Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH “TRAUMA PADA KULIT”

SISTEM INTEGUMEN

KELOMPOK 5
: A. Anbarwati
: A. Tri Putri Namirah
: Alfiana Novianty Yazir
: Siti Noerfaridha Syarif
ANGGOTA : Nomarihi Goraahe
KELOMPOK : Sayyid Abdurrahman
: Muftihatul Jannah
: Muhammad Nur Alamsyah Rajab
: Amanda Asri
: Nanda Lola Rahmatia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syurkur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
“TRAUMA PADA KULIT” Salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan kita sebagai penerus hingga akhir
zaman.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada fasilitator dan teman-teman
yang telah membimbing dan membantu kami dalam mempelajari, memahami, dan
menyelesaikan laporan ini. Kami menyadari masih bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki kesalahan dikemudian hari.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata kami ucapkan terima
kasih dan semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Makassar, 15 Maret 2020

Kelompok V

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
A. Latar Belakang ........................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 5
C. Tujuan ......................................................................................................... 5
BAB IIPEMBAHASAN ........................................................................................ 6
1. Vulnus Laceratum ...................................................................................... 6
2. Vulnus Punctum........................................................................................ 12
3. Luka Bakar ................................................................................................ 18
4. Luka Bakar Bahan Kimia ......................................................................... 30
5. Luka Akibat Sengatan Listrik ................................................................... 32
6. Integrasi Keislaman .................................................................................. 39
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 41
A. Kesimpulan ............................................................................................... 41

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan,


memisahkan, dan menginformasikan kita dari lingkungan sekitar. Fungsi
diantaranya sebagaireseptor penerima rangsang, respirasi, ekskresi,
pelindung dan termoregulasi. Kulit jugamemiliki bagian bagian lain yang
memiliki fungsinya secara spesifik.Kulit memiliki banyak fungsi, yang
berguna dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat
dibedakan menjadi fungsi proteksi, sensasi, termoregulasi,metabolism,
sintesis vitamin D, keseimbangan air, penyerapan zat atau obat,
penyimpanannutrisi, berperan dalam komunikasi non verbal sebagai
contoh dalam kaitannya denganemosi, misalnya wajah kemerahan dalam
menahan emosi atau malu. Kulit juga fungsi sebagai pelindung tubuh dari
berbagai trauma dan penahan terhadap bakteri, virus, dan jamur.
Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur oleh vasodilatasi atau
sekresi kelenjar-kelenjar keringat.

Sistemini sering disebut sebagai sistem organ terbesar karena


mencakup kulit, rambut, bulu, kuku,kelenjar keringat dan produknya,
merupakan organ yang memiliki luas permukaan yangbesar karena
terdapat pada seluruh area luar pada tubuh, sehingga kulit dapat berfungsi
untukmelindungi tubuh dari bahaya baik luka maupun zat kimia. Luka
merupakan suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh karena
cedera atau pembedahan yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi
tubuh sehingga menganggu aktivitas sehari hari, berdasarkan lama
penyembuhannya dapat dibagi menjadi 2 jenis yakni luka akut dan kronis.
Luka berdasarkan penyebabnya dapat dibagi menjadi 2 yakni luka
mekanik dan non mekanik.

4
Sistem integumen mampu memperbaiki dirinya sendiri apabila
terjadi kerusakan yang tidak terlalu parah (self-repairing) dan mekanisme
pertahanan tubuh pertama (pembatas antara lingkungan luar tubuh dengan
dalam tubuh). Lapisan kulit dibagi menjadi 3 lapisan yakni epidermis,
dermis dan subkutis (hipodermis).

Pada jaringan subkutan, lapisan lemak ini disebut penikulus


adiposus yang tebalnya tidak sama pada setiap tempat dan jumlah antara
laki-laki dan perempuan. Fungsi penikulus adipose adalah sebagai shok
breaker atau pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit,
isolator panas atau untuk mempertahankan suhu.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Jelaskan vulnus laceratum?
2) Jelaskan vulnus punctum?
3) Jelaskan luka bakar ?
4) Jelaskan luka akibat bahan kimia ?
5) Jelaskan luka akibat sengatan listrik ?
6) Jelaskan Integrasi Keislaman!

C. Tujuan
Tujuan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Mahasiswa mampu mengetahui Vulnus laceratum?
2) Mahasiswa mampu mengetahui Vulnus punctum?
3) Mahasiswa mampu mengetahui Luka bakar ?
4) Mahasiswa mampu mengetahui Luka akibat bahan kimia ?
5) Mahasiswa mampu mengetahui Luka akibat sengatan listrik ?
6) Mahasiswa mampu mengetahui Integrasi Keislaman!

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Vulnus Laceratum3,5,10,18,19,26

A. Definisi
Vulnus laceratum atau luka robek adalah luka dengan tepi yang tidak
beraturan atau compang camping, biasanya karena tarikan atau goresan benda
tumpul. Vulnus laceratum adalah luka yang terjadi akibat trauma oleh benda
yang tidak tajam, misalnya tepi meja, terkena bagian dari kendaraan bermotor
dan sebagainya, tapi tidak rata.

B. Epidemiologi
Perbandingan angka kejadian vulnus lacerafum yang terjadi didunia dan
indonesia adalah sebagai berikut:
1. Di USA kejadian vulnus lacerstum pada tahun 2008 sebesar 7,3 juta
sedangkan pada tahun 2009 sebesar 20,40 juta. Di dunia prevelensi
vulnus laceratum sebesar 12,8% dengan angka kecacatan sebesar 8,4
juta.
2. Di Jogjakarta angka kejadian vulnus laceratum sebesar 41%. Di
manado sulawesi utara sebesar 38 kasis apda tahun 2010 dan 55 kasus
pada tahun 2011. Dimaluku sebesar 214 kasus, sedangkan di
Indonesia prevelensi luka robek pada tahun 2013 sebesar 23,2%.

C. Etiologi
Vulnus laceratum dapat disebabkan oleh karena terjadi kekerasan, benda
tumpul, goresan, jatuh, kecelakaan sehingga kontinuitas jaringan terputus.
Pada umumnya respon tubuh terhadap trauma akan terjadi proses peradangan
atau inflamasi. Reaksi peradangan akan terjadi apabila jaringan terputus,
dalam keadaan ini ada peluang besar untuk terjadi infeksi yang sangat hebat. 1

6
D. Gejala Klinis
Pada pasien vulnus laceratum, perilaku yang kurang baik akan dapat
memperparah kondisi pasien seperti pasien akan gelisah yang berlebihan
sampai berteriak-teriak, sesak nafas, tekanan darah meningkat, denyut nadi
cepat dan tidak patuh dalam pengobatan sehingga tidak bisa tertanganinya
perawatan vulnus laceratum.

E. Gambaran Klinis
Gambaran Klinis vulnus laceratum dapat berupa luka yang tidak teratur,
terdapat jaringan yang rusak, bengkak, pendarahan, akar rambut hancur atau
tercabut bila kekerasannnya daerah sekitar rambut, dan tampak lecet atau
memar di setiap luka.

F. Patofisiologi
Fase pertama patofisiologi dari luka adalah fase inflamasi dimana terjadi
peningkatan interaksi antara leukosit dan endotel mikrovaskuler yang terluka.
Trauma ini menyebabkanstruktur kolagen terbongkar, menyebabkan
agregasi dari trombosit. Trombosit akanmelepaskan serotonin, adrenalin
dan tromboxan A sehingga menyebabkan vasokonstriksi dan produksi sitokin
seperti platelet derived growth factor (PDGF) dan transforming growthfactor
(TGF beta) yang mempunyai efek kemotaktik dan mitogenik yang kuat
terhadapmakrofag, polimorfonuklear neutrofil, limfosit, dan
fibroblas.Vasokonstriksi dan agregasitrombosit sangat berkontribusi
terhadap pembekuan dan bagian dari proses koagulasi untukmenghentikan
perdarahan.Respon imun terjadi ketika terdapat peningkatan drastis
interaksi antara leukosit endotel dan hilangnya integritas endotel dengan
peningkatan permeabilitas mikrovaskuler.Hal ini menyebabkan keluarnya
plasma darah ke ruangan instertisial. Edema dapat mengurangi
kebutuhan darah pada area yang terjadi luka sehingga dapat
menyebabkankematian sel jaringan yang progresif.

7
Fase kedua adalah fase fibroblasia karena yang menonjol adalah
proses prolferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi
sampai kira-kira akhir minggu ketiga.fibroblast berasal dari sel mesenkim
yang belum berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asam
aminoglisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar kolagen serat yang
akan mempertautkan tepi luka. Pada fase ini, luka dipenuhi sel radang
fibroblast dan kolagen, membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan
permukaan yang berbenjol halus yang disebut jaringan granulasi. Epitel
tepi luka yang terdiri atas sel basal terlepas daridasarnya dan berpindah
mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang
terbentuk dari proses mitosis. Proses migrasi ini baru berhenti setelah
epitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan
tertutupnya permukaan luka,proses fibroblasia dengan permbentukan
jaringan granulasi juga akan berhenti dan mulailah proses pematangan dalam
fase penyudahan.
Fase penyudahan ini terjadi proses pematangan yang terdiri atas
penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya
gravitasi, dan akhirnya perupaankembali jaringan yang baru terbentuk.
Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan dandinyatakan berakhir kalau
semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali
semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan. Udem dan
sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan
diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai
dengan regangan yang.

G. Diagnosis
1) Anamnesisa
a. Luka tidak teratur
b. Luka robek
c. Jaringan rusak
d. Bengkak

8
e. Respon tingkah laku terhadap nyeri :
• Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas,
Mendengkur)
• Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit
bibir)
• Gerakan tubuh (gelisah,imobilisasi, ketegangan otot,
peningkatangerakan jari dan tengan.
• Menghindari percakapan, menghindari kontak sosial,
penurunanrentang perhatian, fokus pd aktivitas &
menghilangkan nyeri).

2) Pemeriksaan fsik
a. Perdarahan
b. Akar rambut tampak hancur atau tercabut
c. Tampak lecet atau memar di setiap luka

3) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap
b. Sel darah putih dan leukosit
c. LED
d. Jenis darah lengkap

H. Pencegahan
Pemakaian alat pelindung diri yang tidak lengkap pada nelayan
berhungungan dengan kejadian cedera vulnus laceratum karena dengan
pemakaian alat pelindung diri pada ekstremitas yang lengkap dapat
melindungi ekstremitas dari luka atau vulnus.
Alat pelindung diri adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh
tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Perlindungan keselamatan pekerja
melalui upaya teknis pengamanan tempat, mesin, peralatan, dan lingkungan

9
kerja wajib diutamakan. Alat Pelindung Diri (APD) merupakan suatu
perangkat yang digunakan oleh pekerja demi melindungi dirinya dari potensi
bahaya serta kecelakaan kerja yang kemungkinan dapat terjadi di tempat
kerja. Penggunaan APD oleh pekerja saat bekerja merupakan suatu upaya
untuk menghindari paparan resiko bahaya di tempat kerja. Walaupun upaya
ini berada pada tingkat pencegahan terakhir, namun penerapan alat pelindung
diri ini sangat dianjurkan.
Kesadaran akan manfaat penggunaan APD perlu ditanamkan pada setiap
tenaga kerja, karena perasaan tidak nyaman (risih, panas, berat, terganggu)
merupakan salah satu alasan mengapa seorang pekerja tidak menggunakan
APD. Pembinaan yang terus menerus dapat meningkatkan kesadaran dan
wawasan mereka. Salah satu cara yang efektif adalah melalui pelatihan,
peningkatan pengetahuan dan wawasan akan menyadarkan tentang
pentingnya penggunaan APD, sehingga efektif dan benar dalam
penggunaannya.

I. Penatalaksanaan
Perawatan luka adalah suatu tindakan dimana seorang perawat
membersihkan luka dan mengganti verban pada luka yang harus dilakukan
secara aseptic dan antiseptic, sehingga mikroorganisme tidak masuk ke dalam
luka dan tidak terjadi infeksi.
Perawatan luka yang dilakukan oleh perawat di rumah sakit salah satunya
dengan NaCl 0,9%. Normal salin atau NaCl 0,9% merupakan larutan isotonis
aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi
kering, menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu luka menjalani
proses penyembuhan. Perawat menggunakan cairan normal salin untuk
mempertahankan permukaan luka agar tetap lembab sehingga dapat
meningkatkan perkembangan dan migrasi jaringan epitel.
Povidone iodine merupakan salah satu pengobatan luka secara kimiawi
yang sering kali digunakan dalam penyembuhan luka. Povidone iodine
memiliki efek antimikroba, menciptakan lingkungan lembab, dan dapat

10
menginduksi angiogenesis. Obat ini juga dilaporkan dapat mencegah
inflamasi namun povidone iodine 10% dikatakan pula memiliki efek
menghambat pertumbuhan fibroblas pada percobaan kultur sel secara invitro.

J. Komplikasi
Komplikasi dalam penyembuhan luka timbul dalam manifestasi yang
berbeda-beda. Komplikasi yang luas timbul dan pembersihan luka yang tidak
adekuat, keterlambatan pembentukan janngan granulasi, tidak adanya
reepitelisasi dan juga akibat komplikasi post operatif dan adanya infeksi.
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah: hematoma, keloid,
jaringan parut hipertrofik,infeksi dan kontraktur.

1. Hematoma
Hemangoma timbul dini akibat kegagalan pengendalian pembuluh darah
yang berdarah dan dapat timbul lanjut pada pasien hipertensi atau cacat
koagulasi. Biasanya hematoma dapat dibiarkan hilang spontan tetapi
hematoma yang meluas membutuhkan operasi ulang dan pengendalian
perdarahan.
2. Keloid dan janngan parut hipertrofik
Keloid dan jaringan parut hipertrofik timbul karena reaksi serat kolagen
yang berlebihan dalam proses penyembuhan luka. Serat kolagen di sini
teranyam teratur. Keloid yang tumbuh berlebihan melampaui batas luka,
sebelumnya menimbulkan gatal dan cenderung kambuh bila dilakukan
intervensi bedah. Parut hipertrofik hanya berupa parut luka yang menonjol,
nodular, dan kemerahan, yang menimbulkan rasa gatal dan kadang-kadang
nyeri. Parut hipertrofik akan menyusut pada fase akhir penyembuhan luka
setelah sekitar satu tahun, sedangkan keloid justru tumbuh.
3. Infeksi
lnfeksi luka tetap merupakan komplikasi tersering. Dewasa ini infeksi luka
sering tidak fatal, tetapi dapat menimbulkan cacat. Dua faktor penting
yang jelas berperan pada patogenesis infeksi adalah dosis kontaminasi

11
bakteri dan ketahanan pasien. lnfeksilnfeksi luka terjadi jika luka yang
terkontaminasi dijahit tanpa pembilasan dan eksisi yang memadal. Pada
keadan demikian, luka harus dibuka kembali, dibiarkan terbuka dan
penderita diberi antibiotik sesuai
4. Kontraktur
Kontraktur jaringan parut di bekas luka atau bekas operasi kadang sangat
mencolok, terutama di wajah, leher, dan tangan. Kontraktur dapat
mengakibatkan cacat berat dan gangguan gerak pada sendi

2. Vulnus Punctum1,6,11,20

A. Definisi
Vulnus atau luka adalah keadaan hilangnya atau terputusnya kontinuitas
jaringan. Vulnus Punctum adalah luka kecil dengan dasar yang sukar dilihat.
Disebabkan oleh tertususuk paku atau benda yang runcing, lukanya kecil,
dasar sukar dilihat, tetapi pada luka ini kuman tetanus gampang masuk.
Penyebab adalah benda runcing tajam atau sesuatu yang masuk ke dalam
kulit, merupakan luka terbuka dari luar tampak kecil tapi didalam mungkin
rusak berat, jika yang mengenai abdomen/thorax disebut vulnus penetrosum
(luka tembus).

B. Etiologi
Vulnus disebabkan oleh 2 faktor, yaitu :
1. Mekanik : Benda tajam, benda tumpul, tembakan/ledakan,
gigitan binatang.
2. Non Mekanik : Bahan kima, suhu tinggi, radiasi.

C. Tanda dan Gejala


Apabila seseorang terkena luka maka dapat terjadi gejala setempat (lokal)
dan gejala umum (mengenai seluruh tubuh) :

12
1. Gejala Lokal :
a) Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf sensoris.
Intensitas atau derajat rasa nyeri berbeda-beda tergantung pada
berat/luas kerusakan ujung-ujung saraf dan lokasi luka
b) Perdarahan, hebatnya perdarahan tergantung padalokasi luka, jenis
pembuluh darah yang rusak.
c) Diastase yaitu luka yang menganga atau tepinya saling melebar
d) Ganguan fungsi, fungdi anggota badan akan terganggu baik oleh
karena rasa nyeri atau kerusakan tendon.
2. Gejala umum :
Gejala/tanda umum pada perlukaan dapat terjadi akibat
penyulit/komplikasi yang terjadi seperti syok akibat nyeri dan atau
perdarahan yang hebat.

D. Patofisiologi
Vulnus punctum terjadi akibat penusukan benda tajam,sehingga
menyebabkan kontuinitas jaaringan terputus. Pada umumya respon tubuh
terhadap trauma akan terjadi proses peradangan atau inflamasi. Dalam hal ini
ada peluang besar terjadinya infeksi hebat. proses yang terjadi secara alamiah
bila terjadi luka dibagi menjadi 3 fase :
1. Fase inflamasi atau “ lagphase“
Berlangsung sampai 5 hari. Akibat luka terjadi pendarahan, ikut
keluar sel-sel trombosit radang. Trombosit mengeluarkan prosig lalim,
trombosam, bahan kimia tertentu dan asam amoni tertentu yang
mempengaruhi pembekuan darah, mengatur tonus dinding pembuluh
darah dan khemotaksisterhadap leukosit. Terjadi fase kontriksi dan
proses penghentian pendarahan. Sel radang keluar dari pembuluh darah
secara diapedisis dan menuju dareh luka secara khemotaksis. Sel mast
mengeluarkan serotonin dan histamine yang meninggalkan peruseabilitas
kapiler, terjadi eksudasi cairan edema. Dengan demikian timbul tanda-

13
tanda radang leukosit, limfosit dan monosit menghancurkan dan menahan
kotoran dan kuman.
2. Fase proliferasiatau fase fibroflasia.
Berlangsung dari hari ke 6-3 minggu. Tersifat oleh proses proliferasi
dan pembentukan fibrosa yang berasal dari sel-sel masenkim. Serat-serat
baru dibentuk, diatur, mengkerut yang tidak perlu dihancurkan dengan
demikian luka mengkerut/mengecil. Pada fase ini luka diisi oleh sel
radang, fibrolas, serat-serat kolagen, kapiler-kapiler baru yang
membentuk jaringan kemerahan dengan permukaan tidak rata, disebut
jaringan granulasi. Epitel sel basal ditepi luka lepas dari dasarnya dan
pindah menututpi dasar luka. Proses migrasi epitel hanya berjalan
kepermukaan yang rata dan lebih rendah, tak dapat naik, pembentukan
jaringan granulasi berhenti setelah seluruh permukaan tertutup epitel dan
mulailah proses pendewasaan penyembuhan luka.
3. Fase “ remodeling“
Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan. Dikatakan berahir bila
tanda-tanda radang sudah hilang. Parut dan sekitarnya berwarna pucat,
tipis, lemas, tidak ada rasa sakit maupun gatal.

E. Klasifikasi luka
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka
itu dan menunjukan derajat luka :
1. Berdasarkan derajat kontaminasi
a) Luka bersih Luka bersih adalah luka yang tidak terdapat inflamasi
dan infeksi, yang merupakan luka sayat elektif dan steril dimana
luka tersebut berpotensi untuk terinfeksi. Luka tidak ada kontak
dengan orofaring,traktus respiratorius maupun traktus
genitourinarius. Dengan demikian kondisi luka tetap dalam
keadaan bersih. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% -
5%.

14
b) Luka bersih terkontaminasi Luka bersih terkontaminasi adalah luka
pembedahan dimana saluran pernafasan, saluran pencernaan dan
saluran perkemihan dalam kondisi terkontrol. Proses penyembuhan
luka akan lebih lama namun luka tidak menunjukkan tanda infeksi.
Kemungkinan timbulnya infeksi luka sekitar 3% -11%.
c) Luka terkontaminasi Luka terkontaminasi adalah luka yang
berpotensi terinfeksi spillage saluran pernafasan, saluran
pencernaan dan saluran kemih. Luka menunjukan tanda infeksi.
Luka ini dapat ditemukan pada luka terbuka karena trauma atau
kecelakaan (luka laserasi), fraktur terbuka maupun luka penetrasi.
Kemungkinan infeksi luka 10% -17%.
d) Luka kotor Luka kotor adalah luka lama, luka kecelakaan yang
mengandung jaringan mati dan luka dengan tanda infeksi seperti
cairan purulen. Luka ini bisa sebagai akibat pembedahan yang
sangat terkontaminasi. Bentuk luka seperti perforasi visera, abses
dantrauma lama.
2. Berdasarkan Penyebab
a) Vulnus ekskoriasi atau luka lecet/gores adalah cedera pada
permukaan
b) Epidermis akibat bersentuhan dengan benda berpermukaan kasar
atau runcing. Luka ini banyak dijumpai pada kejadian traumatik
seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh maupun benturan benda
tajam ataupun tumpul.
c) Vulnus scissum adalah luka sayat atau iris yang di tandai dengan
tepi luka berupa garis lurus dan beraturan. Vulnus scissum biasanya
dijumpai pada aktifitas sehari-hari seperti terkena pisau dapur,
sayatan benda tajam (seng, kaca), dimana bentuk luka teratur .
d) Vulnus laseratum atau luka robek adalah luka dengan tepi yang
tidak beraturan atau compang camping biasanya karena tarikan atau
goresan benda tumpul. Luka ini dapat kita jumpai pada kejadian
kecelakaan lalu lintas dimana bentuk luka tidak beraturan dan

15
kotor, kedalaman luka bisa menembus lapisan mukosa hingga
lapisan otot.
e) Vulnus punctum atau luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda
runcing yang biasanya kedalaman luka lebih dari pada lebarnya.
Misalnya tusukan pisau yang menembus lapisan otot, tusukan paku
dan benda-benda tajam lainnya. Kesemuanya menimbulkan efek
tusukan yang dalam dengan permukaan luka tidak begitu lebar.
f) Vulnus morsum adalah luka karena gigitan binatang. Luka gigitan
hewan memiliki bentuk permukaan luka yang mengikuti gigi
hewan yang menggigit. Dengan kedalaman luka juga
menyesuaikan gigitan hewan tersebut.
g) Vulnus combutio adalah luka karena terbakar oleh api atau cairan
panas maupun sengatan arus listrik. Vulnus combutio memiliki
bentuk luka yang tidak beraturan dengan permukaan luka yang
lebar dan warna kulit yang menghitam. Biasanya juga disertai bula
karena kerusakan epitel kulit dan mukosa.

F. Penatalaksanaan
1. Hemostasis : Mengontrol pendarahan akibat laserasi dengan cara
menekan luka dengan menggunakan balutan steril. Setelah pendarahan
reda, tempelkan sepotong perban perekat atau kasa diatas luka laserasi
sehingga memungkinkan tepi luka menutup dan bekuan darah
terbebtuk. Luka laserasi yang lebih serius harus di jahit oleh dokter.
2. Pembersihan luka.
3. Factor pertumbuhan (penggunaan obat).
4. Perlindungan : Memberikan balutan steril atau bersih dan
memobilisasi bagian tubuh.
5. Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan, berdasarkan kondisi luka
dan status imunisasi pasien.

16
G. Pencegahan
1. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakankulit. Untuk
melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau
larutan antiseptic, misalnya alcohol, halogen, yodium, oksidansia,
logam berat dan asam berat.
2. Pembersihan luka, tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah
meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan
luka, menghindari terjadinya infeksi, membuang jaringan nekrosis dan
debris.
3. Pembalutan luka, luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta
berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang
terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan
sembuh per sekundam atau per tertiam.d.Penutupan luka, adalah
mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga proses
penyembuhan berlangsung optimal.
4. Pemberian antibiotic, prinsipnyapada luka bersih tidak perlu diberikan
antibiotik dan pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan
antibiotic.

H. Komplikasi
1. Kerusakan Arteri: Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan
tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma
yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan
emergensi splinting/letak miring, perubahan posisi pada yang sakit,
tindakan reduksi, dan pembedahan.
2. Kompartement Syndrom: Kompartement Syndrom merupakan
komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf,
dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema
atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah.
3. Infeksi: System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.

17
4. Shock: Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan
meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan
menurunnya oksigenasi

3. Luka Bakar4,7,8,13,14,17,22,24

A. Definisi
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh atau rusaknya
kesatuan atau komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi
jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan
muncul diantaranya hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respons
stres simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri dan
kematian sel .
Luka bakar (combustio) adalah kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti air, api, bahan kimia, listrik, dan radiasi.
Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit, tetapi juga
mempengaruhi seluruh sistem tubuh.

B. Epidemiologi
Kelompok terbesar dengan kasus luka bakar adalah anak-anak kelompok
usia dibawah 6 tahun dan puncak insiden kedua adalah luka bakar akibat
kerja yaitu pada usia 25-35 tahun. Sedangkan, jumlah pasien lanjut usia
dengan luka bakar cukup kecil, namun sering memerlukan perawatan pada
fasilitas khusus luka bakar. Insiden luka bakar terutama terjadi pada pria
karena dominasi pekerja pria pada industri tinggi sehingga berisiko. Cedera
luka bakar lebih sering melibatkan sosio ekonomi rendah. Insiden puncak
luka bakar pada orang dewasa terdapat pada umur 20-29 tahun. Diikuti oleh
anak umur 9 tahun atau lebih muda dan pada lanjut usia. Pada anak dibawah
umur 3 tahun penyebab luka bakar paling umum adalah cedera yang
disebabkan oleh air panas. Luka ini dapat terjadi bila anak yang tidak diurus
dengan baik, dimasukkan dalam bak mandi yang berisi air panas dan anak

18
tidak mampu keluar dari bak mandi tersebut, karena kulit balita lebih tipis
dibandingkan dengan kulit orang dewasa sehingga lebih rentan cedera. Pada
anak umur 3-14 tahun, penyebab luka bakar yang sering terjadi akibat nyala
api yang membakar baju. Dari umur ini sampai 60 tahun luka bakar sering
disebabkan oleh kecelakaan industri.

Angka mortalitas penderita luka bakar di Indonesia tergolong cukup


tinggi, yaitu 27,6% (2012) di RSCM dan 26,41% (2012) di RS Dr. Soetomo.
Data epidemiologi dari unit luka bakar RSCM pada tahun 2011-2012
melaporkan sebanyak 257 pasien luka bakar. Dengan rata-rata usia adalah 28
tahun (2,5 bulan-76 tahun), dengan rasio laki-laki dengan perempuan adalah
2,7:1. Luka bakar yang disebabkan oleh api adalah etiologi terbanyak
(54,9%), diikuti luka bakar yang disebabkan oleh air panas (29,2%), listrik
(12,8%), dan bahan kimia (3,1%). Rata-rata luas luka bakar adalah 26%.
Angka mortalitas sebanyak 36,6% pada pasien dengan rata-rata luas luka
bakar 44,5% dengan rata-rata waktu perawatan adalah 13,2 hari.

C. Etiologi
Sumber luka bakar harus ditentukan terlebih dahulu sebelum dilakukan
evaluasi dan penanganan. Menurut Moenadjat (2005) luka bakar dapat
dibedakan menjadi 4 macam, antara lain:
a. Paparan Api
1. Api
2. Benda Panas
3. Air Panas
b. Bahan Kimia
c. Listrik
d. Radiasi

D. Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan Derajat dan Kedalaman Luka


a. Luka bakar derajat I

19
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering
hiperemik, berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena ujung –ujung
syaraf sensorik teriritasi, penyembuhannya terjadi secara spontan dalam
waktu 5 -10 hari.

b. Luka bakar derajat II

Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan


dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula,
pembentukan scar, dan nyeri karena ujung –ujung syaraf sensorik teriritasi.
Dasar luka berwarna merah atau pucat. Sering terletak lebih tinggi diatas kulit
normal.

1. Derajat II Dangkal (Superficial)

• Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.


• Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh.
• Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar
pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan mungkin terdiagnosa
sebagai derajat II superficial setelah 12-24 jam
• Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan basah.
• Jarang menyebabkan hypertrophic scar.
• Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara spontan
kurang dari 3 minggu.

20
2. Derajat II dalam (Deep)

• Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis


• Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar keringat,kelenjar
sebasea sebagian besar masih utuh.
• Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang tersisa.
• Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak berwarna
merah muda dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplay
darah dermis (daerah yang berwarna putih mengindikasikan aliran darah
yang sedikit atau tidak ada sama sekali, daerah yg berwarna merah muda
mengindikasikan masih ada beberapa aliran darah )
• Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9 minggu

3. Luka bakar derajat III (Full Thickness burn)

Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan lebih dalam,
tidak dijumpai bula, apendises kulit rusak, kulit yang terbakar berwarna putih dan
pucat. Karena kering, letak nya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar. Terjadi
koagulasi protein pada epidermis yang dikenal sebagai scar, tidak dijumpai rasa
nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung –ujung syaraf sensorik mengalami
kerusakan atau kematian. Penyembuhanterjadi lama karena tidak ada proses
epitelisasi spontan dari dasar luka.

21
4. Luka bakar derajat IV

Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan ltulang
dengan adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi seluruh dermis, organ-
organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat
mengalami kerusakan, tidak dijumpai bula, kulit yang terbakar berwarna abu-abu
dan pucat, terletak lebih rendah dibandingkan kulitsekitar, terjadi koagulasi
protein pada epidemis dan dermis yang dikenal scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan
hilang sensori karena ujung-ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan dan
kematian. penyembuhannya terjadi lebih lama karena ada proses epitelisasi
spontan dan rasa luka.

E. Patofisiologi Luka Bakar


Panas yang mengenai tubuh tidak hanya mengakibatkan kerusakan lokal
tetapi memiliki efek systemic. Perubahan ini khusus terjadi pada luka bakar
dan umumnya tidak ditemui pada luka yang disebabkan oleh cedera lainnya.
Karena efek panas terdapat perubahan systemic peningkatan permeabilitas
kapiler. Hal ini menyebabkan plasma bocor keluar dari kapiler ke ruang
interstitial. Peningkatan permeabilitas kapiler dan kebocoran plasma
maksimal muncul dalam 8 jam pertama dan berlanjut sampai 48 jam. Setelah
48 jam permeabilitas kapiler kembali kembali normal atau membentuk
trombus yang menjadikan tidak adanya aliran sirkulasi darah. Hilangnya
plasma merupakan penyebab hypovolemic shock pada penderita luka bakar.
Jumlah kehilangan cairan tergantung pada luas luka bakar pada permukaan
tubuh yang dihitung dengan aturan Wallace rules of 9 pada orang dewasa dan
Lund dan Browder grafik pada orang dewasa dan anak-anak. Orang dewasa
dengan luka bakar lebih dari 15% dan pada anak-anak lebih dari 10% dapat

22
terjadi hypovolemic shock jika resuscitation tidak memadai. Peningkatan
permeabilitas kapiler secara systemic tidak terjadi pada luka lainnya. Hanya
terdapat reaksi lokal pada lokasi luka karena inflamasi menyebabkan
vasodilation progresif persisten dan edema. Hypovolemic shock yang terjadi
pada trauma lain disebabkan hilangnya darah dan membutuhkan tranfusi
segera.

Saat terjadi kontak antara sumber panas dengan kulit, tubuh memberikan
respons untuk mempertahankan homeostasis dengan proses kontraksi,
retraction dan koagulasi pembuluh darah. Menurut Hettiaratchy dan
Dziewulski (2005) mengklasifikasikan zona respons lokal akibat luka bakar
yaitu:

a. ZonaKoagulasi
Terdiri dari jaringan nekrosis yang membentuk eskar,
yang.terbentuk dari koagulasi protein akibat cedera panas, berlokasi
ditengah .luka bakar, tempat yang langsung mengalami kerusakan dan
kontak .dengan panas.
b. Zona Statis
Pada zona stasis biasanya terjadi kerusakan endotel pembuluh
.darah disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi
.gangguan perfusi diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan respons
.inflamasi lokal, yang berisiko iskemia jaringan. Zona ini dapat
menjadi .zona hyperemis jika resuscitation diberikan adekuat atau
menjadi zona .koagulasi jika resuscitation diberikan tidak adekuat.

c. Zona Hiperemis
Terdapat pada daerah yang terdiri dari kulit normal dengan
cedera.sel yang ringan, ikut mengalami reaksi berupa vasodilation dan
terjadi .peningkatan aliran darah sebagai respons cedera luka bakar.
Zona ini .bisa mengalami penyembuhan spontan atau berubah menjadi
zona statis. Luka bakar merusak fungsi barier kulit terhadap invasi

23
mikroba .serta jaringan nekrotik dan eksudat menjadi media
pendukung .pertumbuhan mikroorganisme, sehingga berisiko
terjadinya infeksi. .Semakin luas luka bakar, semakin besar risiko
infeksi.

Luka bakar biasanya steril pada saat cedera. Panas yang menjadi .agen
penyebab membunuh semua mikroorganisme pada permukaan. .Setelah
minggu pertama luka bakar cenderung mengalami infeksi, .sehingga
membuat sepsis luka bakar sebagai penyebab utama kematian .pada luka
bakar. Sedangkan luka lain misalnya luka gigitan, luka .tusukan, crush injury
dan excoriation terkontaminasi pada saat terjadi .trauma dan jarang
menyebabkan sepsis secara systemic.

F. Gejala Klinis
• Keracunan karbon Monoksida (CO) : Ditandai dengan kekurangan
oksigen dalam darah, lemas binggung, mual, muntah, koma bahkan
meninggal.
• Distress pernafasan : Ditandai dengan sesak, dan tidak mampuan
menangani sekresi.
• CederaPulmonal : Ditandai dengan pernafasan cepat atau sulit, krakles,
stridor,dan batuk.
• Gangguan hematologik : Tanda yang ditemukan adalah kenaikan
hematokrit, penurunan (SD P, leukosit meningkat, penurunan trombosit.
• Gangguan elektrolit : Tanda yang ditemukan adalah penurunan kalium,
kenaikan natrium dan klorida, serta kenaikan BUN.
• Gangguan ginjal : Tanda yang ditemukan adalah peningkatan keluaran
urine dan miogloninurina. .
• Gangguan metabolik : Tanda yang ditemukan adalah hipermetabolisme
dan kehilangan berat badan.

24
G. Gambaran Klinis
Gambaran klinis luka bakar dikelompokkan menjadi trauma primer dan
sekunder, dengan adanya kerusakan langsung disebabkan oleh luka bakar dan
morbiditas yang muncul mengikuti trauma awal. Pada daerah sekitar luka
akan ditemukan warna kemerahan, bulla, edema, nyeri atau perubahan
sensasi. Efek systemic yang ditemukan pada luka bakar berat seperti
hypovolemic shock, hipotermia dan perubahan uji metabolik.

Hypovolemic shock terlihat pada pasien dengan luas luka bakar lebih dari
25% luas permukaan tubuh total yang disebabkan oleh meningkatnya
permeabilitas pembuluh darah yang berlangsung secara kontinuitas dalam 36
jam setelah trauma luka bakar. Berbagai protein (albumin) keluar menuju
ruang interstitial dengan menarik cairan yang menyebabkan edema dan
dehidrasi. Tubuh kehilangan cairan melalui area luka, untuk
mengkompensasinya, pembuluh darah perifer dan visera berkonstriksi yang
akan menyebabkan hypoperfusion. Pada fase awal, curah jantung menurun
akibat melemahnya contractility myocardium, meningkatnya afterload dan
berkurangnya volume plasma. Tumour necrosis factor-α dilepaskan sebagai
respons inflamasi juga berperan dalam penurunan contractility myocardium.

Suhu tubuh akan menurun secara besar dengan luka bakar berat akibat
evaporasi cairan pada kulit dan hypovolemic shock. Uji kimia darah
menunjukkan tingginya kalium (akibat kerusakan pada sel) dan rendahnya
kalsium (akibat hypoalbuminemia). Setelah 48 jam setelah trauma luka,
pasien dengan luka bakar berat akan menjadi hypermetabolism (laju
metabolik meningkat 3 kali lipat). Suhu basal tubuh akan meningkat hingga
38,5°C akibat respons inflamasi systemic terhadap luka bakar. Respons imun
pasien menurun karena adanya down regulation pada reseptor sehingga
meningkatkan risiko infeksi dan hilangnya barier utama pertahanan tubuh.

Nyeri akibat luka bakar dapat berasal dari sumber luka itu sendiri, jaringan
sekitar, penggantian pembalut luka ataupun donor kulit. Setelah terjadinya

25
luka, respons inflamasi akan memicu dikeluarkannya berbagai mediator
seperti bradykinin dan histamine yang mampu memberikan sinyal rasa nyeri.
Hyperalgesia primer sebagai respons terhadap nyeri pada lokasi luka,
sedangkan hyperalgesia sekunder terjadi beberapa menit kemudian
diakibatkan adanya transmisi saraf dari kulit sekitarnya yang tidak rusak.
Pasien dengan luka bakar derajat I atau II biasanya memberikan respons baik
terhadap pengobatan dan sembuh dalam 2 minggu, luka bakar tampak
berwarna merah muda atau merah, nyeri dan suplai darah yang baik.

H. Tatalaksana
I. Penanganan awal (primary survey) pada pasien luka bakar, sebagai
berikut:

1. Airway, membebaskan jalan napas, menilai adanya trauma inhalasi,


dan melakukan intubasi bila terdapat indikasi. Indikasi pemasangan
intubasi pada luka bakar, yaitu trauma inhalasi, stridor, luka bakar
yang melingkari leher sehingga mengakibatkan pembengkakan
jaringan sekitar jalan napas.

2. Breathing, memberikan O2, mengenali dan mengatasi keracunan CO.

3. Circulation, memantau tekanan darah dan nadi, memasang kateter


urin, memeriksa sirkulasi perifer (Capillary Refill Time / CRT), dan
memasang infus.
4. Disability, menilai GCS.
5. Environment, memadamkan sumber panas lalu merendam atau
menyiram luka bakar dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya
15 menit, melepaskan pakaian, memeriksa luas luka bakar, memeriksa
adanya trauma penyerta lain, dan menjaga agar pasien tetap hangat.

6. Fluid, melakukan resusitasi cairan sesuai dengan luas luka bakar.

Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan pada seorang


pasien luka bakar, yaitu:

26
a. Cara Evansadalah sebagai berikut:

1. Luas luka (%) x berat badan (kg) = ml NaCl per 24 jam


2. Luas luka (%) x berat badan (kg) = ml plasma per 24 jam

Keduanya merupakan pengganti cairan yang hilang akibat udem. Plasma


diperlukan untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh dan
meninggikan tekanan osmosis, hingga mengurangi perembesan keluar dan
menarik kembali cairan yang telah keluar.

3. Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan, diberikan 2000cc


glukosa 5% per 24 jam.

Separuh dari jumlah ketiganya diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya


diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah
jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga, diberikan setengah jumlah
cairan hari kedua. Penderita mula-mula dipuasakan karena peristalsis usus
terhambat pada keadaan prasyok dan mulai diberikan minum segera setelah
fungsi usus normal kembali. Apabila diuresis pada hari ketiga baik, dan
pasien dapat minum, infus dapat dikurangi bahkan diberhentikan.

b. Rumus Baxter= 4cc x % luas luka bakar x berat badan (kg)

Hasil yang didapatkan, separuhnya diberikan dalam 8 jam pertama,


sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit
yaitu Ringer laktat karena defisit ion Na. Hari kedua diberikan setengah
cairan pertama. Pemberian cairan dapat ditambah jika perlu, seperti pada
keadaan syok atau jika diuresis kurang.

II. Indikasi rawat inappada pasien luka adalah sebagai berikut:


1. Penderita syok atau terancam syok
o Anak : luas luka > 10%
o Dewasa : luas luka > 15%

27
2. Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat
o Wajah, mata
o Tangan atau kaki
o Perineum
3. Terancam udem laring
o Terhirup asap atau udara hangat

III. Penanganan lanjut (secondary survey) pada pasien luka bakar, sebagai
berikut:
1. Pemantauan terhadap tanda-tanda vital, seperti tekanan darah, frekuensi
nadi dan frekuensi pernapasan.
2. Pemeriksaan penunjang untuk pasien luka bakar berat, yaitu pemeriksaan
darah, seperti hemoglobin, hematokrit dan analisis kadar elektrolit
darahserta pemeriksaan radiologi.
3. Pemasangan pipa lambung (NGT) untuk mengosongkan lambung saat
ileus paralitik.
4. Pemasangan kateter buli-buli untuk memantau diuresis.
5. Pemasangan kateter pengukur tekanan vena untuk memantau sirkulasi
darah.
6. Obat analgesikdiberikan apabila pasien mengalami kesakitan.
7. Perawatan lukadapat dilakukan dengan mengoleskan antiseptik dan
membiarkanterbuka pada perawatan terbuka atau mengkompres luka
dengan antiseptik dan menutupnya dengan kasa steril yang telah dibubuhi
antiseptik untuk perawatan tertutup. Perawatan tertutup bertujuan untuk
menutup luka dari kemungkinan kontaminasi, tetapi masih cukup longgar
untuk berlangsungnya penguapan.
8. Obat topicalyang dipakai dapat berbentuk larutan, salep, atau krim.
Antiseptik yang dipakai adalah betadine atau nitras-argenti 0,5%. Kompres
nitras-argenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai bakteriostatik
untuk semua kuman, namun obat ini mengendap sebagai garam sulfide
atau klorida yang memberi warna hitam. Obat lain yang banyak digunakan

28
adalah silver sulfadiazin, dalam bentuk krim 1%. Krim ini sangat berguna
karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya serap yang cukup, efektif
terhadap semua kuman, tidak menimbulkan resistensi, dan aman. Krim ini
dioleskan tanpa pembalut, dan dapat dibersihkan dan diganti setiap hari.
9. Antibiotikdapat diberikan dalam bentuk sediaan kasa (tulle).
10. Anti tetanusuntuk pencegahan tetanus berupa ATS dan/atau toksoid.

IV. Tindakan bedah


• Eskarektomi,dilakukan pada luka bakar derajat III yang melingkar pada
ekstremitas atau tubuh karena pengerutan keropeng dari pembengkakan
yang terus berlangsung dapat mengakibatkan penekanan yang
membahayakan sirkulasi sehingga bagian distal dapat mengalami nekrosis.
• Debridemen, diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan kulit
mati dengan cara eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan sesegera
mungkin setelah keadaan pasien stabil karena eksisi tangensial juga
menimbulkan perdarahan. Biasanya eksisi dini dilakukan pada hari ketiga
sampai ketujuh, dan pasti boleh dilakukan pada hari kesepuluh. Eksisi
tangensial sebaiknya tidak dilakukan lebih dari 10% luaspermukaan tubuh
karena dapat terjadi perdarahan yang cukup banyak.
• Pasien luka bakar derajat II dalam dan derajat III dilakukan skin grafting
untuk mencegah terjadinya keloid dan jaringan parut yang hipertropik.
Skin grafting dapat dilakukan sebelum hari kesepuluh yaitu sebelum
timbulnya jaringan granulasi.

I. Prognosis
Prognosispasien luka bakar ditentukan oleh:
o Derajat luka bakar (dalam)
o Luas permukaan
o Daerah
o Usia
o Keadaan kesehatan

29
4. Luka Bakar Bahan Kimia15, 17,22

A. Definisi
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang
biasa digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang
sering digunakan untuk keperluan rumah tangga.
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit
dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan
banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia
ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat – zat
pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan
berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan
militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan
luka bakar kimia.
Zat kimia dapat bersifat oksidator sepert kaporit, kalium permanganate dan
asam kromat.Bahan korosif seperti fenol dan fosfor putih juga larutan basa
seperti kalium hidroksida dannatrium hidroksida menyebabkan denaturasi
protein. Denaturasi akibat penggaraman dapatdisebabkan oleh asam formiat,
asetat, tanat, flourat, dan klorida. Asam sulfat merusak sel karena bersifat
cepat menarik air. Beberapa bahan dapat menyebabkan keracunan sistemik.
Asamflorida dan oksalat dapat menyebabkan hipokalsemia.
Asam tanat, kromat, pikrat dan fosfor dapat merusak hati dan ginjal kalau
diabsorpsitubuh. Lisol dapat menyebabkan methemoglobinemia. Napalm
(derivat alumunium naphthenatedan palmitat) saat ini merupakan nama
generik yang digunakan untuk semua jenis hidrokarbonyang tebal. Ini
termasuk polimer sintetik seperti polyurethane dan poliseter yang mungkin
daptdimodifikasi dengan dicampur alumunium bubuk atau metal carbon.
Phosfor putih ataualumunium biasa ditambahkan kepada bom berbahan dasar
minyak tanah ini. Bahan-bahan ini.

30
B. Epidemiologi:
Di USA terdapat >500.000 pasien dilaporkan menderita luka bakar akibat
bahan kimia yang beredar. Sekitar 300.000 jenis bahan berbahaya
Klasifikais bahan kimia
1. Alkali/ basa:
Hydroxides, caustic sodas, potassium ammonium, lithium, barium, dan
calcium merupakan bahan-bahan pembersih menyebabkan liquefaction
necrosis dan protein denaturation
2. Acids/asam
Hydrochi oric acid, oxalic acid, dan sulfuric acid merupakan bahan
pembersih kamar mandi dan bahan pembersih kolam renang yang dapat
menyebabkan kerusakan coagulation necrosis
3. Organic coumpounds
Phenol, creosote, petroleum yaitu sebagai bahan disinfection kimia.
Menyebabkan kerusakan cutaneous, efek toksis terhadap ginjal dan liver
Berat ringannya trauma bergantung pada
1. Bahan/agent
2. Konsentrasi
3. Volume
4. Lama kontak
5. Mekanisme trauma

C. Penatalaksanaan:
1. Bebaskan pakaian yang terkena
2. Irigasi dengan air kontinyu
3. Hilangkan rasa nyeri
4. Perhatikan airway, breathing dan circulation
5. Identifikasi bahan penyebab
6. Perhatikan bila mengenai mata
7. Penanganan selanjutnya sama seperti penanganan luka bakar

31
5. Luka Akibat Sengatan Listrik2,12,15,20,22

A. Definisi
Luka listrik adalah luka yang disebabkan oleh trauma listrik,
yangmerupakan jenis trauma yang disebabkan oleh adanya persentuhan
dengan bendayang memiliki arus listrik, sehingga dapat menimbulkan luka
bakar sebagai akibatberubahnya energi listrik menjadi energi panas.

B. Etiologi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, trauma listrik terjadi saat
seseorang menjadi bagian dari sebuah perputaran aliran listrik atau bisa
disebabkan pada saat berada dekat dengan sumber listrik. Klasifikasi yang
paling sering untuk membagi trauma karena listrik adalah karena petir, Aliran
listrik tegangan rendah arus bolak balik (AC), aliran listrik tegangan tinggi
arus bolak balik (AC) dan arus searah.
a. Petir
Petir/lightening, adalah muatan listrik statis dalam awan dengan voltase
sampai 10 mega volt dan kekuatan arus listrik sampai seratus ribu ampere
yang dalam waktu 1/1000-1 detik dilepaskan kebumi.Luka karena petir
biasanya terjadi saat seseorang menjadi bagian atau berada dekat dengan
terjadinya petir, secara umum, biasanya pasien menjadi objek yang paling
tinggi dibandingkan sekitarnya atau berada dekat dengan objek yang tinggi
misalnya pohon. Pada saat petir menyambar, biasanya langit terlihat bersih.
Seseorang yang disambar petir pada tubuhnya terdapat kelainan yang
disebabkan oleh faktor arus listrik, faktor panas dan faktor pemindahan udara.

1. Efek listrik
a. Ada tanda listrik (electrick mark)
b. Aborecence mark : gambaran seperti percabangan pohon oleh karena
vasodilatasi pembuluh darah vena pada kulit akibat bersentuhan dengan
petir, gambaran ini akan menghilang setelah beberapa jam.

32
2. Efek panas
a. Rambut, pakaian,sepatu, bahkan seluruh tubuh akan terbakar/hangus
b. Metalisasi : Logam yang dikenakan korban akan meleleh ( perhiasan,
arloji)
3. Efek ledakan (pemindahan udara)
a. Setelah kilat udara setempat menjadi vacum lalu diisi oleh udara kembali
sehingga timbul suara menggelegar/guntur
b. Akibat pemindahan udara ini, pakaian korban koyak, korban terlontar
sehingga terdapat luka akibat persentuhan dengan benda tumpul, misalnya
abrasi, kontusi, patah tulang tengkorak, epidural/subdural bleeding
c. Bila tidak meninggal mungkin didapatkan : lumpuh, tuli, buta yang
sifatnya sementara.

b. Listrik tegangan Tinggi AC


Pada kasus ini tegangan listrik lebih dari 600 volt. Luka listrik karena
tegangan tinggi sering terjadi pada saat terdapat objek yang bersifat
konduktif disentuh yang tersambung dengan sumber listrik bertegangan
tinggi.

c. Listrik tegangan rendah AC


Tegangan rendah adalah 600 volt atau kurang dari 600 volt. Secara
umum, ada 2 tipe luka listrik tegangan rendah dengan arus bolak-balik
yang memungkinkan : Anak yang menggigit kawat listrik yang bisa
menyebabkan luka berat pada bibir, wajah, dan lidah, kemudian anak-anak
atau orang dewasa yang terjatuh saat menyentuh objek yang dialiri energi
listrik.

d. Arus searah (DC)


Luka listrik karena arus searah biasanya terjadi saat laki-laki usia muda
secara tidak sengaja menyentuh rel kereta dari sebuah kereta listrik yang
sedang berjalan.Arus searah (DC) kurang berbahaya dibanding arus

33
bolakbalik (AC); arus dari 50-80 mA AC dapat mematikan dalam hitungan
detik, dimana 250 mA DC dalam waktu yang sama sering dapat selamat.
Arus bolakbalik adalah 4-6 kali menyebabkan kematian, sebagian karena
efek bertahan, yang merupakan hasill dari spasme otot tetanoid dan
mencegah korban lepas dari konduktor hidup.

C. Klasifikasi
Luka bakar listrik dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Kontak langsung
pemanasan elektrothermal
b. Kontak tidak langsung
• bunga api listrik (arc)
• nyala api listrik (flame)
• kilatan listrik (flash)
Pemanasan jaringan sekunder untuk menyebabkan arus luka bakar
electrothermal. Biasanya luka bakar ini adalah hasil dari aliran listrik
bertegangan rendah pada daerah yang terbatas. Aliran yang terus-menerus saat
ini dapat menyebabkan luka bakar yang signifikan di mana saja di sepanjang
jalan saat ini. Biasanya lesi kulit luka bakar electrothermal yang berbatas
tegas, deep- parsial untuk luka bakar full-thickness.
Yang paling merusak dari cedera tidak langsung terjadi ketika korban
terkena dari percikan bunga listrik. Bunga api listrik adalah percikan yang
terbentuk antara dua benda bertegangan yang tidak bersentuhan satu sama
lain, biasanya merupakan sumber yang bertegangan tinggi dan tanah. Karena
suhu bunga api listrik adalah sekitar 2500 °C, menyebabkan luka bakar yang
sangat mendalam pada titik di mana terjadi kontak dengan kulit. Dalam
keadaan lengkung, luka bakar dapat disebabkan oleh panas dari busur itu
sendiri, pemanas electrothermal akibat arus aliran, atau dengan api yang
dihasilkan dari pembakaran pakaian.

34
Berdasarkan American Burn Association luka bakar diklasifikasikan
berdasarkan kedalaman, luas permukaan, dan derajat ringan luka
bakar.Berdasarkan luas permukaan luka bakar.
Luas luka tubuh dinyatakan sebagai persentase terhadap luas permukaan
tubuh atau Total Body Surface Area (TBSA). Untuk menghitung secara cepat
dipakai Rules of Nine atau Rules of Walles dari Walles. Perhitungan cara ini
hanya dapat diterapkan pada orang dewasa, karena anak-anak mempunyai
proporsi tubuh yang berbeda. Pada anak-anak dipakai modifikasi Rule of
Nines menurut Lund and Browder, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5
tahun dan 1 tahun.
Bedasarkan derajat ringan luka bakar menurut American Burn Association :
a. Luka Bakar Ringan:
• Luka bakar derajat II < 5%
• Luka bakar derajat II 10% pada anak
• Luka bakar derajat II < 2%1
b. Luka Bakar Sedang:
• Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa
• Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak
• Luka bakar derajat III < 10%1
c. Luka Bakar Berat:
• Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa
• Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak
• Luka bakar derajat III 10% atau lebih
• Luka bakar mengenai tangan, telinga, mata, kaki, dan
genitalia/perineum.
• Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

D. Patofisiologi
Secara umum, energi listrik membutuhkan aliran energi (electron elektron)
dalam perjalanannya ke objek. Semua objek bisa bersifat konduktor

35
(menghantarkan listrik) atau resistor (menghambat arus listrik). Kulit berperan
sebagai penghambat arus listrik yang alami dari sebuah aliran listrik. Kulit
yang kering memiliki resistensi sebesar 40.000-100.000 ohm. Kulit yang basah
memiliki resistensi sekitar 1000 ohm, dan kulit yang tebal kira-kira sebesar
2.000.000 ohm. Anak dengan kulit yang tipis dan kadar air tinggi akan
menurunkun resistensi, dibandingkan orang dewasa. Tahanan dari alat-alat
tubuh bagian dalam diperkirakan sekitar 500-1000 ohm, termasuk tulang,
tendon, dan lemak memproduksi tahanan dari arus listrik. Pembuluh darah, sel
saraf, membran mukosa, dan otot adalah penghantar listrik yang baik. Dengan
adanya luka listrik , pada sayatan melintang akan memperlihatkan kerusakan
jaringan.
Elektron akan mengalir secara abnormal melewati tubuh yang
menyebabkan perlukaan ataupun kematian dengan cara depolarisasi otot dan
saraf, menginisiasi aliran listrik abnormal yang dapat menggangu irama jantung
dan otak, atau produksi energi listrik menyebabkan luka listrik dengan cara
pemanasan yang menyebabkan nekrosis dan membentuk porasi (membentuk
lubang di membran sel).
Aliran sel yang melewati otak, baik tegangan tinggi atau tegangan rendah,
dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan secara langsung menyebabkan
depolarisasi sel-sel saraf otak. Arus bolak balik dapat menyebabkan fibrilasi
ventrikel jika aliran listrik melewati daerah dada. Hal ini dapat terjadi saat
aliran listrik mengalir dari tangan ke tangan, tangan ke kaki, atau dari kepala ke
tangan/kaki.

E. Gejala Klinis
Gejalanya tergantung kepada interaksi yang rumit dari semua sifat arus
listrik. Suatu kejutan dari sebuah arus listrik bisa mengejutkan korbannya
sehingga dia terjatuh atau menyebabkan terjadinya kontraksi otot yang kuat.
Kedua hal tersebut bisa mengakibatkan dislokasi, patah tulang dan cedera
tumpul. Kesadaran bisa menurun, pernafasan dan denyut jantung bisa lumpuh.

36
Luka bakar listrik bisa terlihat dengan jelas di kulit dan bisa meluas ke jaringan
yang lebih dalam.

a. Kepala dan Leher


Kepala adalah titik kontak utama untuk cedera tegangan tinggi, dan
pasienmungkin menunjukkan luka bakar serta kerusakan neurologis. Katarak
timbul di sekitar 6 % kasus cedera tegangan tinggi, terutama bila tersengat
listrikdi sekitar kepala. Meskipun katarak mungkin hadirlebih cepat atau lambat
setelah kecelakaan itu, katarak biasanya muncul beberapa bulansetelah
kejadian. Ketajaman visual dan pemeriksaan funduskopi harus dilakukanpada
kemudian hari. Pasien harus segera dirujuk ke dokter mata untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya katarak ini.

b. Sistem kardiovaskular
Serangan jantung, baik dari detak jantung atau fibrilasi ventrikel, adalah
kondisi umum yang akan terjadi dalam kecelakaan listrik. Pada
Elektrokardiografi (EKG) ditemukan sinus takikardi, sementara elevasi segmen
ST, QT reversibelsegmen perpanjangan, kontraksi ventrikel prematur, fibrilasi
atrium, danbundel branch block. Infark miokard akut dilaporkan tetapi relatif
jarang. Kerusakan otot rangka dapat menghasilkan peningkatan fraksi CPK-
MB, mengarah pada diagnosis palsu infark miokard dalam beberapa
pengaturan.

c. Kulit
Selain serangan jantung, luka yang paling dahsyat yang terjadi saat cedera
listrik adalah kulit terbakar, yang paling parah pada luka masuk dan tubuh yang
kontak dengan tanah. Bagian tubuh yang paling sering dari terkena kontak
dengan sumber listrik ialah tangan dan tengkorak.

d. Ekstremitas
Pelepasan mioglobin yang banyakdari otot yang rusak dapat menyebabkan
kerusakan Myoglobinuria. Vaskular ginjal dari energi listrik bisa menjadi jelas

37
setiap saat isi ulang kapiler harus dikaji dan didokumentasikan dalam semua
ekstremitas, dan pemeriksaan neurovaskular harus sering diulang. Karena
arteri adalah sistem high-flow, panas dapat hilang cukup baik dan
menyebabkan sedikit kerusakan awal jelas tapi hasilnya dalam kerusakan
berikutnya. Pembuluh darah, di sisi lain, adalah sistem aliran rendah, yang
memungkinkan energi panas untuk menyebabkan pemanasan lebih cepat dari
darah, dengan akibat trombosis . Akibatnya, ekstremitas mungkin muncul
pembengkakan pada awalnya. Dengan luka parah, seluruh ekstremitas
mungkin muncul pengerasan ketika semua elemen jaringan, termasuk arteri,
mengalami koagulasi nekrosis. Kerusakan pada dinding pembuluh pada saat
cedera juga dapat mengakibatkan tertundatrombosis dan perdarahan, terutama
dalam arteri kecil pada otot.

F. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
a. Untuk memantau denyut jantung korban dilakukan pemeriksaan EKG
(elektrokardiogram). Jika diperkirakan jantung telah menerima
kejutanlistrik, pemantauan EKG dilakukan selama 12-24 jam.

b. Jika korban tidak sadar atau telah mengalami cedera kepala, dilakukan CT
scan untuk memeriksa adanya kerusakan pada otak

G. Komplikasi
Komplikasi pada luka bakar dibagi menjadi dua, yaitu komplikasi pada
saat perawatan kritis atau akut dan komplikasi yang berhubungan dengan
eksisi dan grafting. Komplikasi yang dapat terjadi pada masa akut adalah
SIRS, sepsis, dan MODS. Selain itu, komplikasi pada gastrointestinal juga
dapat terjadi, yaitu atrofi mukosa, ulserasi, dam perdarahan mukosa, motilitas
usus menurun dan ileus. Pada ginjal dapat terjadi akut tubular nekrosis karena
perfusi ke renal menurun. Skin graft loss merupakan komplikasi yang paling
sering terjadi, hal ini disebabkan oleh, infeksi dan robeknya graft. Pada fase
lanjut suatu luka bakar, dapat terjadi jaringan parut pada kulit berupa jaringan

38
parut hipertropik, keloid, dan kontraktur. Kontraktur kulit dapat mengganggu
fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi.

6. Integrasi Keislaman

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami
masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti
kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(QS. An-Nisa :56)
Dari surah di atas dapat menjelaskan bahwa sesungguhnya orang-orang
yang mengingkari bukti-bukti yang jelas dan mendustakan para nabi, kelak akan
Kami masukkan ke dalam api neraka yang akan menghanguskan kulit mereka.
Dan setiap kali rasa pedih akibat siksaan itu hilang, Allah menggantinya dengan
kulit yang baru, agar rasa sakitnya berlanjut. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa
dan Mahabijaksana. Dia akan memberikan siksaan bagi orang yang sampai saat
kematiaannya tetap mengingkari-Nya(1). (1) Ayat ini merupakan bukti betapa
dahsyatnya siksaan yang diderita oleh penghuni neraka. Sebuah temuan ilmiah
membuktikan bahwa urat saraf yang tersebar dalam lapisan kulit merupakan yang
paling sensitif terhadap pengaruh panas dan dingin
Adapun doa untuk meminta perlindungan dari penyakit kulit

39
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari penyakit kulit, gila, lepra, dan dari
penyakit yang jelek lainnya).” (HR. Abu Daud, no. 1554; Ahmad, 3: 192.)
Dari hadist di atas dapat menjelaskan bahwa :
1. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta perlindungan dari
penyakit yang jelek untuk mengajarkan kita bersabar supaya tidak banyak
mengeluh, yang akhirnya membuat kita luput dari pahala.
2. Penyakit-penyakit yang disebutkan di sini punya dampak jelek pada
penampilan dan fisik, sehingga bisa membuat orang lain menjauh.
3. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak meminta perlindungan dari
semua penyakit karena sakit sendiri dapat membersihkan dosa asalkan
mau bersabar. Setiap orang bisa saja tertimpa sakit. Namun ujian yang
paling berat adalah yang dihadapi oleh para nabi lalu orang di bawahnya
lagi.

40
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan,


memisahkan, dan menginformasikan kita dari lingkungan sekitar. Fungsi
diantaranya sebagaireseptor penerima rangsang, respirasi, ekskresi, pelindung
dan termoregulasi. Sistemini sering disebut sebagai sistem organ terbesar
karena mencakup kulit, rambut, bulu, kuku,kelenjar keringat dan produknya,
merupakan organ yang memiliki luas permukaan yangbesar karena terdapat
pada seluruh area luar pada tubuh, sehingga kulit dapat berfungsi
untukmelindungi tubuh dari bahaya

Luka merupakan suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh


karena cedera atau pembedahan yang dapat menyebabkan terganggunya
fungsi tubuh sehingga menganggu aktivitas sehari hari, berdasarkan lama
penyembuhannya dapat dibagi menjadi 2 jenis yakni luka akut dan kronis.
Luka berdasarkan penyebabnya dapat dibagi menjadi 2 yakni luka mekanik
dan non mekanik.

Luka yang umum terjadi pada kulit ialah : vulnus laceratum, vulnus
punctum, luka bakar, luka akibat bahan kimia, luka akibat sengatan listrik.
Vulnus laceratum atau luka robek adalah luka dengan tepi yang tidak
beraturan atau compang camping, biasanya karena tarikan atau goresan benda
tumpul. Sementara Vulnus Punctum adalah luka kecil dengan dasar yang
sukar dilihat dan disebabkan oleh tertusuk paku atau benda yang runcing
Luka bakar (combustio) adalah kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas, Luka bakar tidak hanya akan mengakibatkan
kerusakan kulit, tetapi juga mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Luka bakar
dikalsifikasi menjadi 4 derajat, yaitu : Luka bakar derajat I, Luka bakar derajat

41
II (yang dibagi menjadi kedalaman : dangkal dan dalam), Luka bakar derajat
III, dan Luka bakar derajat IV.

Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang
biasa digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang
sering digunakan untuk keperluan rumah tangga. Luka bakar chemical (kimia)
disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Lebih
dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.

Luka listrik adalah luka yang disebabkan oleh trauma listrik, yang
merupakan jenis trauma yang disebabkan oleh adanya persentuhan dengan
bendayang memiliki arus listrik, sehingga dapat menimbulkan luka bakar
sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi energi panas.

42
DAFTAR PUSTAKA

1. American College Of Surgeons Co mmitee On Trauma. (2008) Trauma


toraks. Dalam ATLS Student Course Manual 8th. edition. USA.

2. American College Of Surgeons Co mmitee On Trauma. (2008) Trauma


toraks. Dalam ATLS Student Course Manual 9th. edition. USA.
3. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan
RI. Riset Kesehatan Dasar. Penerbit Kementrian Kesehatan RI.
Jakarta.2013.

4. Brunicardi F C, Anderson D, Dunn DL. 2005. Schwartz’s Principles of


surgery. 8 edition. New York: McGraw-Hill Medical Publishing.
5. De Jong W, Sjamsuhidajat R. Luka: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3.
Jakarta: EGC; 2011. Hal 95-103.

6. Dorland WA, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

7. Hentz VR, Kaplan NE. 2006. Emergency Management of Skin and Soft
Tissue Wounds, An Illustrated Guide, Little Brown. Boston : USA.
8. Hettiaratchy S, Dziewulski. PABC of burns: pathophysiology and types of
burns. BMJ. 2009;328:1427-1429.
9. Jong, W.D., dan Sjamsujidajat. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta.
10. Laoh, Joice M. (2018). Mekanisme Koping Individu Dengan Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Vulnus Laceratum di IGD RS Bhayangkara
Manado. J Poltekkes Kemenkes. hal. 508.
11. Mansjoer, Arief, (2010). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta :
Media Aesculapius.
12. Mansjoer, Arif, et all, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Fakultas
Kedokteran UI, Jakarta
13. Martina N R dan Wardhana A. 2013. Mortality analysis of adult burn
patients. Burn. 2:96-100

43
14. Moenadjat, Yefta. 2003. Luka Bakar : Pengetahuan Klinis Praktis. Jakarta
:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
15. Moenadjat Y. Resusitasi: Dasar-Dasar Manajemen Luka Bakar Fase Akut.
2005. Jakarta: Komite Medik Asosiasi Luka Bakar Indonesia.
16. Menkes RI. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Tingkat Pertama. Jakarta.

17. Nina, R. 2008. Efek Penyembuhan Luka Bakar Dalam Sediaan Gel
Ekstrak Etanol 70% Daun Lidah Buaya (Aloe Vera L.) pada Kulit
Punggung Kelinci New Zealand. Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
18. Prayogi, Randy, dkk. (2019). Perbedaan Efektivitas Perawatan Vulnus
Laceratum (Luka Robek) Menggunakan Betadine dan NaCl Terhadap
Kecepatan Penyembuhan. J Nursing Arts. vol.8 no.1, hal.70-71
19. Rostini, dkk. (2013). Pengaruh Penggunaan Larutan Nacl 0,9% Terhadap
Lama Hari Rawat Pada Pasien Vulnus Laceratum di Rumah Sakit Umum
Daerah H. Andi Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba. J STIKES
Nani Hasanuddin. vol. 2 no.4, hal. 2.

20. Reksoprodjo, Soelarto. (2011). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.


Tangerang: Binapura Aksara

21. Ramdhani M., Konsep Rangkaian Listrik.


22. Rudall N & Green A. 2010. Burns clinical features and prognosis. Clinical
Pharmacist. 2: 245-8
23. Sjamsuhidajat R, Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, ECG,
Jakarta.
24. Tiwari, V. K. (2012). Burn Wound : How It Differs From Other Wounds.
Indian: Journal of Plastic Surgery Vol. 45, 364-373.
25. Wim DJ. Luka, Trauma, Syok, Bencana dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah.
EGC. Jakarta. hal 81-91.
26. Zurimi, Suardi. (2019). Efektifitas Penggunaan Alat Pelindung Diri
dengan Frekuensi Kejadian Luka / Vulnus pada Nelayan di Pesisir Pantai

44
Desa Waiheru Kecamatan Baguala Kota Ambin. J Global Health Science.
vol. 4 No.3, hal.138-139.

45

Anda mungkin juga menyukai