Psiko artinya pikiran dan soma artinya tubuh. Jadi, penyakit psikosomatis
artinya penyakit yang timbul atau disebabkan oleh kondisi mental atau emosi
seseorang. Penyakit ini juga disebut dengan penyakit akibat stress. Penyakit
psikosomatis sekarang sering disebut dengan penyakit psikofisologis. Namanya saja
yang sedikit berbeda namun maknanya sama.
Gangguan psikosomatik ialah gangguan atau penyakit dengan gejala-gejala yang
menyerupai penyakit fisik dan diyakini adanya suatu hubungan yang erat antara suatu
peristiwa psikososial tertentu dengan timbulnya gejala-gejala tersebut. Gangguan
psikosomatik ini banyak ditemukan pada praktek dokter sehari-hari; namun gangguan
ini sering kali diabaikan dan bahkan dilupakan. Biasanya penderita datang dengan
beraneka macam keluhan somatik mulai dari keluhan jantung, keluhan sakit perut
seperti nyeri ulu hati, kembung,mual diare(keluhan gastrointestinal), keluhan sakit
kepala dan lain-lain. Prevalensi gangguan psikosomatik cukup tinggi yaitu 16,121,9%, bahkan Fink et al menemukan sampai 30,3%.
Untuk mempertajam diagnosis dan untuk membatasi diri dari gangguan psikiatri
yang berat(misalnya psikosis), maka gangguan psikosomatik memiliki ciri-ciri dan
kriteria klinis sebagai berikut :
Tidak didapatkan kelainan psikiatris. Penderita masih sadar bahwa dirinya
sakit dan masih aktif mau datang berobat.
Keluhan yang timbul selalu berhubungan dengan emosi tertentu. Misalnya
keluhan timbul saat berad di kantor sedangkan di rumah tidak apa-apa.
Keluhan berganti-ganti dari satu sistem organ ke sistim organ lain. Misalnya
hari ini keluhan pada sistim kardiovaskular beberapa minggu kemudian hilang
dan pindah ke sistim gastrointestinal.
Ditemukan adanya ketidakseimbangan sistim syaraf otonom vegetatif.
Riwayat hidup penderita penuh dengan konflik atau stres.
Terdapat perasaan negatif yang menjadi titik tolaj keluhannya(dongkol,
cemas, sedih, cemburu dsb)
Terdapat faktor presipitasi atau pencetus yang mendahului segala keluhannya.
Bisa berupa psikis atau fisik.
Adanya faktor penyedia (predisposisi) yang diketahui dengan anamnesis jauh
kebelakang sejak pasien dikandung, dilahirkan dan dibesarkan. Faktor
predisposisi ini bisa berupa faktor biologis maupun perkembangan kejiwaan
penderita tersbut.
Apabila terdapat salah satu kriteria tersebut diatas, mungkin ada gangguan
psikosomatik.
Etiologi
Ada beberapa penyebab dari gangguan psikosomatis:
1. Stres Umum
Stres ini dapat berupa suatu peristiwa atau suatu situasi kehidupan dimana
individu tidak dapat berespon secara adekuat. Menurut Thomas Holmes dan Richard
Rahe, didalam skala urutan penyesuaian kembali sosial (social read justment rating
scale) menuliskan 43 peristiwa kehidupan yang disertai oleh jumlah gangguan dan
stres pada kehidupan orang rata-rata, sebagai contohnya kematian pasangan 100 unit
perubahan kehidupan, perceraian 73 unit, perpisahan perkawinan 65 unit, dan
kematian anggota keluarga dekat 63 unit. Skala dirancang setelah menanyakan pada
ratusan orang dengan berbagai latar belakang untuk menyusun derajat relatif
penyesuaian yang diperlukan olewh perubahan lingkungan kehidupan. Penelitian
terakhir telah menemukan bahwa orang yang menghadapi stres umum secara optimis
bukan secara pesimis adalah tidak cenderung mengalami gangguan psikosomatis, jika
mereka mengalaminya mereka mudah pulih dari gangguan.
2. Stres Spesifik Lawan Non Spesifik
Stres psikis spesifik dan non spesifik dapat didefenisikan sebagai kepribadian
spesifik atau konflik bawah sadar yang menyebabkan ketidakseimbangan homeostatis
yang berperan dalam perkembangan gangguan psikosomatis. Tipe kepribadian
tertentu yang pertama kali diidentifikasi berhubungan dengan kepribadian koroner
(orang yang memiliki kemauan keras dan agresif yang cenderung mengalami oklusi
miokardium).
3. Variabel Fisiologis
Faktor hormonal dapat menjadi mediator antara stres dan penyakit, dan
variabel lainnya adalah kerja monosit sistem kekebalan. Mediator antara stres yang
didasari secara kognitif dan penyakit mungkin hormonal, seperti pada sindroma
adaptasi umum Hans Selye, dimana hidrokortison adalah mediatornya, mediator
mungkin mengubah fungsi sumbu hipofisis anterior hipotalamus adrenal dan
penciutan limfoit. Dalam rantai hormonal, hormon dilepaskan dari hipotalamus dan
menuju hipofisis anterior, dimana hormon tropik berinteraksi secara langsung atau
melepaskan hormon dari kelenjar endokrin lain. Variabel penyebab lainnya mungkin
adalah kerja monosit sistem kekebalan. Monosit berinteraksi dengan neuropeptida
otak, yang berperan sebagai pembawa pesan (messager) antara sel-sel otak. Jadi,
imunitas dapat mempengaruhi keadaan psikis dan mood.
Patofisiologi
Ada beberapa gangguan spesifik yang dapat disebabkan oleh gangguan psikis:
1. Sistem Kardiovaskuler
Mekanisme yang terjadi pada psikosomatis dapat melalui rasa takut atau
kecemasan yang akan mempercepat denyutan jantung, meninggikan daya pompa
jantung dan tekanan darah, menimbulkan kelainan pada ritme dan EKG. Kehilangan
semangat dan putus asa mengurangi frekuensi, daya pompa jantung dan tekanan
darah. Gejala-gejala yang sering didapati antara lain: takikardia, palpitasi, aritmia,
nyeri perikardial, napas pendek, lelah, merasa seperti akan pingsan, sukar tidur.
Gejala- gejala seperti ini sebagian besar merupakan manifestasi gangguan kecemasan.
2. Sistem pernafasan
a. Asma bronkialis
Faktor genetik, alergik, infeksi, stres akut dan kronis semuanya berperan
dalam menimbulkan penyakit. Stimuli emosi bersama dengan alergi penderita
menimbulkan konstriksi bronkioli bila sistem saraf vegetatif juga tidak stabil dan
mudah terangsang. Walaupun pasien asma karateristiknya memiliki kebutuhan akan
ketergantungan yang berlebihan, tidak ada tipe kepribadian yang spesifik yang telah
meningkat secara bertahap, dan mencapai intensitas maksimum kira-kira lima hari
sebelum periode menstruasi dimulai. Faktor psikososial, dan biologis telah terlibat
didalam patogenesis gangguan. Penderitaan menopause (menopause distress), adalah
suatu keadaan yang terjadi setelah tidak adanya periode menstruasi selama satu tahun
yang disebut menopause. Banyak gejala psikologis yang dihubungkan dengan
menopause, termasuk kecemasan, kelelahan, ketegangan, labilitas emosional, mudah
marah (iritabilitas), depresi, pening, dan insomnia. Tanda dan gejala fisik adalah
keringat malam, muka kemerahan, dan kilatan panas (hot flash). keadaan ini
kemungkinan berhubungan dengan sekresi luteinizing hormone (LH). Fungsi yang
tergantung pada estrogen hilang secara berurutan, dan wanita mungkin mengalami
perubahan atrofik pada permukaan mukosa, disertai oleh vaginitis, pruritus,
dispareunia, dan stenosis.
Wanita mungkin juga mengalami perubahan dalam metabolisme kalsium dan lemak,
kemungkinan sebagai efek sekunder dari penurunan kadar estrogen, dan perubahan
tersebut mungkin disertai oleh sejumlah masalah medis yang terjadi pada tahun-tahun
pasca menopause, seperti osteoporosis dan aterosklerosis koroner. Keparahan gejala
menopause tampaknya berhubungan dengan kecepatan pemutusan hormon, jumlah
deplesi hormon, kemampuan konstitusional wanita untuk menahan proses ketuaan,
kesehatan, dan tingkat aktivitas mereka, serta arti psikologis ketuaan bagi mereka.
Kesulitan psikiatrik yang bermakna secara klinis dapat berkembang selama siklus
kehidupan fase involusional. Wanita yang sebelumnya mengalami kesulitan
psikologis, seperti harga diri yang rendah dan kepuasan hidup yang rendah,
kemungkinan rentan terhadap kesulitan selama menopause.
4.
Gangguan kekebalan
a. Penyakit infeksi
Penelitian klinis menyatakan bahwa variabel psikologis mempengaruhi
kecepatan pemulihan dari mononukleosis infeksius dan influensa. Stres dan keadaan
psikologis yang buruk menurunkan daya tahan terhadap tuberkulosis dan
mempengaruhi perjalanan penyakit. Dengan demikian perkembangan penyakit sangat
dipengaruhi oleh keadaan psikologis orang.
b. Gangguan alergi
Bukti klinis menyatakan bahwa faktor psikologis berhubungan dengan
pencetus alergi. Asma bronkial adalah contoh utama proses patologis yang melibatkan
hipersensitifitas segera yang berhubungan dengan proses psikososial.
c. Transplantasi organ
Pengaruh psikososial seperti kehidupan yang penuh dengan stres, kecemasan dan
depresi mempengaruhi sistem kekebalan yang berperan dalam mekanisme penolakan
transpalantasi organ.
5. Nyeri kepala
a. Migren
Migren adalah ganguan paroksismal yang ditandai oleh nyeri kepala rekuren,
dengan atau tanpa gangguan visual dan gastrointestinal. 2/3 pasien memiliki riwayat
gangguan yang sama. Kepribadian obsesional yang jelas terkendali dan
perfeksionistik, yang menekan marah, dan yang secara genetik berpresdisposisi pada
migren mungkin menderita nyeri kepala tersebut.
menahan diri, gangguan paru-paru, gangguan psikomotoris dan iritatif (mudah marah,
gelisah dan ansietas bila obat dihentikan).
Versi PPT
Gangguan psikosomatis atau somatisasi adalah gangguan psikis yang menyebabkan
munculnya gangguan fisik. Pendek kata, psikosomatik adalah penyakit fisik yang
disebabkan oleh pikiran negatif dan/atau masalah emosi. Masalah emosi itu antara
lain rasa berdosa, merasa punya penyakit, stress, depresi, kecewa, kecemasan atau
masalah emosi negatif lainnya. Gangguan ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa,
anak-anak pun bisa mengalaminya.
Perlu diketahui bahwa pikiran dapat menyebabkan gejala fisik. Sebagai contoh, ketika
seseorang takut atau cemas dapat memacu detak jantung yang cepat, jantung berdebar,
merasa sakit, gemetar (tremor), berkeringat, mulut kering, sakit dada, sakit kepala,
dan bernafas cepat. Gejala-gejala fisik tersebut melalui saraf otak mengirim impuls
tersebut ke berbagai bagian tubuh, dan pelepasan adrenalin ke dalam aliran darah.
Gejala:
Psikosomatis ditandai dengan adanya keluhan dengan gejala fisik yang beragam.
Namun umumnya penderita mengalami atau mengeluhkan beberapa gejala berikut:
* mual
* muntah
* sendawa
* sakit perut
* rasa pedih
* kulit gatal
* pusing
* nyeri saat berhubungan seksual
Pengobatan:
Ada dua macam pengobatan untuk gangguan psikosomatik, pengobatan fisik dan
mental. Pengobatan fisik disesuaikan dengan penyakit yang diderita. Sedangkan
perawatan mental dapat dilakukan dengan hipnoterapi, obat, atau dengan bantuan
psikolog.