Anda di halaman 1dari 12

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2022


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Erisipelas

OLEH :
Annisa Nur Azhari Hidayati B.
111 2021 2051

PEMBIMBING :
Dr. dr. Sri Vitayani, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

atas Rahmat dan Karunia-Nya serta salam dan shalawat kepada Rasulullah

Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Referat dan Laporan Kasus ini dengan judul “ Erisipelas ” sebagai

salah satu syarat dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan

Kulit dan Kelamin.

Selama persiapan dan penyusunan Referat dan Laporan Kasus ini rampung,

penulis mengalami kesulitan dalam mencari referensi. Namun berkat bantuan, saran,

dan kritik dari berbagai pihak akhirnya Referat dan Laporan Kasus ini dapat

terselesaikan serta tak lupa penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian

tulisan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Referat dan Laporan Kasus ini

terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan Referat dan Laporan

Kasus ini. Saya berharap sekiranya Referat dan Laporan Kasus ini dapat bermanfaat

untuk kita semua. Amin.

Makassar, Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
BAB II LAPORAN KASUS........................................................................ 2
2.1 Identitas Pasien........................................................................... 2
2.2 Anamnesis................................................................................... 2
2.3 Pemeriksaan Fisik dan Status Dermatologis............................... 3
2.4 Pemeriksaan Penunjang.............................................................. 5
2.5 Diagnosis Kerja............................................................................ 5
2.6 Penatalaksanaan......................................................................... 6
2.7 Pembahasan Kasus..................................................................... 6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 11
3.1 Definisi......................................................................................... 11
3.2 Epidemiologi................................................................................ 11
3.3 Etiologi......................................................................................... 12
3.4 Patoghenesis............................................................................... 13
3.5 Gejala Klinis................................................................................. 15
3.6 Diagnosis..................................................................................... 16
3.7 Diagnosis Banding....................................................................... 22
3.8 Penatalaksanaan......................................................................... 26
3.9 Prognosis..................................................................................... 29
BAB IV KESIMPULAN.............................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 33
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Erisipelas dulu dikenal dengan “Saint Anthony’s Fire”, berasal dari kata Yunani

“Eruthros” dan kata latin “Pela” yang berarti merah dan kulit. Erisipilas adalah infeksi

kulit bagian Superficial yang biasanya disebabkan oleh Streptococcus sp dan

Staphylococcus Aureus. Infeksi kulit superficial ini dapat menyebabkan limfangitis

dengan akibat limfedema pada kasus yang tidak diobati dengan baik.

Erisipelas adalah infeksi kulit yang umum menyebabkan morbiditas signifikan

pada pasien yang memiliki kondisi yang mendasari. Hal ini ditandai dengan area

eritema yang berbatas tegas, menonjol, dan sering mengenai ekstremitas bawah

(85%), esktremitas atas (15-40%) dan wajah (2,5-9%).

Erisipelas lebih sering terjadi pada bayi dan anak kecil pada orang dewasa

setelah 40 tahun dengan perbandingan rasio jenis kelamin 1:1 yang selalu deisebabkan

oleh Streptococcus hemolitikus . Erisipiles memiliki respon yang cepat terhdapa

antibiotic terutama Penisilin.


BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pekerjaan :

Alamat :

Suku :

2.2 Anamnesis
BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 DEFINISI

3.2 EPIDEMIOLOGI

3.3 ETIOLOGI

Erisipelas adalah infeksi primer pada dermis dengan penglibatan system limfatik

yang signifikan serta mempunyai gejala klinis yang khas. Penyebab utama yang paling

sering adalah β-hemolitik streptokokus grup A. Penyebab Erisipelas, pada dewasa S

aureus, GAS. Pada anak- anak H.influenzae type B, GAS, S.Aureus.

3.4 . PATHOGENESIS

Pada awalnya, erisepelas terjadi akibat inokulasi bakteri pada daerah trauma

pada kulit. Selain itu, faktor lokal seperti insufisiensi vena, ulkus, peradangan pada

kulit,infeksi dermatofita, gigitan serangga dan operasi bisa menjadi port of the entry

penyakit ini. Bakteri streptokokus merupakan penyebab umum terjadinya erisipelas.

Infeksi padawajah biasanya disebabkan oleh bakteri streptokokus grup A, sedangkan

infeksi pada kaki disebabkan oleh bakteri streptokokus non-grup A. Bakteri ini

menghasilkan toksin sehingga menimbulkan reaksi inflamasi pada kulit yang ditandai

dengan bercak berwarnamerah cerah, plak edematous dan bulla. Erisipelas pada wajah

berawal dari bercakmerah unilateral dan kemudian terus-menerus menyebar melewati

hidung sampai ke sisi sebelahnya sehingga menjadi simetris. Nasofaring mungkin

menjadi.port of the entry erisipelas pada wajah bila disertai dengan riwayat streptokokal
faringitis. Pada erisipelas di daerah extremitas inferior, pasien mengeluh adanya

pembesaran kelenjar limfatik femoral dan disertai demam.

3.5. GEJALA KLINIS

Terdapat gejala-gejala konstitusi seperti: demam, malaise, flu, menggigil, nyeri

kepala, muntah dan nyeri sendi.Kelainan kulit yang utama adalah eritema yang

berwarna merah cerah, berbatas tegas dan pinggirnya meninggi dengan tanda radang

akut. Dapat disertai edema, vesikel dan bulla dan terdapat leukositosis.

Lesi pada kulit bervariasi dari permukaan yang bersisik halus sampai ke

inflamasi berat yang disertai vesikel dan bulla. Erupsi lesi berawal dari satu titik dan

dapat menyebar ke area sekitarnya. Pada tahap awal, kulit tampak kemerahan, panas,

terasasakit dan bengkak. Kemudian kemerahan berbatas tegas dengan bagian tepi

meninggi yang dapat dirasakan saat di palpasi dengan jari. Pada beberapa kasus,

vesikel dan bulla berisi cairan seropurulen. Pembengkakan nodus limfe di sekitar infeksi

sering ditemukan.Bagian yang paling sering terkena adalah kaki dan wajah.. Pada kaki,

sering ditemukanedema dan lesi bulla.

Biasanya inflamasi pada wajah bermula dari pipi dekat hidung ataudi depan

cuping telinga dan kemudian menyebar ke kulit kepala. Infeksi biasanya terjadi bilateral

dan ia jarang disebabkan oleh trauma.


3.6 . DIAGNOSIS

a. Anamnesis

 Keluhanan utama : bercak kemerah-merahan pada kulit wajah

dan/atau kaki disertai rasa nyeri.

 Keluhan lain : bercak eritem pada daerah wajah, awalnya unilateral

lama-kelamaan menjadi bilateral atau diawali dengan bercak eritem

di tungkai bawah yang sebelumnya dirasakan nyeri di area lipatan

paha. Disertai gejala-gejala konstritusi seperti demam, malaise, flu,

menggigil, sakit kepala, muntah dan nyeri sendi.

 Riwayat penyakit : Faringitis, ulkus kronis pada kaki, infeksi akibat

penjepitan tali pusat yang tidak steril pada bayi Riwayat

pengobatan : pernah dioperasi

 Faktor resiko : vena statis, obesitas, limfaedema.

b. Pemeriksaan Fisis

 Inspeksi: Merah, panas, edema dan plak mengkilap, dan daerah

kulit yang sangat nyeri ukuran bervariasi, Kelenjar getah bening:


dapat memerbesar dan nyeri, regional.

 Efflurosensi:eritema yang berwarna merah cerah, berbatas tegas

danp inggirnya meninggi. Sering disertai udem, vesikel dan bulla

yang berisi cairan seropurulen..

c. Pemeriksaan penunjang

 Direct Microscopy Smears

Pewarnaan Gram dari eksudat , pus, cairan bulla, atu

apusan sentuh bisa menunjukkan bakteri. GAS: rantaian cocci

gram positif, S aureus:kelompokan cocci gram positif,

Clostridia:Rod gram negatif.

 Hematologi

White blood count (WBC) biasanya ditemukan

polimorfonuklear leukositosis sekitar 20,000/mm3 atau lebih6 dan

laju endap darah (ESR) mungkin meningkat danjuga meningkatnya

C-reaktif protein.

 Dermatopatologi

Potongan lesi yang dibekukan bisa membantu dalam

mengeliminasi diagnosis dermatoses peradangan non-infeksi6.

 Uji Serologi

Uji serologi mungkin dapat membantu untuk memberi bukti

infeksi streptococcal (ASTO dan anti DNAase B).


3.7. DIAGNOSIS BANDING

1. Sellulitis

Selulitis terjadi pada lapisan dermis dan subkutan. Etiologi paling

seringdisebabkan oleh S. pyogens, S.aureus dan GAS. Selain itu, bakteri streptokokus

grupB juga bisa menyerang bayi dan bakteri basil gram negatif bisa menyerang

orangdengan tingkat imun yang rendah. Tinea pedis biasanya menjadi port of the entry

infeksi penyakit ini. Selulitis mempunyai gejala yang sama dengan erisipelas yaitu

eritema dan sakit, tetapi dapat dibedakan dengan batas lesi yang tidak tegas, terjadi

dilapisan yang lebih dalam, permukaan lebih keras dan ada krepitasi saat

dipalpasi.Selulitis dapat berkembang menjadi bulla dan nekrosis sehingga

mengakibatkan penggelupasan dan erosi lapisan epidermal yang luas.

2. Dermatitis Kontak Allergik

Pada wajah, erisapelas bisa dikelirukan dengan Dermatitis kontak alergi

merupakan presentasi dari respon hipersensitivitastype IV terhadap lebih 3700 jenis zat

kimia eksogen. Gejala-gejala klinis akan muncul segera setelah terekspos oleh alergen.

Fase akut ditandai dengan eritema,permukaan menonjol dan plak bersisik. Penderita

dermatitis kontak alergi biasany adalam keadaan normal dan tidak ditemukan tanda-

tanda patologis pada pemeriksaan lab.Dermatitis Kontak Allergik dibedakan dengan


mudah dengan kekurangan gejala seperti demam, kesakitan, dan perih.

3.8 PENATALAKSANAAN

Respon yang baik biasanya terlihat dengan rawatan dini, dan penisilin

seharusnya diberikan, Streptococcus pyogenes biasanya sensitif. Pengobatan

parenteral juga harus diberikan pada awalnya pada pasien dengan infeksi yang berat,

biasanya dengan benzylpennicilin 2 hari atau lebih. Pennisilin oral V bisa bisa diberikan

selama 7-14 hari. Pada kasus yang kurang berat, Pennicillin V adalah memadai. Pada

kasus allergi p0ennisilin Eritromisin diberikan. Erisipelas yang berulang contohnya yang

lebih dari 2 episode pada tempat yang sama memmerlukan profilaktik jangka panjang

pennicilin V (250 mg 1 atau 2 kali sehari). Dengan hygin di port de entry diperhatikan.

Follow up diperlukan kerana resiko komplikasi renal dan kardio,pasien

seharusnya dipantau selama 6 minggu. Jika tingkat ASL masih meninggi atau sedimen

urin adalah abnormal, rawatan harus diteruskan sehingga nilai ASL normal.
3.9 PROGNOSIS

Prognosis pasien erisipelas adalah bagus. Komplikasi dari infeksi

tidakmenyebabkan kematian dan kebanyakan kasus infeksi dapat diatasi dengan terapi

antibiotik. Bagaimanapun, infeksi ini masih sering kambuh pada pasien yang

memilikifaktor predisposisi. Jika tidak diobati akan ia menjalar ke sekitarnya terutama

keproksimal. Kalau sering residif di tempat yang sama, dapat terjadi elephantiasis.

Anda mungkin juga menyukai