preeklamsia berat meningkat secara bermakna pada preeklamsia berat yang menderita krisis
hipertensi sebesar 4,24 kali lebih tinggi dibanding dengan pada preeklamsia berat yang tidak
menderita krisis hipertensi p-value 0,000 (OR 4,24 95% confidence interval 1,95-9,20). Krisis
hipertensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana terjadi kondisi peningkatan
tekanan darah yang tidak terkontrol yang berakibat pada kerusakan organ target yang
progresif. Berbagai sistem organ yang menjadi organ target pada krisis hipertensi ini adalah
sistem saraf yang dapat mengakibatkan hipertensi ensefalopati, infark serebral, perdarahan
subarakhnoid, perdarahan intrakranial; sistem kardiovaskular yang dapat mengakibatkan infark
miokard, disfungsi ventrikel kiri akut, edema paru akut, diseksi aorta; dan sistem organ lainnya
seperti gagal ginjal akut, retinopati, eklamsia, dan anemia hemolitik
mikroangiopatik24,25,26,27 . Namun pada analisis multivariabel, krisis hipertensi terbukti tidak
berpengaruh secara bermakna terhadap kejadian mortalitas maternal pada preeklamsia berat
p-value 0,050 (OR 3,723 95%CI 0,998-13,888).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Soejoenoes pada tahun 1983 di 12
Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia, didapatkan kejadian preeklampsi dan eklampsi sebesar
5,30% dengan kematian perinatal sebanyak 10,83 per seribu (4,9 kali lebih besar dibandingkan
dengan kehamilan normal). (Sudhabrata, 2002) Sedangkan menurut Sarwono (2002) kasus
preeklampsi/eklampsi di Indonesia mencapai 3-10%.
Kegagalan aliran nutrisi sebagai akibat gangguan tumbuh kembang plasenta akan
menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin intrautrin dan menimbulkan hasil :
Dimana keduanya menyebabkan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah. (Manuaba, 2008)
1. Preeklamsia-eklamsia paling banyak terjadi pada wanita dengan kelompok usia 27-30 tahun, nullipara
dan usia gestasi >37 minggu.
2. Persalinan yang paling banyak dilakukan pada pasien preeklamsiaeklamsia adalah persalinan
pervaginam.
3. Luaran neonatus ditemukan asfiksia berat, asfiksia sedang, tidak mengalami asfiksia, dan meninggal
dunia.
4. Komplikasi pada maternal antara lain adalah hipertensi retinopati, solusio plasenta, nyeri ulu hati,
edema paru, hepatitis akut, gagal ginjal akut, HELLP syndrome, eklamsia post partum, hemiparese
sinistra dan lesi NVII tipe perifer, dispnea, dan dekompensasi kordis, plasenta hematom.
5. Penyebab kematian pada maternal adalah karena HELLP syndrome dan akibat gagal ginjal. Penyebab
neonatus yang meninggal dunia intrauterine fetal death, asfiksia berat dan BBLR.
Pada pre-eklampsia : pada satu dari tiga kasus, terdapat kelainan pada mata, dimana pasien
dapat mengeluhkan pandangan buram, silau, skotoma, dan penglihatan ganda. Kelainan ini
dapat bermanifestasi menjadi retinopati hipertensi, neuropati optik, ablasio retina, perubahan
kortikooksipital, dan kebutaan kortikal.
Preeklampsia dan Eklampsia Pada wanita hamil normotensif, trias tekanan darah sistemik lebih dari
140/90 mmHg, edema dan proteinuria setelah minggu ke 20 kehamilan didefinisikan sebagai
preeklampsia. Dengan penambahan kontraksi tanpa sebab lain, kondisinya disebut eklampsia. Insidensi
preeklampsia sekitar 5%, dan sekuel okular telah dilaporkan pada satu dari tiga pasien ini. 14 Meskipun
pasien sering mengeluhkan penglihatan kabur, mereka juga mungkin mengalami fotopsia, skotoma dan
diplopia. Perubahan retinopati terkait preeklampsia mirip dengan retinopati hipertensi. Temuan yang
paling umum adalah penyempitan arteriol retina, yang biasanya fokal tetapi juga bisa digeneralisasi.
Perubahan lain termasuk perdarahan retina, edema, eksudat, infark lapisan serat saraf dan perdarahan
intravitreal sekunder akibat neovaskularisasi. Ada korelasi positif antara tingkat keparahan preeklampsia
dan tingkat retinopati. Sebagian besar temuan ini kembali normal setelah resolusi preeklampsia. Kasus
retinopati terkait preeklampsia dengan diabetes, hipertensi kronis, dan penyakit ginjal mungkin lebih
parah. 5,14, 16, 19, 50
RETINOPATI HIPERTENSI
Retinopati hipertensi pada kehamilan sering terjadi bersama dengan kejadian preklampsia atau
eklampsia (60%). 23 Gangguan visual yang terjadi antala lain skotoma, diplopia, mata kabur dan
fotopsia. Tingkat keparahan retinopati hipertensi berhubungan dengan keparahan preeklampsia.
Perubahan retina terjadi dengan diastole lebih dari 100 mmHg dan sistole di atas 150mmHg. Pada retina
nampak gambaran penyempitan arteri, edem retina, perdarahan, eksudat dan cotton wool spot.
Penyempitan arteri bersifat reversibel pada sebagian besar pasien kehamilan dengan preklampsia. 48,
51
Kejadian ablasi retina eksudativa pada penderita preeklampsia sebanyak 1 % dan pada eklampsia
sebanyak 10%. Hal ini kemungkina terjadi karena iskemi koroid. Prognosis penyakit ini baik dan akan
kembali spontan dalam beberapa minggu postpartum.
1. Ilyas, S. llmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2018.
2. Wiknjosastro, H. Pre-eklampsia dan eklampsia. Ilmu Kandungan edisi ketiga. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2007. 281-301.
3. Ambreen, A. Alladin. Harrison, Melinda. 2012. Preeclampsia : Systemic Endothelial Damage
Leading to Increased Activation of The Blood Coagulation Cascade. Journal of Biotech Research.
ISSN : 1944-3285.2012;4:26-43.
4. American Academy of Ophthalmology. Section 12: Retina and Vitreous. In: Basic and
Clinical Science Course. 2016.