wanita
dengan kanker vulva biasanya mengalami gangguan dalam manajemen koping
stres yang diakibatkan dari cemas yang berlebihan terhadap risiko terjadinya
keselamatan dirinya sendiri.
10. Pola peran – hubungan
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan
sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan
hubungannya. Wanita dengan kanker vulva harus mendapatkan dukungan dari
suami serta orang – orang terdekatnya karena itu akan mempengaruhi kondisi
kesehatannya. Biasanya koping keluarga akan melemah ketika dalam anggota
keluarganya ada yang menderita penyakit kanker vulva.
11. Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang
diyakini.
d) Pemeriksaan Fisik
- Lesi eksternal : papul tunggal atau multipel yang berbentuk seperti mutiara,
bunga kol, plak, sesil, atau bertangkai dengan permukaan kasar berbonggol dan
teraba keras. Lesi perianal juga perlu diperhatikan bila pasien dengan
imunokompromais atau riwayat seks anal.
- Lesi internal pada serviks dan uretra : Koinfeksi dengan penyakit kelamin
lainnya : vesikel, ulkus.
- Pada saat pemeriksaan sebaiknya berada pada ruangan yang yang memiliki
cukup penerangan. Pada lesi yang kecil, penggunaan lensa pembesar atau
kolposkopi dapat sangat berguna.
e) Pemeriksaan penunjang
- Tes asam asetat
- Kolposkopi
- Histopatologi
f) Analisa data
No Data yang menyimpang Etiologi Diagnosa keperawatan
1 DS : Infeksi virus human Gangguan rasa nyaman :
-Klien mengeluh papiloma gatal
alat kelamin gatal dan ↓
terasa terbakar Pelepasan mediator
DO : kimia
-Pada alat kelamin klien ↓
terdapat nodul-nodul Stimulasi saraf perifer
kemerahan seperti ↓
bunga kol. Menghantarkan pesan
gatal ke otak

Impuls elektronikimia
(gatal) sepanjang

nervus ke dorsal spinal
cord

Thalamus

Korteks (intensitas) dan
lokasi gatal
Dipersepsikan

Gangguan nyaman
gatal
2. DS : - Keputihan disertai Gangguan pola fungsi
DO : infeksi HPV seksual
-Pada alat kelamin klien ↓
keputihan, berbau (+), Keputihan menjadi bau,
bewarna kehijauan. berwarna kehijauan

Alat kelamin gatal dan
terasa terbakar

Tidak nyaman saat
melakukan hubungan
Seksual

Gangguan pola fungsi
seksual
3. DS : - Infeksi HPV Gangguan integritas
DO : ↓ kulit
-Pada alat kelamin klien Bereplikasi
terdapat penumpukan nodul ↓
merah Karena kelainan sel oleh
virus, pembelahan
sel tidak terkendali

Nodul kemerahan di
sekitar genitalia

Penumpukan nodul
merah membentuk
seperti bunga kol

Pecahnya nodul merah
dan muncul lesi

Gangguan integritas
kulit
4. DS : - HPV masuk lapisan basal Gangguan citra diri
DO : ↓
-Pada alat kelamin klien Mengambil alih DNA
terdapat konsistensi ↓
lunak HPV naik ke epidermis

Bereplikasi

Tidak terkendali

Nodul kemerahan di
sekitar genitalia

Penumpukan nodul
merah membentuk
seperti bunga kol

Merasa malu atas
perubahan pada alat
Kelaminnya

Gangguan citra diri
5. DS : - Pecahnya nodul Risiko penularan
DO : ↓
- Pada alat kelamin klien terihat merah/muncul lesi
pecahnya nodul ↓
- muncul lesi Lesi terbuka, terpajan
Mikroorganisme

Pelepasan virus bersama
sel epitel

Resiko penularan

2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan nyaman gatal b.d. infeksi virus human papiloma
2) Gangguan pola fungsi seksual b.d. gatal dan terasa terbakar pada alat kelamin
3) Gangguan integritas kulit b.d. pecahnya nodul dan muncul lesi pada kulit alat kelamin
4) Gangguan citra diri b.d. penumpukan nodul merah seperti bunga kol d.d. merasa malu
atas perubahan pada alat kelaminnya
5) Resiko tinggi penularan b.d. pecahnya nodul merah dan lesi terpajan
3. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


keperawatan
1. Gangguan Setelah dilakukan 1.Berikan aktivitas 1. Aktivitas
nyaman gatal tindakan Klien dapat membuat
b.d. infeksi keperawatan klien melupakan
virus human selama 3 x 24 jam fokus gatalnya
papiloma rasa gatal pada 2.Anjurkan memakai 2. Bahan
pasien berkurang pakaian dalam dari katun dapat
bahan katun menyerap
keringat, agar
tidak lembab
3.Berendam dalam air 3. Memberikan rasa
hangat 2x sehari nyaman
pada klien
4.Berikan obat 4. Mengurangi rasa
Antihistamin gatal
2. Gangguan pola Setelah dilakukan 1.Pantau tindakan 1.Dengan memantau
fungsi seksual tindakan keperawatan, kemampuan seksual
b.d. gatal dan keperawatan, gangguan pola klien, perawat dapat
terasa gangguan pola seksual teratasi memberikan
terbakar pada seksual teratasi kemampuan klien intervensi yang tepat
alat kelamin untuk melihat terhadap penyebab
perubahan fungsi gangguan
seksualnya
2. Dorong klien 2.Mengetahui
Untuk mendiskusikan perasaan pasien,
perasaan mengenai sehingga ia mau
perubahan fungsi terbuka dan
seksualnya.
menjelaskan
mengenai gangguan
pola fungsi seksual
3. Berikan yang ia alami
informasi tentang 3.Membuka pikiran
penyakit yang diderita pasien mengenai
klien. gangguan pola
fungsi seksual yang
ia alami serta cara
mengatasinya
4.Mengetahui
4. Anjurkan untuk harapan klien
menghentikan mungenai pola
kegiatan seks selama fungsi seksualnya
masa pengobatan 5.Dengan
5. Diskusikan memberikan
tentang harapan harapan pada pasien,
klien untuk pasien termotivasi
melakukan aktivitas untuk memperbaiki
seksual yang normal gaya hidup/ pola
seksual yang salah
3. Gangguan Setelah dilakukan Mandiri :
integritas kulit b.d tindakan 1.Anjurkan klien 1.Vit E akan
pecahnya nodul keperawatan untuk mengoleskan membantu
dan lesi pada kulit selama 3x24 jam, vitamin e pada kutil. mengurangi rasa
dan alat kelamin nodul dan lesi ketidaknyamanan
pada kulit alat pada kutil dan
kelamin klien mengurangi resiko
berkurang infeksi
2. Berikan konsumsi 2. Buah-buahan
makanan dan buah –
buahan serta sayuran mengandung
yang bewarna hijau vitamin C
seperti manga. dan A yang baik
untuk
menjaga
kelembaban
kulit dan integritas
kulit
3. Anjurkan klien 3. dengan menjaga
untuk selalu kebersihan daerah
menjaga kebersihan genitalia, kulit
genitalia genitalia
terjaga dari resiko
Kolaborasi: infeksi lainnya
1. Berikan Asam 1. untuk menetralisir
trikloroasetat 80%- asam yang tidak
90% bereaksi
- Oleskan selama
beberapa
detik,hanya pada
kutil dan oleskan
natrium bikarbinat
(soda kue).
- Bilas setelah 4 jam
- Bila perlu ulangi
pemakaian dengan
interval mingguan.
- Berguna untuk
kutil yang kecil
4. Gangguan citra Setelah dilakukan 1.Dorong klien untuk 1.Dengan demikian
diri b.d asuhan mengekspresikan klien merasa
penumpukan keperawatan perasaan, pikiran, dimotivasi untuk
nodul merah selama 2x24 jam, pandangan dirinya perbaikan yang
seperti bunga klien mampu optimal
kol d.d. merasa menerima 2. Dorong kilen untuk 2.Meningkatkan
malu atas keadaanya. aktif bertanya perilaku positif, dan
perubahan tentang masalah, berkesempatan
pada alat penanganan, untuk
kelaminnya perkembangan, dan tujuan dan rencana
prognosa data masa depan
berdasarkan realita
3.Meningkatkan
3. Berikan informasi kepercayaan dan
yang dapat mengadakan
dipercaya hubungan antara
klien
dan perawat
4.Klien dan orang
4. Perjelas berbagai terdekat cenderung
kesalahan konsep menerima krisis
klien terhadap dengan cara yang
perawatan diri dan sama meningkatkan
pemberi perawatan kepercayaan diri
klien
5.Meningkatkan
5. Beri dukungan ventilasi perasaan
keluarga untuk dan
beradaptasi memungkinkan
respon yang lebih
membentu klien.
5. Resiko tinggi Mencegah 1.Anjurkan klien 1. Kontak dengan
penularan b.d. terjadinya menghindari kontak orang
pecahnya penularan penyakit fisik dengan yang terinfeksi juga
nodul merah kepada orang lain pasangan seksual akan memperparah
dan lesi yang kontak yang terinfeksi kondisi klien
terpajan seksual 2.Anjurkan 2. Untuk melindungi
dengan klien penggunaan kondom pasangan klien dari
kepada pasangan infeksi virus dan
klien penyakit kondiloma
3.Anjurkan klien 3. Untuk
untuk menghentikan mempercepat
aktivitas seksual proses
selama pengobatan penyembuhan
dan mencegah
infeksi
lanjut maupun laten
4.Anjurkan klien 4. Pemeriksaan dini
memeriksakan diri sangat baik untuk
secara teratur mendeteksi lebih
termasuk pula awal
memeriksakan akan ada atau
pasangan seksualnya tidaknya infeksi
virus
5.Anjurkan klien 5. Dengan begitu,
melakukan dapat
pemeriksaan pap terdeteksi dini
smear secara teratur perubahan tingkat
seluler meliputi
papillomatosis,
akantosis,
abnormalitas
koilosistik serta
kelainan nukleus
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Herpes genitalis adalah PMS didaerah kelamin yang disebabkan virus simpleks tipe 2 atau
1, ditandai dengan timbulnya vesikula pada permukaan mukosa kulit, bergerobol diatas dasar kulit
yang berwarna kemerahan biasanya terjadi pada alat genital dan sekitarnya (bokong,daerah anal dan
paha).
Pengobatan biasanya dengan obat anti virus dosis rendah (alkovir) dalam bentuk krim atau
oral untuk mengurangi jumlah virus yang hidup dalam luka sehingga mengurangi resiko penularan.

Kondiloma akumiata juga dikenal sebagai anogenital wart terdiri dari epidermis dan papula
atau nodul dermal pada perineum, genitalia, lipatan crural, dan anus. Mereka bervariasi dalam
ukuran dan dapat membentuk besar, exophytic, massa seperti kembal kol, terutama di lingkungan
yang lembab.

Human papillomavirus (HPV) merupakan infeksi menular seksual yang paling banyak
dijumpai. Penyakit ini dijumpai pada usia produktif terutama pada orang dewasa yang mana
merupakan kelompok usia seksual aktif. Kondiloma merupakan penyakit yang tidak life threatening.
Jika tidak diobati kondiloma akuminata dapat hilang sendiri, tetap sama, atau berkembang dalam
ukuran dan jumlahnya. Infeksi HPV umumnya transien tetapi persisten bergantung pada tipe HPV
dan status imun host.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/269940112/Askep-Herpes-Genitalis
https://www.alodokter.com/herpes-genital/gejala
http://eychaema.blogspot.com/p/asuhan-keperawatan-herpes-simplex_18.html?m=1
https://id.scribd.com/doc/241597312/Pathway-Herpes
http://repository.unair.ac.id/id/eprint/95897
https://www.academia.edu/12956704/MAKALAH_HERPES
https://dokumen.tips/documents/askep-herpes-genitalis.html
https://www.academia.edu/11865037/CONDYLOMA_ACUMINATUM
htpps://id.scribd.com/doc/86175853/Kondiloma-Akuminata-Nurul-Latifah
htpps://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekologi/kondiloma-akuminatum/diagnosis
htpps://perawatcerdassukses.blogspot.com/2015/05/askep-condylomata-acuminata.html?=1

Anda mungkin juga menyukai