Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENYEMBUHAN LUKA
Fasilitator : Dwi Wirastri, S.Tr.Keb., M.Kes

Disusun oleh :
Nama : Nur’aini
NIM : 1601M.Bd003
Prodi : SI Kebidanan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR


PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
Rahmat, Karunia serta Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Penyembuhan Luka’’. Kami juga berterima kasih kepada Ibu Dwi Wirastri,
S.Tr.Keb., M.Kes selaku dosen mata kuliah Wound Care yang telah memberikan
tugas kami ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita tentang Penyembuhan Luka. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguba bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kata-kata yang salah dan kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Sukamulia, 4 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Cover ..........................................................................................................................
Kata Pengantar ..........................................................................................................
Daftar Isi ....................................................................................................................
Bab I Pendahuluan ....................................................................................................
a. Latar Belakang................................................................................................
b. Rumusan Masalah ..........................................................................................
c. Tujuan ..............................................................................................................
Bab II Pembahasan ...................................................................................................
a. Definisi Luka ...................................................................................................
b. Klasifikasi Luka ..............................................................................................
c. Fisiologi Penyembuhan Luka.........................................................................
Bab III Penutup .........................................................................................................
Kesimpulan ............................................................................................................
Daftar Pustaka ...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap
manusia.Luka merupakan suatu keadaan hilang atau rusaknya sebagian jaringan
tubuh. Luka didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit(
Schwartz et al.,2000). Kulit berperan penting dalam kehidupan manusia, antara
lain mengatur keseimbangan air serta elektrolit, pengaturan suhu dan berfungsi
sebagai pelindung terhadap lingkungan luar. Kulit tidak dapat melaksanakan
fungsinya dengan baik saat pelindung ini rusak karena berbagai penyebabseperti
ulkus, luka, trauma, atau neoplasma. Oleh karena itu, sangat penting untuk
mengembalikan integritasnya sesegera mungkin (Mescher, 2011). Luka dapat
disebabkan oleh multifaktor, seperti trauma benda tajam, benda
tumpul,perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, ataupun gangguan
hewan (Sjamsuhidajat, 2010).
Proses penyembuhan luka (wound healing) dari awal trauma hingga
tercapainya penyembuhan melalui tahapan yang kompleks. Proses ini terdiri dari
beberapa fase, yaitu fase hemostasis dan inflamasi, fase proliferasi, dan fase
maturasi (Schwartz et al., 2000). Fibroblast memegang peranan yang penting
pada fase proliferasi. Fibroblas akan menghasilkan bahan dasar serat kolagen
yang akan mempertautkan tepi luka (Sjamsuhidajat, 2010). Fibroblast juga akan
membentuk jaringan ikat baru dan memberikan kekuatan serta integritas pada
luka sehingga menghasilkan proses penyembuhan yang baik. Meningkatnya
jumlah sel fibroblast akan meningkatkan jumlah serat kolagen yang akan
mempercepat proses penyembuhan luka (Kumar et al., 2007).
Penanganan luka yang tepat, penting untuk mencegah infeksi, seperti
pemberian antiseptik.Antiseptik yang sering digunakan masyarakat adalah
povidone iodine.Povidone iodine merupakan antimikroba yang efektif dalam
desinfeksi dan pembersihan kulit baik pra maupun pasca operasi, dalam
penatalaksanaan luka traumatic yang kotor (Morison, 2003).Penggunaan
povidone iodine dapat menimbulkan efek toksik akibat keracunan iodium, dan
dapat menimbulkan alergi (Burks, 1998).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Yang Dimaksud Dengan Luka?
2. Apa Saja Klasifikasi Luka?
3. Bagaimana Proses Fisiologi Penyembuhan Luka?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Luka
2. Untuk Mengetahui Klasifikasi Luka
3. Untuk Mengetahui Proses Fisiologi Penyembuhan Luka
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Luka
Luka adalah terputusnya kontinuitas strukturanatomi jaringan tubuh yang
bervariasi mulai dari yang paling sederhana seperti lapisan epitel dari kulit, sampai
lapisan yang lebih dalam seperti jaringan subkutis, lemak dan otot bahkan tulang
beserta struktur lainnya seperti tendon, pembuluh darah dan syaraf, sebagai akibat
dari trauma atau ruda paksa atau trauma dari luar (T Velnar, 2009).

Luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit dan


jaringan di bawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau
terbuka,bersih atau terkontaminasi, superficial atau dalam(Menurut Koiner dan
Taylan). Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul:
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
B. Klasifikasi Luka
1. Tipe luka berdasarkan waktu
a. Akut
Luka akut adalah luka baru, terjadi mendadak dan penyembuhannya
sesuai dengan waktu yang diperkirakan.Luka akut merupakan luka trauma
yang biasanya dapat sembuh dengan baik bila tidak terjadi komplikasi.
Contohnya adalah luka sayat, luka bakar, luka tusuk. Luka operasi dapat
dianggap sebagai luka akut yang dibuat oleh ahli bedah. Contohnya adalah
luka jahit, skin grafting

b. Luka Kronik
Luka kronik adalah luka yang berlangsung lama atau sering timbul
kembali (rekuren), terjadi karena gangguan pada proses penyembuhan yang
biasanya disebabkan oleh masalah multifactor dari penderita. Luka kronik
terjadi pada luka gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak
direspon baik terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul kembali.
Contohnya adalah ulkus dekubitus, ulkus diabetik, ulkus vena dan luka
bakar.

2. Jenis Luka Berdasarkan Anatomi Kulit


Jenis luka berdasarkan anatomi kulit atau kedalamannya menurut
National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP) diklasifikasikan menjadi:
a. Stadium 1
Luka dikatakan stadium 1 jika warna dasar luka merah dan hanya
melibatkan lapisan epidermis, epidermis masih utuh atau tanpa merusak
epidermis. Epidermis hanya mengalami perubahan warna kemerahan, hangat
atau dingin (tergantung pada penyebab), kulit melunak dan ada rasa nyeri
atau gatal. Contohnya adalah kulit yang terpapar matahari atau sunburn atau
ketika kita duduk pada satu posisi selama lebih dari dua jam, kemudian ada
kemerahan di gluteus (bokong).
b. Stadium 2
Luka dikatakan stadium 2 jika warna dasar luka merah dan
melibatkan lapisan epidermis-dermis.Luka menyebabkan epidermis terpisah
dari dermis dan atau mengenai sebagian dermis (partial tickness). Umumnya
kedalaman luka hingga 0,4 mm, namun bergantung pada lokasi luka. Contoh
luka pada stadium ini adalah bula atau blister karena epidermis sudah
terpisah dengan dermis.
c. Stadium 3
Luka dikatakan stadium 3 jika warna dasar luka merah dan lapisan
kulit mengalami kerusakan dan kehilangan lapisan epidermis, dermis,
hingga sebagian hipodermis (full-thickness). Umumnya kedalaman luka
hingga 1cm (sesuai dengan lokasi luka pada tubuh bagian mana). Pada
proses penyembuhan luka, kulit akan membutuhkan lapisan-lapisan yang
hilang (granulasi) sebelum menutup (epitalisasi).
d. Stadium 4
Luka dikatakan stadium 4 jika warna dasar luka merah dan lapisan
kulit mengalami kerusakan dan kehilangan lapisan epidermis, dermis,hingga
seluruh hipodermis, dan mencapai otot dan tulang (deep full-thickness),
undermining (gua) dan sinus masuk ke dalam stadium 4.
e. Unstageable
Luka dikatakan tidak dapat ditentukan stadiumnya (unstagable) jika
dasar luka kuning atau hitam dan merupakan jaringan mati (nekrosis),
terutama jika jaringan nekrosis ≥ 50% berada di dasar luka. Dasar luka yang
nekrosis dapat dinilai stadiumnya setelah ditemukan dasar luka merah
(granulasi) dengan pembuluh darah yang baik.
C. Fisiologi Penyembuhan Luka
Secara fisiologis, tubuh dapat memperbaiki kerusakan jaringan kulit (luka)
sendiri yang dikenal dengan penyembuhan luka. Proses perbaikan sel (penyembuhan
luka) bergantung pada kedalaman luka di kulit. Proses ini terjadi secara sederhana
yang diawali dengan pembersihan (debris) area luka, pertumbuhan jaringan baru
hingga permukaan datar, dan pada akhirnya luka menutup.

Penyembuhan luka terdiri dari tiga fase, yaitu:


1. Fase Inflamasi
Fase inflamasi terjadi pada awal kejadian atau saat luka terjadi (hari ke 0-
5). Pada fase ini terjadi dua kegiatan utama, yaitu kegiatan vaskular dan respon
inflamasi. Respon vaskular diawali dengan respon homeostatik tubuh selama 5
detik pasca luka (kapiler berkontraksi dan trombosit keluar). Sekitar jaringan
yang luka mengalami iskemia yang meransang pelepasan histamine dan zat
vasoaktif yang menyebabkan vasodilatasi, pelepasan trombosit, reaksi
vasodilatasi dan vasokontriksi serta pembentukan lapisan fibrin (meshwork).
Lapisan fibrin ini membentuk scab (keropeng) di atas permukaan luka untuk
melindungi luka dari kontaminasi kuman. Respon ini diawali dari semakin
banyaknya aliran darah ke sekitar luka yang menyebabkan bengkak, kemerahan,
hangat/demam, ketidaknyamanan/nyeri, dan penurunan fungsi tubuh (tanda
inflamasi). Tubuh mengalami aktivitas bioselular dan biokimia, yaitu reaksi
tubuh memperbaiki kerusakan kulit, sel darah putih membersihkan benda asing
yang menempel (makrofag), dikenal dengan proses debris (pembersihan).
2. Fase Poliferasi
Terjadi mulai hari ke-2 sampai hari ke-24 yang terdiri atas proses
detruktif (fase pembersihan), proses ploriferasi atau granulasi (pelepasan sel-sel
baru/pertumbuhan), dan epitalisasi (migrasi sel/penutupan). Pada fasedestruktif,
sel polimorf dan makrofag membunuh bakteri jahat dan terjadi proses debris
(pembersihan) luka. Pada fase ini, makrofag juga berfungsi menstimulasi
fibroblast untuk menghasilkan kolagen (kekuatan sel berikatan) dan elastisin
(fleksibilitas sel) dan terjadi proses angiogenesis (pembentukan pembuluh
darah).Kolagen dan elastin yang dihasilkan menutupi luka dengan membentuk
matriks/ikatan jaringan baru.Proses ini dikenal juga dengan proses granulasi,
yaitu tumbuhnya sel-sel yang baru.Luka yang tadinyamemiliki kedalaman,
permukaannya menjadi rata dengan tepi luka. Epitalisasi terjadi setelah tumbuh
jaringan granulasi dan dimulai dari tepi luka yang mengalami proses migrasi
membentuk lapisan tipis (warna merah muda) menutupi luka. Sel pada lapisan
ini sangat rentan dan mudah rusak. Sel mengalami kontraksi (pergeseran), tepi
luka menyatu hingga ukuran luka mengecil. Tidak menutup kemungkinan epitel
tumbuh tanpa adanya jaringan granulasi sehingga menutup tidak sempurna.Pada
beberapa kasus, epitel tumbuh atau menutup dari tengah luka, bukan dari tepi
luka. Hal ini terjadi karena setiap individu memiliki aktivitas sel yang unik dan
sedikit berbeda satu sama lain.
3. Fase Remodeling atau Maturasi
Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses
penyembuhan luka. Terjadi mulai hari ke-21 hingga satu atau dua tahun,
yaitufase penguatan kulit baru. Pada fase ini, terjadi sintesis matriks
ekstraseluler, degradasi sel, proses remodeling kolagen dan elastin pada kulit.
Kondisi yang umum terjadi pada fase ini adalah terasa gatal dan penonjolan
epitel (keloid) pada permukaan kulit.Dengan penanganan yang tepat, keloid
dapat ditekan pertumbuhannya, yaitu dengan memberikan penekanan padaarea
kemungkinan terjadi keloid.Pada fase ini, kolagen bekerja lebih teratur dan lebih
memiliki fungsi sebagai penguat ikatan sel kulit baru, kulit masih rentan
terhadap gesekan atau tekanan sehingga membutuhkan perlindungan. Dengan
memberikan kondisi lembap yang seimbang pada bekas luka dapat melindungi
dari risiko luka baru .Kualitas kulit baru hanya kembali 80%, tidak sempurna
seperti kulit sebelumnya atau sebelum kejadian luka.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Luka adalah terputusnya kontinuitas strukturanatomi jaringan tubuh yang
bervariasi mulai dari yang paling sederhana seperti lapisan epitel dari kulit, sampai
lapisan yang lebih dalam seperti jaringan subkutis, lemak dan otot bahkan tulang
beserta struktur lainnya seperti tendon, pembuluh darah dan syaraf, sebagai akibat
dari trauma atau ruda paksa atau trauma dari luar.(T Velnar, 2009).
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul:
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Berdasarkan waktu penyembuhan dapat dibagi menjadi: Luka akut, yaitu
luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah
disepakati. Sedangkan luka kronik yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam
proses penyembuhan. Sedangkan berdasarkan anatomi kulit luka dibagi menjadi:
Stadium 1, Stadium 2, Stadium 3 dan Unstageable.
Secara fisiologis, tubuh dapat memperbaiki kerusakan jaringan kulit (luka)
sendiri yang dikenal dengan penyembuhan luka. Proses perbaikan sel (penyembuhan
luka) bergantung pada kedalaman luka di kulit. Proses ini terjadi secara sederhana
yang diawali dengan pembersihan (debris) area luka, pertumbuhan jaringan baru
hingga permukaan datar, dan pada akhirnya luka menutup. Penyembuhan luka
terdiri dari tiga fase, yaitu: fase inflamasi, fase poliferasi dan fase remodeling atau
maturasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Baxter C: The normal healing process. In: New Directions in Wound Healing.
Wound care manual; February 1990. Princeton, NJ: E.R. Squlbb & Sons, Inc;
1990.
2. Morris PJ and Malt RA, eds: Oxford Textbook of Surgery. Sec. 1 Wound
healing. New York-Oxford-Tokyo Oxford University Press: 1995.
3. Szabo Z. et al., eds: Surgical Technology-International III. Universal Medical
Press Inc.

Anda mungkin juga menyukai