6
Ibid., hlm.38-39.
7
Mefi Kartika Sari, “Terapi Behavior”, (https://www.slideshare.net/MEFIKARTIKASARI/terapi-behavior,
diakses pada 17 Maret 2023)
8
Ibid.
9
Thomi Suryana, “Hubungan Antara Terapis Dan Klien”,
(https://id.scribd.com/document/437717606/Hubungan-Antara-Terapis-Dan-Klien#, diakses pada 17
Maret 2023)
Selain itu, hubungan antara terapis dan klien juga dapat terjalin karena adanya (1)
transference, yaitu perasaan apapun yang dinyatakan atau dirasakan oleh klien terhadap
konselor, baik berupa reaksi rasional terhadap kepribadian konselor atau proyeksi terhadap
tingkah laku awal dan sikap-sikap selanjutnya dari konselor. (2) Counttransference, yang
merupakan kebalikan dari tranference, adalah reaksi emosinal terapis kepada klien yang
didasarkan pada kebutuhan tidak sadar terapis dan konflik dan akan mengganggu
kemampuan terapis untuk memahami klien, dan (3) efeknya. 10
D. Desensitisasi sistematis
Joseph Wolpe (1985) menjelaskan bahwa desensitisasi sistematis dirancang untuk
mengobati klien dengan kecemasan yang ekstrem atau takut terhadap perisitwa tertentu,
orang atau benda, atau memiliki ketakutan umum.12 Dalam desensitisasi sistemasis
pendekatan yang digunakan adalah mengajarkan klien menggantikan perasaan cemas
10
Universitas Udayanya, “Bahan Ajar Materi Kuliah Psikoterapi I”
(https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/9bce2706cd103e0013badd148d3f51f3.PDF,
diakses pada 17 Maret 2023)
11
Suhendri, DYP Sugiharto, dan Suwarjo, “Efektivitas Konseling Kelompok Rational-Emotif Untuk
Membantu Siswa Mengatasi Kecemasan Menghadapi Ujian”, Jurnal Bimbingan Konseling, 1(2), 2012,
hlm.124.
12
Universitas Udayanya, “Bahan Ajar Materi Kuliah Psikoterapi I”
(https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/9bce2706cd103e0013badd148d3f51f3.PDF,
diakses pada 17 Maret 2023)
mereka menjadi relaksasi. Berdasarkan hal tersebut, maka desensitisasi sistematis adalah
teknik relaksasi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif,
biasanya berupa kecemasan dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku
yang akan dihilangkan.
Dalam melakukan teknik relaksasi ini, terapis dalam melakukannya dengan
beberapa langkah, yakni (1) mengajarkan klien untuk mengganti kecemasannya dengan
relaksasi, (2) mengurutkan atau menilai perisitwa yang membuat klien cemas menggunakan
derajat kecemasan, (3) membangkitkan kecemasan klien ketika sedang rileks dengan
mengajak klien membayangkan situasi kecemasannya.13
DAFTAR PUSTAKA
Alang, A. H. (2020). Teknik pelaksanaan terapi perilaku (behaviour). Al-Irsyad Al-Nafs: Jurnal
Bimbingan dan Penyuluhan Islam, 7(1), 36-39.
Fikri, I. A. & Karneli, Y. (2021). Konsep behavior therapy dalam meningkatkan self efficacy pada
siswa terisolir. Muhafadzah: Jurnal Ilmiah Bimbingan Konseling Pendidikan Islam, 1(2),
17.
Mahdi, N. K. (2022). Terapi behavior dalam perspektif Islam (Upaya penanganan perilaku
maladaptif remaja pecandu game online). Jurnal At-Taujih: Bimbingan dan Konseling
Islam, 5(1), 17.
Sari, M. K. (2016). Terapi behavior. Diakses pada 17 Maret 2023 dari
https://www.slideshare.net/MEFIKARTIKASARI/terapi-behavior
Sudayana, D. K., Satria, I. K., & Winantra, I. K. (2020). Konseling behavioral dan penguatan
positif dalam meningkatkan prilaku sosial peserta didik. WIDYANATYA, 2(2), 82.
Suhendri., Sugiharto, DYP., & Suwarjo. (2012). Efektivitas konseling kelompok rational-emotif
untuk membantu siswa mengatasi kecemasan menghadapi ujian. Jurnal Bimbingan
Konseling, 1(2), 124.
Suryana, T. (2019). Hubungan Antara Terapis dan Klien. Diakses pada 17 Maret 2023 dari
https://id.scribd.com/document/437717606/Hubungan-Antara-Terapis-Dan-Klien#
Universitas Udayanya. (2017). Bahan Ajar Materi Kuliah Psikoterapi I. Diakses pada 17 Maret
2023 dari
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/9bce2706cd103e0013badd148d3
f51f3.PDF
13
Ibid.