Anda di halaman 1dari 6

INFEKSI SALURAN KEMIH

1. Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan dimana terjadi pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih yang biasanya steril, meliputi
infeksi di parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria
yang bermakna.1
2. Epidemiologi
ISK terjadi 3-5% pada anak perempuan dan 1% pada anak laki-laki. Pada
wanita, ISK pertama kali biasanya terjadi pada usia 5 tahun, diduga faktor uretra
yang lebih pendek pada perempuan yang berperan dalam hal ini. Data prevalensi
rumah sakit RSCM Jakarta dalam periode 3 tahun (1993-1995) didapatkan 212
kasus ISK, dengan rata-rata 70 kasus baru per tahun. Data studi kolaboratif pada
7 rumah sakit pusat pendidikan dokter di Indonesia dalam kurun 5 tahun (19841989) dilaporkan angka kejadian kasus baru ISK pada anak berkisar antara 0,11,9% dari seluruh kasus pediatric yang dirawat . Jumlah ISK kompleks di
Jakarta lebih sedikit dari ISK simpleks yaitu 22,2% dari 42 kasus ISK.
Meskipun lebih sedikit perlu mendapat perhatian khusus karena dapat bersifat
progresif. 2
3. Etiologi
Terbanyak disebabkan oleh bakteri-bakteri penghuni usus, yaitu terbanyak E.
Coli (70-80%). Prevalensi penyebab bakteri lainnya seperti, Klebsiella, Proteus
Sp., Pseudomonas, Enterokokus, Stafilokokus, dll. Bervariasi tergantung umur
penderita. Infeksi virus, khususnya adenovirus, dapat juga terjadi, khususnya
sebagai penyebab sistitis.3
4. Faktor Risiko 1,3
Faktor risiko untuk terjadinya ISK pada anak-anak antara lain:

Anak yang menerima antibiotika spektrum luas (mis, amoxicillin,


cephalexin), yang sangat mungkin dapat merubah keseimbangan flora

normal pada saluran cerna dan daerah periuretra, sehingga mengganggu


mekanisme pertahanan alami terhadap bakteri patogen.

Inkubasi bakteri yang memanjang di dalam urine kandung kemih oleh


karena pengosongan kandung kemih tidak sempurna, atau frekuensi
berkemih yang jarang, sehingga menurunkan mekanisme penting
pertahan kandung kemih terhadap infeksi.

Konstipasi, dimana terjadi dilatasi kronis pada rektum karena


penumpukan feses, adalah salah satu penyebab penting dari disfungsi
berkemih. Kelainan neurogenik atau anatomi dari kandung kemih dapat
juga menjadi penyebab disfungsi berkemih.

Sirkumsisi, dimana disebutkan bahwa sirkumsisi pada neonatus


menurunkan risiko ISK sebesar kurang lebih 90% pada bayi laki-laki
selama tahun-tahun pertama kehidupan. Pada bayi laki-laki yang di
sirkumsisi, risiko untuk terjadinya ISK adalah 1/1000, sedangkan yang
tidak disirkumsisi risikonya adalah 1/100.

Reflux vesiko-ureter, adalah suatu keadaan dimana urin mengalir secara


retrograde, dari kandung kemih ke ureter dan pelvis renalis. Ureter
secara normal menenpel pada kandung kemih dalam arah oblik,
melubangi otot kandung kemih dari arah lateral dan berjalan diantara
mukosa kandung kemih dan otot-otot detrusor, membentuk suatu
mekanisme katup yang mencegah terjadinya refluks. Refluk terjadi jika
saluran submukosa antara mukosa dan otot detrusor terlalu pendek atau
tidak ada. Refluk biasanya terjadi secara congenital, terjadi pada
keluarga, dan mengenai sekitar 1% dari seluruh anak-anak.

Uropati obstruktif, yang biasanya disebabkan oleh adanya katup uretra


posterior sehingga menyebabkan terjadinya obstruksi aliran urin dan
meningkatkan resiko terjadinya infeksi.

Kateterisasi atau instrumentasi uretra yang tidak mengindahkan prinsipprinsip aseptik dan tindakan antiseptik.

Menyeka sisa-sisa kemih dari belakang ke depan.

Mandi busa.

Pakaian dalam yang terlalu ketat.

5. Manifestasi Klinis
Infeksi saluran kemih dapat simtomatik maupun asimtomatik. Pada bayi baru
lahir gejala dapat berupa demam, malas minum, ikterus, hambatan pertumbuhan,
atau tanda-tanda sepsis. Pada masa bayi gejala sering berupa panas yang tidak
diketahu penyebabnya, nafsu makan berkurang, gangguan pertumbuhan
berkurang, kadang kadang diare atau kencing sangat berbau. Pada usia
prasekolah berupa sakit perut, muntah, demam, sering kencing, dan mengompol.
Pada usia sekolah gejala spesifik makin nyata berupa mengompol, sering
kencing sakit waktu kencing, atau sakit pinggang.4
Demam dan sakit pinggang merupakan gejala ISK bagian atas (ureter, pielum,
dan ginjal) sedangkan gejala ISK bagian bawah ( kandung kemih dan uretra)
biasanya lebih ringan, umumnya berupa disuria, polakisuria, atau kencing
mengedan, tanpa demam.
Secara umum gejala klinis dari infeksi saluran kemih berbeda beda yaitu
tergantung dari umurnya, berikut uraiannya :

Umur 0 1 bulan :

Gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah dan

diare, kejang, koma, panas / hipotermia tanpa diketahui sebabnya

Umur 1 24 bulan:

Panas / hipotermia tanpa diketahui sebabnya,

gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah, diare, kejang, koma, kolik


(anak menjerit keras), air kemih berbau / berubah warna, kadang
kadang disertai nyeri perut /pinggang.

Umur 2 6 tahun :

Panas / hipotermia tanpa diketahui sebabnya,

tidak dapat menahan kencing, polakisuria, disuria, enuresis, air kemih


berbau dan berubah warna, diare, muntah, gangguan pertumbuhan serta
anoreksia.

Umur 6 18 tahun :

Nyeri perut / pinggang, panas tanpa diketahui

sebabnya, tidak dapat menahan kencing, polikisuria, disuria, enuresis, air


kemih berbau dan berubah warna.

6. Diagnosis 5
Pemeriksaan laboratorium yang terpenting untuk menegakkan diagnosis Infeksi
saluran kemih adalah biakan urine dan pemeriksaan urine lengkap. Kriteria
diagnosis ISK pada anak berdasarkan pemeriksaan kultur urine dapat disimak
pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria diagnosis ISK pada anak.
Cara pengumpulan urin

Jumlah koloni (biakan

Kemungkinan adanya

Aspirasi suprapubik

murni
Bakteri gram negatif

ISK
> 99%

seberapapun jumlahnya
Bakteri gram positif >
beberapa ribu
> 105

95%

kemih

> 104-105
> 103-104
> 103

Diperkirakan ISK
Diragukan; Ulangi
Tidak ada ISK

Cara pengumpulan urin

Jumlah koloni (biakan

Kemungkinan adanya

Urine porsi tengah

murni
> 104

ISK
Diperkirakan ISK

3 x biakan > 105


2 x biakan > 105
1 x biakan > 105
5 x 104 -105
104 5 x 104

95%
90%
80%
Diragukan, Ulangi
Klinis simtomatik:

Klinis simptomatis

diragukan, Ulangi
Diperkirakan

Klinis asimptomatis

ISK,Ulangi
Tidak ada ISK

Kateterisasi kandung

Anak laki-laki
Anak perempuan

< 104

Tidak ada ISK

7. Diagnosis Banding4
Berdasarkan kriteria diatas, diagnosis ISK sangat mudah ditegakkan. Adanya
disuria saja dapat juga merupakan gejala vaginitis (perempuan), dan manifestasi
adanya cacing kremi. Apabila ISK disertai hematuri, maka perlu dievaluasi
penyebab hematuri yang lain.
8. Penatalaksanaan5

Eradikasi kuman/pemberian antibiotik segera dan adekuat

Jenis antibiotik yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan hasil biakan,


namun pemberian antibiotik tidak boleh menunggu waktu. Jadi antibiotik harus
segera diberikan secara empiris sambil menunggu hasil biakan. Suatu penelitian
menunjukkan bahwa anak dengan ISK yang disertai demam yang diberikan
pengobatan dalam 24 jam saat mulai demam dapat mencegah terjadinya
perubahan di ginjal. Sedangkan bila > 24 jam baru mendapat terapi mempunyai
risiko terjadinya perubahan-perubahan di ginjal dan diperlukan tindakan yang
segera dan efektif untuk mencegah terjadinya kerusakan ginjal. Anak dengan
ISK kompleks dan bayi < 3 bulan diberikan antibiotik secara parenteral
kombinasi antara ampisilin dan gentamisin, sedangkan pada bayi 3-6 bulan
diberikan gentamisin saja atau sefalosporin generasi ke-3. Apabila keadaan
umum sudah membaik, antibiotik intravena dapat diganti dengan oral.
9. Prognosis6
ISK tanpa kelainan anatomis menpunyai prognosis lebih baik bila dilakukan
pengobatan pada fase akut yang andekuat dan disertai pengawasan terhadap
kemungkinan infeksi berulang.

DAFTAR PUSTAKA
1. Richard EB, Robert MK, Hal BJ . 2000 Urinary Tract Infection. Dalam :
Nelson Textbook of Pediatrics, edisi ke-16. Philadelphia : WB Saunders Co.
2000 .h.658-670
2. Alatas Husein. 2002. Diagnosa Dan Tatalaksana Infeksi Saluran Kemih Pada
Anak dalam Hot Topics In pediatrics II, pp 162-179, PKB IKA XLV, Balai
Penerbit FKUI Jakarta.
3. Suraatmaja S, Soetjiningsih, Penyunting. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Ilmu

Kesehatan

Anak

RSUP

Sanglah

Denpasar.

Cetakan

ke-2.

Denpasar:Lab./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/ RSUP Sanglah;


2000. h. 159-162.
4.

Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton. 2007. Nelson Textbook of


Pediatric 18th ed. Saunders. Philadelphia.

5. Suarta Ketut. Diagnosis dan Tatalaksana ISK. Dalam Pendidikan Kedokteran


Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak VII. Denpasar : Bagian/SMF Ilmu
Kesehatan Anak FK UNUD/ RSUP Sanglah; 2006. h 22-31.
6. Mansjoer Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Media
Aesculapius : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai