Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN NYERI

(PASIEN PALIATIF DAN TERMINAL LINES)

DISUSUN OLEH :

TINGKAT : 3A KEPERAWATAN

KELOMPOK : III

ALFANDI 201601004

EKA NURFADILAH ISLAMIAH 201601012

I WAYAN SUMADO 201601020

MARSUJI UTAMI 201601022

MARWATI P. SAPENI 201601023

NINDIA MEIGA BERLIANA 201601030

NUR HIKMA 201601031

SUHASTIN AGAMAN 201601041

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan kasih sayang-
Nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan. Makalah dengan judul “Manajemen
Nyeri Pasien Paliatif Dan Terminal lines” dibuat dalam rangka memenuhi tugas Mata
Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif di semester ganjil (V).

Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu proses
pembuatan makalah ini baik secara moril maupun materil. Besar harapan kami makalah ini
dapat memberi kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam keperawatan
yang bisa bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat luas nantinya.

Sebagai penyusun, kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan.
Terima kasih.

Penyusun

Kelompok III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat.
Nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Management adalah salah satu bagian dari displin ilmu medis yang berkaitan dengan
upaya-upaya menghilangkan nyeri atau pain relief. Management nyeri ini menggunakan
pendekatan multi disiplin yang didalamnya termasuk pendekatan farmakologikal
(termasuk pain modifiers), non farmakologikal dan psikologikal.
World Health Organization (WHO) memberi batasan perawatan paliatif sebagai
“perawatan total dan aktif pada penderita dengan penyakit yang tidak re
sponsif terhadap pengobatan atau kuratif”. Perawatan terutama dalam kontrol nyeri
dan keluhan yang lain, masalah psikologis, sosial dan spiritual.

B. Rumusan Masalah
1. Pegertian nyeri, managemen nyeri dan perawatan pasien paliatif?
2. Apa saja macam-macam manajemen nyeri pada pasien paliatif?
3. Bagaimana cara memanagemen nyeri pasien paliatif?
BAB II

PEMBAHASAN

A. MANAJEMEN NYERI DALAM PERAWATAN PALIATIF


1. Pengertian

Nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat


terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan. Management adalah salah satu bagian dari displin ilmu medis yang berkaitan
dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri atau pain relief. Management nyeri ini
menggunakan pendekatan multi disiplin yang didalamnya termasuk pendekatan
farmakologikal (termasuk pain modifiers), non farmakologikal dan psikologikal.
Pasien paliatif merupakan pasien yang menderita penyakit kronis atau stadium
lanjut, yang biasanya membutuhkan perawatan paliatif. Perawatan paliatif merupakan
pelayanan kesehatan kepada penderita sebagai individu seutuhnya yang bersifat holistik
dan terintegrasi (Cheville, 2010). Perawatan ini diperlukan bagi penderita dengan
penyakit yang belum dapat disembuhkan seperti kanker dan penyakit infeksi HIV AIDS.
World Health Organization (WHO) memberi batasan perawatan paliatif sebagai
“perawatan total dan aktif pada penderita dengan penyakit yang tidak responsif terhadap
pengobatan atau kuratif”. Perawatan terutama dalam kontrol nyeri dan keluhan yang lain,
masalah psikologis, sosial dan spiritual.
Tujuan perawatan paliatif adalah pencapaian kualitas hidup terbaik yang
memungkinkan bagi penderita dan keluarga (Johnston B, 2005; Tulaar 2012; Cheville,
2010). Pada tahun 2002, WHO memberikan batasan baru untuk perawatan paliatif
sebagai “suatu pendekatan untuk memperbaiki kualitas hidup penderita dan keluarga
yang menghadapi masalah berkaitan dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui
pencegahan dan pengurangan penderitaan dengan cara identifikasi dini dan asesmen serta
tatalaksana yang tepat untuk nyeri dan masalah lain, baik fisik, psikososial dan spiritual ”
(WHO, 2012).
2. Macam-macam manegemen nyeri dalam perawatan palaitif
a. Farmakoterapi

Konsep analgesia multimodal merupakan pendekatan farmakologi dengan


menggunakan dosis kecil dari beberapa obat berbeda yang saling bersinergi untuk
mencapai perbaikan derajat nyeri yang maksimal dengan efek samping yang minimal
dengan memperhatikan interaksi antar obat dan kondisi pasien. Dalam penatalaksanaan
nyeri nosiseptif dikenal beberapa golongan obat, antara lain golongan non opioid
analgetik dan opioid.
1) Non opioid analgesik, Obat golongan ini umumnya digunakan sebagai analgesia
nyeri dengan derajat ringan sampai sedang. Obat-obatan ini memiliki ceiling effect,
yaitu suatu keadaan/dosis dimana peningkatan dosis lebih lanjut tidak akan lagi
menambah efek analgesianya. Berdasarkan susunan kimiawinya, analgesia
golongan ini terdiri dari salicylates (asam asetilsalisilat), anthranilates (asam
mafenamat), arylacetic acids (diclofenac, indometasin), arylpropionic acids
(ibuprofen, ketorolac), pyrazolinone (metamizole), paraamino phenol
(paracetamol), acidic enolic compounds (piroxicam, meloxicam), dan coxib
(celexocib)

2) Nonsteroidal anti inflamamtory drugs (nsaids), Golongan obat analgetik ini juga
bekerja sebagai antipiretik dan anti inflamasi dengan menghambat enzim
Cyclooxygenase (COX) yang diperlukan dalam sintesa prostaglandin dan
tromboxan. Terdapat 2 COX isoform yaitu COX1 dan COX2. NSAIDs tradisional
merupakan inhibitor non selektif COX1 dan COX2 (contoh: diclofenac,
indometasin, ibuprofen, ketorolac, piroxicam), sedangkan generasi yang baru
merupakan inhibitor selektif COX2 (contoh: meloxicam, coxib). Namun demikian,
pasien yang mendapatkan terapi jangka panjang dengan obat golongan ini harus
dimonitor mengenai efek samping obat, antara lain berupa pendarahan
gastrointestinal, komplikasi kardiovaskuler, dan ginjal.

3) Opioid, Istilah opioid digunakan untuk semua obat sistetis maupun natural yang
mempunyai aksi kerja pada reseptor opioid di sistem saraf sentral maupun perifer.
Opioid dapat dibedakan menjadi :

a) Opioid: derivat obat dari alkaloid tumbuhan opium, contohnya morfin


b) Opioid endogen: opioid dalam tubuh manusia, contohnya endorfin
c) Opioid semi sintetik: contohnya oxycodone
d) Opioid full sintetik: contohnya fentanyl
4) Analgetik adjuvant, Analgesik adjuvant adalah obat-obatan yang indikasi
primernya bukan untuk mengatasi nyeri namun memberikan efek analgesia pada
kondisi nyeri tertentu. Misalnya :
a) Obat antidepresan (amitriptyline)
b) Obat anti konvulsan ( amitriptyline, anitriptyline, desipramine, imipramine)
c) Anksiolitik dan sedative (diazepam, Clonazepam, Alprazolam)

b. Rehabilitasi medik dalam perawatan paliatif


Tujuan utama pendekatan rehabilitasi dalam penatalaksanaan nyeri kronik adalah
untuk mengurangi nyeri dan mengembalikan kapasitas fungsional seseorang. Secara
lebih terperinci goal penatalaksanaan dalam manajemen nyeri kronik adalah sebagai
berikut:
1) Memelihara dan memaksimalkan fungsi dan aktifitas fisik
2) Mengurangi penyalahgunaan dan ketergantungan akibat obat-obatan, prosedur
invasif, dan modalitas pasif lainnya, serta membantu pasien menjadi lebih aktif
dalam menolong dirinya sendiri.
3) Mengembalikan derajat aktifitas seperti semula baik di rumah, di tempat kerja, dan
dalam pemanfaatan waktu luang.
4) Menurunkan intensitas nyeri subyektif dan perilaku maladaptasi terhadap nyeri.
5) Membantu pasien dalam menyelesaikan masalah kerja yang berkaitan dengan
kondisi nyeri.
Hal ini didasari bahwa nyeri kronik bukan hanya merupakan masalah anatomis saja
akan tetapi pengalaman nyeri juga melibatkan faktor psikologis dan dipengaruhi
lingkungan sosial.
Beberapa terapi rehabilitasi dalam perawatan pasien paliatif :
1) Terapi fisik
Terapi fisik dapat membantu membangun kepercayaan diri pasien, mengurangi
ketakutan untuk bergerak dan kekawatiran terhadap cedera ulang. Modalitas adalah
agen-agen fisik yang digunakan untuk menghasilkan respon terapi pada jaringan.
Modalitas tersebut antara lain :
a) modalitas thermal, bentuk modalitas panas dapat diklasifikasikan menurut
kedalaman penetrasi dan bentuk transfer panas. Mekanisme transfer panas
terdiri dari konduksi, konveksi, radiasi, evaporasi, dan konversi.
b) Hidroterapi, hidroterapi adalah penggunaan air secara eksternal untuk
tatalaksana disfungsi fisik. Tekanan hidrostatik membantu sirkulasi dan
menurunkan tendensi penumpukan darah pada bagian bawah tubuh. Densitas
relatif memberikan dukungan pada tubuh atau tungkai dan lengan, sehingga
menurunkan stress pada sendi yang menopang berat badan tubuh.
c) Laser dingin tenaga rendah (low-power cold laser), LASER adalah singkatan
dari Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation (amplifikasi
cahaya yang distimulasi oleh emisi radiasi). Efek fisilogis dari cold laser adalah
memfasilitasi penyembuhan luka atau ulkus.
d) Elektroterapi, adalah terapi yang menggunakan arus listrik untuk menstimulasi
syaraf atau otot atau keduanya secara transkutaneus menggunakan elektroda-
elektroda permukaan.
e) Traksi tulang belakang, adalah usaha menarik dengan kekuatan tertentu, yang
digunakan pada vertebra cervical atau lumbal. Indikasi klinis yang paling sering
dari traksi tulang belakang adalah untuk meredakan nyeri dan herniasi diskus,
dengan atau tanpa komplikasi kompresi akar saraf.
f) Terapi latihan, adalah aktifitas fisik, sikap tubuh, atau pergerakan tubuh secara
menyeluruh yang dilakukan secara sistematik dan terencana. Latihan mobilitas
diberikan kepada penderita nyeri. Pada keadaan nyeri kronik yang
berhubungan dengan kelemahan otot, latihan penguatan dapat diberikan.
Latihan penguatan dapat berupa latihan isotonik, isometrik maupun
isokinetik. Latihan penguatan dilakukan dengan prinsip overload, yaitu
beban yang diberikan saat latihan harus melebihi beban yang dapat
menyebabkan kelelahan otot.
g) Manipulasi, adalah suatu tindakan pasif, gerakan mekanis yang dilakukan pada
sendi tertentu atau pada suatu segmen sendi, untuk mengembalikan lingkup
gerak atau ekstensibilitasnya, dan untuk mengurangi nyeri
h) Masase, merupakan stimulasi sistematik dan mekanis dari jaringan lunak pada
tubuh dengan memberikan tekanan ritmik dan stretching untuk tujuan
terapeutik.
2) Terapi okupasi
Okupasi terapi khususnya berfokus pada edukasi pasien mengenai postur yang
sesuai dan ergonomis, aktivitas ekstrimitas yang berkaitan dengan aktivitas
kehidupan sehari – hari, dan memfasilitasi seseorang untuk memilih atau kembali ke
pekerjaan yang sesuai. Terapis okupasional harus dilibatkan sejak awal untuk
mengindentifikasi masalah pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan, menganalisa
dan memberikan saran dalam memodifikasi pekerjaan dan jika perlu memberikan
pelatihan.

3) Psikoterapi
Nyeri yang menetap mempengaruhi komponen emosional pasien serta
seringkali disertai dengan depresi dan/atau kecemasan. Di dalam praktek klinis,
psikoterapis membedakan kombinasi pendekatan tersebut untuk dicocokkan dengan
kebutuhan pasien. Adapun kombinasi dari kombinasi pendekatan yaitu:
a) Terapi perilaku kognitif
Terapi perilaku kognitif (CBT/Cognitive behavioral therapy) berdasar pada
teori bahwa meyakini hal-hal yang irrasional dan sikap yang menyimpang ke
arah diri sendiri, lingkungan, dan depresi yang menetap. Tujuan diberikannya
CBT adalah untuk mengurangi depresi dengan cara menantang sikap dan
kepercayaan ini.
b) Terapi perilaku
Terapi perilaku menggunakan manajemen kontingensi atau operant
conditioning untuk membantu pasien memodifikasi nyeri-terkait perilaku.
Metode ini dapat juga membantu merehabilitasi nyeri pasien dengan terus
meningkatkan kemampuan fungsional mereka.
c) Psikoterapi interpersonal
Psikoterapi interpersonal (IPT/Interpersonal Therapy), dikembangkan untuk
penatalaksanaan depresi, yang bekerja dengan asumsi bahwa, karena adanya
gejala yang terjadi dalam konteks sosial, menunjukkan sebuah masalah atau
banyak masalah dalam kehidupan interpersonal pasien dapat membantu
menghilangkan gejala.
d) Psikoterapi psikodinamik
Psikoterapi psikodinamik meliputi semua intervensi psikoterapeutik yang
membagi dasarnya dalam teori psikodinamik mengenai penyebab kerentanan
terhadap masalah psikologis. Bentuk psikoterapi ini paling sering digunakan
jangka panjang dan bertujuan mengurangi gejala dengan segera.
e) Latihan relaksasi dan biofeedback
Latihan relaksasi dan biofeedback merupakan metode penanganan perilaku yang
telah berhasil digunakan untuk menangani banyak sindroma nyeri, termasuk
miofasial dan nyeri yang diatur simpatetik. Beberapa teknik relaksasi bisa pada
nyeri kronik, dua yang paling sering yaitu latihan autogenik dan relaksasi otot
progresif.
f) Teknik distraksi
Teknik distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke
stimulus yang lain. Teknik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori
bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri
adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan. Sedangkan Management adalah salah satu bagian dari displin ilmu medis
yang berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri atau pain relief.
Management nyeri ini menggunakan pendekatan multi disiplin yang didalamnya
termasuk pendekatan farmakologikal (termasuk pain modifiers), non farmakologikal
dan psikologikal.

B. SARAN
Bagi pembaca makalah ini kami mengharapkan masukan dan saran untuk
kemajuan kelompok kami. Terima kasih atas masukan dan saran dari teman-teman.
Kami juga menyarankan agar para pembaca lebih meningkatkan hidup bersih agar
tidak mudah terinfeksi kuman dan bakteri.
DAFTAR PUSTAKA

(Cheville, 2010). World Health Organization (WHO). (Johnston B, 2005; Tulaar


2012; Cheville, 2010). (WHO, 2012).
DAFTAR ISI

Kata pengantar

Daftar isi

Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah

Bab II Pembahasan
A. Pengertian.
B. Tujuan penatalaksanaan manajemen nyeri pada pasien paliatif.
C. Faktor yang mempengaruhi respon nyeri
D. Macam-macam managemen nyeri dalam perawatan paliatif
E. Rehabilitasi medik dalam perawatan paliatif

Bab III Penutup


A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai