Anda di halaman 1dari 16

Trauma pada Sistem

Integumen

: Yusril Ihza Mahendra


: Kurniawan Arham Thaief
: Nur Inayah Bakri
: Shanun Shari Sakunti
ANGGOTA : Apriani Sahid
KELOMPOK 1 : A. Nurul Khaerizza Safitri
: Husnul Amaliyah Muhyiddin
: Sherina Dika Aprillia
: A. Ega Rizki Amalia
: Nurul Jannah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2020

0
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan
nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
blok Integumen yang berjudul “Trauma pada Sistem Integumen”. Salawat dan
salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan
kita sebagai penerus hingga akhir zaman.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada fasilitator dan teman-teman
yang telah membimbing dan membantu kami dalam mempelajari, memahami, dan
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari masih bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki kesalahan dikemudian hari.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata kami ucapkan terima
kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Makassar, 16 Maret 2020

Kelompok 1

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 1

DAFTAR ISI ......................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 3

A. Latar Belakang ................................................................................... 3


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan ............................................................................................... 4
D. Manfaat ............................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5

A. Definisi trauma kulit atau luka........................................................... 5


B. Etiologic trauma kulit atau luka ........................................................ 7
C. Jenis-jenis trauma kulit atau luka ...................................................... 9
D. Fisiologi penyembuhan trauma kulit atau luka ................................. 12
E. Perawatan trauma kulit atau luka ....................................................... 14

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 27

Kesimpulan ..................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 29

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

System integument atau system penutup tubuh (covering) adalah


suatu system penyusun tubuh suatu makhluk hidup yang berhubungan
langsung dengan lingkungan luar. Fungsinya antara lain sebagai
pelindung, penerima rangsang dari luar atau eksteroreseptor, respirasi,
eksresi, termoregulasi, dan osmoregulasi/homeostasis.
Fungsi lain :
1. Sebagai tempat cadangan makanan lemak pada hewan yang
hidup di daerah 4 musim.
2. Sebagai alat nutrisi atau kelenjar susu pada mamalia.
3. Sebagai alat gerak, sayap pada burung, sirip ikan, selaput
renang pada katak.
4. Sebagai tempat pembentukan vitamin D.
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau
mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikina, gangguan kimiawi, terutama
yang bersifat iritan. Contohnya lisol, karbon, asam dan alkali kuat lainnya.
Gangguan yang bersifat panas misalnya, radiasi, sengatan sinar ultra
violet. Gangguan infeksi luar misalnya kuman, bakteri, maupun jamur. Hal
di atas kemungkinan besar karna ada bantalan lemak,tebalnya lapisan kulit
dan serabut serabut jaringan penunjang yang berperan sebagai pelindung
dari gangguan fisis.
Kulit yang sehat tidak mudah meresap air, larutan dan benda
padat.tetapi cairan yg mudah menguap lebih mudah di serap, begitupun
larut lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, dan Co2,dan uap air
memungkinkan kulit ikut mengambil bagian dalam fungsi respirasi.

3
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan trauma kulit atau luka?
2. Apa saja etiologi dari trauma kulit atau luka?
3. Apa saja jenis-jenis dari trauma kulit atau luka ?
4. Bagaimana fisiologi penyembuhan dari trauma kulit atau luka ?
5. Bagaimana perawatan dari trauma kulit atau luka?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari trauma kulit atau luka.
2. Untuk mengetahui etiologi dari trauma kulit atau luka..
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dari trauma kulit atau luka.
4. Untuk mengetahui fisiologi penyembuhan dari trauma kulit atau
luka.
5. Untuk mengetahui perawatan dari trauma kulit atau luka.
D. Manfaat
Dengan adanya penyusunan makalah ini maka kami harap makalah
ini dapat menjadi sumber pengetahuan sekaligus sebagai gudang ilmu
pengetahuan bagi para pembaca agar dapat menambah dan
memperluas wawasan pembaca terutama dalam materi system
integument khususnya trauma atau luka.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Trauma Kulit atau Luka


Luka merupakan suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan
tubuh karena cedera atau pembedahan yang dapat menyebabkan
terganggunya fungsi tubuh sehingga menganggu aktivitas sehari hari,
berdasarkan lama penyembuhannya dapat dibagi menjadi 2 jenis yakni
luka akut dan kronis. Luka berdasarkan penyebabnya dapat dibagi menjadi
2 yakni luka mekanik dan non mekanik. [1]
Luka merupakan suatu permasalahan medis yang paling sering kita
temui. Mulai dari luka ringan terkena benda tajam, terjatuh atau bahkan
yang lebih parah seperti luka akibat kekerasan, akibat dari kecelakaan
berkendara hingga jatuhdariketinggian. Luka dapat terjadi di mana saja
dan kapan saja sehingga dan kadang tidak disadari bahayanya. [4]
Luka merupakan gangguan struktur fungsi ataupun anatomis suatu
jaringan. Luka dapat terjadi karena suatu proses patologis yang terjadi baik
dari dalam ataupun luar tubuh. Luka akut biasanya terjadi dalam proses
yang cepat dan terstruktur. Tubuh masih memiliki mekanisme perbaikan
dan pertahanan yang baik untuk memperbaiki jaringan yang rusak.
Sedangkan luka kronik adalah luka yang gagal mengalami proses
mekanisme pertahanan dan perbaikan yang seharusnya. Sehingga
kerusakan jaringan dapat berlangsung lama tanpa perkembangan. [6]
B. Etiologi trauma kulit atau luka
Menurut Karakata & Bachsinar ada beberapa penyebab terjadinya
luka pada kulit dan hal ini berpengaruh pada jenis luka, efek yang
ditimbulkan maupun cara pengobatannya. Luka dapat disebabkan oleh
berbagai hal yaitu :
1. Trauma mekanis yang disebabkan karena tergesek,
terpotong, terpukul, tertusuk, terbentur, terjepit.

5
2. Trauma elektris dengan penyebab cedera karena listrik dan
petir.
3. Trauma termis disebabkan karena panas atau dingin.
4. Trauma kimia yang disebabkan oleh zat kimia yang bersifat
asam dan basa, serta iritatif dan korosif lainnya.
C. Jenis-jenis trauma kulit atau luka
Vulnus atau luka adalah suatu diskontinuitas jaringan yang
abnormal, baik di dalam maupun pada permukaan tubuh. Luka dapat
terjadi karena trauma yang berasal dari luar atau berasal dari dalam karena
gesekan fragmen tulang yang patah, rusaknya kulit dari infeksi atau tumor
ganas. Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara
spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Jenis dan
Kategori Vulnus : [7]
1. Luka memar (vulnus contussum)

Kontusi atau memar jaringan (disebut juga sebagai luka “tertutup”)


dengan kulit bengkak dan berwarna biru, Luka ini diakibatkan
benturan benda yang keras dan mengakibatkan kerusakan pada soft
tissue dan rupture pada pembuluh darah sehingga menimbulkan
nyeri dan berdarah (hematoma) bila kecil maka akan diserap oleh
jaringan disekitarnya, jika organ dalam terbentur dapat
menyebabkan akibat yang serius. [7]

6
2. Luka lecet (vulnus abrasi)

Adalah luka yang hanya mengenai lapisan paling luar dari kulit dan
sangat dangkal. [7]
3. Luka sayat (vulnus incise)

Adalah luka yang diperoleh karena trauma benda tajam, jaringan


yang hilang boleh dikatakan tidak ada. [7]
4. Luka robek (vulnus laceratum)

Luka yang pinggirnya tidak teratur atau compang-camping,


sebagian dari jaringan umumnya hilang. Disebabkan oleh trauma
benda tumpul. [7]

7
5. Luka tusuk (vulnus punctum)

Luka yang disebabkan tusukan benda berujung runcing seperti


paku. Tapi luka mungkin terdorong ke dalam luka kecil, tetapi
dapat sangat dalam. Apabila luka tusuk ini menembus suatu organ,
maka luka yang masuk selalu lebih besar dari luka keluarnya.
Terkadang luka ini baru diketahui setelah timbul abses di telapak
kaki. [7]
6. Luka tembak (vulnus sclopetorum)

Apabila luka tembak ini menumbus suatu organ, maka luka


keluarnya lebih lebar dan lebih compang-camping. Apabila
tembakan dilakukan dari jarak dekat, maka pada luka masuk dapat
ditemui jelaga. Pada luka keluar tidak jarang di temui pula bagian-
bagian organ yang diterjang peluru. Keluar tidaknya peluru atau
sampai dimana kerusakan yang ditimbulkannya tergantung dari
jenis senjata, peluru jarak dan arah tembakkan. [7]

8
7. Vulnus ulkus

Suatu luka yang dalam, karena infeksi,tumor ganas, atau kelainan


pembuluh darah. [7]
8. Luka gigitan ( vulnus mortum )

Dapat ditemui pada bekas gigitan, terdapat nyeri, panas, dan udem.
Dapat menyebabkan shock anafilaktif dan membawa masuk bakteri
atau parasit kedalam tubuh. Luka gigitan lipan meyebabkakn
gelisah dan muntah. Gigitan ular berbisa dapat menyebabkan gejala
nuerotoksik, hemolitik, atau kombinasi. Gejala nuerotoksik adalah
kelumpuhan termasuk kelumpuhan otak dan pernapasan. [7]

9
D. Proses penyembuhan trauma kulit atau luka
Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks karena
adanya kegiatan bioseluler dan biokimia yang terjadi secara
berkesinambungan. Penggabungan respon vaskuler, aktivitas seluler, dan
terbentuknya senyawa kimia sebagai substansi mediator di daerah luka
merupakan komponen yang saling terkait pada proses penyembuhan luka.
Ketika terjadi luka, tubuh memiliki mekanisme untuk mengembalikan
komponenkomponen jaringan yang rusak dengan membentuk struktur
baru dan fungsional. [2]
Proses penyembuhan luka tidak hanya terbatas pada proses
regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor endogen,
seperti umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan, dan kondisi
metabolik. Proses penyembuhan luka dibagi ke dalam lima tahap, meliputi
tahap homeostasis, inflamasi, migrasi, proliferasi, dan maturasi.[3]
Homeostasis memiliki peran protektif yang membantu dalam
penyembuhan luka. Pelepasan protein yang mengandung eksudat ke dalam
luka menyebabkan vasodilatasi dan pelepasan histamin maupun serotonin.
Hal ini memungkinkan fagosit memasuki daerah yang mengalami luka dan
memakan sel-sel mati (jaringan yang mengalami nekrosis). [3]
Eksudat adalah cairan yang diproduksi dari luka kronik atau luka
akut, serta merupakan komponen kunci dalam penyembuhan luka,
mengaliri luka secara berkesinambungan dan menjaga keadaan tetap
lembab. Eksudat juga memberikan luka suatu nutrisi dan menyediakan
kondisi untuk mitosis dari sel-sel epitel. [2]
Fase selanjutnya adalah fase inflamasi. Fase inflamasi dapat terjadi
dari beberapa menit setelah luka hingga mencapai 2 atau 5 hari setelahnya.
Fase ini ditandai dengan adanyagejala-gejalakhasinflamasi,yaitu rubor
(memerah), kalor (hangat), dolor (nyeri) dan tumor (membengkak).
Setelah pembuluh darah bervasokonstriksi, beberapa saat kemudian ia
akan kembali bervasodilatasi yang akan difasilitasi oleh histamin,
serotonin dan sitokin. Selain membuat vasodilatasi histamin juga akan

10
meningkatkan permeabilitas vena, sehingga cairan dari pembuluh darah
akan masuk ke daerah luka atau yang disebut dengan eksudasi. Hasil yang
berperan penting dari proses eksudasi ini adalah neutrofil.[5]
Eksudat juga membawa banyak nutrisi, growth factors, dan juga
enzim yang akan membantu proses penyembuhan. Peran neutrofil
dikatakan sangat penting sebagai pembersih luka, neutrofil akan
memfagositosi debris dan patogen yang ada di bagian luka. Fungsi utama
neutrofil adalah membersihkan, meski nantinya tugas dari neutrofil ini
akan lebih banyak digantikan oleh makrofag. [4]
Fase selanjutnya adalah proliferasi. Fase proliferasi terjadi dari hari
keempat hingga ke 21 setelah terjadinya luka. Fase proliferasi merupakan
fase pembentukan jaringan baru menggantikan jaringan yang rusak.
Fibroblas merupakan faktor yang paling penting di fase ini. Fibroblas akan
mulai memperbaiki sel yang rusak dengan mulai menghasilkan
gikosaminoglikans dan diakhiri dengan pembentukan fibrilar kolagen.12
Fase ini ditandai dengan adanya angiogenesis, deposisi kolagen,
pembentukan jaringan granulasi, kontraksi luka dan epitelisasi. Secara
klinis, proliferasi ditandai dengan adanya jaringan kasar berwarna merah
atau kolagen di dasar luka dan melibatkan penggantian jaringan dermal
dan kadang-kadang jaringan subdermal pada luka yang lebih dalam, serta
kontraksi luka.[4]
Fase terakhir adalah fase remodelling. Faseinimerupakan
faseterlamayaitusekitar8 hari hingga 2 tahun dari terjadinya luka. Lama
fase ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Fase ini
ditandai dengan adanya deposit kolagen dalam jaringan yang rapi dan
pembentukan kembali jaringan serta penarikan dari bekas luka. [4]
Metode penyembuhan luka telah mengalami perkembangan
beberapa tahun terakhir. Metode yang dikembangkan berupa suatu produk
atau stimulant terhadap proses biologis tubuh dalam menkompensasi luka
melalui beberapa tahapan: hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan
remodeling. Sasaran dalam proses biologis tubuh menkompensasi luka

11
adalah komponen-komponen yang berperan dalam tahapan penyembuhan
luka. Fibroblas merupakan salah satu komponen penyembuhan luka
berupa sel yang terdistribusi secara luas di jaringan ikat, memproduksi
substansi precursor kolagen, serat elastis, dan serat retikuler. Dalam
tahapan penyembuhan luka, fibroblas berperan penting dalam proses
fibroplasia. Fibroplasia merupakan suatu proses perbaikan luka yang
melibatkan jaringan ikat yang memiliki empat komponen: pembentukan
pembuluh darah baru, migrasi dan proliferasi fibroblas, deposisi ECM
(extracelluler matrix), dan maturasi serta organisasi jaringan fibrous
(remodelling). Dalam empat komponen tersebut, fibroblas berperan dalam
proses fibrosis yang melibatkan dua dari komponen di atas, yaitu migrasi
dan proliferasi fibroblas serta deposisi ECM oleh fibroblast. [1]

E. Perawatan trauma kulit atau luka


Perawatan luka dapat dilakukan dengan menggunakan terapi
pengobatan. Salah satunya adalah menggunakan selulosa mikrobial yang
dapat digunakan untuk luka maupun ulser kronik. Selulosa mikrobial dapat
membantu proses penyembuhan, melindungi luka dari cedera lebih lanjut,
dan mempercepat proses penyembuhan. Selulosa mikrobial yang diperoleh
dari bakteri Acetobacter xylinum menunjukkan potensi yang baik dalam
sistem penyembuhan luka. Kekuatan mekanik yang tinggi dan sifat fisik
yang luar biasa dihasilkan dari struktur nano membran. Metode perawatan
luka lainnya dengan balutan madu untuk pasien trauma dengan luka
terbuka, dimana pasien tidak merasakan nyeri dibandingkan dengan
penggunaan balutan normal salinpovidon iodin. Selain itu dapat juga
dilakukan modifikasi sistem vakum dalam perawatan luka. Pemberian

12
tekanan negatif dapat meningkatkan pengeluaran cairan dari luka,
sehingga dapat mengurangi populasi bakteri dan udema, serta
meningkatkan aliran darah dan pembentukkan jaringan yang tergranulasi.
Melalui metode ini, kondisi pasien dapat ditingkatkan karena memberikan
rasa nyaman yang lebih baik sebelum prosedur operasi. [3]

13
BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN

Luka merupakan bentuk kerusakan yang terjadi jaringan tubuh. Proses


penyembuhan luka dapat terjadi secara alamiah melalui mekanisme penyembuhan
luka. Proses penyembuhan luka dapat dipercepat dengan melakukan perawatan
pada luka. Selain itu telah dikembangkan teknik terapi gen dengan menggunakan
gen yang spesifik untuk proses penyembuhan luka. Pengembangan juga dilakukan
terhadap formula untuk membantu proses penyembuhan luka, dari pengembangan
basis dan juga pengembangan zat aktif dari herbal. Oleh karena itu melalui ulasan
jurnal ini dapat dikembangkan dan ditelusuri formula basis yang sesuai untuk zat
aktif sehingga dapat meningkatkan efektivitas dari proses penyembuhan luka

14
DAFTAR PUSTAKA
1. Masir, Oky, dkk. 2012. Pengaruh Cairan Cultur Filtrate Fibroblast (CFF)
Terhadap Penyembuhan Luka; Penelitian eksperimental pada Rattus
Norvegicus Galur Wistar. Jurnal FK Unanda. Vol.1, No.3.
2. Ferreira, M.C., Tuma, P., Carvalho, V. F. Kamamoto, F. Complex
Wounds. Clinics. 2006; 61: 571-578.
3. Purnama, Handi,dkk. Review Sistematik: Proses Penyembuhan Dan
Perawatan Luka. Farmaka, Vol. 15, No.2. Fakultas Farmasi : UNPAD
4. Ansori, Muhammadd Ridho. 2015. Talas (Colocasiaesculenta[L.]Schott)
sebagai Obat Herbal untuk Mempercepat Penyembuhan Luka. J Agromed
Unila. Vol.2, No. 2.
5. Prasetyono TOH. General concept of wound healing, revised. Med J
Indones. 2009;18:206-14
6. Lazarus GS, Cooper DM, Knighton DR. Definitions and guidelines for
assessment of wounds and evaluation of healing. Arch
Dermatol.1994;130(4):489-93.
7. Rahardjo, Pudji. 2016. Vulnus Sclopetorum Pada Anjing Lokal. Fakultas
kedokteran universitas Udayana, Bali.

15

Anda mungkin juga menyukai