Anda di halaman 1dari 17

Komunikasi dengan Teman Sejawat

Disusun oleh :
1. Salma Qothrunnada (201902020018)
2. Salmah (201902020019)
3. Khansa Mutiara Hasna (201902020020)
4. Maulida Fiardhillah (201902020021)
5. Firda Putri Arinda (201902020022)
6. Nasikhatun (201902020023)
7. Marina (201902020024)

Prodi : D3 Kebidanan

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN
2019/2020
Kata Pengantar
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempa tandan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih kepada Ibu Risqi Dewi Aisyah, SST, MPH. yang telah memberikan
materi dan membimbing kami dalam menyusun makalah ini.Terima kasih juga kami ucapkan
kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga
makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Pekalongan, 4 September 2019

Penyusun
Daftar Isi

Komunikasi dengan Teman Sejawat


BAB I Pendahuluan ................................................................................................................ 1
A. LatarBelakangMasalah .................................................................................................... 1
B. Masalah ........................................................................................................................... 1
C. Tujuan.............................................................................................................................. 1
BAB II Pembahasan ............................................................................................................... 2
A. Hubungan dengan sesama Profesi ................................................................................... 2
B. Kesadaran Dari Adanya Dimensi Etik Dalam Berprofesi ............................................... 3
C. Hubungan dengan Profesi lain ........................................................................................ 4
BAB III Penutup ..................................................................................................................... 7
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaitannya dengan etika karena lingkup
kegiatan bidan sangat berhubungan erat dengan masyarakat. Karena itu, selain mempunyai
pengetahuan dan keterampilan, agar dapat diterima di masyarakat bidan juga harus memiliki
etika yang baik sebagai pedoman bersikap/ bertindak dalam memberikan suatu pelayanan
khususnya pelayanan kebidanan.
Pada masyarakat daerah, bidan yang di percaya adalah bidan yang beretika. Hal ini tentu
akan sangat menguntungkan baik bidan yang mempunyai etika yang baik karena akan mudah
mendapatkan relasi dengan masyarakat sehingga masyarakat juga akan percaya pada bidan.
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai tempat, dimana sering
terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika.
Pelayanan kebidanan adalah proses yang menyeluruh sehingga membutuhkan bidan yang
mampu menyatu dengan ibu dan keluarganya. Bidan harus berpartisipasi dalam memberikan
pelayanan kepada ibu sejak konseling pra konsepsi, skrening antenatal, pelayanan
intrapartum, perawatan intensif pada neonatal, dan postpartum serta mempersiapkan ibu
untuk pilihannya meliputi persalinan di rumah, kelahiran seksio sesaria, dan sebagainya.
Bidan sebagai pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan yang profesional dan
akuntibilitas serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan. Bidan sebagai praktisi pelayanan
harus menjaga perkembangan praktik berdasarkan evidence based ( Fakta yang ada) sehingga
berbagai dimensi etik dan bagaimana kedekatan tentang etika merupakan hal yang penting
untuk digali dan dipahami. Dari uraian di atas makalah ini akan membahas “Menjalin
Kerjasama Dengan Tenaga Kesehatan Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk kerjasama bidan dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan
pelayanan?
2. Bagaimana hubungan bidan dengan profesi lain?
C. Tujuan
1. Mengetahui kerjasama dengan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan
kebidanan.
2. Untuk mengetahui hubungan dengan sesama profesi
3. Untuk mengetahui hubungan dengan profesi lain.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan dengan Sesama Profesi


1. Etika (Kode Etik) Profesi Kebidanan
Etik adalah kumpulan asa atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai benar dan salah
yang dianut suatu organisasi atau masyarakat.
Kode etik profesi merupakan "suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang
memberikan tuntunan bagi angotanya untuk melaksanakan praktik dalam bidang profesinya
baik yang berhubungan dengan klien /pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi
dan dirinya sendin".
a. Fungsi Etika dan Moralitas Dalam Pelayanan :
1) Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien
2) Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan yg
merugikan/membahayakan orang lain.
3) Menjaga privacy setiap individu
4) Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya.
5) Dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan apa
alasannya
6) Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis suatu
masalah
7) Menghasilkan tindakan yg benar
8) Mendapatkan informasi tenfang hal yg sebenarnya
9) Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia antara baik, buruk,
benar atau salah sesuai dengan moral yg berlaku pada umumnya
10) Berhubungan dengans pengaturan hal-hal yg bersifat abstrak
11) Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik serta mengatur hal-hal yang
bersifat praktik
12) Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun tata
cara di dalam organisasi profesi
13) Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yg
biasa disebut kode etik profesi.
b. Secara umum tujuan menciptakan kode etik adalah sebagai berikut:
1) Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi

Dalam hal ini yang dijaga adalah image dad pihak luar atau masyarakat mencegah
orang luar memandang rendah atau remeh suatu profesi. Oleh karena itu, setiap kode etik
suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota profesi
yang dapat mencemarkan nama baik profesi di dunia luar. Dari segi ini kode etik juga disebut
kode kehormatan.
2) Untuk menjaga dan memelihara kesejahtraan para anggota
Yang dimaksud kesejahteraan ialah kesejahteraan material dan spiritual atau mental.
Dalam hal kesejahteraan materil angota profesi kode etik umumnya menerapkan larangan-
larangan bagi anggotanya untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode
etik juga menciptakan peraturan-peraturan yang ditujukan kepada pembahasan tingkah laku
yang tidak pantas atau tidak jujur para anggota profesi dalam interaksinya dengan sesama
anggota profesi.

3) Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi


Dalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para
anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian
profesinya. Oleh karena itu kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan
oleh para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.

4) Untuk meningkatkan mutu profesi


Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar profesi selalu
berusaha untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu
kode etik juga mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
profesi.
2. Kewajiban Bidan Terhadap Profesinya
a. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya
dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang
bermutu kepada masyarakat
b. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
c. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya
3. Kewajiban Bidan Terhadap Sejawat
a. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi
b. Setiap tindakan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik
terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya
4. Issu Etik Dalam Pelayanan Kebidanan
a. Pengertian Issue Etik
Isue etik adalah topic yang cukup penting untuk dibicarakan sehingga mayoritas
individu akan mengeluerkan opini terhadap maslah tersebut sesuai dengan asas ataupun nilai
yang berkenaan dengan akhlak, nilai benar salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat. Contoh issu etik yaitu Disuatu desa yang tidak jauh dari kota dimana di desa
tersebut ada 2 orang bidan, yaitu bidan A dan bidan B yang sama-sama memiliki BPS dan
ada persaingan diantara dua bidan tersebut. pada suatu hari ada pasien yang akan melahirkan
di BPS bidan B yang lokasinya tidak jauh dengan bidan A. setelah dilakukan pemeriksaan
ternyata pembukaan belum lengkap dan bidan B menemukan letak sungsang dan bidan
tersebut tetap akan menolong persalinan. sedangkan bidan A mengetahui kejadian tersebut.
jika bidan B tetap menolong persalinan dengan bidan A akan dilaporkan karena dianggap
melanggar wewenang profesi bidan.

1) Konflik moral
Konflik moral adalah suatu proses ketika dua pihak atau lebih berusaha memaksakan
tujuannya dengan cara mengusahakan untuk menggagalkan tujuan yang ingin dicapai pihak
lain.
Contohnya menolong aborsi dengan alasan seorang ibu yang sudah memiliki banyak
anak dan anak terakhir berusia 4 bulan sehingga pasien meminta kepada bidan untuk
melakukan aborsi konflik moral yang didapat bidan yaitu bisa dilaporkan oleh bidan lain

2) Dilema Moral
Dilema moral adalah suatu keadaan dimana dihadapkan pada dua alternative pilihan,
yang kelihatannya sama atau hampir sama dan membutuhkan pemecahan masalah.
Contohnya bidan “A” tidak melakukan pertolongan persalinan sungsang tersebut,
namun bidan kehilangan satu pasien sedangkan bidan “B” menolong persalinan tersebut, tapi
akan dijatuhkan oleh bidan “A” dengan dilaporkan ke lembaga yang berwenang.
b. Issue Moral
Issue moral adalah topik penting yang berhubungan dengan benar dan salah dalam
kehidupan sehari-hari yang ada kaitannya dengan pelayanan kebidanan .
Contohnya Disuatu RB milik bidan Liska datang seorang pasien hamil tetapi
memiliki riwayat anemia . Dalam kehamilan 16 minggu pasien datang dengan keadaan lemah
. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata kandungan sangat lemah , dikhawatirkan dapat
membahayakan ibu . Mau tidak mau kandungan harus di gugurkan , kalau tidak akan
membahayakan ibu . Disatu sisi aborsi dapat menyelamatkan nyawa ibu dan di satu sisi
aborsi dilarang oleh agama .

5. Kolaborasi Dalam Praktik Kebidanan


Dalam praktik pelayanan kebidanan, layanan kolaborasi adalah asuhan kebidanan
yang diberikan kepada klien dengan tanggung jawab bersama semua pemberi pelayanan yang
terlibat. Misalnya: bidan, dokter, dan atau tenaga kesehatan profesional lainnya. Bidan
merupakan anggota tim.
Bidan meyakini bahwa dalam memberi asuhan harus tetap menjaga, mendukung, dan
menghargai proses fisiologis manusia. Intervensi dan penggunaan teknologi dalam asuhan
hanya atas indikasi. Rujukan yang efektif dilakukan untuk menjamin kesejahteraan ibu dan
bayinya. Bidan adalah praktisi yang mandiri. Bidan bekerja sama mengembangkan kemitraan
dengan anggota dan kesehatan lainnya. Dalam melaksanakan tugasnya, bidan melakukan
kolaborasi, konsultasi, dan perujukan sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan, dan
kemampuannya.
a. Kunci efektifitas kolaborasi
1) Kerjasama : menghargai pendapat orang lain bersedia untuk memeriksa beberapa
alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan

2) Asertifitas : saling mendukung dengan keyakinan masing – masing

3) Tanggung jawab : saling mendukung keputusan yang diperoleh dari hasil yang
dilaksanakan
4) Komunikasi : setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi informasi penting
mengenai isu yang terkait.

5) Otonomi : Kemadirian anggota tim dalam batas kompetensinya

6) Koordinasi : efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien

7) Polegalitas : saling menghargai

8) Konsep dengan arti yang sama : mutualitas dimana individu mengartikannya sebagai
suatu hubungan yang memfasilitasi proses dinamis antara orang orang yang ditandai oleh
keinginan maju untuk mencapai tujuan dan kepuasan setiap anggota

9) Kepercayaan : konsep untuk semua elemen kolaborasi

b. Contoh Kerjasama Bidan Dengan Teman Sejawat


Contoh kerjasama antara bidan dengan teman sejawat di BPS
Di suatu daerah terdapat 2 bidan yang sama-sama praktek di puskesmas rumahnya berkatan.
Pada suatu hari di BPS bidan A terdapat partus. Proses persalinan berjalan dengan baik dan
tidak ada konplikasi. Namun pada saat kala 4 terjadi perdarahan. Saat penanganan perdarahan
bidan A menghubungi bidan B untuk membantu penanganan perdarahan. Bidan B bersedia
untuk membantu bidan A. Saat di BPS bidan A bidan B membantu dalam KBI dan KBE.
Namun setelah penanganan perdarahan dilakukan bidan A dan bidan B namun perdarahan
masih terus berlangsung dan KU inu mulai melemah. Bidan A dan bidan B berdiskusi
langkah selanjutnya. Setelah berdiskusi bidan A dan bidan B memutuskan untuk merujuk
pasien ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi. Saat bidan A mempersiapkan prosedur
rujukan,bidan B melakukan inform concent kepada keluarga pasien. Setelah melakukan
inform concent keluarga setuju untuk ibu di rujuk ke rumah sakit. Setelah itu bidan B
menguhungi rumah sakit yang akan menjadi tujuan rujukan. Setelah persiapan rujukan selesai
(BAKSOKUDA). Bidan A merujuk pasien ke rumah sakit. Sedangkan bidan B merawat bayi
pasien di BPS bidan A.
Dari contoh di atas terlihat kerjasama dan kolaborasi antar bidan dengan sesama teman
sejawat. Di sini terlihat bidan B mau bersedia untuk di mintai tolong apabila bidan B
mengalami kesulitan.
Contoh kerjasama bidan dengan teman sejawat di rumah sakit
Pada suatu hari di rumah sakit X terdapat pasien dengan diagnosa persalinan distosia bahu.
Saat itu ada 3 bidan jaga. Pada saat pertolongan persalinan 3 bidan ini bekerjasama. Bidan
yang pertama menyangga perinium ibu. Bidan kedua melakukan manuver-manuver untuk
membantu mengeluarkan bayi. Bidan yang ketiga memperiapakan resusitasi bayi baru lahir.
Setelah dilakukan beberapa manuver akhirnya bayi dapat lahir. Namun bayi lahir mengalami
asfiksia. Bidan 3 melakukan resusitasi dan dibantu oleh bidan kedua. Sedangkan bidan ke 1
melakukan heating dan perawatan ibu. Karena adanya kerjasama antara bidan 1 dan yang
lain, pertolongan persalinan bisa berjalan dengan baik dan mengurangi komplikasi, baik pada
ibu dan bayi.

B. Kesadaran Dari Adanya Dimensi Etik Dalam Berprofesi


1. Dimensi etik
a. Konsep dasar dimensi etik dalam peran bidan
1) Dimensi adalah cara menilai sesuatu dari suatu sisi.
2) Etik adalah tanggung jawab moral sehubungan dengan pelaksanaan aktifitas suatu
profesi.
3) Dimensi etika adalah cara memandang atau menilai sesuatu melalui sisi etik.
4) Dimensi etik dalam peran bidan adalah cara memandang peran bidan melalui sisi
pandang etik.
Etik dalam peran bidan sebagai praktisi di institusi pelayanan kesehatan terdapat praktisi,
yang setiap praktisi mempunyai peran, fungai, dan tugas sesuai kewenangan bidan memiliki
standar praktek kebidanan dan standar operating prosedur.
Bidan harus memiliki kewajiban :
1. Kewajiban etik legal
2. Menggunakan teori deontologi
3. Menggunakan pendekatan utilytarianisme pelayanan kebidanan dilaksanakan secara
horistik.
Sifat-sifat provider :
1. Semangat untuk melayani
2. Simpati tulus ikhlas
3. Dapat memberi pelayanan
Etik peran bidan sebagai konselor. Bidan sebagai konselor memiliki :
1. Minat untuk menolong orang lain.
2. Mampu untuk empati
3. Mampu untuk menjadi pendengar yang baik dan aktif
4. Mempunyai daya pengamatan yang tajam
5. Terbuka terhadap pendapat orang lain
6. Mampu mengenali hambatan psikologi, sosial dan budaya

C. Hubungan Dengan Profesi Lain


Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
(Nursalam, 2007)
Pengertian Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau
kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama dapat berlangsung manakala individu-
individu yang bersangkutan memiliki kepentingan yang sama dan memiliki kesadaran untuk
bekerja sama guna mencapai kepentingan mereka tersebut.
Pelayanan kebidanan merupakan pelayanan yang diberikan oleh bidan sesuai
kewenangan yang diberikannya dengan maksud meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam
rangka tercapainya keluarga berkualiats,bahagia,dan sejahtera.
Dalam sistem pelayanan kesehatan kerjasama merupakan kolaborasi dimana
kolaborasi merupakan hubungan saling berbagai tanggung jawab atau kerja sama dengan
rekan sejawat atau tenaga kesehatan lainnya dalam memberi asuhan pada pasien .Dalam
praktiknya, kolaborasi dilakukan dengan mendiskusikan diagnosis pasien serta bekerjasama
dalam penatalaksanaan dan pemberian asuhan.Masing –masing tenaga kesehatan dapat saling
berkonsultasi dengan tatap muka langsung atau melalui alat komunikasi lainnya dan tidak
perlu hadir ketika tindakan dilakukan.Petugas kesehatan yang ditugaskan menangani pasien
bertanggung jawab terhadap keseluruhan penatalaksanaan asuhan.
Elemen kolaborasi mencakup :
1. Harus melibatkan tenaga ahli dengan bidang keahlian yang berbeda ,yang dapat bekrja
sama secra timbal balik dengan baik.
2. Anggota kelompok harus bersikap tegas dan mau bekerja sama.
3. Kelompok harus memberi pelayanan yang keunikannya dihasilkan dari kombinasi
pandangan dan keahlian yang diberikan oleh setiap anggota tim tersebut.
Komponen-komponen dalam Komunikasi
1. Sender (pemberi pesan): individu yang bertugas mengirimkan pesan.
2. Receiver (penerima pesan): seseorang yang menerima pesan. Bisa berbentuk pesan
yang diterima maupun pesan yang sudah diinterpretasikan.
3. Pesan : informasi yang diterima, bisa berupa kata, ide atau perasaan. Pesan akan efektif
bila jelas dan terorganisir yang diekspresikan oleh si pengirim pesan.
4. Media: metode yang digunakan dalam pesan yaitu kata, bisa dengan cara ditulis,
diucapkan. Contoh: catatan atau surat adalah kata.
5. Umpan balik: penerima pesan memberikan informasi/ pesan kembali kepada pengirim
pesan dalam bentuk komunikasi yang efektif. Umpan balik merupakan proses yang kontinue
karena memberikan respons pesan dan mengirimkan pesan berupa stimulus yang baru kepada
pengirim pesan.
Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan :
Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu memerlukan orang lain dalam
menjalankan dan mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan orang lain akan terjalin
bila setiap individu melakukan komunikasi diantara sesamanya. Kepuasan dan kenyamanan
serta rasa aman yang dicapai oleh individu dalam berhubungan sosial dengan orang lain
merupakan hasil dari suatu komunikasi. Komunikasi dalam hal ini menjadi unsur terpenting
dalam mewujudkan integritas diri setiap manusia sebagai bagian dari sistem sosial.
Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari memberikan dampak yang
sangat penting dalam kehidupan, baik secara individual maupun kelompok. Komunikasi yang
terputus akan memberikan dampak pada buruknya hubungan antar individu atau kelompok.
Tatanan klinik seperti rumah sakit yang dinyatakan sebagai salah satu sistem dari kelompok
sosial mempunyai kepentingan yang tinggi pada unsur komunikasi.
Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk
meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen
dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal an konsumen eksternal.
Konsumen internal melibatkan unsur hubungan antar individu yang bekerja Komunikasi di
lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan kualitas
pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga
menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal an konsumen eksternal. Konsumen internal
melibatkan unsur hubungan antar individu yang bekerja di rumah sakit, baik hubungan secara
horisontal ataupun hubungan secara vertikal. Hubungan yang terjalin antar tim multidisplin
termasuk keperawatan, unsur penunjang lainnya, unsur adminitrasi sebagai provider
merupakan gambaran dari sisi konsumen internal. Sedangkan konsumen eksternal lebih
mengarah pada sisi menerima jasa pelayanan, yaitu klien baik secara individual, kelompok,
keluarga maupun masyarakat yang ada di rumah sakit.Seringkali hubungan buruk yang
terjadi pada suatu rumah sakit, diprediksi penyebabnya adalah buruknya sistem komunikasi
antar individu yang terlibat dalam sistem tersebut. Kerjasama dalam pelayanan kebidanan
meliputi: dokter, farmasi, perawat, gizi, tenaga laboratorium.
Setiap profesi tersebut mempunyai tanggung jawab terhadap kesehatan pasien namun
tetap memiliki visi yang sama yakni terwujudnya pelayanan kesehatan yang prima, hanya
pelaksanaanya saja yang berbeda disesuaikan dengan profesi masing-masing. Dalam
menjalankan tugasnya, setiap profesi di tuntut untuk mempertahankan kode etik profesi
masing-masing. Kelancaran masing-masing profesi tergantung dari ketaatanya dalam
menjalankan dan mempertahankan kode etik profesinya.
Bila setiap profesi telah dapat saling menghargai, maka hubungan kerja sama akan
dapat terjalin dengan baik, walaupun pada pelaksanaanya sering juga terjadi konflik-konflik
etis. Kemudian bagaimana caranya supaya tugas antar profesi dapat berjalan secara harmonis
dan pelayanan kesehatan menjadi maksimal. kerjasama dalam pelayanan kesehatan terwujud,
semua jenis profesi harus mempunyai keinginan untuk berkolaborasi. Ketergantungan antara
profesi tetap ada asalkan sesuai dengan aturan yang ada.
Kolaborasi didasarkan pada :
1. Konsep tujuan umum
2. Kontribusi praktisi profesional
3. Kolegalitas
4. Komunikasi
5. Praktek yang di fokuskan kepada pasien
Kolegasi : Menekankan pada saling menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-
masalah dalam tim dari pada menyalahkan seseorang atau menghindari tanggung jawab.
Komunikasi : Agar kolaborasi dapat berjalan dengan baik dan pelayanan kesehatan
masyarakat dapat menigkat perlu adanya komunikasi yang baik antara sesama tenaga
kesehatan, rasa saling percaya dengan profesi tenaga kesehatan lainnya, menghargai profesi
lain dalam pengambilan keputusan bersama (dalam kolaborasi). Tidak ada kelompok yang
dapat menyatakan lebih berkuasa di atas yang lainya. Masing-masing profesi memiliki
profesional yang berbeda sehingga ketika digabungkan dapat menjadi kekuatan untuk
mencapai tujua yang diharapkan.
Kolaborasi yang efektif antara anggota tim kesehatan memfasilitasi terselenggaranya
pelayanan pasien yang berkualitas.
Delegesi adalah suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada orang lain
untuk melaksanakan kegiatan tertentu.

1. Menjalin kerjasama dalam pelayanan kebidanan yang ditinjau dari segi


hubungan dengan profesi dokter
Secara oprasional, definisi “Dokter” adalah seorang tenaga kesehatan (dokter)
yang menjadi tempat kontak pertama pasien dengan dokternya untuk menyelesaikan semua
masalah kesehatan yang dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan
usia, dan jenis kelamin, sedini dan sedapat mungkin, secara menyeluruh, paripurna,
bersinabung, dan dalam koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan lainya,
dengan menggunakan prinsip pelayanan yang efektif dan efisien serta menjunjung tinggi
tanggung jawab profesional, hukum, etika dan moral. Layanan yang diselenggarakannya
adalah sebatas kompetensi dasar kedokteran yang diperoleh selama pendidikan kedokteran.
Perasaaan saling tergantung (interdependensi) untuk kerja sama dan bekerja sama. Bekerja
bersama dalam suatu kegiatan dapat memfasilitasi kolaborasi yang baik.
Bidan harus menghormati kewenangan profesi lain seperti profesi dokter dan bidan hanya
boleh melakukan sebatas kewenangan bidan tidak boleh mengambil kewenangan profesi lain.
Contoh kerjasama dalam pelayanan kebidanan dengan dokter yaitu :
a. Bidan harus melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan jika ada ibu
hamil yang patofisiologis seperti : preeklamsia, DM, jantung dll.
b. Bidan harus melakukan rujukan ke dokter spesialis kandungan jika ada ibu bersalin
dengan patofisiologi seperti : letak sungsang, distosia bahu.
c. Bidan harus melakukan rujukan ke dokter spesialis anak jika ada balita sakit seperti
diare, anemia dll.

2. Menjalin kerjasama dalam pelayanan kebidanan yang ditinjau dari Segi


hubungan dengan profesi farmasi.
Farmasi adalah suatu profesi di bidang kesehatan yang meliputi kegiatan-kegiatan di
bidang penemuan, pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan, dan distribusi obat.
Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri
dari Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani
Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis
Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
Pekerjaan Kefarmasian yang menyangkut proses produksi, proses penyaluran dan proses
pelayanan dari Sediaan Farmasi yang tidak boleh diketahui oleh umum sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Bidan harus menghormati kewenangan profesi lain seperti profesi farmasi dalam
pembuatan dan peracikan obat dan bidan hanya boleh melakukan sebatas kewenangan bidan
tidak boleh mengambil kewenangan profesi lain.
Contoh kerjasama dalam pelayanan kebidanan dengan farmasi yaitu :
Ø Dalam pelayanan kebidanan, bidan hanya dapat melakukan diaognosa pada ibu, bayi sakit.
Ø Dalam memberikan resep obat ibu dapat membeli obat keapotek. Bidan dapat
berkolaborasi dengan bagian farmasi untuk memberikan obat di klinik.
3. Menjalin kerjasama dalam pelayanan kebidanan yang ditinjau dari Segi
hubungan dengan profesi Perawat
Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat professional / ners melalui
kerjasama yang bersifat kolaboratif baik dengan klien maupun tenaga kesehatan lain dalam
upaya memberikan asuhan keperawatan yang holistic sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk praktik keperawatan individu dan
berkelompok.
Sementara praktik keperawatan profesional adalah tindakan mandiri perawat
professional dengan menggunakan pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh mencakup
ilmu dasar dan ilmu keperawatan sebagai landasan dan menggunakan proses keperawatan
sebagai pendekatan dalam melakukan asuhan keperawatan. .
Praktek keperawatan dilakukan berdasarkan pada kesepakan antara perawat dan pasien
dalam upaya untuk pencegahan penyakit, pemelihara kesehatan, kuratif, dan pemulihan/
petawatan kesehatan.
Bidan harus menghormati kewenangan profesi lain seperti profesi perawat dan bidan
hanya boleh melakukan sebatas kewenangan bidan tidak boleh mengambil kewenangan
profesi lain.
Contoh kerjasama dalam pelayanan kebidanan dengan perawat yaitu :
1. Bidan tidak boleh melakukan perawatan luka pada orang sakit hal tersebut dapat bidan
lakukan kolaborasi dengan perawat.
2. Bidan tidak dapat melakukan perawatan orang sakit umum, hal tersebut dapat diberikan
pada perawat karena hal tersebu merupakan kewenangan perawat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap profesi memiliki etika dalam menjalankan profesinya. Tidak terkecuali dengan
profesi bidan. Dalam melaksanakan pelayanan seorang bidan melakan interaksi dengan
pasien, masyarakat teman sejawat maupun organisasi. Serang bidan memiliki kewajiban
untuk menjalin hubungan baik dengan berbagai sektor yang berkaitan dengan meningkatkan
mutu pelayanan kebidanan.
Setiap bidan wajib tau kode etik dalam profesi agar terhindar dari pelanggaran etik
maupun moral. Saat ini lulusan bidan cukup banyak. Oleh karena itu semakin kekat
persaingan atar bidan. Seorang bidan wajib menjalin kejasama dan menciptakan hubungan
baik antar sesama bidan dan profesi lain agar bisa melaksanakan pelayanan kebidanan dengan
baik tanpa harus melanggar kode etik yang ada.
B. Saran
Bagi mahasiswa kebidanan makalah ini dalam menjadi bahan untuk menambah wawasan
tentang kode etik kebidanan dan bagiman menjalin hubungan yang baik dengan sesama bidan
dalam menjalankan pelayanan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

Wahyuningsih, Heni Puji.2008.Etika Profesi Kebidanan;Fitramaya,Yogyakarta.


Marimbi, Hanum.2008.Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan; Mitra Cendikia, Yogyakarta.
http://www.dunia-android.net/2014/03/contoh-issue-etik-issue-moral-dilema.html
http://kumpulan-segalamacam.blogspot.com/2008/07/pengertian-etika-dan-moral-dalam.html
http://zullaidah.blogspot.com/p/dilema-dan-komplik-moral.html
http://dianpurwanti12.blogspot.com/2013/04/materi-kuliah-etika-profesi-dan-hukum.html
http://www.slideshare.net/Kampus-Sakinah/hubungan-kerja-perawat-dengan-profesi-lain.
http://kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2012/09/22/perawat-dan-profesi-lain-
489183.html).
http://kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2012/09/22/perawat-dan-profesi-lain-
489183.html.
http://www.kopertis6.or.id/akreditasi/879-pelayanan-kesehatan-perlu-ada-praktik-
kolaborasi.html.
http://meismidwife.wordpress.com/2013/04/15/34/.

Anda mungkin juga menyukai