Anda di halaman 1dari 12

TERAPI FARMAKOLOGI DAN DIET PADA GANGGUAN PERSYARAFAN

Dosen Pengampu : Ns. Josepha Mariana T., S.kep, MNSC

DISUSUN OLEH :

RICKY RAMADHAN PRADANA (2111092)

HANIFA SABALE (202114201035.A)

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA

T.A 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah III, dengan judul “TERAPI FARMAKOLOGI DAN DIET
PADA GANGGUAN PERSYARAFAN”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya, kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Sorong, 10 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG...................................................................1

1.2 TUJUAN........................................................................................2

1.3 MANFAAT....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI.......................................................................................4

2.2 ETIOLOGI.....................................................................................4

2.3 PATOFISIOLOGI..........................................................................4

2.4 MANIFESTASI KLINIS...............................................................5

2.5 PENATALAKSANAAN...............................................................6

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN..............................................................................7

3.2 SARAN..........................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Terapi farmakologi dan diet merupakan dua pendekatan yang dapat digunakan dalam
pengelolaan gangguan persyarafan. Gangguan persyarafan adalah kondisi yang
melibatkan gangguan pada sistem saraf, termasuk sistem saraf pusat (otak dan sumsum
tulang belakang) dan sistem saraf perifer (saraf-saraf yang menghubungkan sistem saraf
pusat dengan berbagai bagian tubuh). Beberapa contoh gangguan persyarafan meliputi
penyakit Parkinson, multiple sclerosis, neuropati diabetik, dan sindrom tunel karpal, di
antara lain.

1. Terapi Farmakologi: Terapi farmakologi merupakan pendekatan utama


dalam pengelolaan gangguan persyarafan. Obat-obatan yang digunakan
dalam terapi farmakologi dapat memiliki berbagai tujuan, seperti
mengurangi gejala, menghambat perkembangan penyakit, atau
mengendalikan reaksi peradangan.
2. Diet: Diet juga dapat memainkan peran penting dalam pengelolaan
gangguan persyarafan, terutama pada gangguan yang berhubungan dengan
metabolisme atau kebutuhan nutrisi khusus. Beberapa contoh aspek diet
yang perlu dipertimbangkan meliputi:

a. Diet Seimbang: Memastikan asupan makanan yang seimbang dengan


nutrisi yang cukup dapat membantu menjaga kesehatan umum dan
mendukung fungsi saraf yang optimal.

b. Diet Rendah Garam: Pada beberapa kondisi seperti penyakit


Parkinson, diet rendah garam dapat membantu mengurangi retensi air dan
pembengkakan yang terkait dengan obat-obatan tertentu.

c. Diet Rendah Gula: Penting bagi individu dengan diabetes yang


berisiko neuropati diabetik. Mengendalikan kadar gula darah dapat
membantu mencegah atau mengurangi kerusakan saraf.

d. Suplemen Nutrisi: Terkadang, dokter dapat merekomendasikan


suplemen nutrisi tertentu seperti vitamin B12, B6, atau asam folat untuk
mendukung fungsi saraf.

e. Diet Khusus: Pada beberapa gangguan persyarafan, seperti sindrom


tunel karpal atau gangguan makan, diet khusus atau perubahan dalam pola
makan tertentu dapat direkomendasikan.

Terapi farmakologi dan diet seringkali digunakan bersamaan sebagai bagian


dari pendekatan yang komprehensif dalam mengelola gangguan persyarafan.
Namun, penting untuk berkonsultasi dengan profesional medis atau ahli gizi
terkait untuk merencanakan pengobatan dan diet yang sesuai dengan kebutuhan

1
spesifik pasien, karena setiap kasus gangguan persyarafan dapat memiliki
karakteristik yang berbeda.

1.2 TUJUAN

Terapi farmakologi dan diet pada gangguan persyarafan bertujuan untuk


mengelola gejala, memperlambat perkembangan penyakit, dan meningkatkan
kualitas hidup pasien. Tujuan utama terapi ini dapat bervariasi tergantung pada
jenis gangguan persyarafan yang dihadapi, seperti neuropati diabetik, ALS
(Amyotrophic Lateral Sclerosis), atau gangguan persyarafan lainnya. Berikut
adalah beberapa tujuan umum terapi farmakologi dan diet pada gangguan
persyarafan:

1. Meredakan Gejala: Terapi farmakologi dapat digunakan untuk meredakan


gejala yang dialami pasien, seperti nyeri, kelemahan otot, kejang, dan
masalah lain yang terkait dengan gangguan persyarafan.
2. Memperlambat Perkembangan Penyakit: Pada beberapa gangguan
persyarafan, seperti ALS, tujuan terapi adalah untuk memperlambat
perkembangan penyakit dan mempertahankan fungsi saraf sebaik
mungkin. Ini mungkin melibatkan penggunaan obat-obatan tertentu.
3. Meningkatkan Kualitas Hidup: Terapi bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien dengan memberikan dukungan dan mengelola gejala
yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
4. Meningkatkan Nutrisi dan Gizi: Pada banyak gangguan persyarafan,
masalah nutrisi dan penurunan berat badan adalah masalah serius. Diet
yang tepat dapat membantu pasien mempertahankan berat badan yang
sehat dan mencegah malnutrisi.
5. Mengurangi Komplikasi: Terapi dapat membantu mengurangi komplikasi
yang mungkin timbul akibat gangguan persyarafan, seperti infeksi, luka
tekan, atau masalah pernapasan.
6. Menyediakan Dukungan Psikologis: Gangguan persyarafan seringkali
memiliki dampak psikologis yang signifikan. Terapi farmakologi dan diet
juga dapat mencakup dukungan psikologis untuk membantu pasien
mengatasi stres, depresi, atau kecemasan yang dapat muncul akibat
penyakit tersebut.

1.3 MANFAAT

Terapi farmakologi dan diet dapat memiliki manfaat yang signifikan dalam
pengelolaan gangguan persyarafan, tergantung pada jenis gangguan persyarafan
yang dialami oleh individu. Beberapa manfaat terapi farmakologi dan diet dalam
kasus gangguan persyarafan meliputi:

1. Pengurangan Gejala: Terapi farmakologi sering digunakan untuk mengurangi


gejala yang terkait dengan gangguan persyarafan. Contohnya, dalam kasus
neuropati diabetik, obat-obatan seperti antidepresan, antikonvulsan, dan analgesik
dapat membantu mengurangi nyeri dan kebas yang sering terjadi pada penderita.

2
2. Perbaikan Fungsi Motorik: Beberapa jenis gangguan persyarafan, seperti
ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis), dapat merusak fungsi motorik. Terapi
farmakologi dapat membantu memperlambat progresi gangguan ini dan menjaga
fungsi motorik yang lebih baik.

3. Pengendalian Gula Darah: Pada gangguan persyarafan yang terkait dengan


diabetes, diet yang tepat dan terapi farmakologi dapat membantu mengendalikan
kadar gula darah. Ini dapat mencegah kerusakan saraf lebih lanjut yang
disebabkan oleh gula darah yang tinggi.

4. Nutrisi yang Sesuai: Diet yang kaya akan nutrisi penting seperti vitamin B,
asam lemak omega-3, dan antioksidan dapat membantu melindungi dan merawat
saraf. Misalnya, vitamin B kompleks sering direkomendasikan untuk mendukung
kesehatan saraf.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Terapi farmakologi dan diet pada gangguan persyarafan dapat menjadi bagian penting
dari pengelolaan kondisi tersebut. Gangguan persyarafan dapat merujuk pada berbagai
kondisi seperti neuropati, multiple sclerosis, ALS (amyotrophic lateral sclerosis), dan
gangguan saraf lainnya.

2.2 ETIOLOGI

 Etiologi (Penyebab) Gangguan Persyarafan:

 Faktor Genetik: Beberapa gangguan persyarafan memiliki komponen


genetik yang kuat, seperti Alzheimer dan Huntington.
 Infeksi: Beberapa gangguan persyarafan dapat disebabkan oleh infeksi
seperti penyakit Lyme atau ensefalitis.
 Trauma Kepala: Cedera kepala serius dapat menyebabkan gangguan
persyarafan, seperti sindrom pasca trauma.
 Peradangan Autoimun: Sclerosis multipel adalah contoh gangguan
persyarafan yang terkait dengan respons autoimun yang mengenai sistem
saraf pusat.
 Faktor Lingkungan: Paparan terhadap toksin atau zat kimia tertentu
dapat berkontribusi pada gangguan persyarafan.

2.3 PATOFISIOLOGI

Gangguan persyarafan dapat mencakup berbagai kondisi yang memengaruhi


sistem saraf, seperti gangguan neurologis, neuropati, atau gangguan pernapasan.
Patofisiologi, terapi farmakologi, dan diet dapat berbeda-beda tergantung pada
jenis gangguan persyarafan yang terjadi. Di bawah ini, saya akan memberikan
gambaran umum tentang masing-masing aspek ini:

1. Patofisiologi Gangguan Persyarafan:


o Patofisiologi gangguan persyarafan bervariasi tergantung pada
jenis gangguan. Ini dapat melibatkan kerusakan pada saraf pusat
(otak dan sumsum tulang belakang) atau saraf tepi (saraf yang
menghubungkan organ dan otot ke sistem saraf pusat).
o Beberapa penyebab umum gangguan persyarafan meliputi
peradangan, kompresi saraf, kerusakan oksidatif, toksin, atau
gangguan metabolik.

4
2.4 MANIFESTASI KLINIS

Berikut ini adalah beberapa contoh gangguan persyarafan yang umum beserta
panduan umum mengenai manifestasi klinis, terapi farmakologi, dan diet yang
berkaitan:

1. Multiple Sclerosis (MS)


o Manifestasi Klinis: Gejala MS dapat bervariasi, tetapi termasuk
gangguan koordinasi, kesulitan berjalan, kelemahan otot,
kehilangan penglihatan, dan gangguan bicara.
o Terapi Farmakologi: Terdapat berbagai obat yang digunakan
untuk mengurangi gejala dan melambat perkembangan MS,
termasuk obat antiinflamasi (steroid), imunomodulator (interferon),
dan obat-obat baru yang berkembang.
o Diet: Mungkin diperlukan diet khusus untuk mengatasi gejala
seperti gangguan pencernaan atau masalah lainnya yang bisa
timbul akibat penggunaan obat.
2. Parkinson's Disease
o Manifestasi Klinis: Gejala Parkinson meliputi tremor, kekakuan
otot, gerakan lambat, dan masalah keseimbangan.
o Terapi Farmakologi: Terapi utama melibatkan obat-obatan seperti
levodopa dan agonis dopamin untuk mengatasi gejala. Juga, terapi
fisik dan rehabilitasi mungkin dianjurkan.
o Diet: Diet seimbang dan mungkin suplemen nutrisi tertentu dapat
membantu mengelola gejala, tetapi tidak ada diet khusus yang
dapat menyembuhkan Parkinson.
3. Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS)
o Manifestasi Klinis: ALS mengakibatkan degenerasi saraf motorik,
menyebabkan kelemahan otot dan masalah pernapasan. Gejala
termasuk kesulitan berbicara, menelan, dan bernapas.
o Terapi Farmakologi: Ada beberapa obat yang digunakan untuk
mengelola gejala ALS, seperti riluzole dan edaravone. Namun,
tidak ada obat yang dapat menyembuhkan ALS.
o Diet: Diet yang kaya nutrisi dan mudah ditelan dapat membantu
pasien ALS mempertahankan kekuatan dan keseimbangan nutrisi
yang baik.
4. Peripheral Neuropathy
o Manifestasi Klinis: Peripheral neuropathy dapat menyebabkan
mati rasa, nyeri, dan kesulitan berjalan. Gejala bisa terjadi di
seluruh tubuh atau terbatas pada daerah tertentu.
o Terapi Farmakologi: Terapi farmakologi bergantung pada
penyebab neuropati, tetapi dapat mencakup obat penghilang rasa
sakit, antidepresan, atau antikonvulsan.
o Diet: Diet sehat yang kaya vitamin B dan nutrisi lainnya dapat
membantu mempertahankan kesehatan saraf perifer.

Penting untuk diingat bahwa setiap kasus gangguan persyarafan dapat berbeda,
dan perawatan harus disesuaikan dengan kebutuhan individu. Konsultasikan

5
dengan dokter spesialis saraf untuk evaluasi, diagnosis, dan perawatan yang tepat.
Terapi farmakologi dan diet harus diresepkan dan diawasi oleh profesional medis
yang berpengalaman dalam mengatasi gangguan persyarafan.

2.5 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan terapi farmakologi dan diet pada gangguan persyarafan


tergantung pada jenis gangguan persyarafan yang dialami oleh individu. Berikut
adalah panduan umum untuk penanganan gangguan persyarafan:

1. Penatalaksanaan Farmakologi:

a. Pengobatan Simptomatik: Penggunaan obat untuk mengatasi gejala yang


muncul, seperti nyeri, kejang, atau kelemahan.

b. Obat-Obatan Antiinflamasi: Dalam beberapa kasus gangguan persyarafan


yang disebabkan oleh peradangan seperti neuritis atau polineuropati, obat
antiinflamasi seperti kortikosteroid bisa diresepkan oleh dokter.

c. Obat Nyeri: Obat pereda nyeri seperti analgesik (misalnya parasetamol) atau
obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) bisa membantu mengurangi nyeri yang
disebabkan oleh gangguan persyarafan.

d. Obat-Obatan Neuropati: Untuk beberapa jenis gangguan persyarafan seperti


neuropati diabetik, dokter bisa meresepkan obat-obatan khusus seperti gabapentin
atau pregabalin untuk mengurangi rasa sakit dan kebas.

e. Terapi Imunomodulator: Pada beberapa kasus gangguan persyarafan yang


disebabkan oleh respons autoimun, dokter dapat meresepkan obat-obatan yang
mengatur sistem kekebalan tubuh, seperti kortikosteroid atau obat biologis.

2. Terapi Diet: a. Diet Seimbang: Memastikan makanan sehari-hari mengandung


nutrisi yang diperlukan untuk menjaga kesehatan saraf dan sistem saraf pusat. Ini
termasuk konsumsi yang tepat dari vitamin, mineral, dan protein.

b. Suplemen: Pada beberapa kasus, dokter mungkin merekomendasikan suplemen


nutrisi tertentu, terutama jika terdapat defisiensi nutrisi yang berperan dalam
gangguan persyarafan.

c. Manajemen Berat Badan: Menjaga berat badan yang sehat dapat membantu
mengurangi tekanan pada sistem saraf dan meningkatkan fungsi saraf.

Penting untuk diingat bahwa pengobatan yang dianjurkan akan sangat


bergantung pada diagnosis spesifik dan kondisi kesehatan individual. Oleh karena
itu, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli medis yang
berkualifikasi untuk menentukan rencana pengobatan yang tepat berdasarkan
kondisi dan kebutuhan pasien.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kesimpulan terapi farmakologi dan diet pada gangguan persyarafan tergantung


pada jenis dan tingkat keparahan gangguan persyarafan yang dialami oleh
individu. Namun, secara umum, terdapat beberapa prinsip umum yang dapat
diterapkan:

1. Terapi Farmakologi:
o Penggunaan obat-obatan tertentu dapat membantu mengurangi
gejala dan memperlambat perkembangan gangguan persyarafan.
Contohnya, pada penyakit saraf seperti ALS (Amyotrophic Lateral
Sclerosis), obat riluzole dapat digunakan untuk memperlambat
penurunan fungsi saraf motorik.
o Pada gangguan saraf perifer, seperti neuropati diabetik, obat-
obatan seperti gabapentin atau pregabalin dapat membantu
mengurangi nyeri dan gejala lainnya.
o Terapi farmakologi juga dapat digunakan untuk mengontrol gejala
seperti kejang, spasme otot, atau gangguan tidur yang mungkin
terkait dengan gangguan persyarafan.
2. Diet:
o Diet yang sehat dan seimbang penting untuk menjaga kesehatan
umum dan mendukung fungsi sistem saraf. Ini termasuk asupan
nutrisi yang cukup, vitamin, dan mineral.
o Pada beberapa gangguan persyarafan, seperti neuropati diabetik,
diet yang mengatur kadar gula darah menjadi penting untuk
mengontrol gejala dan mencegah kerusakan saraf lebih lanjut.
o Pada gangguan motorik seperti ALS, penting untuk menjaga
asupan nutrisi yang memadai dan mungkin perlu
mempertimbangkan diet yang diperkaya kalori untuk mencegah
penurunan berat badan yang parah.

Kesimpulannya, terapi farmakologi dan diet pada gangguan persyarafan adalah


bagian penting dalam manajemen kondisi ini. Namun, pengobatan dan
rekomendasi diet akan sangat bervariasi tergantung pada jenis gangguan
persyarafan, tingkat keparahannya, dan kondisi kesehatan individu. Penting untuk
berkonsultasi dengan profesional medis atau ahli gizi yang berpengalaman dalam
menangani gangguan persyarafan untuk merencanakan perawatan yang sesuai
dengan kebutuhan spesifik.

7
3.2 SARAN

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di


atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.

Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu
dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa
membangun dari para pembaca.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and Victor's Principles of
Neurology. McGraw-Hill Education, 2019.

Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Basic and Clinical Pharmacology.
McGraw-Hill Education, 2021.

Carroll DG. Nonprescription Product Therapeutics. Lippincott Williams & Wilkins,


2018.

Rang, H. P., & Dale, M. M. (2021). Pharmacology. Elsevier Health Sciences.

Cacabelos, R. (Ed.). (2019). Diet and nutrition in dementia and cognitive decline.
CRC Press.

Anda mungkin juga menyukai