Anda di halaman 1dari 45

SKENARIO 2 : ASTAGA..

ADA MAYAT BAYI DI KARDUS AQUA

LI 1. Memahami dan Menjelaskan Kejahatan Pemerkosaan

DEFINISI
Definisi secara umum dari perkosaan adalah perbuatan bersenggama yang dilakukan dengan
menggunakan kekerasan, menciptakan ketakutan, atau dengan cara memperdaya.
Pengertian perkosaan di Indonesia sesuai dengan Pasal 285 KUHP yang bunyinya :
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan istrinya
bersetubuh dengan dia diluar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara
paling lama 12 tahun.
Jadi tindak pidana perkosaan di Indonesia harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :

1. Unsur Pelaku, yaitu:


a. Harus orang laki-laki
b. Mampu melakukan persetubuhan
2. Unsur Korban, yaitu
a. Harus orang perempuan
b. Bukan isteri dari pelaku
3. Unsur perbuatan, terdiri atas
a. Persetubuhan dengan paksa
b. Pemaksaaan tersebut harus dilakukan dengan menggunakan kekerasan fisik atau ancaman
kekerasan.5

Three elements are necessary to constitute the crime:


Sexual intercourse (carnal knowledge)
Failure to seek or to obtain the consent of the victim.
Force

KLASIFIKASI
Perkosaan dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Sadistic Rape
Perkosaan sadistis, artinya pada tipe ini seksualitas dan agresif berpadu dalam bentuk yang
merusak. Pelaku perkosaan telah nampak menikmati kesenangan erotik bukan melalui hubungan
seksnya, melainkan melalui serangan yang mengerikan atas alat kelamin dan tubuh korban.
b. Anger Rape
Yakni penganiayaan seksual yang bercirikan seksualitas yang menjadi sarana untuk menyatakan dan
melampiaskan rasa geram dan marah yang tertahan. Tubuh korban disini seakan akan merupakan
obyek terhadap siapa pelaku yang memproyeksikan pemecahan atas frustasi-frustasi, kelemahan,
kesulitan dan kekecewaan hidupnya.
c. Domination Rape
Yaitu suatu perkosaan yang terjadi ketika pelaku mencoba untuk gigih atas kekuasaan dan
superioritas terhadap korban. Tujuannya adalah penaklukan seksual, pelaku menyakiti korban,
namun tetap memiliki keinginan berhubungan seksual.
d. Seductive Rape
Suatu perkosaan yang terjadi pada situasi-situasi yang merangsang yang tercipta oleh kedua belah
pihak. Pada mulanya korban memutuskan bahwa keintiman personal harus dibatasi tidak sampai
sejauh persenggamaan. Pelaku pada umumnya mempunyai keyakinan membutuhkan paksaan, oleh
karena tanpa itu tidak mempunyai perasaan bersalah yang menyangkut seks.
e. Victim Precipitated Rape
Yaitu perkosaan yang terjadi (berlangsung) dengan menempatkan korban sebagai pencetusnya.
f. Exploitation Rape
Perkosaan yang menunjukkan bahwa pada setiap kesempatan melakukan hubungan seksual yang
diperoleh oleh laki-laki dengan mengambil keuntungan yang berlawanan dengan posisi perempuan
yang bergantung padanya secara ekonomis dan sosial. Misalnya istri yang diperkosa oleh suaminya
atau pembantu rumah tangga yang diperkosa oleh majikannya, sedangkan pembantunya tidak
mempersoalkan atau mengadukan kasusnya ini kepada pihak yang berwajib 11

ALUR PEMERIKSAAN KORBAN


Alur Pemeriksaan Korban Perkosaan dan Korban Kejahatan Seksual Lain
Korban
Korban

DOKTER
DOKTER
PENYIDIK
PENYIDIK
POLRI
POLRI
DOKTER SURAT
SURAT
KETERANGAN
KETERANGAN
+ DOKTER
DOKTER
PENYIDIK POLRI
DOKTER
DOKTER DOKTER
DOKTER
FORENSIK
FORENSIK
VISUMET
VISUM ET PENYIDIK
VISUMET
ET REPERTUM PENYIDIK
VISUM REPERTUM POLRI
REPERTUM POLRI
REPERTUM
VISUMET
VISUM ET
REPERTUM
REPERTUM
Keterangan :
: alur normal KUHAP
: alur yang IDEAL pusat penanganan kekerasan terpadu
: alur yang sering dijumpai di lapangan

1. Pada alur normal KUHAP, korban melaporkan pada penyidik POLRI, kemudian dari penyidik
POLRI membuatkan surat permintaan visum et repertum untuk di serahkan pada dokter. Lalu
korban datang ke dokter untuk melakukan visum et repertum.
2. Sedangkan pada alur ideal Pusat Penanganan Kekerasan Terpadu, dari korban dapat langsung
melaporkan pada penyidik POLRI ataupun ke dokter untuk melakukan visum et repertum.
3. Alur yang sering dijumpai dilapangan adalah korban datang kepada dokter lalu dokter
membuatkan surat keterangan dokter untuk diserahkan pada penyidik POLRI lalu penyidik POLRI
menyerahkan surat tersebut kepada dokter forensik untuk kemudian melakukan visum. Korban
juga dapat langsung menyerahkan surat keterangan dokter kepada dokter forensik, yang
kemudian dokter forensik yang melakukan visum et repertum.

Alur Yang Dapat Ditempuh Oleh Relawan

KORBAN
KORBAN DOKTERSPESIALIS
DOKTER SPESIALIS
++ FORENSIK&&
FORENSIK
RELAWAN
RELAWAN MEDIKOLEGAL
MEDIKOLEGAL
(pendamping)
(pendamping)

DOKTER
DOKTER
OBSTETRIGINEKOLOGI
GINEKOLOGI PENYIDIKPOLRI
PENYIDIK POLRI
OBSTETRI
PSIKIATER
PSIKIATER
BID.SPESIALIS
BID. SPESIALISLAIN
LAIN
UMUM
UMUM

DOKTERSPESIALIS
DOKTER SPESIALIS
FORENSIK&&
FORENSIK
MEDIKOLEGAL
MEDIKOLEGAL

Gambar 3 6 : ini menjelaskan pada pihak lain (relawan) dapat memanfaatkan, meminta
bantuan kepada dokter forensik, yaitu selain sebagai pemeriksa, juga sebagai mediator.

Pada alur yang dapat ditempuh oleh relawan, korban yang biasanya didampingi oleh relawan
datang ke dokter obstetri-ginekologi, psikiater, spesialis bidang lain ataupun dokter umum, setelah
melakukan berbagai macam pemeriksaan, kemudian dibawa ke dokter spesialis forensik dan
medikolegal, setelah diperiksa kemudian diserahkan pada penyidik POLRI atau setelah mendapat
pemeriksaan dari dokter spesialis obstetri-ginekologi, psikiater, dokter umum atau bidang spesialis lain,
korban dapat langsung dibawa ke penyidik POLRI untuk melaporkan kasusnya dan hasil pemeriksaannya.
Dapat juga dari korban dan relawan langsung datang ke dokter spesialis forensik dan medikolegal
kemudian setelah diperiksa, korban dibawa ke penyidik POLRI. Pada alur ini menjelaskan bahwa relawan
dapat memanfaatkan, meminta bantuan kepada dokter forensik, yaitu selain sebagai pemeriksa, juga
dapat sebagai mediator.

Alur Pemeriksaan Forensik Klinik

KORBAN
KORBAN
++
SURATPERMINTAAN
SURAT PERMINTAANVISUM
VISUMET
ETREPERTUM
REPERTUM

dr.UMUM,
dr. UMUM,dr.
dr.OBSTETRI
OBSTETRIGINEKOLOGI,
GINEKOLOGI,dr.
dr.BEDAH
BEDAH
DANdr.
DAN dr.BIDANG
BIDANGSPESIALISASI
SPESIALISASILAINNYA
LAINNYA

dokterForensik
dokter Forensik

VISUMET
VISUM ETREPERTUM
REPERTUM
Pada alur ini korban yang sudah membawa surat permintaan visum et repertum datang ke
dokter umum, atau dokter obstetri-ginekologi, dokter bedah, atau dokter bidang lainnya untuk
melakukan pemeriksaan, kemudian diserahkan kepada dokter forensik untuk dilakukan visum et
repertum.

PEMERIKSAAN MEDIS KASUS PEMERKOSAAN

Prinsip Pemeriksaan Korban Perkosaan


Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan korban perkosaan :

Lakukan pemeriksaan sedini mungkin setelah kejadian, jangan dibiarkan menunggu terlalu lama.
Hal ini penting untuk mencegah rusak atau berubah atau hilangnya barang bukti yang terdapat di
tubuh korban, serta untuk menenangkan korban dan mencegah terjadinya trauma psikis yang
lebih berat.12
Pada saat pemeriksaan, dokter harus didampingi perawat yang sama jenis kelaminnya dengan
korban (biasanya wanita) atau bidan. Tujuannya adalah untuk mengurangi rasa malu korban dan
sebagai saksi terhadap prosedur pemeriksaan dan pengambilan sampel. Selain itu, hal ini juga
perlu demi menjaga keamanan dokter pemeriksa terhadap tuduhan palsu bahwa dokter
melakukan perbuatan tidak senonoh terhadap korban saat pemeriksaan.
Pemeriksaan harus dilakukan secara sistematis dan menyeluruh terhadap seluruh bagian tubuh
korban, tidak hanya terhadap daerah kelamin saja.
Catat dan dokumentasikan semua temuan, termasuk temuan negatif

Prosedur Pemeriksaan
Izin pemeriksaan adalah hal pertama yang harus didapatkan dari wanita atau jika anak kecil, dari orang
tuanya atau yang menemaninya. Pemeriksaan seharusnya dilakukan pada ruangan tertutup Almarhum
W. H. Grace merekomendasikan agar korban diberikan tempat duduk yang paling nyaman, jika dia tidak
merasa gelisah, maka keaslian dari segala keluhannya patut dicurigai.

Waktu dan tanggal ketika dilakukan pemeriksaan haruslah dicatat, karena interval antara pemeriksaan
dan peristiwa kejadian akan dijadikan bahan. Interval seterusnya akan memerlukan penjelasan, dan yang
paling penting adalah dokter, akan mengeluarkan surat izin pemeriksaan yang menjelaskan jika ada
tanda-tanda pemerkosaan. Hasil negatif pada orang dewasa didapatkan jika pemeriksaan dilakukan
setelah lewat beberapa hari, wanita yang telah menikah atau jika dia sudah terbiasa melakukan
hubungan seksual.

Dokter akan mengambil kesempatan untuk memperhatikan gaya berjalan korban ketika memasuki
ruangan pemeriksaan atau dengan tes spesifik. Dokter akan memperhatikan gerak-gerik secara umum
dan kebiasaan tubuh. Apakah ketika berjalan akan terasa sakit yang disebabkan oleh luka pada alat
kelamin? Apakah korban merasa gembira, menderita, atau jika merasa terganggu, sebagai konsekwensi
dari keadaan setelah baru saja diperkosa? Apakah dia adalah wanita lemah atau sehat fisiknya, dan
perlawanan macam apa yang bisa dia lakukan?

Pengumpulan spesimen merupakan hal yang penting. Akan lebih baik bila disiapkan perlengkapan untuk
mengumpulkan dan menyimpan barang bukti.

Rape Kit
Formulir rangkaian pemeriksaan barang bukti
Formulir pemeriksaan dokter
Amplop2 penyimpan barang bukti
Sisir untuk rambut pubis
Gunting untuk rambut pubis
Tabung pengambilan darah
Kertas saring untuk pengambilan saliva
Lidi kapas dan tabung untuk pengambilan spesimen swab vagina, anus, dan oral
Tabung kultur
Slide mikroskop
Label
Pengumpulan barang bukti. Ingat semuanya harus menggunakan label

1. Kronologis Pemeriksaan Kasus Kejahatan Seksual


1. Informed consent

2. Anamnesa Pasien :
a. Umum :
Umur, tempat/tanggal lahir, status perkawinan, siklus haid
Penyakit kelamin/penyakit kandungan/penyakit lain
Apa pernah bersetubuh
Kapan persetubuhan terakhir
Apakah memakai kondom
b. Khusus:

Waktu kejadian, tanggal, jam, tempat kejadian


Apakah korban melawan
Apakah korban pingsan
Apa ada penetrasi dan ejakulasi
Apa setelah kejadian korban mencuci, mandi, atau ganti pakaian

3. Memeriksa pakaian

Robekan
Kancing putus
Bercak darah
Air mani
Lumpur
Rapi atau tidak

4. Memeriksa tubuh korban

Umum
-Penampilan
-Keadaan emosional
-Tanda bekas hilang kesadaran
-Tanda needle mark
-Tanda kekerasan
-Tanda perkembangan alat kelamin sekunder, pupil, reflex cahaya, TB, BB, TD,
keadaan jantung, paru, abdomen
-Adakah trace evidence pada tubuh korban
Khusus
*Rambut kemaluan yang saling melekat karena air mani mengering gunting
*Bercak air mani kerok/swab
*Vulva tanda kekerasan
*Introitus vagina
*Selaput daratentukan orifisiumperawan= 2,5cm ; persetubuhan= 9cm
*Frenulum labiorum pudenda
*Vagina dan cervix

Alat Kelamin dan Payudara


Payudara
Satu atau kedua payudara akan mengalami memar apabila diperlakukan secara kasar. Mungkin digigit
dan cetakan gigi dari si pelaku terlihat jelas, seperti pada kasus Gorringe putingnya mungkin terlihat
seperti bekas digigit.

Pemeriksaan dengan sinar uv Fosfatase asam

Rambut kemaluan
Sampel diperlukan dan harus diambil pada saat pemeriksaan lanjut karena rambut harus didapat tanpa
pemotongan langsung pada daerah yang dicurigai. Perlengketan dari rambut dapat disebabkan oleh
cairan semen yang mengering. Sampel rambut diperlukan untuk pembuktian akan hal ini dan juga untuk
perbandingan dengan rambut yang ditemukan pada baju tersangka.

Genitalia
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan secara menyeluruh yang biasa dilakukan, tetapi padda
bagian vulva dan hymen diperlukan pemeriksaan yang lebih lanjut dan teliti.

Vulva
Cedera/trauma pada vulva dapat dilihat dengan adanya sakit pada perabaan, pembengkakan,
kemerahan (perubahan warna dengan sekitar), memar, dan lecet.

Selaput dara
Pemeriksaan selaput darah terutama pada anak, yang sulit dilakukan atau sulit dinilai / dijangkau
difasilitasi dengan penggunaan pemeriksaan tertentu ( Glaister & Rentoul -1966).

Robekan (luka) selaput dara yang masih baru dapat dilihat dengan adanya perdarahan pembengkakan
dan proses inflamasi, tetapi jika sudah terjadi proses penyembuhan luka, perlu diperhatikan dengan
seksama antara robekan selaput dara dengan bentuk bentuk yang tidak biasa dari selaput darah yang
masih utuh.

Liang senggama (Vagina )

Pelebaran dari liang senggama (vagina ) dapat menunjukkan akan adanya persetubuhan, tapi hal
tersebut juga dapat disebabkan oleh masuknya benda asing (seperti tampon). Memar, lecet atau
terkikisnya kulit dapat terjadi karena adanya paksaan dalam persetubuhan dan tidak menyatakan bahwa
hal tersebut sebagai tindakan perkosaan.

Terdapat kasus-kasus menarik tentang robeknya liang senggama yang tidak disebabkan olen perkosaan.
Seperti yang diilustrasikan pada kasus robeknya liang senggama (vagina) dikarenakan koitus yang biasa,
yang dilaporkan oleh Victor Boney (1912). Seorang wanita dilarikan ke rumah sakit setelah dilaporkan
menderita perdarahan dan peritonitis. Robekan pada fornix posterior sampai peritoneum. Dia sempat
disangka melakukan aborsi kriminalis dengan menggunakan alat bantu (dia adalah seorang wanita yang
telah memiliki banyak anak sebelumnya). Pada kenyataannya perdarahan tersebut terjadi dikarenakan
melakukan koitus dengan posisi berdiri pada saat mabuk. Adapula kasus perforasi vagina yang
disebabkan karena kelemahnya tekstur.

Cairan vagina

Cairan vagina dikumpulkan ( swab & fresh smear) terutama untuk menunjang pemeriksaan. Dapat untuk
mendeteksi penyakit sexual yang ditularkan, menemukan sperma, dan cairan semen untuk mengarahkan
akan telah terjadinya persetubuhan

5. Pemeriksaan Laboratorium

Tes Penyaring cairan mani Tes fosfatase asam, visual/taktil, UV


Tes Penentu cairan mani Berberio, Florence, Puranen
Tes Penentu spermatozoa Sediaan langsung, Malascheet Green, Baechii
Tes toksikologi (urin,darah)
Tes kehamilan
Tes kuman Gonorrhea

2. Pemeriksaan laboratoriun pada kasus kejahatan seksual


Pemeriksaan cairan mani
Semen merupakan cairan agak kental, berwarna putih kekuningan, keruh dan berbau khas.
Dapat mengandung/ tidak mengandung spermatozoa (pada azospermia). Mengandung spermatozoa,
sel-sel epitel, dan sel-sel lain yang tersuspensi dalam cairan yang disebut plasma seminal yang
mengandung spermin dan beberapa enzim seperti fosfatase asam. Karena kekhasan kandungan zat ini,
zat ini dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu cairan atau bercak adalah sperma ataU bukan.

Bahan yang diambil dari tubuh korban:


Cairan mani dalam vagina untuk membuktikan adanya persetubuhan. Swab dilakukan dengan bantuan
spekulum. Dengan cotton but dilakukan swab pada forniks posterior vagina dan permukaan mulut rahim.

Penentuan ada/ tidaknya spermatozoa


Tanpa pewarnaan

Untuk melihat apakah ada spermatozoa yang masih bergerak


Umumnya, dalam 2-3 jam setelah persetubuhan masih dapat ditemukan spermatozoa yang
bergerak dalam vagina. Haid akan memperpanjang sampai 3-4 jam.
Cara pemeriksaan: satu tetes lendir vagina diletakan pada kaca obyek, dilihat dengan
pembesaran 500 x serta kondensor diturunkan. Perhatikan gerakan sperma.
Spermatozoa dapat ditemukan 3-6 hari pasca persetubuhan

Dengan pewarnaan

Dibuat sediaan apus dan difiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut pada nyala
api. Pulas dengan HE, methy lene blue atau malachite green
Malachite green adalalh cara yang mudah dan baik digunakan.
Warnai dengan larutan malachite green 1% selama 10-15 menit, lalu cuci dengan air
mengalir dan setelah itu lakukakn counterstain dengan Eosin Yellowish 1% selama 1
menit, terakir cuci lagi dengan air
Terlihat gambaran sperma: kepala (merah), leher( merah muda), ekor (hijau)

Penentuan cairan mani (kimiawi)


Reaksi fosfatase asam

Mendeteksi adanya enzim Fosfatase asam dalam bercak/ cairan


Merupakan reaksi penyaring ada/ tidaknya mani, sehingga kharus dikonfirmasi ulang lagi
dengan menggunakan tes penentu
Cara pemeriksaan : Bahan yang dicurigai ditempelkan pada kertas saring ang telah
terlebih dahulu dibasahi dengan akuades selama beberapa menit. Kemudian kertas
saring diangkat dan disemprotkan dengan reagens.
(+) timbul warna ungu dalam waktu 30 detik
+ palsu dapat ditemukan pada feses, air teh, kontraseptik, sari buah dan tumbuh-
tumbuhan.
Reaksi Berberio
Dasar reaksi: menentukan adanya spermin dalam
semen
Merupakan reaksi penentu ada/ tidaknya mani
Reagen yang digunakan larutan asam pikrat jenuh
(+) kristal spermin pikrat yang kekuning-kuningan
berbentuk jarum dengan ujung tumpul, kadang-kadang
terdapat garis refraksi yang terletak longitudinal

Reakssi florence

Dasar reaksi adalah untuk menentukan ada/ tidaknya kholin.


Cara pemeriksaan: Ekstrak diletakan pada kaca obyek, biarkan mengering, tutup dengan kaca
penutup. Reagen dialirkan dengan pipet dibawah kaca penutup.
(+) kristal kholin-periodida berwarna cokelat, berbentuk jarum dengan ujung sering terbelah.
+ palsu ekstrak jaringan berbagai organ (putih telur, ekstrak seranggga) akan memberikan
warna serupa.

Pemeriksa bercak mani pada pakaian


Visual
Bercak manu berbatas tegas, dan lebih gelap dari sekitarnya, bercak yang sudah agak tua berwarna agak
kekuning-kuningan. Pada bahan tekstil yang tidak menyerap, bercak yang segar akan menunjukkan
permukaan mengkilap dan translusen, kemudian akan mengering.

Dengan bantuan sinar Ultraviolet bercak semen akan menunjukkan warna putih
Dengan bantuan lampu wood: dapat ditemukan bercak putih pada kulit/ tubuh
Taktil
Bercak mani terasa memberi kesan kaku seperti kanji

Pewarnaan baecchi

Untuk mengetahui adanya spermatozoa pada bercak kain


Dengan jarum diambil 1-2 helai benang, leyakkan pada gelas obyek dan diuraikan sampai
serabut-serabut saling terpisah. Tutup dengan gelas tutup dan balsem kanada, periksa dengan
mikroskop pembesaran 400 kali. Serabut pakaian tidak mengambil warna, spermatozoa dengan
kepala berwarna merah dan ekor merah muda terlihat banyak menempel pada selaput benang.

Pemeriksaan pria tersangka


Cara lugol

Gambar 3.
Kaca obyek ditempelkan dan ditekankan pada glanspelaku
Pemeriksaan laboratorium pria tersangka penis, kejahatan
terutama pada bagian kolom, korona
seksual
serta frenulum
Kemudian letakkan dengan spesimen menghadap ke bawah dengan spesimen menghadap ke
bawah dia atas tempat yang berisi larutan lugol dengan tujuan agar uap iodium akan mewarnai
sediaan tersebut. Hasik + menunjukan sel-sel epitel vagina dengan sitoplasma berwarna cokelat
karena mengandung banyak glikogen.

Untuk memastikan bahwa sel epitel berasal dari seorang wanita, perlu ditentukan adanya kromatin seks
(barr body)

3. Pemeriksaan Penunjang

Pada kasus kekerasan seksual, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi untuk mencari
bukti-bukti yang terdapat pada tubuh korban. Sampel untuk pemeriksaan penunjang dapat diperoleh
dari, antara lain:12

o Pakaian yang dipakai korban saat kejadian, diperiksa lapis demi lapis untuk mencari adanya trace
evidence yang mungkin berasal dari pelaku, seperti darah dan bercak mani, atau dari tempat
kejadian, misalnya bercak tanah atau daun-daun kering
o Rambut pubis, yaitu dengan menggunting rambut pubis yang menggumpal atau mengambil
rambut pubis yang terlepas pada penyisiran
o Kerokan kuku, apabila korban melakukan perlawanan dengan mencakar pelaku maka mungkin
terdapat sel epitel atau darah pelaku di bawah kuku korban
o Swab, dapat diambil dari bercak yang diduga bercak mani atau air liur dari kulit sekitar vulva,
vulva, vestibulum, vagina, forniks posterior, kulit bekas gigitan atau ciuman, rongga mulut (pada
seks oral), atau lipatan-lipatan anus (pada sodomi),atau untuk pemeriksaan penyakit menular
seksual
o Darah, sebagai sampel pembanding untuk identifikasi dan untuk mencari tanda-tanda intoksikasi
NAPZA
o Urin, untuk mencari tanda kehamilan dan intoksikasi NAPZA

4. Pemeriksaan DNA

Pada kasus perkosaan ditemukannya pita-pita DNA dari benda bukti atau karban yang ternyata
identik dengan pita-pita DNA tersangka menunjukkan bahwa tersangkalah yang menjadi donor sperma.
Adanya kemungkinan percampuran antara sperma pelaku dan cairan vagina tidak menjadi masalah,
karena pada proses kedua jenis DNA ini dapat dipisahkan satu sama lain. Satu-satunya kesalahan yang
mungkin terjadi adalah kalau pelakunya memiliki saudara kembar identik.
Perkembangan lebih lanjut pada bidang forensik adalah ditemukannya pelacak DNA yang hanya
melacak satu lokus saja (single locus probe). Berbeda dengan tehnik Jeffreys yang menghasilkan banyak
pita, disini pita yang muncul hanya 2. Penggunaan metode ini pada kasus perkosaan sangat
menguntungkan karena ia dapat digunakan untuk membuat perkiraan jumlah pelaku pada kasus
perkosaan dengan pelaku lebih dari satu.
Ditemukannya metode penggandaan DNA secara enzimatik (Polymerase Chain Reaction atau PCR)
membuka lebih banyak kemungkinan pemeriksaan DNA. Dengan metode ini bahan sampel yang amat
minim jumlahnya tidak lagi menjadi masalah karena DNAnya dapat diperbanyak jutaan sampai milyaran
kali lipat di dalam mesin yang dinamakan mesin PCR atau thermocycler. Dengan metode ini waktu
pemeriksaan juga banyak dipersingkat, lebih sensitif serta lebih spesifik pula. Pada metode ini analisis
DNA dapat dilakukan dengan sistim dotblot yang berbentuk bulatan berwarna biru, sistim elektroforesis
yang berbentuk pita DNA atau dengan pelacakan urutan basa dengan metode sekuensing

DAMPAK DAN TATALAKSANA KORBAN

Dampak yang muncul pada korban perkosaan adalah dampak fisik dan dampak psikis (kejiwaan).
Yang dimaksud dengan dampak fisik disini adalah (1) adanya kerusakan organ tubuh, seperti robeknya
selaput dara, adanya luka ataupun memar; (2) terkena penyakit menular seksual (PMS); (3) kehamilan
yang tidak dikehendaki; (4) kematian. Sedangkan dampak psikis adanya gangguan emosi yang dapat
menyebabkan gangguan tidur, kehilangan nafsu makan, depresi, stres, ketakutan bahkan dapat
menyebabkan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)15.

Dampak Fisik

Dalam mentatalaksana dampak fisik yang muncul, bila didapatkan adanya luka dilakukan
perawatan luka, dengan mengobati luka yang terjadi pada korban sesuai dengan protocol yang ada. Bila
didapatkan adanya luka terbuka dapat dilakukan pencucian luka, pemberian antibiotic kemudian
penutupan luka, bila diperlukan dilakukan hecting. Adanya memar dilakukan pengompresan tetapi
tindakan pengobatan ini dilakukan setelah semua luka di deskripsikan dan dicatat untuk keperluan
pembuatan visum.
Untuk penyakit menular seksual yang sering adalah Gonore (GO) dan sifilis. Penyakit gonore
disebabkan oleh Neisseria gonorrhea, masa inkubasi pada wanita berkisar antara 7-21 hari 14. Gejala yang
muncul, awalnya keputihan, rasa gatal, atau hanya rasa sakit ringan pada uretra. Pemeriksaan serviks
akan nampak berwarna merah, membengkak, perlukaan dan tertutup oleh lender bernanah. Lendir yang
dikeluarkan sangat infeksius (bersifat menginfeksi).
Sifilis disebut juga dengan raja singa, yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Gejala pada
fase awal, penyakit ini menimbulkan luka yang tidak terasa sakit atau "chancres" yang biasanya muncul
di daerah kelamin tetapi dapat juga muncul di bagian tubuh yang lain. Jika tidak diobati penyakit akan
berkembang ke fase berikutnya yang dapat meliputi adanya gejala ruam kulit, demam, luka pada
tenggorokan, rambut rontok dan pembengkakan kelenjar di seluruh tubuh 14. Pencegahan yang dilakukan
terhadap gonore dan sifilis, diberikan Penisilin 4,8 juta unit atau amoksisilin 3 gram dan probenesid 1
gram atau seftriakson 250 miligram intramuskuler. Bila alergi penisilin, berikan spektinomisin 2 gram
intramuskular diikiti doksisiklin 100 miligram 2 kali sehari peroral selam 7 hari. Wanita hamil diberikan
eritromisin 500 miligram 4 kali selama 7 hari, anak-anak 30-50 miligram/kilogram berat badan per hari
dibagi dalam 4 dosis. Untuk anak-anak tidak direkomendasikan pemberian profilaksis, kecuali dipastikan
terinfeksi.
Selain kedua penyakit tersebut korban harus dicurigai terhadap adanya infeksi HIV oleh karena
itu dilakukan pemeriksaan untuk HIV dan pencegahannya. Dapat diberikan terapi antiretroviral (ARV)
sebagai Profilaksis Pasca Pajanan (PPP) atau Post Exposure Prophylaxis (PEP), waktu terbaik pemberian
profilaksis ini adalah sebelum 4 jam sesudah kejadian, tetapi tetap dapat diberikan dalam 48-72 jam
setelah kejadian12. Yang diberikan adalah AZT + 3CT + EFV (Zidovudine + Lamivudine + Efavirenz) atau
AZT + 3TC + LPV/r (Lopinavir/Ritonavir)12. ARV untuk PEP diberikan selama 1 bulan. Perlu dilakukan Tes
HIV pada bulan ke 3 dan 6 setelah pemberian PPP.

Untuk kehamilan yang tidak dikehendaki, bila kehamilan belum terjadi, dapat diberikan kontrasepsi
darurat untuk mencegah kehamilan itu terjadi. Yang dimaksud Kontrasepsi Darurat adalah kontrasepsi
yang dapat mencegah kehamilan bila digunakan setelah hubungan seksual. sering juga disebut
"Kontrasepsi Pasca senggama" atau "Morning after pills" atau "Morning after treatment" 13. Cara kerja
kontrasepsi ini adalah, (1) merubah endometrium sehingga tidak memungkinkan implantasi hasil
pembuahan; (2) mencegah ovulasi / menunda ovulasi; (3) mengganggu pergerakan saluran telur (tuba
fallopi). Kontasepsi ini bersifat hormonal dan digunakan secara oral. Kontrasepsi ini diberikan dalam
waktu kurang dari 72 jam. Yang dapat diberikan adalah Pil KB Kombinasi dengan dosis 2x4 tablet dalam
waktu 3 hari pasca senggama, (dosis pertama1x4 tablet diulang 1x4 tablet 12 jam kemudian setelah
dosis pertama), Pil Estrogen dengan dosis 2x10 mg dalam waktu 3 hari pasca senggama selama 5 hari,
Mifepristone (mis : RU-486) dengan dosis 1x600 mg dalam waktu 3 hari pasca senggama 13. Efek samping
yang mungkin muncul antara lain mual, muntah, perdarahan bercak, nyeri payudara
Untuk kehamilan yang tidak dikehendaki, bila kehamilan belum terjadi, dapat diberikan
kontrasepsi darurat untuk mencegah kehamilan itu terjadi. Yang dimaksud Kontrasepsi Darurat adalah
kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan bila digunakan setelah hubungan seksual. sering juga
disebut "Kontrasepsi Pasca senggama" atau "Morning after pills" atau "Morning after treatment" 13. Cara
kerja kontrasepsi ini adalah, (1) merubah endometrium sehingga tidak memungkinkan implantasi hasil
pembuahan; (2) mencegah ovulasi / menunda ovulasi; (3) mengganggu pergerakan saluran telur (tuba
fallopi). Kontasepsi ini bersifat hormonal dan digunakan secara oral. Kontrasepsi ini diberikan dalam
waktu kurang dari 72 jam. Yang dapat diberikan adalah Pil KB Kombinasi dengan dosis 2x4 tablet dalam
waktu 3 hari pasca senggama, (dosis pertama1x4 tablet diulang 1x4 tablet 12 jam kemudian setelah
dosis pertama), Pil Estrogen dengan dosis 2x10 mg dalam waktu 3 hari pasca senggama selama 5 hari,
Mifepristone (mis : RU-486) dengan dosis 1x600 mg dalam waktu 3 hari pasca senggama 13. Efek samping
yang mungkin muncul antara lain mual, muntah, perdarahan bercak, nyeri payudara.

Bila kehamilan sudah tejadi, kahamilan dapat dilanjutkan atau tidak dilanjutkan. Tidak dapat
dilanjutkan bila kehamilan ini mengganggu psikis korban, sesuai dengan UU Kesehatan No 36 tahun 2009
Pasal 75 dan pasal 76 yang berbunyi :

Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau
cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan; atau
Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui
konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang
dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir,
kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki
sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.

Dampak psikis (kejiwaan)

Para korban perkosaan ini mungkin akan mengalami trauma yang parah karena peristiwa
perkosaan tersebut merupakan suatu hal yang mengejutkan bagi korban. Secara umum peristiwa
tersebut bisa menimbulkan dampak jangka pendek maupun jangka panjang. Keduanya merupakan suatu
proses adaptasi setelah seseorang mengalami peristiwa traumatis. Dampak jangka pendek biasanya
dialami sesaat hingga beberapa hari setelah kejadian. Dari segi psikologis biasanya korban merasa sangat
marah, jengkel, merasa bersalah, malu, dan terhina. Gangguan emosi ini biasanya menyebabkan
terjadinya kesulitan tidur (insomnia), kehilangan nafsu makan, depresi, stres, dan ketakutan. Bila dampak
ini berkepanjangan hingga lebih dari 30 hari dan diikuti dengan berbagai gejala yang akut seperti
mengalami mimpi buruk, ingatan-ingatan terhadap peristiwa tiba-tiba muncul, berarti korban mengalami
Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) atau biasa disebut stres paska trauma 15.
Tanda-tanda PTSD hampir sama dengan tanda pada depresi menurut kriteria dari American
Psychiatric Association. Tanda-tanda tersebut adalah: (1) sedih, suasana hati depres; (2) kurangnya nafsu
makan dan berat badan berkurang, atau meningkatnya nafsu makan dan bertambahnya berat badan; (3)
kesukaran tidur (insomnia): tidak dapat segera tidur, tidak dapat kembali tidur sesudah terbangun pada
tengah malam, dan pagi-pagi sesudah terbangun; atau adanya keinginan untuk tidur terus-menerus; (4)
perubahan tingkat aktivitas; (5) hilangnya minat dan kesenanga n dalam aktivtas yang biasa dilakukan;
(6) kehilangan energi dan merasa sangat lelah; (7) konsep diri negatif; menyalahkan diri sendiri, merasa
tidak berguna dan bersalah; (8) sukar berkonsentrasi, seperti lamban dalam berpikir dan tidak mampu
memutuskan sesuatu; (9) sering berpikir tentang bunuh diri atau mati 15.
Ada dua macam terapi pengobatan yang dapat dilakukan penderita PTSD, yaitu dengan
menggunakan farmakoterapi dan psikoterapi 16. Pada farmakoterapi, pemberian anti depresiva pada
gangguan stres pasca traumatik ini masih kontroversial. Obat yang biasa digunakan adalah Diazepam
(valium) 5-10 mg per kilogram berat badan, Klonazepam 0,25-0,5 mg per kilogram berat badan, atau
Lorazepam 1-2 mg per kilogram berat badan16.
Pada psikoterapi terdapat tiga tipe psikoterapi yang dapat digunakan dan efektif untuk
penanganan PTSD, yaitu: anxiety management, cognitive therapy, exposure therapy 16 .

ASPEK HUKUM
Undang-Undang Tentang Kejahatan Seksual
Persetubuhan yang merupakan kejahatan seperti yang dimaksudkan oleh undang-undang, dapat
dilihat pada pasal-pasal yang tertera pada bab XIV KUHP, yaitu bab tentang kejahatan terhadap
kesusilaan; yang meliputi baik persetubuhan di dalam perkawinan maupun persetubuhan di luar
perkawinan.

KUHP pasal 284


(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan:
1a. Seorang pria telah kawin yang melakukan gendak (overspel), padahal diketahui, bahwa pasal 27
BW (Burgerlyk Wetboek) berlaku baginya.
b. Seorang wanita telah kawin yang melakukan gendak, padahal diketahui, bahwa pasal 27 BW
(Burgelyk Wetboek) berlaku baginya.
2a. Seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahui, bahwa yang turut
bersalah telah kawin.
b. Seorang wanita tidak kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu padal diketahui olehnya,
bahwa yang turut bersalah telah kawin dan pasal 27 BW (Burgerly Wetboek) berlaku baginya.
(2) Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/istri yang tercemar, dan bilamana bagi
mereka berlaku pasal 27 BW, dalam tempo tiga bulan diikuti dengan permintaan bercerai atau pisah
meja dan tempat tidur, karena alasan itu juga.
(3) Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan 75.
(4) Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan belum dimulai.
(5) Jika bagi suami istri berlaku pasal 27 BW, pengaduan ini tidak diindahkan selama perkawinan belum
diputuskan karena perceraian atau sebelum keputusan yang menyatakan pisah meja dan tempat
tidur menjadi tetap.

BW pasal 27
Dalam waktu yang sama seorang laki hanya diperbolehkan mempunyai satu orang perempuan sebagai
istrinya, seorang perempuan hanya satu orang laki sebagai suaminya.

KUHP pasal 285


Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan
dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan,
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
KUHP pasal 286
Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahui bahwa wanita itu
dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

KUHP pasal 287


(1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahui atau
sepatutnya harus diduga, bahwa umurnya belum lima belas tahun, atau kalau umurnya tidak
ternyata, bahwa belum mampu dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
tahun.
(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umurnya wanita belum sampai dua belas
tahun atau jika ada salah suatu hal tersebut pasal 291 dan pasal 294.

KUHP pasal 288


(1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di dalam perkawinan, yang diketahui atau
sepatutnya harus diduga bahwa belum mampu dikawin, diancam, apabila perbuatan mengakibatkan
luka-luka dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama delapan tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

KUHP pasal 289


Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang untuk melakukan atau
membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena perbuatan yang menyerang kehormatan
kesusilaan, dengan pidana pejara paling lama sembilan tahun.
KUHP pasal 290
Diancam dengan pidana paling lama tujuh tahun:
1: barang siapa melakukan perbuatan cabul, dengan seorang padahal diketahui, bahwa orang itu
pingsan atau tidak berdaya;
2: barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal diketahui atau sepatutnya harus
diduga, bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalu umurnya tidak ternyata, bahwa belum
mampu dikawin.
3: barang siapa membujuk seorang yang diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa umurnya
belum lima belas tahun atau kalu umurnya tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin, untuk
melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau bersetubuh di luar perkawinan dengan
orang lain.

KUHP pasal 291


(1) Jika salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 286, 287, 289, dan 290 mengakibatkan luka-
luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama 12 tahun.
(2) Jika salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 285, 286, 287, dan 290 itu mengakibatkan
mati, dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

KUHP pasal 292


Orang yang cukup umur, yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sama kelamin, yang
diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa belum cukup umur, deancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun.
KUHP pasal 293
(1) Barang siapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau barang, menyalahgunakan perbawa yang
timbul dari hubungan keadaan, atau dengan menyesatkan sengaja menggerakkan seorang belum
cukup umur dan baik tingkahlakunya, untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul
dengan dia, padahal tentang belum cukup umurnya itudiketahui atau selayaknya harus diduga,
diancam dengan pidana penjara lima tahun.
(2) Penuntutan hanya dilakuan atas pngaduan orang yang terhadap dirinya dilakukan kejahatan itu.
(3) Tenggang tersebut dalam pasal 74, bagi pengaduan ini adalah masing-masing 9 bulan dan 12 bulan.

KUHP pasal 294


Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, anak di bawah
pengawasannya, yang belum cukup umur, atau dengan orang yang belum cukup umur pemeliharaannya,
pendidikan atau penjagaannya diserahkan kepadanya, diancam dengan pidana penjarapaling lama tujuh
tahun:
1: pejabat yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang karena jabatan adalah bawahannya,
atau dengan orang yang penjagaannya dipercayakan atau diserahkan kepadanya:
2: seorang pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas atau pesuruh dalam penjara, tempat pekerjaan
negara, tempat pemudikan, rumah piatu, rumah sakit, rumah sakit ingatan atau lembaga sosial, yang
melakukan perbuatan cabul dengan orang yang dimasukkan ke dalamnya.

KUHP pasal 295


(1) Diancam:
1: dengan pidana penjara paling lama 5 tahun, barang siapa dengan sengaja menghubungkan atau
memudahkan dilakukannya perbuatan cabul oleh anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, atau
anak di bawah pengawasannya yang belum cukup umur, atau oleh orang yang belum cukup
umur yang pemeliharaannya, pendidikan, atau penjagaannya diserahkan kepadanya, atau pun
oleh bujangnya atau bawahannya yang belum cukup umur, dengan orang lain;
2: dengan pidana penjara paling lama empat tahun, barang siapa dengan sengaja menghubungkan
atau memudahkan perbuatan cabul kecuali tersebut ke-1 di atas yang dilakukan oleh orang yang
diketahui belum cukup umurnya atau yang sepatutnya harus diduga demikian, dengan orang
lain.
(2) Jika yang bersalah, melakukan keahatan itu sebagai pencaharian atau kebiasaan, maka pidana dapat
ditambah sepertiga.

KUHP pasal 296


Barang siapa dengan sengaja menghubungkan atau memudahkan perbuatan cabul oleh orang lain
dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai pencaharian atau kebiasaan, diancam dengan pidana
penjara paling lama satu tahun empat bulan, atau denda paling banyak seribu rupiah

LI 2. Memahami dan Menjelaskan Infanticide (PAS)


DEFINISI
Pembunuhan anak sendiri (infanticide) yaitu pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas
anak kandungnya pada saat lahir atau tidak lama kemudian karena takut ketahuan telah melahirkan
anak.
Pengkhususan infantisida sebagai tindakan pidana yang hukumannya lebih ringan tersebut
didasarkan atas bahwa kondisi mental pada saat hamil, melahirkan, dan menyusui sangat labil dan
mudah tergoncang akibat gangguan keseimbangan hormon.(sofwan dahlan)
Di Indonesia infantisida dikhususkan dalam dua bagian yaitu, kinderdooodslag dan kindermoord
yang didasarkan atas motif takut ketahuan melahirkan anaknya. Kinderdoodslag adalah dilakukan tanpa
perencanaan sedangkan kindermoord dilakukan dengan perencanaan. Sehingga, hukuman kindermoord
lebih berat dari kinderdoodslag.5
Dengan demikian berdasarkan pengertian di atas, persyaratan yang harus dipenuhi dalam kasus
pembunuhan anak (infanticide) yaitu:

1. Pelaku adalah ibu kandung


2. Korban adalah anak kandung
3. Alasan melakukan tindakan tersebut yaitu takut ketahuan telah melahirkan anak
4. Waktu pembunuhan yaitu tepat pada waktu melahirkan atau beberapa saat setelah
melahirkan.

Untuk itu dengan adanya batasan yang tegas tersebut maka suatu pembunuhan yang tidak
memenuhi salah satu kriteria di atas tidak dapat disebut sebagai pembunuhan anak (infanticide),
malainkan suatu pembunuhan biasa.6

PEMERIKSAAN MEDIS INFANTICIDE


Pemeriksaan kedokteran forensik berguna membantu penyidikan untuk memperoleh kejelasan
di dalam hal sebagai berikut:
1. Apakah anak tersebut dilahirkan hidup atau lahir mati?
2. Apakah terdapat tanda-tanda perawatan?
3. Apakah ada luka-luka yang dapat dikaitkan dengan penyebab kematian? 3,4
Visum et Repertum (VeR) itu juga mengandung makna sebagai pengganti barang bukti. Oleh
karena itu, segala hal yang terdapat dalam barang bukti, dalam hal ini yaitu tubuh anak, harus dicatat
dan dilaporkan. Dengan demikian, selain ketiga kejelasan di atas, masih ada dua hal lagi yang harus
diutarakan dalam VeR, yaitu:
4. Apakah anak yang dilahirkan itu cukup bulan dalam kandungan?
5. Apakah pada anak tersebut didapatkan kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup bagi si anak?3,4
Untuk memenuhi kriteria pembunuhan anak sendiri, bayi tersebut harus dilahirkan hidup
setelah seluruh tubuhnya keluar dari tubuh ibu (separate existence). Selain itu, viabilitas dan maturitas
bayi juga perlu ditentukan untuk menerangkan sebab lahir mati. Bila bayi tersebut lahir mati kemudian
dibuang, maka hal tersebut bukanlah kasus pembunuhan anak sendiri, melainkan kasus lahir mati
kemudian dibuang atau menyembunyikan kelahiran dan kematian. 2,4

Lahir hidup atau lahir mati


Lahir hidup (live birth) adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi yang lengkap, yang setelah
pemisahan, bernapas atau menunjukkan tanda kehidupan lain tanpa mempersoalkan usia gestasi, sudah
atau belumnya tali pusat dipotong dan ari dilahirkan. 2
Lahir mati (stillbirth) adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau dikeluarkan oleh
ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum ataupun setelah kehamilan berumur 28
minggu dalam kandungan). Kematian ditandai oleh janin yang tidak bernapas atau tidak menunjukkan
tanda kehidupan lain seperti denyut jantung, denyut nadi tali pusat atau gerakan otot rangka. 4
Tanda-tanda kehidupan pada bayi yang baru dilahirkan adalah pernapasan (paru mengembang
dan terdapat udara dalam lambung atau usus), menangis, adanya pergerakan otot, sirkulasi darah dan
denyut jantung serta perubahan hemoglobin, isi usus, dan keadaan tali pusat. 2
1. Pernapasan
Pernapasan spontan terjadi akibat rangsangan atmosfer dan adanya gangguan sirkulasi plasenta, dan
ini menimbulkan perubahan penting yang permanen pada paru. Pernapasan setelah bayi lahir
mengakibatkan perubahan letak diafragma dan sifat paru-paru. 2,4
a. Letak Diafragma
Pada bayi yang sudah bernapas, letak diafragma setinggi iga ke-5 atau ke-6. Sedangkan pada
yang belum bernapas setinggi iga ke-3 atau ke-4. 4
b. Gambaran Makroskopik Paru

Paru-paru bayi yang sudah bernapas berwarna merah muda tidak homogen namun berbercak-
bercak (mottled). Konsistensinya adalah seperti spons dan berderik pada perabaan. Sedangkan,
pada paru-paru bayi yang belum bernapas berwarna merah ungu tua seperti warna hati bayi dan
homogen, dengan konsistensi kenyal seperti hati atau limpa. 4

c. Uji Apung Paru


Uji apung paru dilakukan dengan teknik tanpa sentuh (no touch technique), paru-paru tidak
disentuh untuk menghindari kemungkinan timbulnya artefak pada sediaan histopatologik
jaringan paru akibat manipulasi berlebihan. 4
Lidah dikeluarkan seperti biasa di bawah rahang bawah, ujung lidah dijepit dengan pinset
atau klem, kemudian ditarik ke arah ventrokaudal sehingga tampak palatum mole. Dengan
scalpel yang tajam, palatum mole disayat sepanjang perbatasannya dengan palatum durum.
Faring, laring, esophagus bersama dengan trakea dilepaskan dari tulang belakang. Esofagus
bersama dengan trakea diikat di bawah kartilago krikoid dengan benang. Pengikatan ini
dimaksudkan agar pada manipulasi berikutnya cairan ketuban, mekonium atau benda asing lain
tidak mengalir ke luar melalui trakea; bukan untuk mencegah masuknya udara ke dalam paru. 4
Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan forsep atau pinset bedah dan
scalpel, tidak boleh dipegang dengan tangan. Kemudian esophagus diikat di atas diafragma dan
dipotong di atas ikatan. Pengikatan ini dimaksudkan agar udara tidak masuk ke dalam lambung
dan uji apung lambung-usus (uji Breslau) tidak memberikan hasil meragukan. 4
Setelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu dimasukkan ke dalam air
dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Kemudian paru-paru kiri dan kanan dilepaskan
dan dimasukkan kembali ke dalam air, dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Setelah itu
tiap lobus dipisahkan dan dimasukkan ke dalam air, dan dilihat apakah mengapung atau
tenggelam. Lima potong kecil dari bagian perifer tiap lobus dimasukkan ke dalam air,
diperhatikan apakah mengapung atau tenggelam. 4
Hingga tahap ini, paru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung oleh karena
kemungkinan adanya pembusukan. Bila potongan kecil itu mengapung, letakkan di antara dua
karton dan ditekan dengan arah penekanan tegak lurus jangan digeser untuk mengeluarkan gas
pembusukan yang terdapat pada jaringan interstisial paru, lalu masukkan kembali ke dalam air
dan diamati apakah masih mengapung atau tenggelam. Bila masih mengapung berarti paru terisi
udara residu yang tidak akan keluar. Namun, terkadang dengan penekanan, dinding alveoli pada
mayat bayi yang telah membusuk lanjut akan pecah dan udara residu keluar dan
memperlihatkan hasil uji apung paru negatif. 4
Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil paru mengingat
kemungkinan adanya pernapasan sebagian (parsial respiration) yang dapat bersifat buatan atau
alamiah (vagitus uternus atau vagitus vaginalis) yaitu bayi sudah bernapas walaupun kepala
masih dalam uterus atau dalam vagina).4
Hasil negatif belum berarti pasti lahir mati karena adanya kemungkinan bayi dilahirkan
hidup tapi kemudian berhenti bernapas meskipun jantung masih berdenyut, sehingga udara
dalam alveoli diresorpsi. Pada hasil uji negatif ini, pemeriksaan histopatologik paru harus
dilakukan untuk memastikan bayi lahir mati atau lahir hidup. 4
Bila sudah jelas terjadi pembusukan, maka uji apung paru kurang dapat dipercaya, sehingga
tidak dianjurkan untuk dilakukan.4

d. Mikroskopik paru-paru
Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan fiksasi dengan larutan
formalin 10 %. Sesudah 12 jam, dibuat irisan melintang untuk memungkinkan cairan fiksatif
meresap dengan baik ke dalam paru. Setelah difiksasi selama 48 jam, kemudian dibuat sediaan
histopatologik. Biasanya digunakan perwarnaan HE dan bila paru telah membusuk digunakan
pewarnaan Gomori atau Ladewig.4
Struktur seperti kelenjar bukan merupakan ciri paru bayi yang belum bernapas, tetapi
merupakan ciri paru janin yang belum mencapai usia gestasi 26 minggu. Tanda khas untuk paru
janin belum bernapas adalah adanya tonjolan (projection) yang berbentuk seperti bantal
(cushion-like) yang kemudian akan bertambah tinggi dengan dasar menipis sehingga akan
tampak seperti gada (club-like). Pada permukaan ujung bebas projection tampak kapiler yang
berisi banyak darah. Pada paru bayi belum bernapas yang sudah membusuk dengan perwarnaan
Gomori atau Ladewig, tampak serabut-serabut retikulin pada permukaan dinding alveoli
berkelok-kelok seperti rambut yang keriting, sedangkan pada projection berjalan di bawah
kapiler sejajar dengan permukaan projection dan membentuk gelung-gelung terbuka (open
loops).4
Pada paru bayi yang lahir mati mungkin pula ditemukan tanda inhalasi cairan amnion yang
luas karena asfiksia intrauterin, misalnya akibat tertekannya tali pusat atau solusio plasenta
sehingga terjadi pernapasan janin prematur (intrauterine submersion). Tampak sel-sel verniks
akibat deskuamasi sel-sel permukaan kulit, berbentuk persegi panjang dengan inti piknotik
berbentuk huruf S, bila dilihat dari atas samping terlihat seperti bawang. Juga tampak sel-sel
amnion bersifat asidofilik dengan batas tidak jelas dan inti terletak eksentrik dengan batas yang
juga tidak jelas.4
Mekonium yang berbentuk bulat berwarna jernih sampai hijau tua mungkin terlihat dalam
bronkioli dan alveoli. kadang-kadang ditemukan deskuamasi sel-sel epitel bronkus yang
merupakan tanda maserasi dini, atau fagositosis mekonium oleh sel-sel dinding alveoli. 4
Lahir mati ditandai pula oleh keadaan yang tidak memungkinkan terjadinya kehidupaan
seperti trauma persalinan yang hebat, perdarahan otak yang hebat, dengan atau tanpa robekan
tentorium serebeli, pneumonia intrauterin, kelainan kongenitasl yang fatal seperti anensefalus. 4

Adapun ringkasan perbedaan dari pemeriksaan paru: 2,6


n
Paru belum bernapas Paru sudah bernapas
No.
1 Volume kecil, kolaps, menempel Volume 4-6x lebih besar, sebagian menutupi
1. pada vertebra, konsistensi padat, jantung, konsistensi seperti karet busa (ada
tidak ada krepitasi krepitasi)
2
Tepi paru tajam Tepi paru tumpul
2.
3 Warna homogen, merah
Warna merah muda
3. kebiruan/ungu
5 Kalau diperas di bawah permukaan
4. air tidak keluar gelembung gas atau
Gelembung gas yang keluar halus dan rata
bila sudah ada pembusukan
ukurannya.
gelembungnya besar dan tidak
rata.
6 Tidak tampak alveoli yang Tampak alveoli, kadang-kadang terpisah
5. berkembang pada permukaan sendiri
6 Kalau diperas hanya keluar darah Bila diperas keluar banyak darah berbuih
6. sedikit dan tidak berbuih (kecuali walaupun belum ada pembusukan (volume
bila sudah ada pembusukan) darah dua kali volume sebelum napas.
8 Berat paru kurang lebih 1/70 BB Berat paru kurang lebih 1/35 BB
7.
8 Seluruh bagian paru tenggelam Bagian-bagian paru yang mengembang
8. dalam air terapung dalam air.

2. Menangis
Bernapas dapat terjadi tanpa menangis, tetapi menangis tidak dapat terjadi tanpa bernapas. Suara
tangis yang terdengar belum berarti bayi tersebut lahir hidup karena suara tangisan dapat terjadi
dalam uterus atau dalam vagina. Yang merangsang bayi menangis dalam uterus adalah masuknya
udara dalam uterus dan kadar oksigen dalam darah menurun dan atau kadar CO 2 dalam darah
meningkat.2,6
3. Pergerakan Otot
Keadaan ini harus disaksikan oleh saksi mata, karena post mortem tidak dapat dibuktikan. Kaku
mayat dapat terjadi pada bayi yang lahir hidup kemudian mati maupun yang lahir mati. 2,4
4. Peredaran Darah, Denyut Jantung, dan Perubahan pada Hemoglobin
Meliputi bukti fungsional yaitu denyut tali pusat dan detak jantung (harus ada saksi mata) dan bukti
anatomis yaitu perubahan-perubahan pada Hb serta perubahan dalam duktus arteriosus, foramen
ovale dan dalam duktus venosus (cabang vena umbilicalis yang langsung masuk vena cava inferior). 6
Bila ada yang menyaksikan denyut nadi tali pusat/detak jantung pada bayi yang sudah terlahir
lengkap, maka ini merupakan bukti suatu kelahiran hidup. Foramen ovale tertutup bila telah terjadi
pernapasan dan sirkulasi (satu hari sampai beberapa minggu). Duktus arteriosus perlahan-lahan
menjadi jaringan ikat (paling cepat dalam 24 jam) Duktus venosus menutup dalam 2-3 hari sampai
beberapa minggu.6
5. Isi Usus dan Lambung
Bila dalam lambung bayi ditemukan benda asing yang hanya dapat masuk akibat reflek menelan,
maka ini merupakan bukti kehidupan (lahir hidup). Udara dalam lambung dan usus dapat terjadi
akibat pernapasan wajar, pernapasan buatan, atau tertelan. Keadaan-keadaan tersebut tidak dapat
dibedakan. Cara pemeriksaan yaitu esophagus diikat, dikeluarkan bersama lambung yang diikat pada
jejunum lekuk pertama, kemudian dimasukkan ke dalam air. makin jauh udara usus masuk dalam
usus, makin kuat dugaan adanya pernapasan 24-48 jam post mortem, mekonium sudah keluar
semua seluruhnya dari usus besar.2,6
6. Keadaan Tali Pusat
Yang harus diperhatikan pada tali pusat adalah pertama ada atau tidaknya denyut tali pusat setelah
kelahiran. Ini hanya dapat dibuktikan dengan saksi mata. Kedua, pengeringan tali pusat, letak dan
sifat ikatan, bagaimana tali pusat itu di putus (secara tajam atau tumpul). 2,6
7. Keadaan Kulit
Tidak satupun keadaan kulit yang dapat membuktikan adanya kehidupan setelah bayi lahir,
sebaliknya ada satu keadaan yang dapat memastikan bahwa bayi tersebut tidak lahir hidup yaitu
maserasi, yang dapat terjadi bila bayi sudah mati di dalam uterus beberapa hari (8-10 hari). Hal ini
harus dibedakan dengan proses pembusukan yaitu pada maserasi tidak terbentuk gas karena terjadi
secara steril. Kematian pada bayi dapat terjadi waktu dilahirkan, sebelum dilahirkan atau setelah
terpisah sama sekali dari ibu.2,6
Kematian pada bayi dapat terjadi saat bayi dilahirkan, sebelum dilahirkan, atau setelah
terpisah sama sekali dari si ibu. Bukti kematian dalam kandungan adalah:
a. Ante partum rigor mortis yang sering menimbulkan kesulitan waktu melahirkan
b. Maserasi, yaitu perlunakan janin dalam air ketuban dengan ciri-ciri:
Warna merah kecoklatan (pada pembusukan warnanya hijau).
Kutikula putih, sering membentuk bula berisi cairan kemerahan.
Tulang-tulang lentur dan lepas dari jaringan lunak.
Tidak ada gas, baunya khas.
Maserasi ini terjadi bila bayi sudah mati 8-10 hari dalam kandungan. 6

Tanda Perawatan
Penentuan ada tidaknya tanda perawatan sangat penting artinya dalam kasus pembunuhan anak.
Keadaan baru lahir dan belum dirawat merupakan petunjuk dari bayi tersebut tidak lama setelah
dilahirkan. Menurut Ponsold, bayi baru lahir (neugeborenen) adalah bayi yang baru dilahirkan dan belum
dirawat. Jika sudah dirawat, maka bayi itu bukan bayi baru lahir dan tidak dapat disebut sebagai
pembunuhan anak sendiri.4
Adapun anak yang baru dilahirkan dan belum mengalami perawatan dapat diketahui dari tanda-
tanda sebagai berikut:
Tubuh masih berlumuran darah.
Ari-ari (plasenta) masih melekat dengan tali pusat dan masih berhubungan dengan pusat
(umbilikus).
Bila ari-ari tidak ada, maka ujung tali pusat tampak tidak beraturan, hal ini dapat diketahui dengan
meletakkan ujung tali pusat tersebut ke permukaan air.
Adanya lemak bayi (vernix caseosa), pada daerah dahi serta di daerah yang mengandung lipatan-
lipatan kulit, seperti daerah lipat ketiak, lipat paha dan bagian belakang bokong. 4

Viabilitas
Bayi yang viable adalah bayi yang sudah mampu untuk hidup di luar kandungan ibunya atau sudah
mampu untuk hidup terpisah dari ibunya (separate existence). Viabilitas mempunyai beberapa syarat,
yaitu:
a. Umur 28 minggu dalam kandungan.
b. Panjang badan 35 cm.
c. Berat badan 2500 gram.
d. Tidak ada cacat bawaan yang berat.
e. Lingkaran fronto-ocipital 32 cm.4
Selain itu, juga dilihat adanya kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup bayi,
seperti kelainan jantung (ASD, VSD), otak (anensefalus atau mikrosefalus), dan saluran pencernaan
(stenosis esophagus, gastroskizis).3

Cukup Bulan dalam Kandungan


Bayi yang cukup bulan (matur, term) adalah bayi yang lahir setelah dikandung selama 37 minggu atau
lebih tetapi kurang dari 42 minggu penuh. Pengukuran bayi cukup bulan dapat dinilai dari:
Ciri-ciri eksternal
Daun telinga
Pada bayi yang lahir cukup bulan, daun telinga menunjukkan pembentukan tulang rawan
yang sudah sempurna, pada helix teraba tulang rawan yang keras pada bagian
dorsokranialnya dan bila dilipat cepat kembali ke keadaan semula. 3
Susu
Pada bayi yang matur putting susu sudah berbatas tegas, areola menonjol diatas permukaan
kulit dan diameter tonjolan susu itu 7 milimeter atau lebih. 3
Kuku jari tangan
Kuku jari tangan sudah panjang, melampaui ujung jari, ujung distalnya tegas dan relatif keras
sehingga terasa bila digarukkan pada telapak tangan pelaku autopsi. Kuku jari kaki masih
relatif pendek. Pada bayi yang prematur kuku jari tangan belum melampaui ujung jari dan
relatif lebih lunak sehingga ujungnya mudah dilipat. 4
Garis telapak kaki
Pada bayi yang matur terdapat garis-garis pada seluruh telapak kaki, dari depan hingga
tumit. Yang dinilai adalah garis yang relatif lebar dan dalam. Dalam hal kulit telapak kaki itu
basah maka dapat juga tampak garis-garis yang halus dan superfisial. 4
Alat kelamin luar
Pada bayi laki-laki matur, testis sudah turun dengan sempurna yakni pada dasar skrotum dan
rugae pada kulit skrotum sudah lengkap. Pada bayi perempuan yang matur, labia minor
sudah tertutup dengan baik oleh labia mayor. 4
Rambut kepala
Rambut kepala relatif kasar, masing-masing helai terpisah satu sama lain dan tampak
mengkilat. Batas rambut pada dahi jelas. Pada bayi yang prematur rambut kepala halus
seperti bulu wol atau kapas, masing-masing helai sulit dibedakan satu sama lain dan batas
rambut pada dahi tidak jelas.4
Skin opacity
Pada bayi matur, jaringan lemak bawah kulit cukup tebal sehingga pembuluh darah yang
agak besar pada dinding perut tidak tampak atau tampak samar-samar. Pada bayi prematur
pembuluh-pembuluh tersebut tampak jelas. 4
Processus xiphoideus
Pada bayi yang matur processus xiphoideus membengkok ke dorsal, sedangkan pada yang
prematur membengkok ke ventral atau satu bidang dengan korpus manubrium sterni. 4
Alis mata
Pada bayi yang matur, alis mata sudah lengkap, yakni bagian lateralnya sudah terdapat,
sedangkan pada yang prematur bagian itu belum terdapat. 4
Pusat penulangan
Pusat-pusat penulangan khususnya pada tulang paha (femur) mempunyai arti yang cukup
penting. Bagian distal femur dan proksimal tibia akan menunjukkan pusat penulangan pada
umur kehamilan 36 minggu. Demikian juga pada cuboideum dan cuneiform. Sedangkan,
talus dan calcaneus pusat penulangan akan tampak pada umur kehamilan 28 minggu.
Penaksiran umur gestasi
Rumus De Haas
Menurut rumus De Haas, untuk 5 bulan pertama panjang kepala-tumit dalam sentimeter
adalah sama dengan kuadrat angka bulan. Untuk 5 bulan terakhir, panjang badan adalah
sama dengan angka bulan dikalikan dengan angka 5. 4
Rumus Arey
Menggunakan panjang kepala, tumit dan bokong.
Umur (bulan) = panjang kepala - tumit (cm) x 0,2
Umur (bulan) = panjang kepala - bokong (cm) x 0,3. 4
Rumus Finnstrom
Menggunakan panjang lingkar kepala oksipito-frontal.
Umur gestasi = 11,03 + 7,75 (panjang lingkar kepala) 4

Penyebab Kematian
Bila terbukti bayi lahir hidup (sudah bernafas), maka harus ditentukan penyebab kematiannya. Bila
terbukti bayi lahir mati (belum bernafas) maka ditentukan sebab lahir mati atau sebab mati antenatal
atau sebab mati janin (fetal death).4
Ada berbagai penyebab kematian pada bayi, yaitu:
a. Kematian wajar
1. Kematian secara alami
Imaturitas
Terjadi jika bayi yang lahir belum cukup matang dan mampu hidup di luar kandungan
sehingga mati setelah beberapa saat sesudah lahir.
Penyakit kongenital
Seringkali terjadi jika ibu mengalami sakit ketika sedang mengandung seperti sifilis, tifus,
campak sehingga anak memiliki cacat bawaan yang menyebabkan kelainan pada organ
internal seperti paru-paru, jantung dan otak.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi dari umbilikus, perut, anus dan organ genital.
3. Malformasi
Kadangkala bayi tumbuh dengan kondisi organ tubuh yang tidak lengkap seperti anensefali.
Jika kelainan tersebut fatal, maka bayi tidak akan bisa bertahan hidup.
4. Penyakit plasenta
Penyakit plasenta atau pelepasannya secara tidak sengaja dari dinding uterus akan dapat
menyebabkan kematian dari bayi dan ibu, dan dapat diketahui jika sang ibu meninggal dan
dilakukan pemeriksaan dalam.
5. Spasme laring
Hal ini dapat terjadi karena aspirasi mekonium ke dalam laring atau akibat pembesaran
kelenjar timus.
6. Eritroblastosis fetalis
Ini dapat terjadi karena ibu yang memiliki rhesus negatif mengandung anak dengan rhesus
positif, sehingga darah ibu akan membentuk antibodi yang menyerang sel darah merah anak
dan menyebabkan lisisnya sel darah merah anak, sehingga menyebabkan kematian anak baik
sebelum maupun setelah kelahiran.
b. Kematian akibat kecelakaan
1. Akibat persalinan yang lama
Ini dapat menyebabkan kematian pada bayi akibat ekstravasasi dari darah ke selaput otak
atau hingga mencapai jaringan otak akibat kompresi kepala dengan pelvis, walaupun tanpa
disertai dengan fraktur tulang kepala.
2. Jeratan tali pusat
Tali pusat seringkali melingkar di leher bayi selama proses kelahiran. Hal ini dapat
menyebabkan bayi menjadi tercekik dan mati karena sufokasi.
3. Trauma
Hantaman yang keras pada perut wanita hamil dengan menggunakan senjata tumpul,
terjatuhnya ibu dari ketinggian juga merupakan penyebab kematian bayi intrauterin. Untuk
kasus seperti ini harus diperiksa tanda-tanda trauma pada ibu.
4. Kematian dari ibu
Ketika ibu mati saat proses melahirkan ataupun sebelum melahirkan, maka anak tidak akan
bertahan lama di dalam kandungan sehingga harus dilahirkan sesegera mungkin. Jika
kematian disebabkan oleh penyakit kronis, seperti perdarahan kronis, maka kesempatan
untuk menyelamatkan nyawa anak sangatlah kecil. Sedangkan jika kematian disebabkan
karena kejadian akut seperti kecelakaan, dimana ibu sebelumnya sehat, maka kemungkinan
untuk menyelamatkan nyawa bayi lebih besar.

c. Kematian karena tindakan pembunuhan


1. Pembekapan (sufokasi)
Ini merupakan tindakan yang paling sering dilakukan. Bayi baru lahir sangat mudah dibekap
dengan menggunakan handuk, sapu tangan atau dengan tangan. Dapat juga ditemukan
benda asing yang menyumbat jalan napas, seringkali karena ibu berusaha mencegah agar
anak tidak menangis dan ini justru menyebabkan kematian.
2. Penjeratan (strangulasi)
Penjeratan juga merupakan cara pembunuhan anak yang cukup sering ditemui. Sering
ditemukan tanda-tanda kekerasan yang sangat berlebihan dari yang dibutuhkan untuk
membuat bayi mati. Tanda-tanda bekas jeratan akan ditemukan di daerah leher disertai
dengan memar dan resapan darah. Kadang juga ditemukan penjeratan dengan menggunakan
tali pusat sehingga terlihat bahwa bayi mati secara alami.
3. Penenggelaman (drowning)
Ini dilakukan dengan membuang bayi ke dalam penampungan berisi air, sungai dan bahkan
toilet.
4. Kekerasan tumpul pada kepala
Jika ditemukan fraktur kranium, maka dapat diperkirakan bahwa terjadi kekerasan terhadap
bayi. Pada keadaan panik, ibu memukul kepala bayi hingga terjadi patah tulang.
5. Kekerasan tajam
Kematian pada bayi baru lahir yang dilakukan dengan melukai bayi dengan senjata tajam
seperti gunting atau pisau dan menyebabkan luka yang fatal hingga menembus organ dalam
seperti hati, jantung dan otak.
6. Keracunan
Jarang dilakukan, tetapi pernah terjadi dimana ditemukan sisa opium pada putting susu ibu,
yang kemudian menyusui bayinya dan menyebabkan bayi tersebut mati.
Penentuan penyebab kematian dapat ditunjang dari pemeriksaan patologi anatomi yang diambil
dari jaringan tubuh mayat bayi. 3

Pemeriksaan terhadap Pelaku Pembunuhan Anak Sendiri


Pemeriksaan terhadap wanita yang disangka sebagai ibu dari bayi bersangkutan bertujuan untuk
menentukan apakah wanita tersebut baru melahirkan. Pada pemeriksaan juga perlu dicatat keadaan
jalan lahir untuk menjawab pertanyaan Apakah mungkin wanita tersebut mengalami partus
presipitatus?.4
1. Tanda telah melahirkan anak
a. Robekan baru pada alat kelamin
b. ostium uteri dapat dilewati ujung jari
c. keluar darah dari rahim
d. ukuran rahim saat post partum setinggi pusat, 6-7 hari post partum setinggi tulang
kemaluan
e. payudara mengeluarkan air susu
f. hiperpigmentasi aerola mamma
g. striae gravidarum dari warna merah menjadi putih 3
2. Berapa lama telah melahirkan
a. ukuran rahim kembali ke ukuran semula 2-3 minggu
b. getah nifas : 1-3 hari post partum berwarna merah
4-9 hari post partum berwarna putih
10-14 hari post partum getah nifas habis
c. robekan alat kelamin sembuh dalam 8-10 hari 3
3. Mencari tanda-tanda partus precipitatus
a. robekan pada alat kelamin
b. inversio uteri (rahim terbalik) yaitu bagian dalam rahim menjadi keluar, lebih-lebih bila tali
pusat pendek
c. robekan tali pusat anak yang biasanya terdapat pada anak atau pada tempat lekat tali pusat.
Robekan ini harus tumpul dibuktikan dengan pemeriksaan histopatologis
d. luka pada kepala bayi menyebabkan perdarahan di bawah kulit kepala, perdarahan di dalam
tengkorak3
4. Pemeriksaan histopatologi yaitu sisa plasenta dalam darah yang berasal dari rahim. 3
Upaya membuktikan seorang tersangka ibu sebagai ibu dari anak yang diperiksa adalah suatu hal
yang paling sukar. Beberapa cara dapat digunakan, yaitu:
1. Mencocokkan waktu partus ibu dengan waktu lahir anak
Si ibu diperiksa, apakah memang baru melahirkan (tinggi fundus uteri, lochia, kolostrum dan
sebagainya). Sedangkan saat lahir si anak dilihat dari usia pasca lahir ditambah lama kematian.
2. Memeriksa golongan darah ibu dan anak
Hal ini juga sulit karena tidak adanya golongan darah ayah. Ekslusi hanya dapat ditegakkan bila 2
faktor dominan terdapat bersama-sama pada satu individu sedang individu lain tidak
mempunyai sama sekali. Contohnya adalah bila golongan AB sedangkan si anak golongan O atau
sebaliknya. Penggunaan banyak jenis golongan darah akan lebih memungkinkan mencapai
tujuan, tetapi oleh karena kendala biaya maka cara ini tidak merupakan prosedur rutin.
3. Pemeriksaan DNA
Cara ini merupakan cara yang canggih dan membutuhkan dana yang besar

ASPEK HUKUM
Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan terhadap nyawa
orang yang memiliki pasal khusus. Adapun bunyi pasalnya yaitu:
Pasal 341. Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena
membunuh anak sendiri dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 342. Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian
merampas nyawa anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal 343. Bagi orang lain yang turut serta melakukan kejahatan yang diterangkan dalam pasal
342 KUHP diartikan sebagai pembunuhan atau pembunuhan berencana.
Berdasarkan undang-undang tersebut kita dapat melihat adanya tiga faktor penting yaitu: 5

Ibu yaitu hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak
sendiri. Tidak dipersoalkan apakah ibu telah menikah atau tidak, sedangkan bagi orang lain yang
melakukan atau turut membunuh anak tersebut dihukum karena pembunuhan atau pembunuhan
berencana, dengan hukuman yang lebih berat yaitu 15 tahun penjara (pasal 338 pembunuhan tanpa
rencana), atau 20 tahun, seumur hidup/hukuman mati ( pasal 339 dan 340, pembunuhan dengan
rencana).
Waktu yaitu dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat, tetapi hanya
dinyatakan pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian . Sehingga boleh dianggap pada saat belum
timbul rasa kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Bila rasa kasih sayang sudah timbul maka ibu
tersebut akan merawat dan bukan membunuh anaknya.

Psikis yaitu ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan akan diketahui orang lain telah
melahirkan anak itu, biasanya anak yang dilahirkan tersebut didapatkan dari hubungan tidak sah

LI 3. Memahami dan Menjelaskan Perubahan Saat Mati

Ilmu kedokteran Forensik yang mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian
serta faktor yang mempengaruhi disebut Tanatologi. Tanatologi ini berguna dalam :
Menentukan apakah korban sudah mati atau belum
Menentukan lama korban telah mati, dan
Menentukan apakah korban tersebut mati wajar atau tidak.

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa tanda
kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat timbul dini pada
saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan peredaran darah berhenti,
pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang, kulit pucat dan relaksasi otot.
Setelah beberapa waktu timbul perubahan pascamati yang jelas yang memungkinkan diagnosis kematian
lebih pasti.

Dahulu kematian ditandai dengan tidak berfungsinya lagi jantung. Konsep baru sekarang ini
mengenai kematian mencakup berhentinya fungsi pernafasan, jantung dan otak. Dimana saat kematian
ditentukan berdasarkan saat otak berhenti berfungsi. Pada saat itulah jika diperiksa dengan elektro-
ensefalo-grafi (EEG) diperoleh garis yang datar.

Tanda yang segera dikenali setelah kematian;


Berhentinya sirkulasi darah
Berhentinya pernafasan
Tanda-tanda kematian setelah beberapa saat kemudian:
Perubahan pada mata
Perubahan pada kulit
Perubahan temperatur tubuh
Lebam mayat
Kaku mayat
Tanda-tanda kematian setelah selang waktu yang lama:
Proses pembusukan
Saponifikasi atau adiposera
Mumifikasi

Tanda kematian dibagi menjadi dua:

1. Tanda kematian tidak pasti:

a. Berhentinya sistim pernafasan dan sistim sirkulasi.


Secara teoritis, diagnosis kematian sudah dapat ditegakkan jika jantung dan paru
berhenti selama 10 menit, namun dalam prakteknya seringkali terjadi kesalahan diagnosis
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan dengan cara mengamati selama waktu tertentu.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan mendengarkannya melalui stetoscope pada daerah
precordial dan larynx dimana denyut jantung dan suara nafas dapat dengan mudah
terdengar.
Kadang-kadang jantung tidak segera berhenti berdenyut setelah nafas terhenti, selain
disebabkan ketahanan hidup sel tanpa oksigen yang berbeda-beda dapat juga disebabkan
depresi pusat sirkulasi darah yang tidak adekwat, denyut nadi yang menghilang merupakan
indikasi bahwa pada otak terjadi hipoksia. Sebagai contoh pada kasus judicial hanging
dimana jantung masih berdenyut selama 15 menit walaupun korban sudah diturunkan dari
tiang gantungan.

b. Kulit yang pucat


Kulit muka menjadi pucat ,ini terjadi sebagai akibat berhentinya sirkulasi darah sehingga
darah yang berada di kapiler dan venula dibawah kulit muka akan mengalir ke bagian yang
lebih rendah sehingga warna kulit muka tampak menjadi lebih pucat.
Akan tetapi ini bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya. Kadang-kadang kematian
dihubungkan dengan spasme agonal sehingga wajah tampak kebiruan.
Pada mayat yang mati akibat kekurangan oksigen atau keracunan zat-zat tertentu
(misalnya karbon monoksida) warna semula dari raut muka akan bertahan lama dan tidak
cepat menjadi pucat.

c. Relaksasi otot
Pada saat kematian sampai beberapa saat sesudah kematian , otot-otot polos akan
mengalami relaksasi sebagai akibat dari hilangnya tonus. Relaksasi pada stadium ini disebut
relaksasi primer. Akibatnya rahang turun kebawah yang menyebabkan mulut terbuka, dada
menjadi kolap dan bila tidak ada penyangga anggota gerakpun akan jatuh kebawah.
Relaksasi dari otot-otot wajah menyebabkan kulit menimbul sehingga orang mati tampak
lebih muda dari umur sebenarnya, sedangkan relaksasi pada otot polos akan mengakibatkan
iris dan sfincter ani akan mengalami dilatasi. Oleh karena itu bila menemukan anus yang
mengalami dilatasi harus hati-hati menyimpulkan sebagai akibat hubungan seksual
perani/anus corong.

d. Perubahan pada mata


Perubahan pada mata meliputi hilangnya reflek kornea dan reflek cahaya yang
menyebabkan kornea menjadi tidak sensitif dan reaksi pupil yang negatif. Hilangnya reflek
cahaya pada kornea ini disebabkan karena kegagalan kelenjar lakrimal untuk membasahi
bola mata.
Kekeruhan pada kornea akan timbul beberapa jam setelah kematian tergantung dari
posisi kelopak mata. Walaupun sering ditemui kelopak mata tertutup secara tidak komplit,
ini terjadi oleh karena kekakuan otot-otot kelopak mata. Kekeruhan pada lapisan dalam
kornea ini tidak dapat dihilangkan atau diubah kembali walaupun digunakan air untuk
membasahinya.
Bila kelopak mata tetap terbuka sclera yang ada disekitar kornea akan mengalami
kekeringan dan berubah menjadi kuning dalam beberapa jam yang kemudian berubah
menjadi coklat kehitaman. Area yang berubah warna ini berbentuk trianguler dengan basis
pada perifer kornea dan puncaknya di epikantus. Area ini disebuttaches noires de la
sclerotiques.
Iris masih bereaksi dengan stimulasi kimia sampai 4 jam sesudah kematian somatik,
tetapi reflek cahaya segera hilang bersamaan dengan iskemik pada batang otak. Pupil
biasanya pada posisi mid midriasis yang disebabkan oleh karena relaksasi dari muskulus
pupilaris walaupun ada sebagian ahli yang menganggap ini sebagai proses rigor mortis.
Diameter pupil sering dihubungkan dengan sebab kematian seperti lesi di otak atau
intoksikasi obat seperti keracunan morphin dimana sewaktu hidup pupil menunjukan
kontraksi.
Setelah kematian tekanan intra okuler akan turun, tekanan intra okuler yang turun ini
mudah menyebabkan kelainan bentuk pupil sehingga pupil kehilangan bentuk sirkuler
setelah mati dan ukurannya pun menjadi tidak sama ,pupil dapat berkontraksi dengan
diameter 2 mm atau berdilatasi sampai 9 mm dengan rata-rata 4-5 mm oleh karena pupil
mempunyai sifat tidak tergantung dengan pupil lainnya maka sering terdapat perbedaan
sampai 3 mm.

2. Tanda kematian pasti:

a. Penurunan suhu mayat (Algor Mortis)

Suhu tubuh pada orang yang sudah meninggal perlahan-lahan akan sama dengan suhu
lingkungannya karena mayat tersebut akan melepaskan panas dan suhunya menurun. Proses
pemindahan panas ini berlangsung secara : Konduksi, Radiasi, dan evaporasi. Kecepatan
penurunan suhu pada mayat bergantung kepada suhu lingkungan dan suhu mayat tu sendiri.
Pada iklim yang dingin maka penurunan suhu mayat berlangsung cepat. Menurut Sympson
(Inggris), menyatakan bahwa dalam keadaan biasa tubuh yang tertutup pakaian mengalami
penurunan temperatur 2,50 F setiap jam pada enam jam pertama dan 1,6-2,0 F pada enam jam
berikutnya, maka dalam 12 jam suhu tubuh akan sama dengan suhu sekitarnya.

Terdapat dua hal yang mempengaruhi cepatnya penurunan suhu mayat ini yakni:

1. Faktor internal
a. Suhu tubuh saat mati
Sebab kematian, misalnya perdarahan otak dan septikemia, mati dengan suhu tubuh
tinggi. Suhu tubuh yang tinggi pada saat mati ini akan mengakibatkan penurunan suhu
tubuh menjadi lebih cepat. Sedangkan, pada hypothermia tingkat penurunannya
menjadi sebaliknya.
b. Keadaan tubuh mayat
Konstitusi tubuh pada anak dan orang tua makin mempercepat penurunan suhu tubuh
mayat. Pada mayat yang tubuhnya kurus, tingkat penurunannya menjadi lebih cepat.
2. Faktor Eksternal
a. Suhu medium
Semakin besar selisih suhu antara medium dengan mayat maka semakin cepat terjadinya
penurunan suhu. Hal ini dikarenakan kalor yang ada di tubuh mayat dilepaskan lebih
cepat ke medium yang lebih dingin.
b. Keadaan udara di sekitarnya
Pada udara yang lembab, tingkat penurunan suhu menjadi lebih besar. Hal ini
disebabkan karena udara yang lembab merupakan konduktor yang baik. Selain itu, Aliran
udara juga makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat
c. Jenis medium
Pada medium air, tingkat penurunan suhu menjadi lebih cepat sebab air merupakan
konduktor panas yang baik sehingga mampu menyerap banyak panas dari tubuh mayat.
d. Pakaian mayat
Semakin tipis pakaian yang dipakai maka penurunan suhu mayat semakin cepat. Hal ini
dikarenakan kontak antara tubuh mayat dengan suhu medium atau lingkungan lebih
mudah

Cara melakukan penilaian algor mortis:


o Tempat pengukuran suhu memegang peranan penting
o Dahi dingin setelah 4 jam post mortem
o Badan dingin setelah 12 jam post mortem
o Suhu organ dalam mulai berubah setelah 5 jam post mortem
o Bila mayat mati dalam air, penurunan suhu tubuhnya tergantung dari suhu, aliran dan
keadaan airnya
o Perkiraan saat kematian dapat dihitung dari pengukuran suhu jenazah perrektal
(Rectal Temperature/RT). Saat kematian (dalam jam) dapat dihitung rumus PMI (Post
Mortem Interval) berikut.

Formula untuk suhu dalam Celcius


PMI = 37C Suhu Rektal C + 3

Formula untuk suhu dalam Fahrenheit


PMI = 98,6F Suhu Rektal F

(1,5)
b. Lebam mayat (Livor Mortis)

Patogenesis:
Kegagalan sirkulasi darah dalam mempertahankan tekanan hidrostatik darah mencapai
capillary bed dimana pembuluhpembuluh darah kecil afferent dan efferent saling berhubungan
stagnasi di dalam pembuluh vena besar dan cabang-cabangnya + jantung berhenti
memompa tidak adanya lawanan gravitasi mengalir ke bawah ke tempattempat yang
terendah yang dapat dicapai sel darah merah (eritrosit di daerah yang lebih rendah akan
terlihat di kulit sebagai perubahan warna biru kemerahan ) dan plasma ( plasma memberikan
kontribusi pada pembentukan gelembunggelembung di kulit pada awal proses pembusukan)
akhirnya juga mengalir ke bagian terendah bercak-bercak yang berwarna keunguan dalam
waktu kurang dari setengah jam sesudah kematian dimana bercak-bercak ini intensitasnya
menjadi meningkat dan kemudian bergabung menjadi satu dalam beberapa jam kemudian
perembesan darah kedalam jaringan sekitar akibat rusaknya pembuluh darah akibat
tertimbunnya selsel darah dalam jumlah yang banyak, adanya proses hemolisa sel-sel darah
dan kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah kurang lebih 812 jam menjadi komplet ,
lebam mayat terjadi secara menetap (tidak dapat hilang) walau dengan diposisikan lagi

Ada 5 warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan penyebab kematian :
o Merah kebiruan merupakan warna normal lebam
o Merah terang menandakan keracunan CO(cherry red), keracunan CN (bright scarlet)
atau suhu dingin (bright pink)
o Merah gelap menunjukkan asfiksia
o Perunggu pucat bergaris-garis menandakan kematian akibat abortus septic
o Coklat (chocolate brown) menandakan keracunan potassium chlorate nitrate

Kepentingan medikolegal dari lebam mayat


o Merupakan tanda dari kematian
o Bisa membantu menentukan posisi dari mayat dan penyebab kematian
o Jika mayat terletak pada posisi punggung dibawah, maka lebam mayat pertama sekali
terlihat pada bagian leher dan bahu, baru kemudian menyebar ke punggung.
o Pada mayat dengan posisi tergantung, lebam mayat tampak pada bagian tungkai dan
lengan.
o Pada beberapa kasus, warna dari lebam mayat ini bisa lain daripada normal.
o Dapat juga digunakan memperkirakan saat kematian.

Lebam mayat menyerupai luka memar, maka harus dibedakan. Perbedaannya adalah:
Sifat Lebam mayat Memar

Epidermal, karena pelebaran pembuluh darah Ruptur pembuluh darah yang letaknya
Letak yang tampak sampai ke permukaan kulit bisa superfisial atau lebih dalam

Kutikula Tidak rusak Kulit ari rusak

Terdapat di sekitar bisa tampak di mana


Terdapat pada daerah yang luas, terutama luka
Lokasi di mana saja pada bagian tubuh dan
pada bagian tubuh yang letaknya rendah.
tidak meluas

Gambaran Pada lebam mayat tidak ada evalasi dari kulit Biasanya membengkak

Pinggiran Jelas Tidak jelas

Memar yang lama warnanya bervariasi.


Memar yang baru berwarna lebih tegas
Warna Warnanya sama
daripada warna lebam mayat
.
disekitarnya

Darah ke jaringan sekitar, susah


Pada pemotongan, darah tampak dalam dibersihkan jaringan sekitar, susah
Pada
pembuluh, dan mudah dibersihkan. Jaringan dibersihkan jika hanya dengan air
pemotongan
subkutan tampak pucat. mengalir. Jaringan subkutan berwarna
merah kehitaman.

Dampak Akan hilang walaupun hanya diberi penekanan


Warnanya berubah sedikit saja jika
setelah yang ringan. Maksimal 8 jam lebam mayat tidak
diberi penekanan.
penekanan hilang dalam penekanan

c. Kaku mayat (Rigor Mortis)

Rigor mortis atau kaku jenazah terjadi akibat hilangnya ATP. ATP digunakan untuk
memisahkan ikatan aktin dan myosin sehingga terjadi relaksasi otot. Namun karena pada saat
kematian terjadi penurunan cadangan ATP maka ikatan antara aktin dan myosin akan menetap
(menggumpal) dan terjadilah kekakuan jenazah. Rigor mortis akan mulai muncul 2 jam
postmortem semakin bertambah hingga mencapai maksimal pada 12 jam postmortem.
Kemudian setelah itu akan berangsur-angsur menghilang sesuai dengan kemunculannya. Pada
12 jam setelah kekakuan maksimal (24 jam postmortem) kaku jenazah sudah tidak ada lagi.
Perubahan otot yang terjadi setelah kematian bisa dibagi dalam 3 tahap :

o Periode relaksasi primer (flaksiditas primer)


Hal ini terjadi segera setelah kematian. Biasanya berlangsung selama 2-3 jam. Seluruh otot
tubuh mengalami relaksasi,dan bisa digerakkan ke segala arah. Iritabilitas otot masih ada
tetapi tonus otot menghilang. Pada kasus di mana mayat letaknya berbaring rahang bawah
akan jatuh dan kelopak mata juga akan turun dan lemas.

o Kaku mayat (rigor mortis)


Kaku mayat akan terjadi setelah tahap relaksasi primer. Keadaan ini berlangsung setelah
terjadinya kematian tingkat sel, dimana aktivitas listrik otot tidak ada lagi. Otot menjadi
kaku. Fenomena kaku mayat ini pertama sekali terjadi pada otot-otot mata, bagian belakang
leher, rahang bawah, wajah, bagian depan leher, dada, abdomen bagian atas dan terakhir
pada otot tungkai. Akibat kaku mayat ini seluruh mayat menjadi kaku, otot memendek dan
persendian pada mayat akan terlihat dalam posisi sedikit fleksi. Keadaan ini berlangsung
selama 24 - 48 jam pada musim dingin dan 18 - 36 jam pada musim panas.

o Periode relaksasi sekunder


Otot menjadi relaks (lemas) dan mudah digerakkan. Hal ini terjadi karena pemecahan
protein, dan tidak mengalami reaksi secara fisik maupun kimia. Proses pembusukan juga
mulai terjadi. Pada beberapa kasus, kaku mayat sangat cepat berlangsung sehingga sulit
membedakan antara relaksasi primer dengan relaksasi sekunder.

Waktu terjadinya rigor mortis (kaku mayat)


Kurang dari 3 4 jam post mortem : belum terjadi rigor mortis
Lebih dari 3 4 jam post mortem : mulai terjadi rigor mortis
Rigor mortis maksimal terjadi 12 jam setelah kematian
Rigor mortis dipertahankan selama 12 jam
Rigor mortis menghilang 24 36 jam post mortem

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kaku Mayat

o Keadaan Lingkungan. Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih lambat terjadi
dan berlangsung lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang panas dan lembab. Pada
kasus di mana mayat dimasukkan ke dalam air dingin, kaku mayat akan cepat terjadi dan
berlangsung lebih lama.
o Usia. Pada anak-anak dan orangtua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung tidak
lama. Pada bayi prematur biasanya tidak ada kaku mayat. Kaku mayat baru tampat pada bayi
yang lahir mati tetapi cukup usia (tidak prematur)
o Cara kematian. Pada pasien dengan penyakit kronis, dan sangat kurus, kaku mayat cepat
terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada pasien yang mati mendadak, kaku mayat lambat
terjadi dan berlangsung lebih lama.
o Kondisi otot. Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih lama pada kasus di
mana otot dalam keadaan sehat sebelum meninggal, dibandingkan jika sebelum meninggal
keadaan otot sudah lemah.

Diagnosis Banding Kaku Mayat

o Kekakuan karena panas (heat stiffening). Keadaan ini terjadi jika mayat terpapar pada suhu
yang lebih tinggi dari 750 C, atau jika mayat terkena arus listrik tegangan tinggi. Kedua keadaan
diatas akan menyebabkan koagulasi protein otot sehingga otot menjadi kaku. Pada
kasus terbakar, keadaan mayat menunjukkan postur tertentu yang disebut dengan sikap
pugilistik, yaitu suatu posisi di mana semua sendi berada dalam keadaan fleksi dan tangan
terkepal. Sikap yang demikian disebut juga sikap defensif.
Perbedaan antara kaku mayat dengan kaku karena panas adalah :

Adanya tanda kekakuan bekas terbakar pada permukaan mayat pada kaku karena panas.
Pada kasus kekakuan karena panas, otot akan mengalami laserasi jika dipaksa
diregangkan.
Pada kaku karena panas, kekakuan tersebut akan berlanjut akan melanjut terus sampai
terjadinya pembusukan.

o Kekakuan karena dingin (cold stiffening). Jika mayat terpapar suhu yang sangat dingin, maka
akan terjadi pembekuan jaringan lemak dan otot. Jika mayat dipindahkan ke tempat yang
suhunya lebih tinggi maka kekakuan tersebut akan hilang. Kaku karena dingin cepat terjadi
dan cepat juga hilang.

o Spasme kadaver (Cadaveric spasm). Otot yang berkontraksi sewaktu masih hidup akan lebih
cepat mengalami kekakuan setelah meninggal. Pada kekakuan ini tidak ada tahap pertama
yaitu tahapan relaksasi. Keadaan ini biasanya terjadi jika sebelum meninggal korban
melakukan aktivitas berlebihan. Bentuk kekakuan akan menunjukkan saat saat terakhir
kehidupan korban. Fenomena ini sangat jarang ditemukan.

Perbedaan antara Kaku Mayat dengan Spasme Kadaver

Sifat Kaku Mayat Spasme Kadaver

Mulai timbul 1-2 jam setelah meninggal Segera setelah meninggal

Faktor - Kematian mendadak,aktivitas


predisposisi berlebih, ketakutan, terlalu lelah,
perasaan tegang, dll.
Otot yang Semua otot, termasuk otot Biasanya terbatas pada satu
terkena volunter dan involunter kelompok otot volunter

Kaku otot Tidak jelas, dapat dilawan Sangat jelas, perlu tenaga yang
dengan sedikit tenaga. kuat untuk melawan
kekakuannya.

Kepentingan Untuk perkiraan saat kematian Menunjukkan cara kematian yaitu


dari segi bunuh diri,pembunuhan atau
Medikolegal kecelakaan

Suhu mayat Dingin Hangat

Kematian sel Ada Tidak ada

Rangsangan Tidak ada respon otot Ada respon otot


listrik

Kepentingan Kaku Mayat dari segi medikolegal :

o Pada kasus bunuh diri, mungkin alat yang digunakan untuk tujuan bunuh diri masih
berada dalam genggaman.
o Pada kasus kematian karena tenggelam, mungkin pada tangan korban bisa terdapat
daun atau rumput.
o Pada kasus pembunuhan, pada gemgaman korban mungkin bisa diperoleh sesuatu yang
memberi petunjuk untuk mencari pembunuhnya.
o

d. Proses pembusukan (Dekomposisi)

Pembusukan jenazah terjadi akibat proses degradasi jaringan karena autolisis oleh
enzim-enzim dan kerja bakteri usus(Clostridium welchii). Mulai muncul 24 jam postmortem,
berupa warna kehijauan dimulai dari daerah sekum menyebar ke seluruh dinding perut dan
berbau busuk karena terbentuk gas seperti HCN, H2S dan lain-lain. Gas yang terjadi
menyebabkan pembengkakan. Akibat proses pembusukan rambut mudah dicabut, wajah
membengkak, bola mata melotot, kelopak mata membengkak dan lidah terjulur. Pembusukan
lebih mudah terjadi pada udara terbuka suhu lingkungan yang hangat/panas dan kelembaban
tinggi. Bila penyebab kematiannya adalah penyakit infeksi maka pembusukan berlangsung lebih
cepat.

Tanda-tanda pembusukan:
o Warna kehijauan pada dinding perut daerah caecum, yang disebabkan reaksi
hemoglobin dengan H2S menjadi sulfmethemolobin
o Wajah dan bibir membengkak
o Scrotum dan vulva membengkak
o Abdomen membengkak, akibat adanya gas pembusukan dalam usus sehingga
mengakibatkan keluarnya fese dari anus dan isi lambung dari mulut dan lubang hidung
o Vena-vena superfisialis pada kulit berwarna kehijauan disebut Marbling
o Pembentukan gas-gas pembusukan di bawah lapisan epidermis sehingga timbul bulla
o Akibat tekanan gas-gas pembusukkan, gas dalam paru terdesak, sehingga darah keluar
dari mulut dan hidung
o Bola mata menonjol keluar akibat gas pembusukkan dalam orbita
o Kuku dan rambut dapat terlepas, serta dinding perut dapat pecah

Jika pembusukan terus berlangsung, maka bau busuk yang timbul akan menarik lalat
untuk hinggap pada mayat. Lalat menempatkan telurnya pada mayat, di mana dalam waktu 8-24
jam telur akan menetas menghasilkan larva-yang sering disebut belatung. Dalam waktu 4-5 hari,
belatung ini lalu menjadi pupa, dimana setelah 4-5 hari kemudian akan menjadi lalat dewasa.
Pada tahap ini bagian dari tulang tengkorak mulai tampak. Rektum dan uterus juga tampak dan
uterus gravid juga bisa mengeluarkan isinya

Golongan organ berdasarkan kecepatan pembusukannya, yaitu:


1. Early : Organ dalam yang cepat membusuk antara lain jaringan intestinal, medula
adrenal, pankreas, otak, lien, usus, uterus gravid, uterus post partum, dan darah
2. Moderate : Organ dalam yang lambat membusuk antara lain paru-paru, jantung, ginjal,
diafragma, lambung, otot polos dan otot lurik.
3. Late : Uterus non gravid dan prostat merupakan organ yang lebih tahan terhadap
pembusukan karena memiliki struktur yang berbeda dengan jaringan yang lain yaitu
jaringan fibrousa

Proses-proses spesifik pada jenazah karena kondisi khusus (modifikasi pembusukan):

o Mummifikasi
Mummifikasi terjadi pada suhu panas dan kering sehingga tubuh akan terdehidrasi
dengan cepat. Mummifikasi terjadi pada 12-14 minggu. Jaringan akan berubah menjadi
keras, kering, warna coklat gelap, berkeriput dan tidak membusuk.

o Adipocere (Saponifikasi)
Adipocere adalah proses terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak dan
berminyak yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh postmortem. Lemak akan
terhidrolisis menjadi asam lemak bebas karena kerja lipase endogen dan enzim bakteri.
Faktor yang mempermudah terbentuknya adipocere adalah kelembaban dan suhu
panas. Pembentukan adipocere membutuhkan waktu beberapa minggu sampai beberap
bulan. Adipocere relatif resisten terhadap pembusukan.
ENTOMOLOGI FORENSIK
Entomologi forensik merupakan salah satu cabang dari sains forensik yang memberikan informasi
mengenai serangga yang digunakan untuk menarik kesimpulan ketika melakukan investigasi yang
berhubungan dengan kasus-kasus hukum yang berkaitan dengan dengan manusia atau satwa
(Gaensslen, 2009; Gennard, 2007).

Dalam kasus entomologi forensik, Gomes et al. (2006) menyatakan bahwa lalat merupakan invertebrata
primer yang mendekomposisi komponen organik pada hewan termasuk juga mayat manusia. Pada saat
lalat mengambil materi organik yang ada di dalam tubuh mayat, maka lalat tersebut akan memindahkan
telur yang akan berkembang menjadi larva dan pupa (Sukontason et al., 2007). Adanya berbagai
perubahan dari berbagai jenis lalat dan serangga lain akan menimbulkan suatu komunitas dalam mayat
yang secara ekologi dan evolusi akan terjadi proses kompetisi, predasi, seleksi, penyebaran dan
kepunahan lokal dalam tubuh mayat tersebut (Hangeveld, 1989).

Amendt et al. (2004a) menyebutkan bahwa ada empat kategori secara ekologi untuk mengidentifikasi
suatu komunitas pada bangkai/mayat, antara lain:

1. Adanya spesies necrophagous yang memakan bangkai/mayat.

2. Adanya predator dan parasit pada terhadap spesies necrophagous yang memakan serangga atau
golongan Arthropoda yang lain. Terkadang juga ditemukan spesies Schizophagous, yakni spesies
yang hadir untuk memakan pada saat pertama kali, namun akan menjadi predator pada tahap
larva.

3. Adanya spesies omnivora seperti semut, lebah, dan beberapa jenis kumbang yang memakan baik
pada bangkai maupun pada koloni serangga yang ada.

4. Adanya spesies lain seperti laba-laba yang menggunakan bangkai/mayat untuk tempat
tinggalnya.

Tahapan Dekomposisi
Peristiwa dekomposisi melibatkan berbagai aspek selain faktor biotik, yakni faktor abiotik yang meliputi
parameter fisik seperti temperatur, kelembaban, dan lain-lain. Menurut Gennard (2007) dan Goff (2003),
tahapan dekomposisi terdiri dari lima tahap antara lain:

Tahap1: fresh stage, tahapan dimulai pada saat kematian dan ditandai adanya tanda penggelembungan
pada tubuh. Serangga yang pertama kali datang adalah lalat dari famili Calliphoridae dan Sarcophagidae.
Lalat betina akan meletakkan telurnya di daerah yang terbuka seperti daerah kepala (mata, hidung,
mulut, dan telinga).

Tahap 2: bloated stage, merupakan tahapan pembusukan yang sedang dimulai. Gas yang dihasilkan oleh
aktivitas metabolisme bakteri anaerob menyebabkan penggelembungan pada pada perut mayat.
Selanjutnya suhu internal naik selama tahapan ini sebagai akibat dari aktivitas bakteri pembusuk dan
aktivitas metabolime dari larva lalat. Lalat dari famili Calliphoridae sangat tertarik pada mayat selama
tahapan ini. Kemudian selama mengembang akibat adanya gas, cairan dalam tubuh terdorong keluar
dari lubang-lubang tubuh dan meresap ke dalam tanah. Cairan tersebut tersusun oleh senyawa seperti
amonia yang dihasilkan oleh aktivitas metabolisme dari larva lalat sehingga akan menyebabkan tanah di
bawah mayat itu untuk menjadi alkali (basa) dan fauna tanah menjadi tertarik untuk menuju ke mayat.

Tahap 3: decay stage, tahapan ini ditandai adanya kerusakan kulit dan mengakibatkan gas keluar dari
tubuh. Larva lalat membentuk gerombolan yang besar pada mayat. Meskipun beberapa serangga
predator, seperti kumbang, tawon, dan semut, pada tahap bloated stage, serangga necrophagous dan
predator dapat diamati dalam jumlah besar menjelang tahapan ini berakhir. Pada akhir tahap ini, lalat
dari famili Calliphoridae dan Sarcophagidae telah menyelesaikan perkembangan siklusnya dan
meninggalkan mayat untuk menjadi pupa. Pada akhir tahap ini, larva lalat akan menghilang dari jaringan
tubuh pada mayat.

Tahap 4: postdecay stage, pada tahap ini sisa-sisa tubuh seperti kulit, kartilago dan usus sudah
mengalami pembusukan. Selanjutnya sisa jaringan tubuh yang masih ada akan mengering. Indikator
pada tahap ini adalah hadirnya kumbang dan berkurangnya dominansi lalat di dalam tubuh mayat.

Tahap 5: skeletal stage, pada tahap ini hanya tersisa tulang belulang dan rambut. Tahapan ini tidak jelas
serangga apa saja yang hadir. Pada kasus tertentu, kumbang dari famili Nitidulidae terkadang ditemukan.
Tubuh mayat sudah mengalami akhir dari dekomposisi.

Estimasi Waktu Kematian


Ahli entomologi forensik sering memeriksa bukti serangga pada mayat manusia dan menetukan berapa
lama serangga tersebut berada di mayat. Periode waktu tersebut di interpretasikan dalam postmortem
interval (PMI) atau waktu sejak kematian. Analsis PMI terbagi menjadi dua, yakni precolonization interval
(pre-CI) dan postcolonization interval (post-CI). Adapun penjelasan masing-masing interval tertera pada
Gambar 4 (Tomberlin et al., 2011).

Gambar 4. Fase entomologikal pada proses dekomposisi vertebrata (Tomberlin et al., 2011).

Pada Gambar 4 tersebut menggambarkan periode kolonisasi dan aktivitas serangga pada mayat. Adapun
perubahan-perubahan pada mayat manusia setelah mengalami kematian disajikan pada Tabel 1. Pola-
pola peruabahan pada Tabel 1 dapat digunakan untuk mengetahui estimasi waktu kematian pada
manusia. Selain itu, untuk waktu kematian berdasarkan perkembangan serangga disajikan pada Gambar
5. Contoh pada Gambar 5 tersebut adalah menentukan waktu kematian berdasarkan siklus hidup
serangga Protophormia terraenovae.

Tabel 1. Perubahan postmortem pada tubuh manusia (pada suhu 21C dan kelembaban 30%) (Amendt et
al., 2004a).
Gambar 5. Kurva
pertumbuhan
Protophormia
terraenovae mulai dari
larva, pupa, dan
dewasa (adult) pada
suhu 15, 20, 25, 30 and
35C (Amendt et al.,
2004a).

Untuk mengukur waktu kematian dapat digunakan suhu yang dibutuhkan oleh serangga untuk hidup.
Serangga merupakan hewan poikilotermik atau hewan yang suhu tubuh dan aktivitas metabolismenya
dipengaruhi oleh lingkungan. Serangga menggunakan energi panas (thermal unit) untuk pertumbuhan
dan perkembangnya. Sehingga kebutuhan energi selama masa hidupnya dapat dikalkulasi. Thermal unit
disebut juga hari derajat (degree days D ) yang mana nilai D dapat ditambahkan bersamaan yang
akan menghasilkan nilai accumulated degree days (ADD). Jika periode thermal unit pendek maka bisa
digunakan accumulated degree hours (ADH). Dari peristiwa tersebut, maka waktu kematian dpat
dihitung dengan menggunakan rumus:

ADH= Waktu(hours) (temperatur - temperatur basal)


ADD= Waktu(days) (temperatur - temperatur basal)

Waktu yang digunakan adalah waktu tahapan perkembangan serangga yang dapat diketahui dari
literatur yang sudah ada. Sementara temperatur yang digunakan adalah temperatur lingkungan yang bisa
diperoleh melalui stasium badan meteorologi. Sementara temperatur basal adalah temperatur fisiologi
terendah yang setiap serangga memiliki nilai temperatur yang berbeda-beda (Tabel 2).

Sebagai contoh ditemukan larva instar III dari spesies Calliphora vicina yang periode waktunya selama 68
jam. Kemudian suhu lingkungan adalah 26,7C dan tempertur basalnya adalah 2C. Sehingga akan
diperoleh nilai:

ADH = 68 (26,7 2) = 1679,6 ADD = 1679,6/24 = 7

Dari perhitungan tersebut dapat diperkirakan waktu kematiannya adalah 7 hari (Gennard, 2007).

LI 4. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Tentang PAS dan Perkosaan

ISLAM TENTANG PAS


A. Pengertian Pembunuhan

Pembunuhan adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh seseorang dan atau beberapa orang yang
mengakibatkan seseorang dan/atau beberapa orang meninggal dunia.Para ulama mendefinisikan
pembunuhan dengan suatu perbuatan manusia yang menyebabkan hilangnya nyawa.Hukuman bagi
orang yang membunuh orang islam dengan sengaja,sebagaimana dijelaskan dalam AL-Quran:Dan
barang siapa yang membunuh orabg mukmin dengan sengaja,maka balasannya ialah jahanam,kekal ia
didalamnya dan Allah murka kepadanya dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar
baginya{QS.An-Nisa:93}

Dan firman Allah SWT:


178. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang
yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan
wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang
mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat)
kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan
dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya
siksa yang sangat pedih[111].

Artinya:Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atasmu Qishos berkenaan dengan orang-orang yang
dibunuh{QS.AL-Baqoroh:178}

B. Bentuk-Bentuk Pembunuhan

1. Pembunuhan Sengaja

Pembunuhan sengaja{Amd}adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorangdengan tujuan untuk


membunuh orang lain dengan menggunakan alat yang dipandang layak untuk membunuh.Hukumannya
wajib qishos,nantinya si pembunuh wajib dibunuh pula,kecuali bila dimaafkan oleh keluarga yang
terbunuh dengan membayar diyat{denda}atau dimaafkan sama sekali.[1]

v Unsur-Unsur Pembunuhan Sengaja:

1. Korban adalah orang yang hidup


2. Perbuatan si pelaku yang mengakibatkan kematian korban
3. Ada niat bagi si pelaku untuk menghilangkan nyawa korban

v Alat Yang Digunakan Dalam Pembunuhan Sengaja:

1. Alat yang umumnya dan secara tabiatnya dapat digunakan untuk membunuh seperti
pedang,tombak,dll.
2. Alat yangkadang-kadang digunakan untuk membunuh sehingga tidak jarang mengakibatkan kematian
seperti cambuk,tongkat.
3. Alat yang jarang mengakibatkan kematian pada tabiatnya seperti menggunakan tangan kosong.[2]

2. Pembunuhan Tidak Sengaja

Pembunuhan tidak sengaja{Khata}adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dengan tidak ada
unsur kesengajaan yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia,dan tidak menggunakan alat yang
secara lazim tidak mematikan.Hukumannya tidak wajib qishos tetapi wajib membayar denda{diat} ringan
dan diangsur dalam 3 tahun.Sebagai contoh seseorang melakukan penebangan pohon yang kemudian
pohon tersebut tiba-tiba tumbang dan menimpa orang yang lewat lalu meninggal dunia.

3. Pembunuhan Semi Sengaja

Pembunuhan Semi Sengaja adalah perbuatan yang sengaja dilakukan oleh seseorang kepada orang lain
dengan tujuan mendidik.Sebagai contoh seorang guru memukulkan sebuah penggaris kepada kaki
seorang muridnya,tiba-tiba muridnya meninggal dunia,maka pembuatan guru tersebut dinyatakan
pembunuhan semi sengaja{syibhu al amdi}.Bentuk ini tidak wajib qishos tetapi wajib membayar diyat
berat dan dapat diangsur hingga 3 tahun.

Unsur-Unsur Pembunuhan Semi Sengaja:

1. Pelaku melakukan suatu perbuatan yang mengakibatkan kematian.


2. Ada maksud penganiayaan atau permusuhan.
3. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan pelaku dengan kematian korban.

C. Syarat Wajib Qishos

1) Orang yang membunuh sudah baligh dan berakal


2) Yang membunuh bukan ayah yang dibunuh
3) Orang yang dibunuh tidak kurang derajatnya dari yang membunuh
4) Orang yang dibunuh adalah orang yang terpelihara dan dilindungi darahnya oleh islam[3]

D. Jenis Denda{Diyat}

Diyat ialah denda pengganti jwa yang tidak berlaku atau tidak diberlakukan padanya hukuman
bunuh.Diyat ada 2 macam:

1) Diyat{denda}Berat

Seratus ekor unta,dengan rincian 30 ekor unta betina umur 3-4 tahun,30 ekor unta betina 4-5 tahun,dan
40 ekor unta betina yang sudah bunting.

Denda berat ini wajib:

a. Sebagai ganti hukuman qishos yang dimaafkan bagi yang melakukan pembunuhan dengan sengaja dan
dengan alat yang dapat membunuh.[4]
b. Sebab pembunuhan semi{seperti}sengaja,dibayar selama 3 tahun,tiap tahun 1/3nya.

2) Diyat{denda}Ringan
Seratus ekor unta,dengan rincuan 20 ekor unta betina umur1-2tahun,20 ekor unta betina 2-3 tahun,dan
20 ekor umur 3-4 tahun,dan 20 ekor umur 4-5 tahun.

E. Dasar Hukum Sanksi Pembunuhan Didalam AL-Quran

a. Surat AL-Baqoroh :179

Artinya:Dan dalam qishash itu ada{jaminan kelangsungan}hidup bagimu,hai orang-orang yang


berakal,supaya kamu bertaqwa.[5]

b. Surat An-Nisa:93

Artinya:Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja,maka balasannya adalah
jahanam,kekal ia didalamnya dan Allah murka kepadanya dan mengutukinya serta menyediakan azab
yang besar baginya.[6]

F. Dasar Hukum Sanksi Pembunuhan Didalam AL-Hadits

1. Diriwayatkan dari Abdullah Bin Masud ra.katanya:Rossulullah SAW bersabda:Setiap pembunuhan


secara dzalim maka putra nabi Adam yang pertama itu akan mendapat bahagian darahnya,{mendapat
dosa]karena dialh yang melakkukan pembunuhan.[7]

2. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.katanya:Sesungguhnya Rosulullah SAW bersabda:Hari Kiamat itu
akan berlaku setelah banyaknya peristiwa Harj.Merkabertanya:WahaiRosululllah,Apakah Harj itu?
Baginda bersabda:Pembunuhan,pembunuhan.[8]

G. Sangsi Hukum Bagi Pembunuh

Berdasarkan ayat-ayat AL-Quran dan AL-Hadits yang dikutip diatas dapat dipahami bahwa sanksi hokum
atas delik pembunuhan adalah sbb:

A. Pelaku pembunuhan yang disengaja,pihak keluarga korban dapat memutuskan salah satu dari tiga
pilihan,yaitu 1}Qishos,yaitu hukuman pembalasan setimpal dengan penderitaan korbannya,2}Diyat,yaitu
pembunuh harus membayar denda sejumlah 100 ekor unta,200 ekor sapi atau 1000 ekor kambing,atau
bentuk lain seperti uang senilai harganya.Diyat tersebut di serahkan kepada pihak keluarga
korban,3}pihak keluarga memaafkannya apakah harus dengan syarat atau tanpa syarat.

B. Pelaku pembunuhan yang tidak disengaja,pihak keluarga diberikan pilihan,yaitu:1}Pelaku membayar


diyat}Membayar kifarah{memerdekakan budak mukmin,3}Jika tidak mampu maka pelakunya diberi
hukuman moral,yaitu berpuasa selama 2 bulan ber urut-turut
ISLAM TENTANG PERKOSAAN
Perkosaan dalam bahasa Arab disebut al wath`u bi al ikraah (hubungan seksual dengan
paksaan). Jika seorang laki-laki memerkosa seorang perempuan, seluruh fuqaha sepakat perempuan itu
tak dijatuhi hukuman zina (had az zina), baik hukuman cambuk 100 kali maupun hukuman rajam. (Abdul
Qadir Audah, At Tasyri Al Jina`i Al Islami, Juz 2 hlm. 364; Al Mausuah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, Juz 24
hlm. 31; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 294; Imam Nawawi, Al Majmu
Syarah Al Muhadzdzab, Juz 20 hlm.18).
Dalil untuk itu adalah Alquran dan sunnah. Dalil Alquran antara lain firman Allah SWT (artinya),
Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkan dan tidak (pula)
melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al
Anaam [6] : 145). Ibnu Qayyim mengisahkan ayat ini dijadikan hujjah oleh Ali bin Abi Thalib ra di
hadapan Khalifah Umar bin Khaththab ra untuk membebaskan seorang perempuan yang dipaksa berzina
oleh seorang penggembala, demi mendapat air minum karena perempuan itu sangat kehausan. (Abdul
Qadir Audah, At Tasyri Al Jina`i Al Islami, Juz 2 hlm. 365; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu,
Juz 7 hlm. 294).
Adapun dalil sunnah adalah sabda Nabi SAW, Telah diangkat dari umatku (dosa/sanksi) karena
ketidaksengajaan, karena lupa, dan karena apa-apa yang dipaksakan atas mereka. (HR Thabrani dari
Tsauban RA. Imam Nawawi berkata, Ini hadits hasan). (Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu,
Juz 7 hlm. 294; Abdul Qadir Audah, At Tasyri Al Jina`i Al Islami, Juz 2 hlm. 364).
Pembuktian perkosaan sama dengan pembuktian zina, yaitu dengan salah satu dari tiga bukti ( al
bayyinah) terjadinya perzinaan berikut
1. Pengakuan (iqrar) orang yang berbuat zina sebanyak empat kali secara jelas, dan dia tak menarik
pengakuannya itu hingga selesainya eksekusi hukuman zina.
2. Kesaksian (syahadah) empat laki-laki Muslim yang adil (bukan fasik) dan merdeka (bukan budak),
yang mempersaksikan satu perzinaan (bukan perzinaan yang berbeda-beda) dalam satu majelis
(pada waktu dan tempat yang sama), dengan kesaksian yang menyifati perzinaan dengan jelas.
3. Kehamilan (al habl), yaitu kehamilan pada perempuan yang tidak bersuami. (Abdurrahman Al
Maliki,Nizhamul Uqubat, hlm. 34-38).
Jika seorang perempuan mengklaim di hadapan hakim (qadhi) bahwa dirinya telah diperkosa oleh
seorang laki-laki, sebenarnya dia telah melakukan qadzaf (tuduhan zina) kepada laki-laki itu.
Kemungkinan hukum syara yang diberlakukan oleh hakim dapat berbeda-beda sesuai fakta (manath)
yang ada, antara lain adalah sbb:
1. Jika perempuan itu mempunyai bukti (al bayyinah) perkosaan, yaitu kesaksian empat laki-laki
Muslim, atau jika laki-laki pemerkosa mengakuinya, maka laki-laki itu dijatuhi hukuman zina,
yaitu dicambuk 100 kali jika dia bukanmuhshan, dan dirajam hingga mati jika dia muhshan.
(Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 358).
2. Jika perempuan itu tak mempunyai bukti (al bayyinah) perkosaan, maka hukumnya dilihat lebih
dahulu; jika laki-laki yang dituduh memerkosa itu orang baik-baik yang menjaga diri dari zina (al
iffah an zina), maka perempuan itu dijatuhi hukuman menuduh zina (hadd al qadzaf), yakni 80
kali cambukan sesuai QS An Nuur : 4. Adapun jika laki-laki yang dituduh memperkosa itu orang
fasik, yakni bukan orang baik-baik yang menjaga diri dari zina, maka perempuan itu tak dapat
dijatuhi hukuman menuduh zina. (Ibnu Hazm, Al Muhalla, Juz 6 hlm. 453; Imam Nawawi, Al
Majmu Syarah Al Muhadzdzab, Juz 20 hlm.53; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu,
Juz 7 hlm. 346)

DAFTAR PUSTAKA

DiMaio, Vincent & Dominick. 2001. Forensic Pathology second edition. Florida: CRC press

Idries, Abdul M. 2008. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Jakarta: sagung
seto

Budiyanto A, widiatmaka W, Sudiono S, Mun'im TWA, Sidhi, Hertian S et al. Ilmu Kedokteran forensik.
Jakarta, Indonesia : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997.

Budiyanto A, widiatmaka W, Sudiono S, Mun'im TWA, Sidhi, Hertian S et al. Teknik Autopsi Forensik.
Jakarta, Indonesia : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000

Anda mungkin juga menyukai