PLENO MODUL I
RUAM MERAH DAN NYERI
KELOMPOK 3
Anni Rahima Nurul Aisyah Sudirman
Muflihana Syafar Muslimin Nurul Annisa Amiruddin
Nurul Annisa Nur Alifka Riska Amalia
Nur Syahrul Ramadhan NR Andi Iffah Cahyaniputri Rezki
St. Aisyah Nurramadhani Amran Nur Isnaini Yusra Ayu Lestari
Nur Fadylah
SKENARIO 1
Referensi:
Victor P. eroschenko, 2015.
Sonny J. R. Kalangi, 2013.
Anatomi dan Histologi Kulit
Lapisan Kulit
2. Lapisan Dermis
Lapisan kulit terdiri dari 3 bagian, ya
itu: Secara garis besar dermis dibagi menjadi 2
1. Lapisan Epidermis bagian yaitu:
a. Lapisan Papilar Dermis
Lapisan epidermis dibagi menjadi 5 b. Lapisan Retikular Dermis
lapisan yaitu:
a. Stratum Korneum
b. Stratum Lucidum
c. Stratum Granulosum
d. Stratum Spinosum
e. Stratum Basale 3. Lapisan Hipodermis
Hipodermis atau lapisan subkutan
merupakan fascia superfisialis yang terdiri atas
jaringan ikat longgar yang mengandung
banyak lemak.
- Epidermis - Lapisan Papillar - Pembuluh darah arteri
- Dermis - Lapisan Retikular - Pembuluh darah vena
- Hipodermis - Musculus Arektor pili - Nervus
- Stratum Korneum - Papila dermis - Jaringan Adiposa
- Stratum Lusidum - Kelenjar keringat - Badan Paccini
- Stratum Granulosum - Kelenjar sebasea - Badan Meissner
- Stratum Spinosum - Folikel rambut
- Stratum Basal - Akar rambut
Fisiologi Kulit
Fisiologi Kulit
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga
homeostasis tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan
sebagai berikut:
1. Proteksi
2. Absorpsi
3. Ekskresi
4. Persepsi
5. Termoregulasi
6. Pembentukan Vitamin D
Definisi
Ruam Kemerahan dan Nyeri
03 Infeksi penyakit
Referensi:
Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin EdIsi 6 (Jakarta: FKUI,
04 Paparan sinar matahari.
2010)
05 Hormon
Efloresensi primer: ruam yang ruam yang timbul pertama timbul pertama kali tidak
dipengaruhi trauma, manipulasi, regresi alamiah alamiah.
Eflorensi sekunder: akibat garukan / gosokan, lanjutan dari ruam primer atau terbentuk
dari ruam primer, atau terbentuk akibat perkembangan waktu.
Efloresensi primer
a. Makula: batas tegas, setinggi permukaan kulit g. Vesikel: gelembung berisi cairan jernih (serum), ∅ 0,5 cm
perubahan warna putih, coklat, merah, hitam. h. Pustul: vesikel berisi nanah
b. Papul: penonjolan padat, ∅ < 0,5 cm i. Bula: vesikel > 0,5 cm
c. Nodul: ∅ 0,5 - 1 cm j. Eritema: kemerahan kulit > pelebaran kapiler.
d. Nodus/tumor: masa padat, terletak di kutan/ k. Abses: kumpulan nanah dalam jaringan/kutis/subkutis.
subkutan, ∅ >1 cm l. Urtika: edema setempat, temporer > papul/plak, timbul
e. Plak: penonjolan padat, rata ∅> 0,5 cm mendadak, hilang perlahan-lahan.
f. Kista: kantong berisi cairan (encer / semi solid)
Jenis Efloresensi
Efelorensi sekunder i. Vegetasi: penonjolan bulat atau runcing
a. Erosi : kehilangan jaringan, tidak mlibatkan menjadi satu.
dermis, hanya epidermis. j. Papul/Nodul verukosa: papul/nodul dgn
b. Ekskoriasi: Ekskoriasi : > erosi - ujung papilla permukaan verukosa.
dermis. k. Teleangiektasi: pelebaran pembuluh
c. Ulkus: > ekskoriasi > terbentuk pinggir, darah kecil superfisial (kapiler, arteriol, dan
dinding, dasar dan isi. venul) yang menetap.
d. Fissura: kulit terbelah secara linier, vertikal pada l. Petekie: keluarnya darah dari pembuluh
epidermis dan pada epidermis dan dermis. darah ke dermis > ruam tidak memucat bila
e. Krusta: cairan eksudat yang mengering dapat ditekan memucat bila ditekan, ∅ < 5 mm.
bercampur kotoran, obat, dll.
f. Skuama: adalah lapisan stratum korneum
yang terlepas dari kulit.
g. Likenifikasi: perubahan kulit relief kulit makin
jelas kulit.
h. Sikatriks: relief kulit abnormal karena jaringan
tidak utuh lagi; timbul kumpulan jaringan ikat
baru, cekung (atrofik) atau meninggi(hipertrofik)
Jenis Efloresensi
Efloresensi Khusus
a. Burrow: terowongan berkelok-kelok , meninggi di epridermis superfisial > karena parasit.
b. Eksantema: Ruam yang timbul serentak dalam waktu yang singkat + demam.
c. Roseola: eksantema letikural yang berwarna merah tembaga.
d. Purpura: petekie yang > 5 mm.
e. Milia: Warnanya senada dengan kulit atau keputihanbenjolan kecil yang muncul di pori-pori
kulit, dan merupakan cikal bakal jerawat.
Patomekanisme
Ruam Kemerahan dan Nyeri
01 Ruam Kemerahan
Mikroorganisme menginvasi tubuh melekat pada permukaan antibodi IgE yang terdapat pada sel mast
dan basofil kompleks sel mast – antibodi – antigen terbentuk degranulasi sel dan pembebasan
histamin oleh sel mast dan basofil. Kemudian bertindak pada reseptor vasodilatasi permeabilitas
meningkat -->ruam pada kulit.
Referensi:
(Ganong,2003)
02 Nyeri
Rangsangan nyeri nosiseptor pada kulit Sel yang mengalami nekrotik merilis K + dan protein
intraseluler Peningkatan kadar K + di ekstraseluler depolarisasi nosiseptor protein menginfiltrasi
mikroorganisme peradangan / inflamasi mediator nyeri dilepaskan seperti leukotrien, prostaglandin E2,
dan histamin nosiseptor sehingga rangsangan berbahaya dan tidak berbahaya menyebabkan nyeri.
Referensi:
Jurnal Muh bachruddin, FK Universitas Muhammadiyah Malang, Patofisiologi nyeri Vol. 13 No. 1 2017
Hubungan keluhan utama dengan gejala penyerta
Ruam merah dapat disebabkan oleh agen infeksi seperti virus. Virus yang masuk kedalam tubuh
kita pada mulanya belum dikenali oleh sistem imun kita sehingga virus ini bisa lolos dan hidup secara
laten dan menyebar ke saraf sensorik menuju ganglion-ganglion. Virus membentuk infeksi laten yang
menetap sepanjang hidup di ganglia dan suatu saat dapat mengalami reaktivasi. Kondisi reaktivasi
menyebabkan virus bereplikasi dan menyebabkan peradangan ganglion sensoris. Mekanisme yang
mendasari reaktivasi Virus laten masih belum diketahui dengan pasti, namun dihubungkan dengan
kondisi imunosupresi seperti pada orang orang yang lanjut usia sesuai dengan skenario yang berusia
45 tahun.
Referensi:
Sinaga, Dameria. Pengobatan Herpes Zoster (Hz) Ophtalimica Dextra Dalam Jangka Pendek Serta Pencegahan Postherpetic
Neuralgia (Phn). Jurnal Ilmiah WIDYA. Volume 2 Nomor 3 Agustus-Oktober 2014.
Hubungan keluhan utama dengan gejala penyerta
Referensi:
Hastuti, Rini, dkk. Herpes Zoster Lumbalis Sinistra pada Pasien Terinfeksi HIV. Departemen Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. CDK-263/ vol. 45 no. 4 th. 2018.
Hubungan keluhan utama dengan gejala penyerta
Rasa panas disebabkan karena jumlah darah lebih banyak di tempat radang
daripada di daerah lain di sekitar radang. Fenomena panas ini terjadi bila terjadi di
permukaan kulit. Sedangkan bila terjadi jauh di dalam tubuh tidak dapat kita lihat
dan rasakan (Wilmana, 2007). Nyeri juga dirasakan adanya pengeluaran zat – zat
kimia atau mediator nyeri seperti prostaglandin, histamin, bradikinin yang dapat
merangsang saraf – saraf perifer di sekitar radang sehingga dirasakan nyeri.
Referensi:
Wilmana, P. F., 2007, Analgesik-antipiretik, analgesik anti-inflamasi non steroid dan obat gangguan
sendi lainnya, in: Gunawan, S. G., (Ed.), Farmakologi dan Terapi, 5th ed., Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia Jakarta
Pencegahan
Ruam merah dan nyeri 01 Minum banyak air putih.
06 Memakai pakaian yang telah dicuci bersih & kering serta nyaman dipakai.
07 Sering mengganti pakaian jika sudah dirasa kotor atau tidak nyaman.
1. Herpes Zoster
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh reaktivasi
virus varisela zoster (VVZ) yang laten berdiam
terutama dalam sel neuronal dan kadang-kadang di
dalam satelit ganglion radiks dorsalis dan ganglion
sensoris saraf kranial.
Insidens HZ
Anak-anak: 0,74 per 1000 orang/tahun
Usia 20-50 tahun: 2,5 per 1000 orang/tahun
Usia lebih 60 tahun: 7 per 1000 orang/tahun
Referensi:
Kelompok Studi Herpes Indonesia. Buku Panduan Herpes Zoster
di Indonesia. Badan Penerbit FK UI. 2014.
Herpes Zoster
Herpes Zoster
Etiologi
• Infeksi varicella-zoster virus (VZV). Virus ini dapat
menyebabkan dua jenis penyakit yang berbeda yaitu varicella
(cacar air) dan herpes zoster (cacar ular).
• VZV menginfeksi sel limfosit T teraktivasi, sel epitel, sel
epidermal, dan sel neuron. VZV juga dapat membentuk sel
sinsitia dan menyerang secara langsung dari sel ke sel.
Gejala Klinis :
• Nyeri, cegukan atau sendawa, malaise, sefalgia, gejala flu,
kadang-kadang limfadenopati regional.
• Erupsi kulit : biasanya unilateral, ruam merah disertai makula
dan papula, yang kemudian menjadi vesikel dan pustula.
Herpes Zoster
Diagnosis
Memperhatikan gejala yang ada
Pemeriksaan Lab : Tes Tzanck, identifikasi antigen/asam nukleat
VVZ dengan PCR
Komplikasi
Neuralgia paska herpes (NPH)
Meningoensefalitis, arteritis granulomatosa, mielitis, motor neuropati,
bell’s palsy
Tatalaksana
1. Strategi 6A
2. Antivirus
a. Valasiklovir 3 x 1 gram/hari per oral selama 7 hari
b. Famsiklovir 3 x 500 mg/hari per oral selama 7 hari
c. Acyclovir 5 x 800 mg/hari
3. Analgetik
d. Ringan : paracetamol 3x500 mg/hari
e. Sedang-berat : kombinasi dengan kodein
2. Impetigo Bullosa
Impetigo merupakan peradangan superfisialis yang terbatas pada
bagian epidermis. Impetigo dapat berasal dari proses primer karena
memang terjadi kerusakan pada kulit yang intak/ utuh, atau dapat terjadi
karena proses infeksi sekunder dan terjadinya suatu proses sistemik akibat
infeksi bakteri.
Etiologi
Infeksi bakteri Stafilokokus dan Streptokokus sp.
Epidemiologi
Dapat mengenai semua usia, tetapi sering ditemukan
pada bayi cukup bulan selama 2 minggu pertama
kehidupan hingga anak-anak berusia dibawah 7 tahun.
Impetigo Bullosa
Menisfestasi klinis
1. Biasanya didahului oleh gigitan serangga/trauma.
2. Vesikel/bula flaccid/kendur di atas kulit eritem, berkelompok-
kelompok dan ada yang tersebar, Jika pecah akan menjadi skuama
.
3. Ada kasus yang berat dapat terjadi demam (+), limfadenopati (+)
Penatalaksanaan
4. Antibiotika topikal hingga oral dengan pertimbangan luas lesi serta
kondisi klinis pasien seperti ada tidaknya demam serta
limfadenopat.
5. Lokal (neomisin, basitrasin, gentamisin, asam fusidat, mupirosin dan
framisetin dalam bentuk salep dioleskan 2 kali sehari).
6. Sistemik ( Biasanya digunakan meliputi golongan Beta-lactam
seperti Amoksisilin, namun nantinya jika muncul reaksi
hipersensitivitas tipe I, dapat diganti dengan golongan sefalosporin
yang lebih hipoalergenik seperti cefadroxil atau dapat diganti dengan
golongan lainnya seperti Kloksasilin, serta Eritromisin).
Impetigo Bullosa
Patomekanisme
Infeksi bakteri Stafilokokus dan Streptokokus sp, menyebabkan pertumbuhan
bula hipopion karena kehilangan dari kemampuan adhesi sel yang diakibatkan karena
adanya eksotoksin A yang bekerja pada desmoglein I tersebut. Desmoglein I ini
berperan dalam mengatur proses adhesi sel. Molekul-molekul eksotoksin tersebut
bekerja sebagai antigen serin biasa yang bekerja secara local dan mengaktifkan sel
limfosit T. Eksotoksin ini juga akan mengalami koagulasi, di mana toksin tersebut akan
tetap terlokalisasi pada bagian atas dari lapisan epidermis dengan memproduksi fibrin
thrombus.
Prognosis
Impetigo Bulosa bergantung pada pemilihan dan cara pemakaian obat, serta
syarat pengobatan, dan menghilangkan faktor predisposisi. Secara umum mengingat
penatalaksanaan yang diberikan untuk mengeradikasi bakteri penyebab, prognosis
penyakit pada pasien ini adalah baik.
Komplikasi
1. Sepsis
2. Osteomeilitis
3. Septic arthritis
4. Limfadenitis
3. Dermatitis Kontak Alergi
Dermatitis Kontak merupakan Dermatitis yang
disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada
kulit. DKA terjadi pada seseorang yang telah mengalami
sensitasi terhadap suatu allergen
Epidemiologi
Merusak lisosom,
Bahan iritan Kerusan sel mitokonria atau
komponen inti
Mengubah
Asam arakhidonat fospofolipid menjadi Mengaktifkan enzim
menjadi PG asam arakidonat fospfolipase
PG menginduksi
vasodilatasi dan
Gejala peradangan
mengaktivasi sel
di kulit
mast melepas
histamin dll
Dermatitis Kontak Alergi
Penatalaksanaan
1. Kortikosteroid untuk mengatasi peradangan akut yang ditandai
dengan eritema, edema, vesikel atau bula, serta eksudatif
misalnya prednisone 30 mg/hari.
2. Kelainan kulitnya cukup dikompresi dengan larutan garam faal
atau larutan air salisil 1:1000.
Prognosis
Baik, sejauh bahan kontaknya dapat disingkirkan. kurang baik
apabila terjadi bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen
atau terpajan oleh allergen yang tidak mungkin dihindari misalnya
berhubungan dengan lingkungan pekerjaan penderita.
Referensi:
Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 7, Cetakan Pertama. 2015. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Indonesia.
Djuanda,A., 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran NGC.
4. Varicella
Infeksi akut primer oleh virus Varisela-zoster yang
menyerang kulit dan mukosa.
Manifestasi klinis
Demam yang tidak terlalu tinggi malese dan nyeri kepala, kemudian
disusul timbuinya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam
waktu beberapa jam berubah menjadi
vesikel. Bentuk vesikel ini khas mirip tetesan embun (tear drops) di
atas dasar yang eritematosa
Epidemiologi
Varisela tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak-
anak (90%), tetapi dapat juga me-
nyerang orang dewasa' (2%), sisanya menyerang
kelompok tertentu.
Ganglion dorsalis
Virus caricella zoster Menjadi laten
posterior
Menyebar melalui
pembuluh darah dan Viremia sekunder
limfe
Tubuh mengeliminasi
Viremia primer
virus
Varicella
Pemeriksaan penunjang
1. Tes Tzank
2. Tes serologic
3. PCR
Diagnostik
Diagnosis varisela ditegak berdasarkan anamnesis, gejala prodromal,
rasa gatal, dan manifestasi klinis sesuai tempat Predileksi dan morfologi
yang khas varisela.
Diagnosis Banding
Beberapa penyakit lain yang mirip adalah reaksi hipersensitivitas gigitan
serangga (insects bite), Hand, foot and mouth disease, serta Pityriasis.
Skabies Impetigenisata.
Varicella
Penatalaksanaan
Pengobatan bersifat simtomatik dengan antipiretik dan analgesik, untuk
menghilangkan rasa gatal dapat diberikan sedatif, atau antihistamin
yang mempunyai efek sedatif. Antipiretik atara lain parasetamol, hindari
salisilat atau aspirin. Terapi lokal ditujukan mencegah agar vesikel tidak
pecah terlalu dini, karena itu diberi bedak yang ditambah dengan zat
anti gatal (mentol kamfora).
Pencegahan
Vaksin varisela diberikan pada yang berumur 12 bulan atau Iebih.
Vaksin ulangan dapat diberikan setelah 4-6 tahun.
Prognosis
Perawatan yang teliti dan memperhatikan
higiene memberi prognosis yang baik dan dapat
mencegah timbulnya jaringan parut.
Tabel Diagnosis Banding
Integrasi Keislaman
Qs. Al-Baqarah :
Qs. AL-Anbiya : 83
168
يم ّ َس ِن َي ُّلاــضـ ُّر َوـأ ََ ْنـ أ َ ْر َ َوـأَي ُّ َ ِإ ْذ َ ِ َاسكُل ُوا ْ ِم َّما ِفي األ َ ْر
ْ حالَال ً َطيِّبا ً َوال َ تَتَّب ُِعوا
ض َ
ُ ّ يَا أيُّ َها الن
.َ َّالارــ ِحـ ِم
ين ت َحـ ُم َ نــ ٰدـى َ ّ َرـ ُبـهـ ِ ّأـنـ
َ وب َ ا ان ِإن ّ َُه لَك ُْم
ِ الشيْ َط
َّ ات ِ خ ُط َو ُ
١٦٨﴿ ِين ٌ ﴾ َع ُد ّ ٌو ُّمب
‘’Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika dia
berdoa kepada Tuhannya, "(Ya ‘’Hai sekalian manusia, makanlah yang
Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa halal lagi baik dari apa yang terdapat di
penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang bumi, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syaitan; karena
Maha Penyayang dari semua yang
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
penyayang.’’ yang nyata bagimu.’’
Integrasi Keislaman
َان
َ النبي– صلى الله عليه وسلم – ك َّ َّ : – عن أنس – رضي الله عنه
أن
يقول:
َوـ َس ِي ّ ِء، ون وـ لاــ ُج َذاـ ِم
(( ي ُ ص وـ لاــ، ِاــ َر
، ِ ُجن اــ ُه ّمَ إ ِ ّنـي َأـ ُعو ُذ ِ َك
بــــِم َن لَب َّ ل
.حيح
ٍ إسناد ص ـ رـواـهـ أَبُو دـاود بــــ. )) اـأل ْسقَاـ ِم