Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

DYSMENNORRHEA

DISUSUN OLEH :
SHELVIA ROSALINDA

P17221171010

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN LAWANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan

hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan

waktu yang telah ditetapkan. Penulisan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan

tugas yang diberikan kepada kami dalam menempuh perkuliahan khususnya dalam

mata kuliah maternitas dengan pokok bahasan dan judul Asuhan Keperawatan dengan

Kasud Dysmenorrhea. Adapun dalam penulisan makalah ini masih ada kekurangan

untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dalam pembuatan

makalah selanjutnya. Terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam

pembutaan makalah ini.

Jember, 24 Desember 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
KONSEP MEDIS
1. Definisi ....................................................................................................... 1
2. Klasifikasi ..................................................................................................... 2
3. Etiologi ......................................................................................................... 3
4. Tanda dan Gejala .......................................................................................... 5
5. Patofisiologi ................................................................................................. 6
6. Pathway ....................................................................................................... 9
7. Gambaran Klinis ........................................................................................... 10
8. Perbedaan Primer dan Sekunder ................................................................... 11
9. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 12
10. Penatalaksanaan ........................................................................................... 14
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian ..................................................................................................... 16
2. Diagnosa ........................................................................................................ 18
3. Intervensi ....................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….23

ii
A. KONSEP MEDIS

1. Defenisi Dismenore

Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang di sebabkan oleh kejang otot

uterus. Nyeri ini terasa di perut bagian bawah dan atau di daerah bujur sangkar

Michaelis . Nyeri dapat terasa sebelum dan sesudah haid. Dapat bersifat kolik atau

terus menerus. Nyeri haid yang merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit.

Istilah dismenorea biasa dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat dimana penderita

mengobati sendiri dengan analgesik atau sampai memeriksakan diri ke dokter.

Dismenore adalah nyeri haid yang sedemikian hebatnya, sehingga memaksa

penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari

untuk beberapa jam atau beberapa hari. Patofisiologi dismenore sampai saat ini masih

belum jelas, tetapi akhir-akhir ini teori prostaglandin banyak digunakan, dikatakan

bahwa pada keadaan dismenore kadar prostaglandin meningkat. Kram, nyeri dan

ketidaknyamanan lainnya yang dihubungkan dengan menstruasi disebut juga

dismenore. Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram yang bervariasi; pada

beberapa wanita, hal itu muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman ringan dan letih,

dimana beberapa yang lain menderita rasa sakit yang mampu menghentikan aktifitas

sehari-hari. Dismenore dikelompokkan sebagai dismenore primer saat tidak ada sebab

yang dapat dikenali dan dismenore sekunder saat ada kelainan jelas yang

menyebabkannya. Wanita yang tidak berovulasi cenderung untuk tidak menderita

kram menstruasi; hal ini sering terjadi pada mereka yang baru saja mulai menstruasi

atau mereka yang menggunakan pil KB. Kelahiran bayi sering merubah gejala-gejala

menstruasi seorang wanita, dan sering menjadi lebih baik.

1
Istilah dismenorea atau nyeri haid hanya dipakai jika nyeri haid demikian

hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan

pekerjaannya untuk beberapa jam atau beberapa hari (Simanjuntak, 1997). Ada 2 jenis

dismenorea, yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder.

2. Klasifikasi Dismenore

Dismenore terbagi menjadi 2 , yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder :

1. Desminore primer

Desminore primer terjadi jika tidak ada penyakit organic, biasanya dari bulan

ke-6 sampai tahun ke-2 setelah menarke. Desminore ini seringkali hilang saat

berusia 25thn atau setelah wanita hamil dan melahirkan pervaginam. Faktor

psikogenik dapat mempengaruhi gejala, tetapi gejala pasti berhubungan dengan

ovulasi dan tidak terjadi saat ovulasi disupresi. Selama fase luteal dan aliran

menstruasi berikutnya, prostaglandin F2 alfa (PGF2α) disekresi. Pelepasan PGF2α

yang berlebihan meningkatkan amplitude dan frekuensi reaksiuterus dan

menyebabkan vesospasme arteriol uterus, sehingga menyebabkan iskemia dan

kram abdomen bawah yang bersifak siklik. Respon sistemik terhadap PGF2α

meliputi nyeri punggung , kelemahan, mengeluarkan keringat, gejala saluran cerna

(anoreksia, mual, muntah, diare) dan gejala system saraf pusat (pusing, sinkop,

nyeri kepala, dan konsentrasi buruk) (Heitkemper,dkk 1991). Penyebab pelepasan

prostaglandin yang berlebihan belum diketahui.

2
2. Desminore sekunder

Desminore sekunder dikaitkan dengan penyakit pelvis organic, seperti

endometriosis, penyakit radang pelvis, stenosis serviks, neoplasma ovarium atau

uterus dan polip uterus. IUD juga dapat menyebabkan desminore sekunder.

Desminore sekunder dapat disalah artikan sebagai desminore primer aatau dapat

rancu dengan komplikasi kehamilan dini. Pada kasus pemeriksaan pelvis abnormal

dibutuhkan evaluasi selanjutnya untuk menentukan diagnosis. Desminore dapat

timbul pada perempuan dengan menometroragia yang meningkat. Evaluasi yang

hati-hati harus dilakukan untuk mencari kelainan dalam kavum uteri atau pelvis

yang dapat menimbulkan kedua gejala tersebut. Histeroskopi, histerosalpingogram

(HSG), sonogram transvaginal (TSV), dan laproskopi, semuanya dapat digunakan

untuk evaluasi. Pengobatak ditujukan untuk memperbaiki keadaan yang

mendasarinya.

3. Etiologi

1. Dismenore Primer

Secara umum, nyeri haid timbul akibat kontraksi disritmik miometrium yang

menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang ringan sampai berat di

perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik di sisi medial paha. Penyebab

Dismenore Primer antara lain :

3
a. Faktor endokrin

Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase korpus luteum. Menurut Novak

dan Reynolds, hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraktilitas

uterus sedangkan hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus.

b. Kelainan organic

Seperti: retrofleksia uterus, hipoplasia uterus, obstruksi kanalis servikalis,

mioma submukosum bertangkai, polip endometrium.

c. Faktor kejiwaan atau gangguan psikis

Seperti: rasa bersalah, ketakutan seksual, takut hamil, hilangnya tempat

berteduh, konflik dengan kewanitaannya, dan imaturitas.

d. Faktor konstitusi

Seperti: anemia, penyakit menahun, dsb dapat memengaruhi timbulnya

dismenorea.

e. Faktor alergi

Menurut Smith, penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset, ada

asosiasi antara dismenorea dengan urtikaria, migren, dan asma bronkiale.

2. Dismenore sekunder

Dismenore sekunder mungkin di sebabkan oleh kondisi berikut :

a. Endometriosis

b. Polip atau fibroid uterus

c. Penyakit radang panggul

d. Perdarahan uterus disfungsional

e. Prolaps uterus

4
f. Maladaptasi pemakaian AKDR

g. Produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abotus spontan, abortus terauputik,

atau ,melahirkan.

h. Kanker ovarium atau uterus.

4. Tanda dan gejala


1. Dismenore primer
Gejala-gejala umum seperti rasa tidak enak badan, lelah, mual, muntah,

diare, nyeri punggung bawah, sakit kepala, kadang-kadang dapat juga disertai

vertigo atau sensasi jatuh, perasaan cemas dan gelisah, hingga jatuh pingsan

(Anurogo, 2011). Nyeri dimulai beberapa jam sebelum atau bersamaan dengan

awitan menstruasi dan berlangsung selama 48 sampai 72 jam. Nyeri yang berlokasi

di area suprapubis dapat berupa nyeri tajam, dalam, kram, tumpul dan sakit. Sering

kali terdapat sensasi penuh di daerah pelvis atau sensasi mulas yang menjalar ke

paha bagian dalam dan area lumbosakralis. Beberapa wanita mengalami mual dan

muntah, sakit kepala, letih, pusing, pingsan, dan diare, serta kelabilan emosi selama

menstruasi(Reeder, 2013). Sedangkan menurut Sari (2012) ciri-ciri atau gejala

dismenore primer, yaitu 1) Nyeri berupa keram dan tegang pada perut bagian bawah;

2) Pegal pada mulut vagina; 3) Nyeri pinggang; 4) Pegal-pegal pada paha; 5) Pada

beberapa orang dapat disertai mual, muntah, nyeri kepala, dan diare.

5
2. Dismenore Sekunder

Nyeri dengan pola yang berbeda didapatkan pada dismenore sekunder yang

terbatas pada onset haid. Dismenore terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah

haid pertama, dismenore dimulai setelah usia 25 tahun. Sedangkan menurut Sari

(2012) ciri-ciri atau gejala dismenore sekunder, yaitu 1) Darah keluar dalam jumlah

banyak dan kadang tidak beraturan; 2) Nyeri saat berhubungan seksual; 3) Nyeri perut

bagian bawah yang muncul di luar waktu haid; 4) Nyeri tekan pada panggul; 5)

Ditemukan adanya cairan yang keluar dari vagina; 6) Teraba adanya benjolan pada

rahim atau rongga panggul.

5. Patofisiologi

1. Dismenorea primer

(primary dysmenorrhea) biasanya terjadi dalam 6-12 bulan pertama setelah

menarche (haid pertama) segera setelah siklus ovulasi teratur (regular ovulatory

cycle) ditetapkan/ditentukan. Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang

terkelupas (sloughing endometrial cells) melepaskan prostaglandin, yang

menyebabkan iskemia uterus melalui kontraksi miometrium dan vasokonstriksi.

Peningkatan kadar prostaglandin telah terbukti ditemukan pada cairan haid

(menstrual fluid) pada wanita dengan dismenorea berat (severe dysmenorrhea).

Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari pertama menstruasi.

Vasopressin juga memiliki peran yang sama. Riset terbaru menunjukkan bahwa

patogenesis dismenorea primer adalah karena prostaglandin F2alpha (PGF2alpha),

suatu stimulan miometrium yang kuat (a potent myometrial stimulant) dan

6
vasoconstrictor, yang ada di endometrium sekretori (Willman, 1976). Respon

terhadap inhibitor prostaglandin pada pasien dengan dismenorea mendukung

pernyataan bahwa dismenorea diperantarai oleh prostaglandin (prostaglandin

mediated). Banyak bukti kuat menghubungkan dismenorea dengan kontraksi uterus

yang memanjang (prolonged uterine contractions) dan penurunan aliran darah ke

miometrium. Kadar prostaglandin yang meningkat ditemukan di cairan

endometrium (endometrial fluid) wanita dengan dismenorea dan berhubungan baik

dengan derajat nyeri (Helsa, 1992; Eden, 1998).

Peningkatan endometrial prostaglandin sebanyak 3 kali lipat terjadi dari fase

folikuler menuju fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama

menstruasi (Speroff, 1997; Dambro, 1998). Peningkatan prostaglandin di

endometrium yang mengikuti penurunan progesterone pada akhir fase luteal

menimbulkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan

(Dawood, 1990). Leukotriene juga telah diterima (postulated) untuk mempertinggi

sensitivitas nyeri serabut (pain fibers) di uterus (Helsa, 1992). Jumlah leukotriene

yang bermakna (significant) telah dipertunjukkan di endometrium wanita dengan

dismenorea primer yang tidak berespon terhadap pengobatan dengan antagonis

prostaglandin (Demers, 1984; Rees, 1987; Chegini, 1988; Sundell, 1990; Nigam,

1991). Hormon pituitari posterior, vasopressin, terlibat pada hipersensitivitas

miometrium, mereduksi (mengurangi) aliran darah uterus, dan nyeri (pain) pada

penderita dismenorea primer (Akerlund, 1979). Peranan vasopressin di

endometrium dapat berhubungan dengan sintesis dan pelepasan prostaglandin.

7
2. Dismenorea Sekunder

Dismenorea sekunder (secondary dysmenorrhea) dapat terjadi kapan saja

setelah menarche (haid pertama), namun paling sering muncul di usia 20-an atau

30-an, setelah tahun-tahun normal, siklus tanpa nyeri (relatively painless cycles).

Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada dismenorea sekunder, namun,

secara pengertian (by definition), penyakit pelvis yang menyertai (concomitant

pelvic pathology) haruslah ada. Penyebab yang umum termasuk: endometriosis,

leiomyomata (fibroid), adenomyosis, polip endometrium, chronic pelvic

inflammatory disease, dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau IUD (intrauterine

device). Karim Anton Calis (2006) mengemukakan sejumlah faktor yang terlibat

dalam patogenesis dismenorea sekunder. Kondisi patologis pelvis berikut ini dapat

memicu atau mencetuskan dismenorea sekunder :

a. Endometriosis

b. Pelvic inflammatory disease

c. Tumor dan kista ovarium

d. Oklusi atau stenosis servikal

e. Adenomyosis

f. Fibroids

g. Uterine polyps

h. Intrauterine adhesions

i. Congenital malformations (misalnya: bicornate uterus, subseptate uterus)

j. Intrauterine contraceptive device

k. Transverse vaginal septum

8
l. Pelvic congestion syndrome

m. Allen-Masters syndrome

6. Pathway

VFungsi Fisologi Fungsi Endokrin Fungsi Abstruksi


komalis servik
Persepsi Nyeri Produk Prostaglandin
Meningkat utrerus

Penumpukan darah
Peningkatan Gastroistentinal Merangsang Pengeluaran
hadidn
produk netransmiter
prostaglanidin
vasopresin
Mual, Muntah
Kontraksi Uterus/
Peningkatan endometerium
kontraksi uterus
Nutrisi
Terjadi hipersentivitas
Hipoksia dan
iskemia jarinagn
uterus

Nyeri
Hambatan Mobilitas

Kurang Pengetahuan

Ansietas

9
7. Gambaran Klinis

1. Dismenore Primer

Deskripsi perjalanan penyakit

a. Dismenore muncul berupa serangan ringan, kram pada bagian tengah, bersifat

spasmodis yang dapat menyebar ke punggung atau paha bagian dalam.

b. Umumnya ketidaknyamanan di mulai 1-2 hari sebelu menstruasi, namun nyeri

yang paling berat selama 24 jam pertama menstruasi dan mereda pada hari

kedua.

c. Dismenore kerpa di sertai efek samping seperti :

 Muntah

 Diare

 Sakit kepala

 Sinkop

 Nyeri kaki

d. Karakteristik dan faktor yang berkaitan :

 Dismenore primer umumnya di mulai 1-3 tahun setelah menstruasi.

 Kasus ini bertambah berat setelah beberapa tahun samapai usia 23- 27

tahun, lalu mulai mereda.

 Umumnya terjadi pada wanita nulipara , kasus ini kerap menuntun

signifikasi setelah kelahiran anak.

 Lebih sering terjadi pada wanita obesitas.

 Dismenore berkaitan dengan aliran menstruai yang lama.

10
 Jarang terjadi pada atlet.

 Jarang terjadi pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang tidak

teratur.

 Nulliparity (belum pernah melahirkan anak)

 Usia saat menstruasi pertama <12 tahun

2. Dismenore sekunder

Deskripsi perjalanan penyakit

a. Dismenore di mulai setelah usia 20 tahun

b. Nyeri berdifat unilateral.

c. Tanda gejala umum yang paling sering muncul yaitu :

 Nyeri pada daerah supra pubis seperti cram, menyebar sampai area

lumbrosacral.

 Sering disertai nausea, muntah

 Diare

 Kelelahan

 Nyeri kepala

 Emosi labil

8. Perbedaan antara dismenore primer dan sekunder

1. Dismenore Primer

a. usia lebih muda

b. timbul segera setelah terjadinya siklus haid yang teratur

11
c. sering pada nulipara

d. nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik

e. nyeri timbul mendahului haid, meningkat pada dan meningkat bersamaan hari

pertama dan kemudian dengan keluarnya darah haid

f. sering memberikan respons - sering memerlukan tindakan terhadap

pengobatan medika dakan operatif mentosa

g. sering disertai mual, muntah, - tidak diare, kelelahan dan nyeri kepala

2. Dismenore Sekunder

a. usia lebih tua

b. tidak tentu

c. tidak berhubungan dengan paritas

d. nyeri terus-menerus

e. nyeri mulai pada saat haid menghilang bersamaan haid dengan keluarnya darah

haid.

9. Pemeriksaan penunjang

Pemerikasaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk menunjang

penegakan diagnosa bagi penderita Dismenorea atau mengatasi gejala yang timbul,

Pemeriksaan berikut ini dapat dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik

dismenorea:

1. Cervical culture untuk menyingkirkan sexually transmitted diseases.

2. Hitung leukosit untuk menyingkirkan infeksi

3. Kadar human chorionic gonadotropin untuk menyingkirkan kehamilan ektopik.

12
4. Sedimentation rate.

5. Cancer antigen 125 (CA-125) assay: ini memiliki nilai klinis yang terbatas dalam

mengevaluasi wanita dengan dismenorea karena nilai prediktif negatifnya yang

relatif rendah.

6. Laparoscopy

7. Hysteroscopy

8. Dilatation

9. Curettage

10. Biopsi Endomentrium

10. Penatalaksanaan

1. Dismenore primer

a. Latihan

 Latihan moderat, seperti berjalan atau berenang

 Latihan menggoyangkan panggul

 Latihan dengan posisi lutut di tekukkan ke dada, berbaring telentang atau

miring.

b. Panas

 Buli-buli panas atau botol air panas yang di letakkan pada punggung atau

abdomen bagian bawah

 Mandi air hangat atau sauna

13
c. Orgasme yang mampu menegakkan kongesti panggul.(peringatan : hubungan

seksual tanpa orgasme, dapat meningkatkan kongesti panggul.

d. Hindari kafein yang dapat meningkatkan pelepasan prostaglandin

e. Pijat daerah punggung, kaki , atau betis.

f. Istirahat

g. Obat-obatan

 Kontrasepsi oral menghambat ovulasi sehingga meredakan gejala

 Mirena atau progestasert AKDR dapat mencegah kram.

 Obat pilhan adalah ibuprofen, 200-250 mg, diminum peroral setiap 4-12 jam,

tergantung dosis, namun tidak melebihi 600 mg dalam 24jam.

 Aleve (natrium naproksen) 200mg juga bisa di minum peroral setiap 6 jam.

h. Terapi Komplementer

i. Biofeedback

j. Akupuntur

k. Meditasi

l. Black cohos

2. Dismenore sekunder

a. PRP

PRP termasuk endometritis, salpoingitis, abses tuba ovarium, atau peritonitis

panggul. Organisme yang kerap menjadi penyebab meliputi Neisseria

Gonnorrhoea dan C. thrachomatis, seperti bakteri gram negative, anaerob,

14
kelompok B streptokokus, dan mikoplasmata genital. Lakukan kultur dengan

benar.

b. Terapi anti biotic spectrum-luas harus di berikan segera saat diagnosis di

tegakkan untuk mencegah kerusakan permanen (mis, adhesi, sterilitas).

Rekomendasi dari center for disease control and prevention (CDC) adalah

sebagai berikut :

 Minum 400 mg oflaksasin per oral 2 kali/hari selama 14 hahri, di tambah

500 mg flagyl 2 kali/hari selama 14 hari.

 Berikan 250mg seftriakson IM 2 g sefoksitin IM, dan 1g probenesid

peroral di tambah 100 mg doksisiklin per oral , 2 kali/ hari selama 14 hari.

 Untuk kasus yang serius konsultasikan dengan dokter spesialis mengenai

kemungkinan pasien di rawat inap untuk di berikan antibiotic pe IV.

15
B. ASUHAN KEPERAWATAN DISMENORE

Nona A berusia 17 Tahun, mengeluh kram pada abdomen bawah setiap mengalami

mentruasi. Pasien mengatakan gejala ini dirasakan sejak menarche. Ia seringkali tidak

masuk sekolah karena nyeri yang dirasakan parah. Ia sering mengalami perut kembung

dan nyeri punggung saat mentruasi. Banyaknya darah mentruasi tidak terlau banyak,

biasanya mengganti pembalut sekitar 3-4 kali sehari pada saat mentruasi dengan lama

sekitar 5 hari. Tanda tanda vital normal, pemeriksaan pelvic menunjukan genitalia

ekterna normal dan anverted uterus baik. Pemerikassaan lab serum beta Hcg , 5 Miu/Ml,

gambaran pelvic normal, kultur gonokokus dan clamidia negative

1. Pengkajian

a. Identitas

Nama : Ny A

Usia : 17 tahun

b. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama

Nyeri abdomen

b. Riwayat kesehatan sekarang

Nona A mengeluh nyeri dibagian perut. Nyeri dirasakan setiap kali mentrusi.

c. Riwayat penyakit terdahulu

Setiap kali mentruasi sejak menarche selalu sakit

16
d. Analisa data

Data Etiologi Problem

DS : Klien mengeluh kram Fungsi Endokrin Nyeri


diabdomen bawah setiap
menttruasi Produkprostaglandin

DO : TTV Normal, Tanda


Gastroisteatinal
tanda vital normal,
pemeriksaan pelvic
Mual, muntah
menunjukan genitalia
ekterna normal dan
Nutrisi
anverted uterus baik.
Pemerikassaan lab serum
Nyeri
beta Hcg , 5 Miu/Ml,
gambaran pelvic normal,
kultur gonokokus dan
clamidia negative

DS : Klien seringkali tidak Fungsi Endokrin Gangguan mobilitas


masuk sekolah karena nyeri
yang dirasakan parah Produkprostaglandin
DO : TTV Normal
Gastroisteatinal

Mual, muntah

Nutrisi

Nyeri

17
Hambatan mobilitas

DS : Klien seringkali tidak Fungsi Endokrin Ansietas


masuk sekolah karena nyeri
yang dirasakan parah Produkprostaglandin
DO : TTV Normal
Gastroisteatinal

Mual, muntah

Nutrisi

Nyeri

Kurang pengetahuan

Ansietas

2. Diagnosa

1. Nyeri akut berhubungan dengan meningkatnya kontraktilitas uterus dan hipetrsensivitas

2. Hambatan mobilitas berhubungan dengan kelemahan

3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahua

18
3. Intervensi

No Dx Tujuan Intervensi Rasional

1 1 Tupan: Mandiri

Nyeri hilang 1. Hangatkan bagian perut 1. Dapat menyebabkan terjadinya

Tupen : vasodilatasi dan mengurangi kontraksi

Setelah dilakuakn spasmodamik uterus

perawatan selama 1 x 2. Masase daerah perut yang 2. Menguragi nyeri karena adanya

24 jam nyeri berkurang nyeri stimulus sentuhan teurapeutik

dengan Kriteria hasil : 3. Lakukan teknik relaksasi 3. Mengurangi ntekanan untuk

1. Pasien menyatakan mendapatk rileks

rasa nyaman setelah 4. Berikan diureis natural tidur 4. Mengurangi kongesti

nyeri berkurang dan istirahat

2. Pasien mampu

mengontrol nyeri 5. Ajarkan senam dismenore

3. Pasien tidak Kolaborasi

mengalami 1. Pemberian analgetik ( aspirin, 1. Diperlukan untuk mengurangi rasa

gangguan tidur kafein, fanasetin ) nyeri agar ibudapat istirahat

4. Pasien mengetahui 2. Terapi diometasin, ibu profen 2. Biasanya digunakan untuk

lanhkah langkah naproprosen menormalkan produksi prostagladin

senam dismenore

5. Pasien mampu

menggunakan

tehnik

19
nonfarmakologi

untuk mengurangi

nyeri, mencari

bantuan

2 2 Tupan : 1. Ajarkan dan berikan 1. Latihan rutin akan sangat bermanfaat

Tidak terjadi hambatan dorongan pada klien untuk

mobilitas melakukan program latihan

Tupen : secara rutin

Setelah dilakukan 2. Ajarkan pada klien dan 2. keluarga akan mengajarkan dirumah

perawatan selama 1x keluarga untuk dapat apabila perawat tidak ada

24 jam hambatan mengatur posisi secara

mobolitas berkurang mandiri dan menjaga

dengan criteria hasil : keseimbangn selama latihan

1. Klien meningkat ataupun aktifitas sehari hari

dalam aktivitas fisik 3. Kolabirasi dengan ahli

2. Mengerti tujuan dari terpifisik untuk progam

peningkatan latihan

mobilitas

3. Memverbalisasikan

perasaan dalam

meningkatkan

kekuatan dan

20
kemampuan

berpindah

4. Memperagakan

penggunaan alat

Bantu untuk

mobilisasi

(walker)

3 3 Tupan : 1. Ajarkan pasien tentang 1. Mengajarkan pasien tentang

penyakit dan perawatannya kondisinya adalah salah satu aspek


Tidak terjadi ansietas
2. Libatkan orang terdekat yang paling penting dari

Tupen : dalam program pengajaran, perawatannya.

sediakan materi
Setelah dilakukan
pengajaran/instruksi tertulis.
tindakan keperawatan

selam 1 x 24 jam

ansietas berkuranng
5. Ajarkan senam nyeri haid 2. Membantu meningkatkan pengetahuan
dengan kriteria hasil
dan memberikan sumber tambahan
3. Klien mengerti
untuk referensi perawatan
tentang penyakit
di rumah.
nyeri haid dan

perawatannya

21
4. Klien mengerti terapi

senam nyeri haid

22
DAFTAR PUSTAKA

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta: Salemba Medika

Heffner, Linda J dkk. 2008. At A Glance Sitem Reproduksi. Jakarta : Erlangga

http://sagungputri.blogspot.com/2012/01/asuhan-keperawatan-disminore.html

1
2

Anda mungkin juga menyukai