Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

“Luka”

Dosen Pengajar

Dr. Raden Wiyanti S, M.A.R.S.

Disusun oleh:

Kelompok 1

1. Agus Priyambodo 19002


2. Azrul Awal Ramadani 19007
3. Faras Fitria Belgiama 19016
4. Lilezti Amanda 19022
5. Zaima Qonita Widiana Putri 19050

AKADEMI KESEHATAN GIGI PUSKESAD


TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga saya pada akhirnya
bisa menyelesaikan makalah dengan tepat waktu.

Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada Guru Pembimbing yang selalu memberikan
dukungan serta bimbingannya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Semoga makalah yang telah kami susun ini turut memperkaya khazanah ilmu kesehatan
masyarakat serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.

Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Kami juga
menyadari bahwa makalah ini juga masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu kami
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sekalian demi penyusunan makalah dengan
tema serupa yang lebih baik lagi.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................4

1.1 Latar Belakang Masalah .........................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 4
1.3 Manfaat dan Tujuan ............................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 6

2.1 Definisi Luka ......................................................................................................... 6


2.2 Penyebab Luka ....................................................................................................... 6
2.3 Klasifikasi Luka .....................................................................................................6
2.4 Penyembuhan Luka ............................................................................................. 11
2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka ................................................ 14
2.6 Perawatan Luka ......................................................................................................16

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 17

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan etiologi, terdapat berbagai jenis luka, antara lain luka gores, luka memar, luka
tusuk.luka sayat, luka lecet, luka insisi, luka tembus dan luka bakar. Berdasarkan waktu , di bagi
menjadi luka akut dan kronik. Setiap jenis luka memiliki tahap-tahap penyembuhan luka yang
sama yaitu fase inflamasi plorirelatif dan remodeling. Proses penyembuhan luka memerlukan
reaksi seluler, molekuler, dan biokimiawi yang kompleks dan di pengaruhi oleh beberapa faktor
eksterna dan interna (robbin & cotran 2007).

Luka merupakan salah satu kasus tersering dalam Ilmu Kedokteran Forensik, luka bias terjadi
pada korban hidup maupun korban mati. Luka merupakan kerusakan atau hilangnya hubungan
antara jaringan (discontinuous tissue) seperti jaringan kulit, jaringan lunak, jaringan otot, jaringan
pembuluh darah, jaringan saraf dan tulang. Dalam ilmu perlukaan dikenal trauma tumpul dan
trauma tajam.

Setiap orang pasti pernah mengalami luka, namun hanya sedikit dari mereka yang menyadari
bahwa luka memerlukan penganan yang baik dan tepat. Luka yang tidak menyadari bahwa luka
memerlukan penanganan yang baik dan tepat. Luka yang tidak mendapatkan perawatan yang
semestinya dapat berakibat fatal Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan luka?
2. Apa saja penyebab luka?
3. Bagaimana klasifikasi luka?
4. Bagaimana penyembuhan luka?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka?
6. Bagaimana perawatan luka?

4
1.3 Manfaat dan Tujuan
1. Memahami pengertian dari luka
2. Mengetahui penyebab luka
3. Mengetahui klasifikasi luka
4. Mengetahui bagaimana penyembuhan luka
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka
6. Mengetahui perawatan luka

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Luka


Luka adalah suatu kerusakan integritas epithel dari kulit atau terputusnya kesatuan struktur
anatomi normal dari suatu jaringan akibat suatu trauma. Definisi lain menyebutkan luka sebagai
hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh.

2.2 Penyebab Luka


Pada umumnya penyebab luka yang paling sering terjadi adalah akibat trauma mekanis. Luka
juga dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan,
sengatan listrik dan animal bite.

2.3 Klasifikasi Luka


Ada beberapa cara untuk membuat klasifikasi luka. Namun yang umum luka dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Berdasarkan Integritas Kulit
1. Luka Terbuka
Dimana kulit atau jaringan selaput lendir dan jaringan di bawah kulit mengalami
kerusakan. Kerusakan ini dapat terjadi karena suatu kesengajaan seperti pada tindakan
operasi maupun ketidaksengajaan seperti luka akibat kecelakaan (traumatis).
2. Luka Tertutup
Suatu kerusakan jaringan yang tidak merusak kulit pelindung, tidak terbuka dan jaringan
kulit tetap utuh. Luka tertutup adalah sejenis memar yang merusak jaringan di bawahnya
tanpa merobek kulit. Penyebab luka tertutup adalah trauma benda tumpul yang tidak
menyebabkan keluarnya darah misalnya terkilir, benturan benda keras sehingga
menyebabkan memar.
b. Berdasarkan Tingkat Kontaminasi
1. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses
peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinary
tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan

6
dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka
sekitar 1% - 5%.
2. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan
dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol,
kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.
3. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat
kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari
saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan
infeksi luka 10% - 17%.
4. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada
luka.
c. Berdasarkan Sifat Luka
1. Aberasi
Aberasi adalah luka dimana lapisan terluar dari kulit tergores. Luka tersebut akan sangat
nyeri dan mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi, karena benda asing dapat masuk ke
lapisan kulit yang lebih dalam dan dalam jaringan subkutan. Perdarahan biasanya sedikit.
2. Punktur (Luka Tusuk)
Luka tusuk merupakan cedera penetrasi. Penyebabnya berkisar dari paku sampai pisau atau
peluru. Walaupun perdarahan nyata seringkali sedikit, kerusakan jaringan internal dan
perdarahan dapat sangat meluas dan mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi sehubungan
adanya benda asing pada tubuh
3. Avulsi
Avulsi terjadi sebagai akibat jaringan tubuh tersobek. Avulsi seringkali dihubungkan
dengan perdarahan yang hebat. Kulit kepala dapat tersobek dari tengkorak pada cedera
degloving. Cedera dramatis seringkali dapat diperbaiki dengan scar-scar kecil. Apabila semua
bagian tubuh seperti telinga, jari tangan tangan, jari kaki, mengalaqmi sobekan maka pasien
harus dikirim ke rumah sakit dengan segera untuk memungkinkan perbaikan (penyambungan
kembali).
4. Insisi (Luka sayatan)
Insisi adalah terpotong dengan kedalaman yang bervariasi. Hal ini seringkali menimbulkan
perdarahan hebat dan kemungkinan bisa terdapat kerusakan pada struktur dibawahnya

7
sedemikian rupa, seperti saraf, otot atau tendon. Luka-luka ini harus dilindungi utuk
menghambat terjadinya infeksi, bersamaan dengan pengontrolan perdarahan.
5. Laserasi
Laserasi adalah luka bergerigi yang tidak teratur. Seringkali meliputi kerusakan jaringan
yang berat. Luka-luka ini seringkali menyebabkan perdarahan yang serius dan kemudian
pasien akan mengalami syok hipovolemik.
Penolong pertama harus mempertimbangkan kondisi luka yang terjadi sepeti perlukaan itu
dapat merupakan akibat cedera oleh dirinya sendiri.
6. Dekubitus
Ulkus Dekubitus (Luka akibat penekanan, Ulkus kulit, Bedsores) adalah kerusakan kulit
yang terjadi akibat kekurangan aliran darah dan iritasi pada kulit yang menutupi tulang yang
menonjol, dimana kulit tersebut mendapatkan tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips,
pembidaian atau benda keras lainnya dalam jangka panjang.
d. Berdasarkan Mekanisme Terjadinya
1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang
terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh
pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi).
2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang
biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang
masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh
kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada
bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan
melebar.
7. Luka Bakar (Combustio) adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.

8
e. Berdasarkan Proses Penyembuhan
1. Healing by primary intention (Penyembuhan luka primer)
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi,
tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke
ekseternal.
2. Healing by secondary intention (Penyembuhan luka sekunder)
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai dari
pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.
3. Tertiary healing (Penyembuhan luka tersier)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi, diperlukan
penutupan luka secara manual.
f. Berdasarkan Usia Luka (Wound Age) atau Lama Penyembuhan
1. Luka Akut
Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu 2-3 minggu atau
luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati
atau diharapkan. Luka akut biasanya terjadi pada individu yang normal, sehat dan dapat
dilakukan penutupan luka secara primer atau dibiarkan menyembuh secara sekunder. Sebagian
besar luka yang terjadi akibat trauma pada organ atau jaringan dapat dikatagorikan sebagai
luka akut.
Menurut Cohen,dkk luka akut akan mencapai penyembuhan normal melalui proses
penyembuhan yang diharapkan dalam waktu tertentu untuk mencapai pemulihan integritas
anatomi dan fungsi. luka disebut akut bila luka tersebut baru atau mencapai kemajuan
penyembuhan luka sesuai yang diharapkan.
2. Luka Kronik
Luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka
lebih dari 4-6 minggu. luka kronik adalah luka yang tidak sembuh dalam waktu yang
diharapkan. Hal yang penting adalah pada luka kronik proses penyembuhan melambat atau
berhenti dan luka tidak bertambah kecil atau tidak bertambah dangkal. Meskipun dasar luka
tampak merah, lembab dan sehat tetapi bila proses penyembuhan luka tidak mengalami
kemajuan maka dikatagorikan sebagai luka kronik.

9
Pada luka kronik terjadi kegagalan untuk mencapai penyembuhan yang diharapkan dalam
waktu tertentu untuk menghasilkan pemulihan integritas anatomi dan fungsi. Penyembuhan
luka kronik biasanya berkepanjangan dan tidak lengkap.
Luka kronik terjadi karena kegagalan proses penyembuhan luka akibat ada kondisi
patologis yang mendasarinya. Luka kronik tidak akan sembuh bila penyebab yang
mendasarinya tidak dikoreksi. Seringkali luka kronik mengalami rekurensi. Diantara kondisi
patologis tersebut adalah penyakit vaskuler, oedema, diabetes melitus, malnutrisi dan tekanan
(pressure). Torre menyebutkan penyebab luka kronik diantaranya infeksi, hipoksia jaringan,
trauma berulang, adanya jaringan nekrotik/debris dan sebab sistemik seperti diabetes melitus,
malnutrisi, imunodefisiensi dan pemakaian obat-obatan tertentu.
Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan berlangsung sesuai
dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan luka kronis jika mengalami
keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.
g. Berdasarkan Kedalaman Luka (Wound Depth)
1. Superficial, yakni hanya mengenai epidermis saja
2. Partial Thickness, mengenai epidermis dan sebagian dermis, dan
3. Full Thickness, yakni luka menembus kulit melampaui dermis dapat mencapai lemak
subkutan, fascia, otot bahkan tulang.
h. Berdasarkan Warna Luka (Wound Color)
1. Merah (warna jaringan granulasi yang sehat)
2. Kuning ( warna lapisan fibrin melekat pada jaringan)
3. Hitam (warna jaringan nekrotik atau avaskuler diatas luka)
i. Berdasarkan Waktu Terjadinya luka
1. Luka Kontaminasi
Luka Kontaminasi yakni luka yang belum melewati batas waktu kontaminasi atau golden
periode ( kurang dari 6 jam ). Pembagian luka ini berdasarkan waktu kontaminasi (golden
periode) yaitu 6-8 jam.
2. Luka Infeksi
Luka Infeksi yakni luka yang sudah melewati batas waktu kontaminasi atau golden periode
( lebih dari 6 jam ), dimana setelah waktu 6-8 jam setelah terjadi luka maka bakteri yang ada

10
telah mencapai koloni tertentu dan mengadakan invasi ke dalam jaringan sekitar luka atau
pembuluh darah. Pada kondisi ini luka disebut sebagai luka infeksi.
j. Berdasarkan Jenis Luka Operasi
Berdasarkan hubungan antara luka dengan beberapa faktor seperti situasi, mekanisme luka,
adanya kontaminasi atau infeksi pada saat operasi maka luka operasi diklasifikasikan menjadi
empat jenis, yakni : (5,6)
1. Tipe I, Luka Bersih, adalah luka operasi yang dibuat diatas kulit yang utuh tanpa tanda
infeksi atau peradangan. Luka jenis ini tidak membuka traktus respiratorius, traktus urinarius,
traktus gastrointestinal maupun traktus bilier. Luka dibuat terencana dan penutupan luka
dilakukan secara primer dan tanpa pemakaian drain tertutup.
2. Tipe II, Luka Bersih Terkontaminasi, adalah luka operasi yang membuka traktus
respiratorius, traktus urinarius, traktus gastrointestinal dimana tanpa adanya spillage atau
tumpahan kontaminan. Khusus pada operasi traktus bilier, appendiks, vagina dan orofaring
pada saat dilakukan operasi tidak ditemukan tanda infeksi.
3. Tipe III, Luka Terkontaminasi, adalah luka operasi yang dilakukan pada kulit yang
mengalami trauma terbuka yang masih baru, operasi dengan spillage dari traktus
gastrointestinal atau incisi pada lapangan operasi dengan inflamasi akut dan non-purulen.
4. Tipe IV, Luka Terinfeksi, adalah luka operasi yang dilakukan pada kulit yang mengalami
trauma melewati waktu golden periode, serta ditemukan adanya infeksi atau adanya perforasi
pada organ viscera. Disini organisme penyebab infeksi luka post-operatif sudah ada sebelum
operasi.

2.4 Penyembuhan Luka


Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya.
Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan
perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara
normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung
proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan
menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan (Taylor, 1997).

11
a. Prinsip Penyembuhan Luka
Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor (1997) yaitu:
(1) Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya kerusakan dan
keadaan umum kesehatan tiap orang
(2) Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga
(3) Respon tubuh secara sistemik pada trauma
(4) Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka
(5)Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama untuk mempertahankan
diri dari mikroorganisme
(6) Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh termasuk bakteri.
b. Fase Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan luka bersifat dinamis dengan tujuan akhir pemulihan fungsi dan
integritas jaringan. Dengan memahami biologi penyembuhan luka, kita dapat mengoptimalkan
lingkungan jaringan dimana luka berada.
Proses penyembuhan luka merupakan hasil akumulasi dari proses-proses yang meliputi
koagulasi, inflamasi, sintesis matriks dan substansi dasar, angiogenesis, fibroplasias, epitelisasi,
kontraksi dan remodeling. Tetapi secara garis besar proses kompleks ini dibagi menjadi tiga fase
penyembuhan luka : Fase inflamasi, fase proloferasi dan fase maturasi.
1. Fase inflamasi
Fase ini terjadi pada hari ke 0-5, dimana terjadi respon yang segera timbul setelah terjadi injuri,
kemudian terjadi pembekuan darah dimana hal ini terjadi untuk mencegah kehilangan darah.
Karakteristik lainnya adalah terjadinya tumor, rubor, dolor, color, functio laesa. Kondisi ini juga
merupakan awal terjadinya haemostasis sedangkan fagositosis terjadi pada fase akhir dari fase
inflamasi ini. Lama fase ini bisa singkat jika tidak ditemukan adanya infeksi pada luka.

12
2. Fase proliferasi or epitelisasi
Terjadi pada hari 3 – 14, fase ini juga disebut juga dengan fase granulasi o.k adanya
pembentukan jaringan granulasi pada luka dimana luka nampak merah segar, mengkilat. Jaringan
granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh darah yang baru, fibronectin
dan hyularonic acid. Proses epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan
lapisan epidermis pada tepian luka. Pada luka insisi, proses epitelisasi ini terjadi pada 48 jam
pertama.

3. Fase maturasi atau remodelling


Fase ini berlangsung dari beberapa minggu sampai dengan 2 tahun. Pada fase ini akan
terbentuk jaringan kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan
jaringan (tensile strength). Jaringan parut (scar tissue) yang tumbuh sekitar 50-80% sama kuatnya
dengan jaringan sebelumnya. Pada fase ini juga terdapat pengurangan secara bertahap pada
aktivitas selular and vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan.

13
c. Komplikasi Penyembuhan Luka

1. Infeksi

Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah
pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan.
Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan
dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.

2. Perdarahan

Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan,
infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin
tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering
dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan
berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian
cairan dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan.

3. Dehiscence dan Eviscerasi

Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence
adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh
melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma,
gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien
mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 –5 hari setelah operasi sebelum
kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera
ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk
segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.

2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka


a. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih sering
terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor
pembekuan darah.

14
b. Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan diit
kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang
nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika
mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena
supply darah jaringan adipose tidak adekuat.
c. Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.
d. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar
lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang
yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah
infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada
orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus.
Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan
kronik pada perokok. Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan
menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
e. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap
diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal
tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses
penyembuhan luka.
f. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses
sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan
lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan
nanah (“Pus”).
g. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian
tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka

15
terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh
darah itu sendiri.
h. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi
tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori
tubuh.
i. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka.
Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
j. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik
mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat
seseorang rentan terhadap infeksi luka.
a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera
b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab
kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidakakan efektif
akibat koagulasi intravaskular.

2.6 Perawatan Luka


a. Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki dan
mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi; membuang jaringan
nekrosis dan debris.
Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu :
1. Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan mati dan
benda asing.
2. Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
3. Berikan antiseptik.
4. Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi lokal. Bila perlu
lakukan penutupan luka.

16
b. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh
dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas
sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam atau per tertiam.
c. Penutupan Luka
Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga proses
penyembuhan berlangsung optimal.
d. Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada penilaian kondisi
luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan
lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek
penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom.
e. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka terkontaminasi
atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
f. Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan jahitan
tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap
penderita dan adanya infeksi.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Luka merupakan suatu kerusakan integritas epithel dari kulit atau terputusnya kesatuan
struktur anatomi normal dari suatu jaringan akibat suatu trauma. Pada umumnya luka disebabkan
oleh trauma mekanis. Luka juga dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan
suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik dan animal bite.
Klasifikasi dibedakan berdasarkan integritas kulit, tingkat kontaminasi, sifat, mekanisme
terjadinya, proses penyembuhan, lama penyembuhan, kedalaman luka, warna luka, waktu
terjadinya, serta jenis luka operasi.
Fase penyembuhan luka ada tiga yaitu, fase inflamasi, proliferasi, dan maturasi. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka. Perawatan luka terdiri dari
pembersihan, penjahitan, penutupan, pembalutan, pemberian antibiotik, dan pengangkatan jahitan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Kaplan NE, Hentz VR, Emergency Management of Skin and Soft Tissue Wounds, An

Illustrated Guide, Little Brown, Boston, USA, 1992.

Oswari E, Bedah dan perawatannya, Gramedia, Jakarta, 1993.

Thorek P, Atlas Teknik Bedah, EGC , Jakarta, 1994.

Saleh M, Sodera VK, Ilustrasi Ilmu Bedah Minor, Bina rupa Aksara, Jakarta 1991.

Wind GG, Rich NM, Prinsip-prinsip Teknik Bedah, Hipokrates Jakarta, 1992.

Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S, Pedoman Tindakan Medik dan Bedah,

EGC Jakarta 2000.

Bachsinar B, Bedah Minor, Hipokrates, Jakarta, 1995.

Puruhito, Dasar-daasar Teknik Pembedahan, AUP Surabaya, 1987.

Zachary CB, Basic Cutaneous Surgery, A Primer in Technique, Churchill Livingstone,

London GB, 1990.

19

Anda mungkin juga menyukai