Anggota :
GINA HENDRIANA
MAMAY MARLIAH
MAYDA SALSHABILA
NURHASANA
Daftar isi
Kata Pengantar........................................................................
BAB I........................................................................................
Pendahuluan…………………………………………………..
Daftar Isi...................................................................................
Kesimpulan...............................................................................
Saran.......................................................................................
Daftar Pustaka...........................................................................
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penyusun haturkan kepada khadirat Allah
SWT, atas rahmat dan karumianyalah penyusun dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul
“DIURETIK” guna memenuhi tugas mata kuliah
FARMAKOLOGI
Penyusun sangat menyadari,bahwa dalam makalah ini masih
banyak kekurangan maupun kesalahan,untuk itu kepada
pembaca harap maklum adanya yang masih banyak
kekurangan. Dalam kesempatan ini pula penyusun
mengharapkan kesediaan pembaca untuk memberikan saran
yang bersifat perbaikan ,yang dapat menyempurnakan isi
makalah ini dan dapat bermanfaat nantinya.
Ucapan terima kasih penyusun haturkan kepada dosen mata
kuliah Farmakologi,sekaligus pembimbing pembuatan
makalah ini ,semoga atas kebesaran hati dan kebaikan beliau
mendapat rahmat dari allah SWT.aamiin
Akhir kata semoga makalah ini dapat membawa
wawasan,khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi para
pembaca yang budiman.
Serang,Maret 20 20
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 DIURETIK
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah
diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin
yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air.
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel menjadi normal.
Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam glomeruli (gumpalan kapiler)
yang terletak di bagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli inilah yang bekerja sebagai
saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air,m garam dan glukosa. Ultrafiltrat yang
diperoleh dari filtrasi dan mengandung banyak air serta elektrolit ditampung di wadah, yang
mengelilingi setiap glomerulus seperti corong (kapsul Bowman) dan kemudian disalurkan ke
pipa kecil. Di sini terjadi penarikan kembali secara aktif dari air dan komponen yang sangat
penting bagi tubuh, seperti glukosa dan garam-garam antara lain ion Na +. Zat-zat ini
dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli.sisanya yang tak berguna
seperti ”sampah” perombakan metabolisme-protein (ureum) untuk sebagian besar tidak
diserap kembali. Pengaruh diuretik terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk
menentukan tempat kerja diuretik dan sekaligus untuk meramalkan akibat penggunaan suatu
diuretik. Secara umum diuretik dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu :
1) Diuretik osmotik
2) Penghambat mekanisme transport elektrolit di dalam tubuli ginjal
Obat yang dapat menghambat transport elektrolit di tubuli ginjal adalah :
Penghambat karbonik anhidrase
Benzotiadiazid
Diuretik hemat kalium
Diuretik kuat
BAB II
OBAT-OBAT DIURETIK
Sindrom nefrotik Tiazid atau diretik kuat Bila dieresis berhasil, volume
bersama dengan cairan tubuh yang hilang harus
spironolakton diganti dengan hati-hati
Penyakit hati kronik Spironolakton (sendiri atau Diberikan bersama infuse NaCL
bersama tiazid atau hipertonis
diuretic kuat)
B. Farmakokinetik
Ketika obat mudah diserap melalui saluran cerna dengan derajat yang agak berbeda-
beda. Bioavailabilitas fursemid 65% sedangkan bumetanid hamper 100%. Deuretik kuat
terikat pada protein plasma secara ekstensif, sehingga tidak difiltrasi di glomerulus tetapi
cepat sekali disekresi melalui system transport asam organic di tubuli proksimal. Dengan cara
ini obat terakumulasi di cairan tubuli dan mungkin sekali di tempat kerja di daerah yang lebih
distal lagi. Probenesid dapat menghambat sekresi furosemid dan interaksi antara keduanya ini
hanya terbatas pada tingkat sekresi tubuli dan tidak pada tempat kerja deuretik.
Kira-kira 2/3 dari asam etrakinat yang diberika secara IV diekskresi melalui ginja
dalam bntuk utuh dan dalam konjugasi dengan senyawa sulfhidril terutama sistein dan N-
asetil sistein. Sebagian lagi diekskresi melalui hati. Sebagian besar furosemid diekskresi
dengan cara yang sama, hanya sebagian kecil dalam bentuk glukuronid. Kira-kira 50%
bumetanid diekskresi dalam bentuk asal, selebihnya sebagai metabolit.
C. Efek Samping
Efek samping asam atakrinat dan furosemid dapat dibedakan atas: (1) reaksi toksik
berupa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang sering terjadi dan (2) efek samping
yang tidak berhubungan dengan kerja utamanya jarang terjadi. Hiperuresemia relative sering
terjadi, namun pada kebanyakan penderita hal ini hanya merupakan kelainan biokimia. Dapat
pula terjadi reajksi berupa gangguan saluran cerna, depresi elemen darah, rash kulit,
parestesia dan difungsi hati. Gangguan saluran cerna lebih sering terjadi dengan asam
etakrinat daripada furosemid. Sensivitas mungkin terjadi antara furosemid dan sulfnamid
yang lain. Furosemid dan tiazid diduga dapat menyebabkan nefritis interstisialis alergik
yang menyebabkan gagal ginjal reversibel juga terjadi penurunan konsentrasi karbohidrat,
tetapi lebih ringan daripada tiazid. Pada dosis yang berlebihan pernah dilaporkan terjadinya
hipoglikemia akut dengan mekanisme yang tidak dikeahui. Berdasarkan efeknya pada janin
hewan coba, maka diuretic kuat ini tiidak dianjurka pada wanita hamil, kecuali bila mutlak
diperlukan.
Asam etakrinat dapat menyebabkan ketulian sementara maupun menetap, dan hal ini
merupakan efek samping yang serius. Ketulian sementara juga dapat terjadi pada furosemid
dan lebih jarang pada bumetanid. Ketulian mungkin sekali disebabkan oleh perubahan
komposisi elektrolit cairan endolimfe. Ototoksisitas merupakan suatu efek samping unik
kelompok obat ini. Bila karena suatu hal diperlukan pemberian obat yang juga bersifat
ototoksik misalnya aminoglikosid, maka sebaliknya dipilih diuretic yang lain, misalnya
tiazid.
Deuretik kuat dapat berinteraksi dengan warfarin klofibrat melalui penggeseran
ikatannya dengan protein. Pada penggunaan kronis diuretic kuat ini dapat menurunkan
bersihan litium. Penggunaan bersama dengan sefalosporin dapat meningkatkan
nefrotoksisitas sefalosporin. Antiinflamasi nonsteroid terutama indometasin dan
kortikosteroid melawan kerja furosemid.
D. Penggunaan Klinik
Furosemid lebih banyak digunakan daripada asam etakrinat, karena gangguan saluran
cerna yang lebih ringan dan kurva dosis responsnya kurang curam deuretik kuat merupakan
obat efektif untuk pengobatan udem akibat gangguan jantung, hati atau ginjl. Sebaiknya
diberikan secara oral, kecuali bila diperlikan dieresis yang segera, maka dapat diberikan
secara IV atau IM. Pemberian parenteral ini diperlukan untuk mengatasi udem paru akut.
Pada keadaan ini perbaikan klinik dicapai karena terjadi perubahan hemodenamik dan
penurunan volume cairan ekstrasel dengan cepat, sehingga alir balik vena dan curah ventrikel
kanan berkurang. Untuk mengatasi udem refrakter, diuretic kuat biasanya diberiikan bersama
deuretik lain, misalnya tiazid atau diuretic hemat K+ . Pemakaian dua macam obat deuretik
kuat secara bersama merupakan tindakan yang tidak rasional.
Bila ada nefrosis atau gagal ginjal kronik, maka diperlukan dosis furosemid jauh lebih
besar daripada dosis biasa. Diduga hal ini disebabkan oleh banyakya protein dalam caira
tubuli yang akan mengikat furosemid sehingga menghamba diuresis. Pada penderita dengan
uremia, sekresi furosemid melalui tbuli meurun. Diuretic juga digunakan pada penderita
gagal ginjal akut yang masih awal (baru terjadi), namun hasilnya tidak konsisten. Deuretik
kuat dikontraindikasikan pada keadaan gagal ginjal yang disertai anuria. Deuretik kuat dapat
menurunkan kadar kalsium plasma pada penderita hiperkalsemia simtomatik dengan cara
meningatkan ekskresi kalsium melalui urin. Bila digunakan untuk tujuan ini, maka perlu pula
diberian suplemen Na+ dan Cl- untuk menggatikan kehilangan Na+ dan Cl- melalui urin.
E. Sediaan
Asam etakrinat.
Tablet 25 dan 50 mg digunakan dengan dosis 50-200 mg per hari. Sediaan IV berupa Na-
etakrinal, dolsisnya 50mg atau 0,5-1 mg/kgBB
Furosemid.
Obat ini tersedia dalam bentuk tabletb20, 40, 80 mg dan preparat suntikan. Umumnya pasien
membutuhkan kurang dari 600 mgg/hari. Dosis anak 2 mg/kgBB, bila perlu dapat
ditingkatkan menjadi 6 mg/kgBB.
Bumetanid.
Tablet 0,5 dan 1 mg digunakan dengan dosis dewasa 0,5-2 mg sehari. Dosis maksimal perhari
10mg. obat ini tersedia juga dalam bentuk bubuk injeksi dengan dosis IV atau IM dosis awal
atara 0,5-1 mg: dosis diulang 2-3 jam maksimum 10 mg/hari
2.2.6. XANTIN
Xantin ternyata juga mempunyai efek dieresis. Efek stimulasinya pada funsi jantung,
menimbulkan dugaan bahwa deuresis sebagai disebabkan oleh meningkatnya aliran darah
ginjal dan laju filtrasi glomerulus. Namun semua derivate xantin ini rupanya juga berefek
langsung pada tubuli ginjal, yaitu menyebabkan peningkatan ekskresi Na+ dan Cl- tanpa
disertai perubahan yang nyata pada pengasaman urin. Efe deuresis ini hanya sedikit
dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa, tetapi mengalami potensiasi bila diberikan
bersama penghambat karbonik anhidrase. Diantara kelompok xantin teofilin memperlihatkan
efek deuresis yang paling kuat. Xanting sangat jarang digunakan sebagai diuretic utama,
namun bila digunakan untuk tujuan lain terutama sebagai nbronkokodilator, adanya efek
deuresis harus tetap diingat.
KESIMPULAN
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah
diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin
yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air.
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel menjadi normal.
Pengaruh diuretik terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk menentukan tempat kerja
diuretik dan sekaligus untuk meramalkan akibat penggunaan suatu diuretik.
Deuretik digunakan untuk menurunkan volume dan cairan interstisialdengan cara yang
meningkatkan ekskresi natrium klorida dan air. Bila deuretik diberikan secar akut, akan terjadi
kehilangan natrium lebih banyak daripada jumah natrium yang masik dan makanan. Tetapi pada
penggunaaan kronis akan dicapai keseimbangan, sehingga natrium yang keluar sama dengan diet
rendah garam.
DAFTAR PUSTAKA
Aslam Mohamed, cik kaw tan, adji prayitno.Farmasi klinis.(2003).Jakarta : PT Elex Media
Komputindo
Drs. Tjah tan hoan & Drs Rahardja kirana. (2008). Obat-obat penting. Jakarta : PT Gramedia.
Deglin judithhopfer & Vallerant april hazard. (2005). Pedoman obat untuk perawat. Jakarta : EGC.