Beranda
Kesehatan
Keperawatan
Kebidanan
Umum
Sosial
IPA
Olahraga
Budidaya
Agama
Pendidikan
Privacy
Contact
About
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak bisa mempertahankan hidupnya sendirian.
Setiap hari manusia yang satu selalu berinteraksi dengan manusia lainnya. Situasi yang timbul dari
proses interaksi inipun beragam, mulai dari yang ringan, sedang, sampai yang berat. Sehingga
kadang - kadang tanpa kita sadari muncul luka.
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan
hewan. Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka yang
dapat dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan penyudahan yang merupakan
perupaan kembali (remodeling) jaringan. (Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu
Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta.)
B. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Luka
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan
kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995). Luka adalah
hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam atau
tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan (R. Sjamsu Hidayat,
1997).
Luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit dan jaringan di bawahnya yang
terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superficial
atau dalam.(Menurut Koiner dan Taylan). Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul:
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
B. Klasifikasi Luka
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukkan
derajat luka.
a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses
peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak
terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase
tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%.
c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat
kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran
cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10%
– 17%.
d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada
luka.
a. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan
epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan
bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister
atau lubang yang dangkal.
c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau
nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang
mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot.
Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan
sekitarnya.
d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan
adanya destruksi/kerusakan yang luas.
a. Luka akut: yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang
telah disepakati.
b. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena
faktor eksogen dan endogen.
4. Berdasarkan mekanismenya:
a. Luka mekanik
3) Luka lecet, terjadi karena bergesekan dengan benda yang kasar tapi tidak tajam.
4) Luka tusuk, terjadi akibat benda tajam yang berdiameter kecil dan masuk dalam tubuh
termasuk juga karena tembak (peluru).
Luka Bakar, kehilangan atau kerusakan jaringan tubuh terjadi karena disebabkan oleh energi panas
atau bahan kimia atau listrik.
Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringan yang mati/rusak dengan jaringan
baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi. Luka dikatakan sembuh apabila permukaannya
dapat bersatu kembali dan didapatkan kekuatan jaringan yang mencapai normal.
1. Per Primam, yaitu penyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan bertautnya tepi luka
biasanya dengan jahitan.
2. Per Sekundem, yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan per primam. Proses
penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka. Biasanya
dijumpai pada luka-luka dengan kehilangan jaringan, terkontaminasi/terinfeksi. Penyembuhan
dimulai dari lapisan dalam dengan pembentukan jaringan granulasi.
3. Per Tertiam, atau Per Primam tertunda yaitu luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa hari
setelah tindakan debridemen setelah diyakini bersih, tetapi luka dipertautkan (4-7 hari).
Pada dasarnya proses penyembuhan ditandai dengan terjadinya proses pemecahan atau katabolik
dan proses pembentukan atau anabolik. Setiap proses penyembuhan luka akan terjadi melalui 3
tahapan yang dinamis, saling terkait dan berkesinambungan serta tergantung pada tipe/jenis dan
derajat luka. Sehubungan dengan adanya perubahan morfologik, tahapan penyembuhan luka terdiri
dari:
1. Fase inflamasi :
- Hari ke 0-5
2. Fase proliferasi :
- Hari 3 – 14
- Disebut juga dengan fase granulasi adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka
- Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblas, sel inflamasi, pembuluh darah yang baru,
fibronectin and hyularonic acid
- Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada
tepian luka
- Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan
jaringan (tensile strength)
- Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi jaringan yang
mengalami perbaikan.
4. Pembersihan Luka
a. Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan mati dan benda
asing.
b. Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
c. Berikan antiseptik.
d. Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi lokal.
5. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit
primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan
sembuh per sekundam atau per tertiam.
6. Penutupan Luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga proses
penyembuhan berlangsung optimal.
7. Pembalutan Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada
penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi,
mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek
penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom.
8. Pemberian Antibiotik prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka
terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
9. Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan jahitan tergantung
dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan
adanya infeksi (Mansjoer,2000:398 ; Walton, 1990:44).
Penyembuhan luka dapat tegantung oleh penyebab dari dalam tubuh sendiri (endogen) atau oleh
penyebab dari dalam tubuh sendri (eksogen). Penyebab endogen terpenting adalah ganguan
koagulasi yang disebut koagulopati dan ganguan sistem imun. Berikut adalah faktor yang bisa
menghambat penyembuah luka :
1. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih sering terkena
penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.
2. Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan diit kaya
protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Pasien kurang nutrisi
memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin.
Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah
jaringan adipose tidak adekuat.
3. Infeksi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak
subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk
penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama
untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita
gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun
pada orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok.
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen
dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
5. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh
tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar, hal tersebut memerlukan
waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
6. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses
sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit
(sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (pus).
7. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh
akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat.
Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
8. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat
masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
9. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka. Beberapa
luka dapat gagal untuk menyatu.
10. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik mempengaruhi
penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap
infeksi luka.
1. Lama luka
Golden priod (masa emas) merupakan saat kita menggap suatu luka dapat di tangangi dengan
sempurna. Jadi luka masih dapat di jahit secara primer. Golden priod suatu luka ± 6 jam. Masa ini
berlaku untuk luka kotor dan jelas terkontaminasi. Pada daerah dengan vaskularisasi sangat baik,
misalkan kepala dan wajah golden priodnya ± 8 jam. Bila luka masih berada pada golden priod, maka
dapat di peroleh Clean Surgical Wound (luka bedah yang bersih). (Balai kesehatan PMI kota Jaksel.
Luka. 2011)
Luka-luka sederhana cukup dibersihkan dan diberi obat. Sedangkan luka- luka dengan bentuk tak
teratur harus di debridement kemudian dilakukan tindakan selanjutnya. (Balai kesehatan PMI kota
Jaksel. Luka.2011)
F. Komplikasi
a. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah
pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya
berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di
sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
b. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan, infeksi,
atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat
ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48
jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi,
penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi
pembedahan mungkin diperlukan.
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence adalah
terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah
irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma, gagal untuk menyatu,
batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence
luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 – 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka.
Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar,
kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah.
2. Pengaruh Psikologi
a. Depresi
Reaksi frustrasi yang membuat kita murung berlanjut, sedih, hilang gairah hidup, dan tidak berdaya
berhadapan dengan keadaan penyakit dengan luka yang sudah lama dan sukar untuk disembuhkan.
b. Apati
Kekesalan yang ditunjukkan dengan bersikap masa bodoh, acuh tak acuh, putus asa, tidak peduli lagi
akan kehidupan dan kesembuhan lukanya.
c. Agresi
Memberikan perlawanan kepada semua yang ada disekelilingnya setiap orang memberikan
semangat hidup dan menasehatinya.
a. Hematoma (Hemorrhage)
Perawat harus mengetahui lokasi insisi pada pasien, sehingga balutan dapat diinspeksi terhadap
perdarahan dalam interval 24 jam pertama setelah pembedahan.
Merupakan infeksi luka yang sering timbul akibat infeksi nosokomial di rumah sakit. Proses
peradangan biasanya muncul dalam 36 – 48 jam, denyut nadi dan temperatur tubuh pasien biasanya
meningkat, sel darah putih meningkat, luka biasanya menjadi bengkak, hangat dan nyeri.
Dehiscence adalah rusaknya luka bedah. Eviscerasi merupakan keluarnya isi dari dalam luka.
d. Keloid
Merupakan jaringan ikat yang tumbuh secara berlebihan. Keloid ini biasanya muncul tidak terduga
dan tidak pada setiap orang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit dan jaringan di bawahnya yang
terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superficial
atau dalam.(Menurut Koiner dan Taylan). Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara
mendapatkan luka itu dan menunjukkan derajat luka. Tahapan penyembuhan luka terdiri dari fase
inflamasi, fase ploriferasi dan fase maturasi.
B. Saran
Sebisa mungkin hindari hal – hal yang dapat menyebabkan luka. Namun, bila terjadi luka segeralah
untuk di bersihkan agar terhindar dari infeksi untuk mempercepat penyembuhan luka. Apabila luka
tersebut robek karena benda tajam segera di jahit untuk menhidari banyaknya darah yang keluar
dan luka terhindar dari infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Baxter C: The normal healing process. In: New Directions in Wound Healing. Wound care manual;
February 1990. Princeton, NJ: E.R. Squlbb & Sons, Inc; 1990.
Morris PJ and Malt RA, eds: Oxford Textbook of Surgery. Sec. 1 Wound healing. New York-Oxford-
Tokyo Oxford University Press: 1995.
Szabo Z. et al., eds: Surgical Technology-International III. Universal Medical Press Inc.
http://linkshrink.net/78g6CH
Reaksi:
Email This
BlogThis!
Share to Twitter
Share to Facebook
Share to Pinterest
No comments:
Post a Comment
Create a Link
Newer Post Older Post Home
Mengenai Saya
Archive
► 2019 (2)
► 2018 (10)
► 2017 (238)
▼ 2016 (98)
► December (38)
▼ November (11)
MAKALAH OSTEOMIELITIS
MAKALAH QURBAN
► October (7)
► September (42)
► 2015 (3)
► 2014 (14)
► 2013 (43)
► 2012 (32)
Search
Populer
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu
suatu peradangan pada parenkim paru...
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dokumentasi adalah segala sesuatu yang ditulis atau
dicetak yang dapat dipercaya sebag...
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi sekarang ini yang banyak menimbulkan
kematian adalah saluran pernafasa...
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Campak sering menyerang anak anak balita.
Penyakit ini mudah menular kepada ana...