Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Model Praktik Dalam Konteks Nasional Dan


Global, Pengukuran Kualitas Mutu Asuhan

Disusun Oleh:
Aris Lerno Purba Amd.Keb
Jurusan S1 Kebidanan
Dosen Pembimbing :
Dwi Pratiwi Kasmara,S.Keb,Bd.M.Keb

STIKES SENIOR MEDAN


Tahun Ajaran
2022/2023
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………….......... i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………... ii
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………….. iii
1.3 Tujuan Pembahasan …………………………………………………………….. iv
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Model Praktik Dalam Konteks Nasional dan Global ……………………………. 1
2.1.1 Contiunity Of Care ……………………………………………………………. 1
2.1.2 Kontiunitas Perawatan / Januari 1994 ……………………………………………. 3
2.1.3 Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Asuhan Kehamilan ……………………. 7
2.1.4 Contoh Implementasi …………………………………………………………….. 8
2.2 Pengukuran Kualitas Mutu Asuhan …………………………………………….. 9
2.2.1 Konsep Kualitas Pelayanan …………………………………………………….. 9
2.2.2 Peningkatan Kualitas Pelayanan …………………………………………….. 9
2.2.3 Indikator Untuk Mengukur Kepuasan Pelanggan …………………………….. 10
2.2.4 Mutu Pelayan Dalam Kebidanan …………………………………………….. 11
2.2.5 Konsep Tentang Polindes …………………………………………………….. 13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………….. 17
3.2 Saran …………………………………………………………………………….. 18
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….. 19
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
karuniaNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk memnuhi tugas semester I dan menambah pengetahuan kepada pembaca. Makalah ini
berisi tentang “model paraktik dalam konteks nasional dan global dan pengukuran
kualitas dan mutu asuhan”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

Penyusun,

( Aris Lerno Purba, Amd.Keb)


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran,


kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, menyangkut fisik, mental, maupun
sosial budaya dan ekonomi. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dilakukan
berbagai upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh, terarah dan berkesinambungan.
Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi. Pertama: yang laten yaitu
kematian ibu dan kematian bayi yang masih tinggi akibat bebagai faktor termasuk pelayanan
kesehatan yang relatif kurang baik. Kedua ialah timbulnya penyakit degeneratif yaitu
menopause dan kanker.

Dalam globalisasi ekonomi kita diperhadapkan pada persaingan global yang semakin
ketat yang menuntut kita semua untuk menyiapkan manusia Indonesia yang berkualitas tinggi
sebagai generasi penerus bangsa yang harus disiapkan sebaik mungkin secara terencana,
terpadu dan berkesinambungan. Upaya tersebut haruslah secara konsisten dilakukan sejak
dini yakni sejak janin dalam kandungan, masa bayi dan balita, masa remaja hingga dewasa
bahkan sampai usia lanjut.

Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis
terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kesakitan dan kematian
Bayi (AKB). Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan
paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan dan
pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa
siap melayani siapa saja yang membutuhkannya, kapan dan dimanapun dia berada. Untuk
menjamin kualitas tersebut diperlukan suatu standar profesi sebagai acuan untuk melakukan
segala tindakan dan asuhan yang diberikan dalam seluruh aspek pengabdian profesinya
kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik dari aspek input, proses dan output.
1.2 Rumusan Masalah
1. Model Dalam Konteks Nasional Dan Global
2. Pengukuran kualitas dan mutu asuhan
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Model Dalam Konteks Nasional dan Global
2. Untuk Mengetahui Pengukuran Kualitas dan Mutu Asuhan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Model Praktik Dalam Konteks Nasional dan Global


2.1.1 Continuity of Care

Februari 2007, College Australia Bidan berpendapat bahwa adalah hak setiap wanita
hamil memiliki akses ke kesinambungan perawatan oleh bidan yang dikenal mulai dari
kehamilan, persalinan dan periode pasca kelahiran awal. Bidan adalah penyedia layanan
utama yang paling tepat bagi ibu dan bayi baru lahir yang sehat dan mampu merujuk
untuk perawatan medis spesialis jika diperlukan.

Definisi: Kontinuitas perawatan kebidanan berarti seorang wanita mampu


mengembangkan hubungan dengan bidan untuk bekerja dalam kemitraan untuk
penyediaan perawatannya selama kehamilan, kelahiran tenaga kerja dan periode
postnatal. Meskipun ada banyak cara dimana perawatan kebidanan dapat diatur, bidan
dapat berfungsi mandiri sebagai penyedia layanan kesehatan primer, dan melakukannya
dengan tujuan untuk personalisasi (individualising) peduli setiap wanita, memberikan
arahan kepada para profesional kesehatan lainnya jika diperlukan. Model pelayanan
kebidanan group praktek dan tim memberikan kontinuitas perawatan harus bertujuan
untuk memberi perempuan dengan akses ke bidan utama mereka untuk sebagian besar
perawatan mereka.

Alasan: Kontinuitas perawatan diketahui untuk mengurangi kebutuhan


menghilangkan rasa sakit farmakologi di tingkat kelahiran kerja dan bedah (keduanya
kelahiran vagina dan operasi caesar) serta meningkatkan tingkat menyusui dan kepuasan
ibu.

Definisi perawatan bidan yang berkesinambungan dinyatakan dalam : "... bidan diakui
sebagai seorang profesional yang bertanggung jawab dan akuntabel yang bekerja dalam
kemitraan dengan wanita selama kehamilan, persalinan dan periode postpartum dan untuk
melakukan kelahiran merupakan tanggungjawab bidan dan untuk memberikan perawatan
pada bayi baru lahir..." (definisi ICM tahun 2005)
Perawatan berkesinambungan adalah strategi kesehatan yang efektif primer
memungkinkan perempuan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan tentang
kesehatan mereka dan perawatan kesehatan mereka. Bidan yang memenuhi syarat
untuk bekerja di model kesinambungan perawatan dalam berbagai pengaturan,
termasuk rumah sakit umum dan swasta, layanan masyarakat, pelayanan kesehatan
pedesaan dan daerah terpencil dan praktek swasta.

Kontinuitas pelayanan kebidanan dicapai ketika hubungan berkembang dari waktu ke


waktu antara seorang wanita dan sekelompok kecil tidak lebih dari empat bidan:

a. Pelayanan Kebidanan harus disediakan oleh kelompok kecil yang sama sebagai
pengasuh dari awal pelayanan (idealnya, pada awal kehamilan), selama semua
trimester, kelahiran dan enam minggu pertama pasca bersalin. Praktek
kebidanan harus memastikan ada 24-jam pada ketersediaan panggilan dari salah satu
kelompok bidan diketahui oleh wanita.
b. Sebuah filosofi yang konsisten perawatan dan pendekatan yang terkoordinasi untuk
praktek klinis harus dipelihara oleh pengasuh bekerja bersama, difasilitasi
oleh reguler pertemuan dan peer review. Salah satu kelompok bidan akan
diidentifikasi sebagai kesehatan profesional bertanggung jawab untuk
mengkoordinasikan perawatan dan mengidentifikasi siapa yang bertanggung jawab
jika dia bukan pada call
c. Bidan kedua harus diidentifikasi sebagai bidan yang akan mengambil alih peran ini
jika bidan pertama tidak tersedia. Praktek harus memungkinkan kesempatan bagi
perempuan untuk bertemu bidan lain tepat untuk mengakomodasi keadaan
ketika mereka mungkin terlibat dalam perawatan. Bidan mengkoordinasikan
perawatan wanita dan bidan kedua harus membuat komitmen waktu yang diperlukan
untuk mengembangkan hubungan saling percaya dengan wanita selama kehamilan,
untuk bisa memberikan yang aman, perawatan individual, sepenuhnya mendorong
kaum wanita selama persalinan dan kelahiran dan untuk menyediakan perawatan yang
komprehensif untuk ibu dan bayi baru lahir selama periode postpartum.
d. Para bidan diidentifikasi sebagai bidan pertama dan kedua biasanya akan bertanggung
jawab untuk menyediakan sebagian besar perawatan prenatal dan postnatal, dan untuk
menghadiri kelahiran, dibantu :
1. Standar untuk kesinambungan pelayanan tidak membatasi jumlah bidan yang
dapat bekerja bersama dalam praktek.
2. Bidan dari praktek-praktek yang berbeda kadang-kadang dapat berbagi
pengasuhan klien
3. Hal ini konsisten dengan Indikasi Wajib Diskusi, Konsultasi dan Transfer Care
4. Standar untuk kesinambungan pelayanan tidak membatasi jumlah bidan yang
dapat bekerja bersama dalam praktek.
5. Bidan dari praktek-praktek yang berbeda kadang-kadang dapat berbagi
pengasuhan klien
6. Hal ini konsisten dengan Indikasi Wajib Diskusi, Konsultasi dan Transfer Care.

2.1.2 Kontinuitas Perawatan / Januari 1994

Kesinambungan perawatan' Istilah dapat merujuk kepada salah satu situasi


berikut:

a. Wanita melihat penyedia layanan yang sama di berbagai tahap kehamilan, intrapartum
dan seusai lahir.
b. Perempuan memiliki satu-ke-satu perawatan dari seorang praktisi tunggal selama
kehamilan dan persalinan.
c. Perempuan dirawat oleh sejumlah kecil penyedia layanan bekerja bersama sebagai
sebuah tim dengan filosofi bersama dan pedoman untuk latihan.

Perawatan Kebidanan ini mengacu pada model di mana bidan memberikan perawatan
semua atau sebagian antenatal. Ini memungkinkan penekanan pada perawatan
berkesinambungan. Kebidanan dipimpin model perawatan termasuk klinik bidan, kebidanan
dan perawatan kelahiran tim pusat. 'Standar atau perawatan konvensional' mengacu
pada rumah sakit klinik antenatal di mana perempuan melihat dokter atau bidan yang tersedia
pada saat pengangkatannya punyai komitmen sebagai berikut :

1. Mengembangkan hubungan yang baik dengan pasien sejak hamil


2. Mampu memberikan pealyanan yang aman secara individu
3. Memberikan dukungan pada pasien dalam persalinan
4. Memberikan perawatan yang komprehensif kepada ibu dan bayi

(www.fk.unair.ac.id/pptfiles/MODEL%20PRAKTEK%20BIDAN.ppt)
Tenaga Prifessional Asuhan Kehamilan meliputi :

1. Bidan/ midwife
2. Dokter umum
3. SPOG/ dokter spesialis obstetric dan ginekology
4. Team/ antara dokter dan bidan

Tipe Pelayan Asuhan Kehamilan

1. Independent Midwive/ BPS


Center pelayanan kebidanan berada pada bidan. Ruang lingkup dan wewenang asuhan
sesuai dengan kepmenkes 900/ 2002. Dimana bidan memberikan asuhan kebidanan
secara normal dan asuhan kebidanan “bisa diberikan” dalam wewenang dan batas
yang jelas. Sistem rujukan dilakukan apabila ditemukan komplikasi atau resiko tinggi
kehamilan. Rujukan ditujukan pada system pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
2. Obstetrician and Gynecological Care
Center pelayanan kebidanan berada pada SPOG. Lingkup pelayanan kebidanan
meliputi fisiologi dan patologi. Rujukuan dilakukan pada tingkat yang lebih tinggi dan
mempunyai kelengkapan sesuai dengan yang diharapkan.
3. Public Health Center/ Puskemas
Center pelayanan kebidanan berada pada team antara bidan dan dokter umum.
Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi sesuai dengan pelayanan
yang tersedia. Rujukan dilakukan pada system yang lebih tinggi.
4. Hospital
Center pelayanan kebidanan berada pada team antara bidan dan SPOG. Lingkup
pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi yang disesuaikan dengan
pelayanan kebidanan yang tersedia. Rujukan ditujukan pada rumah sakit yang lebih
tinggi tipenya.

Konsep dasar asuhan kehamilan Filosofi adalah pernyataan mengenai keyakinan dan
nilai/value yang dimiliki yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang/kelompok (Pearson
& Vaughan,1986 cit. Bryar, 1995:17). Filosofi asuhan kehamilan menggambarkan keyakinan
yang dianut oleh bidan dan dijadikan sebagai panduan yang diyakini dalam memberikan
asuhan kebidanan pada klien selama masa kehamilan. Dalam filosofi asuhan kehamilan ini
dijelaskan beberapa keyakinan yang akan mewarnai asuhan itu.
1. Kehamilan merupakan proses yang alamiah
Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal
adalah bersifat fisiologis, bukan patologis. Oleh karenanya, asuhan yang diberikan
pun adalah asuhan yang meminimalkan intervensi. Bidan harus memfasilitasi
proses alamiah dari kehamilan dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat
medis yang tidak terbukti manfaatnya.
2. Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan (continuity of care).
Sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari seorang dengan begitu
maka perkembangan kondisi mereka setiap saat akan terpantau dengan baik selain
juga mereka menjadi lebih percaya dan terbuka karena merasa sudah mengenal si
pemberi asuhan (Enkin, 2000)
3. Pelayanan yang terpusat pada wanita (women centered) serta keluarga (family
centered). Wanita (ibu) menjadi pusat asuhan kebidanan dalam arti bahwa asuhan
yang diberikan harus berdasarkan pada kebutuhan ibu, bukan kebutuhan dan
kepentingan bidan. Asuhan yang diberikan hendaknya tidak hanya melibatkan ibu
hamil saja melainkan juga keluarganya, dan itu sangat penting bagi ibu sebab
keluarga menjadi bagian integral/tak terpisahkan dari ibu hamil. Sikap, perilaku, dan
kebiasaan ibu hamil sangat dipengaruhi oleh keluarga. Kondisi yang dialami oleh ibu
hamil juga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Selain itu, keluarga juga
merupakan unit sosial yang terdekat dan dapat memberikan dukungan yang
kuat bagi anggotanya, (Lowdermilk, Perry, Bobak, 2000). Dalam hal pengambilan
keputusan haruslah merupakan kesepakatan bersama antara ibu, keluarganya, dan
bidan, dengan ibu sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan. Ibu
mempunyai hak untuk memilih dan memutuskan kepada siapa dan dimana ia akan
memperoleh pelayanan kebidanannya.
4. Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk berpartisipasi dan memperoleh
pengetahuan/pengalaman yang berhubungan dengan kehamilannya. Tenaga
profesional kesehatan tidak mungkin terus menerus mendampingi dan merawat ibu
hamil, karenanya ibu hamil perlu mendapat informasi dan pengalaman agar dapat
merawat diri sendiri secara benar. Profesional yang sama atau dari satu team kecil
tenaga profesional, sebab Perempuan harus diberdayakan untuk mampu mengambil
keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya melalui tindakan KIE dan konseling
yang dilakukan bidan.
 Prinsip-Prinsip Pokok Asuhan Kehamilan yaitu meliputi :
1. Kehamilan dan kelahiran adalah suatu proses yang normal, alami dan sehat.
Sebagai bidan kita meyakini bahwa model asuhan kehamilan yang membantu
serta melindungi proses kehamilan & kelahiran normal adalah yang paling sesuai
bagi sebagian besar wanita. Tidak perlu melakukan intervensi yang tidak
didukung oleh bukti ilmiah (evidence-based practice).
2. Pemberdayaan
Ibu adalah pelaku utama dalam asuhan kehamilan. Oleh karena itu, bidan harus
memberdayakan ibu (dan keluarga) dengan meningkatkan pengetahuan &
pengalaman mereka melalui pendidikan kesehatan agar dapat merawat dan
menolong diri sendiri pada kondisi tertentu. Hindarkan sikap negatif dan banyak
mengkritik.
3. Otonomi
Pengambil keputusan adalah ibu & keluarga. Untuk dapat mengambil suatu
keputusan mereka memerlukan informasi. Bidan harus memberikan informasi
yang akurat tentang resiko dan manfaat dari semua prosedur, obat-obatan, maupun
test/pemeriksaan sebelum mereka memutuskan untuk menyetujuinya. Bidan juga
harus membantu ibu dalam membuat suatu keputusan tentang apa yang terbaik
bagi ibu & bayinya berdasarkan sistem nilai dan kepercayaan ibu/keluarga.
4. Tidak membahayakan
Intervensi harus dilaksanakan atas dasar indikasi yang spesifik, bukan sebagai
rutinitas sebab test-test rutin, obat, atau prosedur lain pada kehamilan dapat
membahayakan ibu maupun janin. Bidan yang terampil harus tahu kapan ia harus
melakukan sesuatu dan intervensi yang dilakukannya haruslah aman berdasarkan
bukti ilmiah.
5. Tanggung jawab
Asuhan kehamilan yang diberikan bidan harus selalu didasari ilmu, analisa, dan
pertimbangan yang matang. Akibat yang timbul dari tindakan yang dilakukan
menjadi tanggungan bidan. Pelayanan yang diberikan harus berdasarkan
kebutuhan ibu & janin, bukan atas kebutuhan bidan. Asuhan yang berkualitas,
berfokus pada klien, dan sayang ibu serta berdasarkan bukti ilmiah terkini
(praktek terbaik) menjadi tanggung jawab semua profesional bidan.
 Tujuan Asuhan Kehamilan
Tujuan utama ANC adalah menurunakn/mencegah kesakitan dan kematian
maternal dan perinatal. Adapun tujuan khususnya adalah :
1. Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu &
perkembangan bayi yang normal.
2. Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan memberikan
penatalaksanaan yang diperlukan.
3. Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam rangka
mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional, dan logis untuk
menghadapi kelahiran serta kemungkinan adanya komplikasi.
 Hak-Hak Ibu Dalam Layanan ANC
Hak-hak ibu ketika menerima layanan asuhan kehamilan (Saifuddin, 2002), yaitu :
1. Mendapatkan keterangan mengenai kondisi kesehatannya. Informasi harus
diberikan langsung kepada klien (keluarganya).
2. Mendiskusikan keprihatinannya, kondisinya, harapannya terhadap system
pelayanan, dalam lingkungan yang dapat ia percaya. Proses ini berlangsung secara
pribadi dan didasari rasa saling percaya.
3. Mengetahui sebelumnya jenis prosedur yang akan dilakukan terhadapnya.
4. Mendapatkan pelayanan secara pribadi / dihormati privasinya dalam setiap
pelaksanaan prosedur.
5. Menerima layanan senyaman mungkin.
6. Menyatakan pandangan dan pilihannya mengenai pelayanan yang diterimanya.

2.1.3 Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Asuhan Kehamilan


Peran dan tanggung jawab bidan dalam memberikan asuhan kehamilan adalah:
1. Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran dan
kedaruratan yang mungkin terjadi
2. Mendeteksi dan mengobati komplikasi yang mungkin timbul selama kehamilan,
baik yang bersifat medis, bedah maupun tindakan obstetric
3. Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik, mental dan social ibu serta bayi
dengan memberikan pendidikan, suplemen dan immunisasi.
4. Membantu mempersiapkan ibu untuk memnyususi bayi, melalui masa nifas yang
normal serta menjaga kesehatan anak secara fisik, psikologis dan social.
(http://www.gocb.co.cc/2010/08/konsep-dasar-asuhan-kehamilan.html)
2.1.4 Contoh Implementasi

Pelayanan kebidanan di Bidan Praktek Swasta Catur Eni yang memberikan pelayanan
kebidanan seperti : asuhan ibu hamil, persalinan, pasca persalinan, dan KB. Pelayanan
kebidanan di BPS tersebut diberikan oleh lebih dari 1 bidan dalam satu team kecil.
Contohnya ada 3 bidan di BPS tersebut. Satu bidan berperan sebagai bidan pertama, yaitu
Bidan Catur. Sedangkan dua bidan berperan sebagai bidan pengganti ketika bidan
pertama tidak pada call yaitu bidan Melisa dan Bidan Karlinda. Ibu hamil memeriksakan
dirinya dan bayinya dimulai dari awal kehamilannya. Pada saat itu ibu hamil
diperkenalkan kepada bidan – bidan yang bertugas di BPS tersebut, khusunya Bidan
Catur akan menjelaskan pada ibu bahwa ketika Bidan Catur tidak di tempat, maka tugas
dan perannya akan digantikan oleh 2 bidan lainnya sehingga walaupun ibu hamil tidak
bertemu dengan bidan Catur, ibu hamil tetap harus memeriksakan kehamilannya. Dalam
hal ini Bidan Catur akan selalu beridiskusi dengan kedua bidan lain untuk memantau
keadaan ibu hamil, tentunya berpedoman pada dokumentasi yang ada dan di
dokumentasikan dengan baik. Namun ibu hamil memilih ketika bersalin, ibu hamil ingin
didampingi oleh Bidan Catur. Mengamati komplikasi yang mungkin timbul selama
kehamilan, baik yang bersifat medis, bedah maupun tindakan obstetric,
meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik, mental dan social ibu serta bayi dengan
memberikan pendidikan, suplemen dan immunisasi. Selain itu, yang berperan penting
dalam asuhan yang berkesinambungan ini, adalah sistem dokumentasi yang baik karena
akan dipergunakan sebagai bahan diskusi antar anggota team untuk memantau kesehatan
ibu hamil. Bidan pertama bertanggung jawab untuk menyediakan sebagian besar
perawatan prenatal dan postnatal, dan untuk menghadiri kelahiran. Karena permintaan ibu
ketika bersalin didampingi oleh bidan pertama, maka bidan pertama berkomitmen untuk
mendampingi persalinannya selain dengan bidan yang lain. Dan selanjutnya team bidan
akan memberikan asuhan pasca persalinan serta perawatan pada bayi. Pada pelayanan
berkesinambungan ini ibu akan merasa lebih nyaman dan lebih percaya karena ibu di
rawat oleh bidan yang sudah ia kenali sehingga ia akan lebih terbuka untuk
mengungkapkan keluhan – keluhan yang ia rasakan sehingga memudahkan bidan untuk
memberikan pelayanan yang sebaik – baiknya demi kesehatan ibu.
2.2 Pengukuran Kualitas Mutu Asuhan
2.2.1 Konsep Kualitas Pelayanan
Pengertian kualitas pelayanan menurut beberapa ahli adalah ;
Kualitas pelayanan adalah suatu pelayanan yang diharapkan untuk
memaksimalkan suatu ukuran yang inklusif dari kesejahtraan klien sesuatu itu
dihitung keseimbangan antara keuntungan yang diraih dan kerugian yang semua
itu merupakan penyelesaian proses atau hasil dari pelayanan keseluruhan bagian (
donabedian, 1980 cit. Wijoyo, 1999 ).
Kualitas pelayanan kesehatan mengacu pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan yang disatu pihak menimbulkan kepuasan pasien ( Azwar ).
Kualitas pelayanan merupakan upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan
konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan
konsumen ( tjiptono 2007 ).
Kualitas pelayanan adalah segala bentuk aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan
guna memenuhi harapan konsumen. Pelayanan dalam hal ini dapat diartikan
sebagai jasa atau survice yang di sampaikan oleh pemilik jasa yang berupa
kemudahan , kecepatan ,hubungan ,kemampuan dan keramahtamahan yang
ditujukan melalui sikap dan sifat dalam memberikan pelayanan untuk kepuasan
konsumen ( kotler 2002;83 ).
2.2.2. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan di antaranya ialah ;
 Menciptakan visi tentang pelayanan Antenatal sehingga semua petugas
polindes mempunyai komitmen untuk melaksanakan
pelayanan Antenatal secara maksimal.
 Perlu dikembangkan supervisi yang memfasilitasi (kunjungan rumah)
seperti ibu hamil yang belum pernah memeriksakan kehamilannya.
 Perlu adanya upaya untuk menyesuaikan target ibu hamil dengan jumlah
ibu hamil yang ada di wilayah polindesmelalui validasi data secara
dinamis. Pendataan dapat melalui bidan desa, kader desa wisma, atau
kader posyandu.
 Menyusun perencanaan terpadu polindes dengan melibatkan masyarakat
desa untuk meningkatkan kualitas pelayanan Antenatal.
 Menyusun Standart Operating Procedure(SOP) yang meliputi prosedur
untuk memenuhi hak-hak ibu hamil dalam pelayanan Antenatal.
 Memberikan kesempatan kepada bidan dan petugas kesehatan lainnya
untuk pelatihan dan pengembangan sebagai upaya meningkatkan
kompetensinya.pelatihan tersebut termasuk pelatihan tentang tehnik
komunikasi yang efektif dan pengelolaan program KIA, agar mampu
menyampaikan berbagi informasi yang dibutuhkan oleh ibu hamil untuk
memelihara kehamilan yang sehat dan pelatihan pelayanan Antenatal
comprehensif dan pelayanan prima untuk meningkatkan kemampuan bidan
dalam memberikan pelayanan Antenatal yang lebih berkualitas.
 Review pelaksanaan pencatatan kohort dan pelaporan PWS KIA secara
benar.
 Perbaikan fasilitas polindes yang menunjang kenyamanan pasien.

2.2.3 Indikator Untuk Mengukur Kepuasan Pelanggan


Philip kotler dalam bukunya “marketing management” mendefinisikan bahwa
; kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan
hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk/jasa yang dirasakan
dalam hubungannya dengan harapan seseorang.
Dengan demikian tingkat kepuasan pelanggan adalah suatu fungsi dari
perbedaan antara penampilan produk/jasa dengan harapan pelanggan. Djoko
wijoyo, dalam bukunya “manajemen mutu pelayanan kesehatan” menyebutkan
bahwa ada 3 tingkat kepuasan pelanggan, yaitu ;
1. Bila penampilan kurang dari harapan , pelanggan tidak puas
2. Bila penampilan sebanding dengan harapan , pelanggan puas
3. Bila penampilan melebihi harapan , pelanggan amat puas atau senang

Menurut Parasuraman dalam Wiyono (1999) terdapat 10 indikator untuk


mengukur kepuasan pelanggang. Dalam perkembangan selanjutnya ke sepuluh faktor
tersebut dirangkum menjadi 5 (lima) dimensi mutu pelayanan sebagai penentu
kualitas jasa, yaitu:

 Bukti langsung ; adalah segala sesuatu yang tampak seperti ;fasilitas,


peralatan, kenyamanan ruangan dan sikap petugas
 Keandalan adalah elemen yang berkaitan dengan kemampuan untuk
mewujutkan pelayanan yang dapat di andalkan
 Daya tangkap adalah elemen yang berkaitan dengan kesediaan karyawan
dalam membantu dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien ,
petugas dapat memberikan informasi yang jelas, petugas memberikan
pelayanan dengan segera dan tepat waktu, petugas memberikan pelayanan
yang baik.
 Jaminan hal ini terutama mencakup pengetahuan , kemampuan ,kesopanan
dan sikap dapat dipercaya petugas. Selain itu, bebas dari bahaya saat
pelayanan merupakan jaminan juga
 Empati meliputi perhatian pribadi dalam memahami kebutuhan para pasien.

2.2.4 Mutu Pelayanan Dalam Kebidanan


Seperti peningkatan mutu pelayanan yang dilakukan bidan didesa dengan
wadah polindes. Wijoyo (1999) menerangkan bahwa mutu dapat dilihat dari
berbagai perspektif yaitu meliputi :
 Untuk pasien dan masyarakat , mutu pelayanan berarti suatu empati,
respek dan tanggap akan kebutuhan, pelayanan harus sesuai dengan
mereka dan diberikan dengan cara yang ramah waktu merekah berkunjung.
 Untuk petugas kesehatan ,mutu berarti bebas melakukan segala sesuatu
secara profesional untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien dan
masyarakat sesuai dengan ilmu pengataahuan dan keterampilan yang maju,
mutu pelayanan yang baik dan memenuhi standar yang baik.
 Untuk manager dan administrator, mutu pelayanan tidak terlalu
berhubungan langsung dengan tugas mereka sehari – hari. Namun, tetap
sama pentingnya. Untuk manager, faktor pada mutu akan mendorongnya
untuk mengatur staf, pasien dan masyarakat yang baik.
 Untuk yayasan atau pemilik rumah sakit, mutu dapat berarti memiliki
tenagah profesionl yang bermutu dan cukup. Pada umumnya para manger
dan pemilik institusi mengharapkan efesiensi dan kewajiban
penyelenggaraan, minimal yang tidak merugikan jika dipandang dari
berbagai aspek seperti tidak adanya pemborosan tenaga, peralatan, biaya,
waktu dan sebagainya.
Unsur – unsur yang pokok dalam program menjaga mutu pelayanan agar selalu
berkualitas terbagi atas 4 unsur , diantaranya meliputi :

 Unsur masukan
Unsur masukan adalah semua hal yang diperlukan untuk terselengaranya satu
pelayanan kesehatan, unsur masukan terpenting adalah tenaga , dana dan
sarana yang meliputi satrana fisik, perlengkapan, peralatan ,organisasi dan
managemen , keuangan , sumber daya manusia serta sumber daya lainya di
fasilitas kesehatan. Hal ini berarti yang dimaksud dengan struktur adalah infut,
baik tidaknya struktur infut dapat diukur dari ;
1. Jumlah besarnya infut
2. Mutu struktur
3. Besarnya anggaran atau biaya
4. Kewajaran

Sarana ( kuantitas dan kualitas ) tidak sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan ( standard of personels and facilities ), serta jika dana yang tersedia
tidak sesuai dengan kebutuhan, maka sulitlah diharapkan bermutunya
pelayanan kesehatan.

 Unsur lingkungan
Unsur lingkungan adalah keadaan lingkungan sekitar yang mempengaruhi
penyelengaraan pelayanan kesehatan . untuk suatu institusi kesehatan, keadaan
sekitar yang terpenting adalah kebijakan, organisasi dan mangemen , secara
umum disebutkan apabila kebijakan, organisasi dan managemen tersebut tidak
sesuaidengan standar dan /atau tidak bersifat mendukung, maka sulitlah
diharapkan bermutuny pelayanan kesehatan
 Unsur proses
Unsur proses adalah semua tindakan yang dilakukan pada waktu
penyelengaraan pelayanan kesehatan . tindakan tersebut dapat dibedakan atas
2 macam yakni ; tindakan medis dan tindakan non medis , secara umum
disebukan apabila kedua tindakan ini tidak sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan ( standard of conduct ) maka sulitlah diharapkan bermutunya
pelayanan kesehatan.
Proses adalah semua kegiatan yang dilaksanankan secara profesional oleh
tenaga kesehatan dan interaksinya dengan pasien. Dalam pengertian proses ini
mencakup diagnosa , rencana pengobatan ,indikasi, tindakan, sarana kegiatan
dokter, kegiatan perawatan, dan penanganan kasus . baik tidaknya proses
dapat diukur dari;
1. Relefan tidaknya proses itu bagi pasien
2. Fleksibel dan efektifitas
3. Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang sesuai
4. Kewajaran , tidak kurang dan tidak berlebihan
 Unsur keluaran
Unsur keluaran adalah yang menunjukan pada penampilan ( performance )
pelayanan kesehatan. Penampilan dapat dibedakan atas dua macam, pertama
penampilan aspek medis pelayanan kesehatan , kedua penampilan aspek non
medis pelayanan kesehatan . secara umum disebutkan apabila keduan
penampilan ini tidak sesuai dengan standar yang telah dietapkan ( standard of
performance ) maka berarti pelayanan kesehatan yang diselenggarakan bukan
pelayanan kesehatan yang bermutu. Keempat unsur pelayanan ini saling
terkait dan mempengaruhi.

Berdasarkan dari penilaian di atas , mutu pelayanan yang baik menurut


(sabarguna, 2004) adalah:

1. Tersedia dan terjangkau


2. Tepat kebutuhan
3. Tepat sumber daya
4. Tepat standar profesi/etika profesi.
2.2.5 Konsep Tentang Polindes
Pondok bersalin desa (polindes adalah salah satu bentuk serta peran masyrakat
dalam menyediakan tempat pertolingan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu
dan anak lainnya,termasuk KB di desa (Depkes RI, 1999) polindes di rintis dan di
kelola oleh pamong desa setempat. Berbeda dengan posyandu yang pelaksanaanya
di lakukan oleh kader dukun oleh petugas puskesmas, maka petugas polindes
pelayanannya tergantung pada keberadaan bidan,oleh karena pelayanan di
polindes merupakan peelayanan profesi bidan.
Kader masyrakat yang paling terkait dengan pelayanan di polindes adalah
dukun bayi, oleh karena itu polindes di manfaatkan pula sebagai sarana untuk
meningkatkan kemitraan bidan dengan dukun bayi dalam proses persalinan. Kader
posyandu dapat pula berperan di polindes seperti perannya dalam melaksanakan
kegiatan posyandu yaitu dalam penggerakan masyrakat dan penyuluhan. Selain itu
bila memungkinkan, kegiatan posyandu dapat di laksanakan pada tempat yang
sama dengan polindes. Idealnya suatu polindes mempunyai bangunan tersendiri
namun bisa juga menumpan di salah satu rumah warga atau bersatu dengan
kediaman bidan di desa, dan masih di bawah pengawasan dokter puskesmas
setempat (bisma, 2006).
Pertolongan persalinan yang di tangani di polindes adalah persalinan normal
serta kasus dengan resiko sedang (faktor yang secara tidak langsung dapat
membahayakan ibu hamil dan bersalin sehingga memerlukan pengawasan serta
perawatan profesional). Pondok bersalin desa atau Polindes adalah salah satu
bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyrakat (UKBN) yang merupakan
wujud nyata bentuk peran serta masyrakat di dalam penyediaan tempat
pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak lainnya, termasuk
KB di desa.
 Persyaratan polindes
Secara umum persyaratan untuk mendirikan polindes adalah tersedianya tempat yang
bersih,namun serasi dengan lingkungan perumahan di desa. Secara lebih rinci
persyaratan yang di perlukan adalah:
1. Tersedianya bidan di desa yang bekerja penuh untuk mengelola polindes.
2. Tersedianya sarana untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi bidan,antara lain:
 bidan KIT
 IUD KIT
 Sarana imunisasi dasar dan imunisasi ibu hamil
 timbangan berat badan ibu dan pengukur tinggi badan
 Infuset dan cairan dextrose 5%,NaCl 0,9%
 Obat-obatan sederhana dan uterotonika
 Buku-buku pedoman KIA,KB dan pedoman kesehatan lainnya
 Inkubator sederhana
3. Memenuhi persyaratan rumah sehat antara lain;
 Penyediaan air bersih
 Ventilasi cukup
 Penerangan cukup
 Tersedianya pembuangan air limbah
 Lingkungan pekarangan bersih
 Ukuran minimal 3x4 meter per segi
4. Lokasi dapatdi capai dengan mudah oleh penduduk sekitar dan mudah di jangkau
oleh kendaraan roda empat.
5. Ada tenpat untuk melakukan pertolongan persalinan dan perawatan post partum
(minimal satu tempat tidur).
 Fungsi polindes
1. Sebagai tempat pelayanan ibu dan anak (termasuk KB)
2. Sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan
3. Sebagai tempat untuk konsultasi, penyuluhan dan pendidikan kesehatan masyrakat
dan dukun bayi maupun kader.

Faktor pendukun tumbuh kembang polindes antara lain: dikungan pemerintah


daerah setempat, kerja sama lintas sektor dan lintas progrm ( KIA dan promosi
kesehatan), koordinasi yang baik antara puskesmas dengan camat dan kepala desa,
kebutuhan masyrakat terhadap pelayanan kesehatan, keberadaan bidan desa serta
keterampilan dan keramahan bidan desa. Faktor penghambat tumbuh kembang
polindes antara lain kesulitan mendapat lokasi strategis, kesulitan manggali peran
serta masyrakat, bidan tidak tinggal di desa, budaya masyarakat melahirkan di dukun
dan melahirkan di rumahnya sendiri (Dinkes 2009).

Dalam menganalisis pertumbuhan polindes harus mencapai indikator tingkat


perkembangan polindes yang mencakup beberapa hal yaitu:

1. Fisik tempat yang di sediakan oleh masyarakat untuk polindes perlu memenuhi
antara lain: Bangunan polindes tanpak bersih, Lingkungan yang sehat,
Mempunyai jumlah ruangan yang cukup, Tempat pelayanan yang bersih dengan
aliran udara/vertilitas yang baik terjamin, mempunyai perabotan dan alat-alat yang
menandai untuk pelaksaan pelayanan, mempunyai sarana air bersih dan jamban
yang memenuhi persyaratan kesehatan.
2. Tempat tinggal bidan desa, keberadaan idan di desa secara terus menerus (
menetap) menentukan efektifitas pelayananya
3. Pengelolaan polindes yang baik akan menentukan kualitas pelayanan sekaligus
pemanfaatan pelayanan oleh masyarakat.
4. Tingkat rendahnya cakupan persalinan di pengaruhi oleh banyak faktor di
antaranya ketersediaan sumber daya tenaga kesehatan termasuk di dalamnya
keberadaan polindes sert tenaga profesionalnya
5. Tersedianya air bersi merupakan salah satu persyaratan untuk hidup sehat
6. Kemitraan bidan dan dukun bayi, kader masyarakat yang paling terkait dengan
pelayanan di polindes adalah dukun bayi
7. Kegiatan KIE. Merupakan salah satu teknolgi peningkatan peran serta masyarakat
yang bertujuan untuk mendorong masyarakat agar mau dan mampu memelihara
dan melaksanakan hidup sehat sesuai dengan kemampuan yang di milikinya,
melalui jalan komunikasi informasi dan edukasi yang bersifat praktis
8. Dana sehat/JPKM merupakan wahana memandirikan masyarakat untuk hidup
sehat, pada gilirannya di harapkan akan mampu melestarikan berbagai jenis upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat setempat.
BAB
III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Model Praktik Continuity Of Care bertujuan untuk memberikan


pelayanan kebidanan secara berkesinambungan kepada ibu selama kehamilan awal,
semua trimester, persalinan, dan pasca persalinan. Dapat dilakukan oleh bidan tunggal
ataupun bidan dalam satu team kecil. Sangat memungkinkan bagi ibu untuk merasa
lebih nyaman karena perawatan diberikan oleh bidan yang sudah dikenal oleh ibu
sehingga ibu akan lebih terbuka menyampaikan keluhan yang ada atau bertanya
tentang kesehatannya. Hal ini memudahkan bidan / team bidan untuk memberikan
pelayanan kepada ibu hamil dengan sangat baik sehingga tercapailah tujuan pelayanan
kebidanan yang aman sehingga mengurangi angka morbiditas dan mortalitas ibu.

Kualitas pelayanan adalah suatu pelayanan yang diharapkan untuk


memaksimalkan suatu ukuran yang inklusif dari kesejahtraan klien sesuatu itu
dihitung keseimbangan antara keuntungan yang diraih dan kerugian yang semua itu
merupakan penyelesaian proses atau hasil dari pelayanan keseluruhan bagian (
donabedian, 1980 cit. Wijoyo, 1999 ).

Ada 3 tingkat kepuasan pelanggan, yaitu ;

1. Bila penampilan kurang dari harapan , pelanggan tidak puas


2. Bila penampilan sebanding dengan harapan , pelanggan puas
3. Bila penampilan melebihi harapan , pelanggan amat puas atau senang

Seperti peningkatan mutu pelayanan yang dilakukan bidan didesa dengan


wadah polindes. Wijoyo (1999) menerangkan bahwa mutu dapat dilihat dari
berbagai perspektif :

- untuk pasien dan masyarakat , mutu pelayanan berarti suatu empati, respek
dan tanggap akan kebutuhan, pelayanan harus sesuai dengan mereka dan
diberikan dengan cara yang ramah waktu merekah berkunjung.
- untuk petugas kesehatan ,mutu berarti bebas melakukan segala sesuatu
secara profesional untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien dan
masyarakat sesuai dengan ilmu pengataahuan dan keterampilan yang maju,
mutu pelayanan yang baik dan memenuhi standar yang baik.
- untuk manager dan administrator, mutu pelayanan tidak terlalu
berhubungan langsung dengan tugas mereka sehari – hari. Namun, tetap
sama pentingnya. Untuk manager, faktor pada mutu akan mendorongnya
untuk mengatur staf, pasien dan masyarakat yang baik.
- untuk yayasan atau pemilik rumah sakit, mutu dapat berarti memiliki
tenagah profesionl yang bermutu dan cukup. Pada umumnya para manger
dan pemilik institusi mengharapkan efesiensi dan kewajiban
penyelenggaraan, minimal yang tidak merugikan jika dipandang dari
berbagai aspek seperti tidak adanya pemborosan tenaga, peralatan, biaya,
waktu dan sebagainya

3.2 Saran

Selain menarik kesimpulan di atas, penulis juga memberikan saran sebagai berikut :

 Sebagai generasi muda agar lebih meningkatkan wawasan dan pengetahuan.


 Sebagai mahasiswa diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan lebih memahami
materi dan sebaiknya mahasiswa lebih banyak mencari referensi pelengkap
sehingga menjadi lebih paham akan materi tersebut.
 Diharapkan dosen dapat lebih memberikan penjelasan detail kepada mahasiswa
sehingga mahasiswa lebih terbantu dalam memahami materi
 Sebagai bidan kita harus memperhatikan ,menghayati dan mengamalkan
aspek legal dalam praktek kebidanan agar nantinya tidak terjadi pelanggaran
dan dapat menjalankan tugas kita sesuai peraturan pemerintah ataupun standar
praktek kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Manajemen mutu pelayanan kesehatan untuk bidan syafirudin ,SKM,Mkes Dkk ,trans
info media jakarta, hal;59-78
2. Ilmu-pasti-pengunkap-kebenaran.blogspot.com/2012/06/makalah-mutu-pelayanan-
kebidanan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai