Anda di halaman 1dari 32

TERAPI MODALITAS

DALAM KEPERAWATAN JIWA


DEFINISI....
 Pendekatan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dalam rangka penanganan
klien yang mengalami gangguan jiwa
yang bertujuan untuk mengubah perilaku
klien maladaptif menjadi perilaku yang
adaptif
 Suatu terapi psikis yang keberhasilannya
sangat tergantung pada adanya
komunikasi atau perilaku timbal balik
antara pasien dan terapis
JENIS TERAPI.......
 Program Kegiatan Terapi Modalitas di
RSJ
1. Terapi Individual
2. Terapi Lingkungan ( milleau terapi )
3. Terapi Somatic
4. Terapi Kognitif
5. Terapi Keluarga
6. Terapi Aktifitas Kelompok
7. Terapi Perilaku
8. Terapi Okupasi/Rehabilitasi
PERAN PERAWAT.......
1. Sebagai Pelaksana
Perannya askep langsung kegiatan sehari-hari perawat -
mampu memotivasi klien
2. Sebagai Pendidik
Aspek yang perlu di perhatikan aspek pendidikan perubahan
tingkah laku merupakan sasaran. Perawat memberi
pengetahuan kepada klien agar mampu memperbaiki
mempertahankan meminat dan hobi
3. Sebagai Pengelola
1.Mengelompokkan klien sesuai dengan masalah.kondisi klien
2.Menentukan tujuan dan sasaran
3.Memilih jenis kegiatan yang sesuai
4. Sebagai Peneliti
Perawat terus mengevaluasi keberhasilan
TERAPI INDIVIDUAL......
 Hubungan terstruktur yang dijalin antara
perawat – klien untuk merubah klien
 Untuk mengembangkan pendekatan unik
penyelesaian konflik, meredakan
penderitaan emosional, mengembangkan
cara yang cocok untuk memenuhi
kebutuhan
 Melalui 3 fase (orientasi, kerja dan
terminasi)
 Contoh : Mengajari pasien cara
mengontrol halusinasinya
TERAPI LINGKUNGAN....
 Suatu manipulasi ilmiah yang bertujuan
untuk menghasilkan perubahan pada
perilaku pasien dengan tujuan untuk
mengembangkan keterampilan emosional
dan sosial
 Lingkungan yang ditata untuk menunjang
proses terapi baik fisik, mental maupun
sosial agar dapat membantu penyembuhan
dan pemulihan klien
Untuk melakukan pembatasan terhadap perilaku
yang maladaptif, perlu ditekankan penggunaan
terapi lingkungan dengan mengembangkan
empat keterampilan psikososial.
Empat keterampilan tersebut yaitu :
1. Orientation
Pencapaian orientasi dan kesadaran terhadap
realita yang lebih baik. Orientasi tersebut
berhubungan dengan pemahaman klien
terhadap orang, waktu, tempat dan situasi.
Sedangkan kesadaran terhadap realita dapat
dikuatkan melalui interaksi dan hubungan
dengan orang lain.
2. Assertation
Kemampuan mengekspresikan perasaan dengan
tepat. Klien perlu dianjurkan mengekspresikan diri
secara efektif dengan tingkah laku yang dapat
diterima oleh masyarakat
3. Accupation
Kemampuan klien untuk dapat memupuk percaya
diri dan berprestasi melalui keterampilan. Hal ini
dapat dilakukan dengan memberikan akifitas dalam
bentuk positif dan disukai klien misalnya melukis,
bermain musik, merangkai bunga.
4. Recreation
Kemampuan menggunakan dan membuat aktifitas
yang menyenangkan contoh menebak kata, senam
dan jalan-jalan.
 Dalam upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik ada
5 aspek yang perlu diperhatikan yaitu aspek fisik,
intelektual, sosial, emosional dan spiritual
1. Aspek Fisik
Menciptakan lingkungan fisik yang aman dan nyaman.
Gedung yang permanen, mudah dijangkau, lengkap
dengan kamar tidur, ruang tamu, ruang makan, kamar
mandi dan WC. Struktur dan tatanan dalam gedung
dirancang sesuai dengan kondisi dan jenis penyakit
serta tingkat perkembangan klien
2. Aspek Intelektual
Melalui kejelasan stimulus dari lingkungan dan sikap
perawat. Misalnya lingkungan dengan warna hijau
memberikan stimulus ketenangan dan keteduhan.
Perawat harus memberikan stimulus eksternal yang
positif sehingga kesadaran diri klien menjadi luas dan
klien dapat menerima kondisinya
3. Aspek Sosial
Perawat mengembangkan pola interaksi yang positif,
hubungan psikososial yang menyenangkan dan
menguatkan ego klien.
4. Aspek Emosional
Perawat harus menciptakan iklim emosional yang positif
dengan menunjukkan sikap yang tulus, jujur dan dapat
dipercaya, bersikap spontan dalam memenuhi
kebutuhan klien, empati, peka terhadap perasaan dan
kebutuhan klien.
5. Aspek Spiritual
Aspek ini ditujukan untuk memaksimalkan manfaat dari
pengalaman, pengobatan dan perasaan damai bagi klien
sehingga perlu disediakan sarana ibadah seperti kitab
suci dan ahli agama.
TERAPI SOMATIK....
Terapi yang diberikan kepada klien dengan
tujuan mengubah perilaku yang maladaptif
menjadi perilaku yang adaptif dengan
melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan
fisik.
1. Restrain
2. Seklusi
3. ECT
1. RESTRAIN
 Terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik
atau manual untuk membatasi mobilitas fisik klien.
Alat tersebut meliputi penggunaan manset untuk
pergelangan tangan atau kaki dan kain pengikat.
 Restrain harus dilakukan pada kondisi khusus, jika
perilaku klien sudah tidak dapat diatasi atau
dikontrol
 Indikasi Restrain :
a. PK yang membahayakan diri sendiri dan
lingkungannya
b. Perilaku Agitasi
 Prinsip Restrain melindungi klien dari cedera fisik
dan memberikan lingkungan yang nyaman
2. SEKLUSI
 Bentuk terapi dengan mengurung klien dalam
ruangan khusus.
 Indikasi seklusi yaitu klien dengan perilaku
kekerasan yang membahayakan diri sendiri,
orang lain dan lingkungan.
 Kontraindikasi dari terapi ini
1. Resiko Tinggi Bunuh Diri
2. Klien dengan Gangguan Sosial
3. Kebutuhan untuk observasi masalah medis
3. ECT (Electro Convulsif
Therapie)
 Suatu tindakan terapi
dengan menggunakan
aliran listrik.
Peran Perawat dalam Pemberian ECT
a. Pada persiapan ECT
1.Tangani kecemasan tentang prosedur

2.Melakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium

3.Informed consent

4.Mempuasakan klien minimal 6 jam sebelum ECT

5.Memberhentikan pemberian obat sebelum ECT

6.Melepas gigi palsu, lensa kontak, perbiasan oleh jepit rambut


klien

7.Memakaikan pakaian yang longgar

8.Membantu mengosongkan blast (kandung kemih).


b. Pelaksanaan ECT.

1.Membaringkan klien dengan posisi telentang

2.Siapkan alat

3.Pasang bantuan gigi

4.Sementara ECT dilaksanakan, tahan persendian dengan

sampel (sendi bahu, tahan dan lutut)

5.Setelah selesai, bantu napas

c. Setelah ECT

1.Observasi dan awasi tanda vitas sampai kondisi stabil

2.Jaga keamanan klien

3.Bila sudah sadar bantu orientasi klien dengan

menjelaskan apa yang sedang terjadi


TERAPI KOGNITIF
 Strategi memodifikasi keyakinan dan
sikap yang mempengaruhi perasaan dan
perilaku klien
 Proses : membantu mempertimbangkan
stressor dan mengidentifikasi pola pikir
dan keyakinan yang tidak akurat
 Fokus asuhan : reevaluasi ide, nilai,
harapan dan memulai menyusun
perubahan kognitif
 Tujuan :

 Mengembangkan pola pikir yang rasional

 Menggunakan pengetesan realita

 Membantu perilaku dengan pesan internal

 Intervensi :

 Mengajar substitusi pikiran

 Penyelesaian masalah

 Memodifikasi percakapan diri negatif


TERAPI KELUARGA
 Seluruh keluarga disertakan sebagai unit
penanganan
 Semua masalah keluarga diidentifikasi dan
kontribusi dari masing-masing anggota
terhadap masalah yang dialami
 Terdiri 3 fase : Fase 1 ( perjanjian ), fase
2 ( kerja ) dan fase 3 ( terminasi )
 Tujuan : meningkatkan fungsi keluarga
 Keluarga diharapkan dapat
mempertahankan perawatan yang
berkesinambungan
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
 Perawat berinteraksi
dengan sekelompok
klien secara teratur
 Tujuan : meningkatkan
kesadaran diri,
meningkatkan
hubungan interpersonal,
merubah perilaku
maladaptif, upaya untuk
memfasilitasi
psikoterapis terhadap
sejumlah klien pada
waktu yang sama
FOKUS TERAPI TAK
 ORIENTASI REALITAS
 Pemberian terapi aktivitas kelompok yang mengalami
ganggguan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat.
 Tujuan : klien mampu mengidentifikasi stimulus internal
(pikiran, perasaan, dan sensasi somatik) dan stimulus
eksternal (iklim, bunyi, dan situasi alam sekitar), klien
dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan,
pembicaraan klien sesuai realitas, klien mampu
mengenal diri sendiri dan klien mampu mengenal orang
lain, waktu dan tempat.
 Karakteristik klien : gangguan orientasi realita,
halusinasi, waham, klien kooperatif, dapat
berkomunikasi verbal dengan baik, dan kondisi fisik
dalam keadaan sehat.
 SOSIALISASI
 Memfasilitasi psikoterapist untuk memantau dan
meningkatkan hubungan interpersonal, memberi
tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide dan
tukar persepsi dan menerima stimulus eksternal yang
berasal dari lingkungan
 Tujuan : meningkatkan hubungan interpersonal antar
anggota kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan,
memberikan tanggapan terhadap orang lain,
mengekspresikan ide serta menerima stimulus eksternal
 Karakteristik Klien : kurang berminat atau tidak ada inisiatif
untuk mengikuti kegiatan ruangan, sering berada di
tempat tidur, menarik diri, kontak sosial kurang, harga diri
rendah, gelisah, curiga, takut, cemas, tidak ada inisiatif
memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawab
sesuai pertanyaan, dapat membina trust, mau berinteraksi
dan sehat fisik
 STIMULASI PERSEPSI
 Membantu klien yang mengalami kemunduran
orientasi, stimulasi persepsi dalam upaya
memotivasi proses berpikir dan afektif serta
mengurangi perilaku maladaptif.
 Tujuan : meningkatkan kemampuan orientasi realita,
memusatkan perhatian, intelektual, mengemukakan
pendapat dan menerima pendapat orang lain dan
mengemukakan perasaannya.
 Karakteristik Klien : gangguan persepsi yang
berhubungan dengan nilai-nilai, menarik diri dari
realita, inisiatif atau ide-ide yang negatif, kondisi
fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif
dan dapat mengikuti kegiatan.
TAHAP-TAHAP TAK
1. PRE KELOMPOK
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang
menjadi leader, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut
dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok,
menjelaskan sumber-sumber yang diperlukan kelompok seperti
proyektor dan jika memungkinkan biaya dan keuangan.
2. Fase Awal
Pada tahap ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu
orientasi, konflik atau kebersamaan.
 Orientasi
Anggota mulai mengembangkan sistem sosial masing-masing dan
leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak
dengan anggota.
 Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yang menjadi leader, bagaimana peran anggota,
tugasnya dan saling ketergantungan yang akan terjadi.
 Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah,
anggota mulai menemukan siapa dirinya
3. FASE KERJA
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif
dan negatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang
telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah
disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan
realistis, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan
dan tugas kelompok serta penyelesaian masalah yang kreatif.
4. FASE TERMINASI
PERAN PERAWAT DLM TAK
1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok
2. Sebagai leader dan co leader
Sebagai role model, menyusun rencana, mengarahkan
kelompok dalam mencapai tujuan, memotivasi anggota,
mengatur jalannya kegiatan
3. Sebagai Fasilitator
Membantu leader memfasilitasi anggota untuk berperan
aktif dan membantu leader dalam memotivasi anggota
4. Sebagai Observer
Mengobservasi respons tiap klien dan mencatat semua
proses yang terjadi dan semua perubahan perilaku klien
5. Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaan.
TERAPI PERILAKU

 Premis : perilaku dipelajari, perilaku sehat


dapat dipelajari
 Teknik dasar terapi perilaku : Role model
Pelaksanaan :
 Mengajari pasien cara makan
yang baik dan benar
 Memberikan penghargaan
kepada pasien terhadap
perilaku positif yang telah
dilakukan pasien
 Pasien mempelajari melalui
praktik dan meniru perilaku
adaptif
TERAPI OKUPASI
 Suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang untuk
melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan.
 Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih ada
pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk
membentuk seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada
pertolongan orang lain.
 Tujuan :
1. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi mental
a.Menciptakan kondisi tertentu sehingga klien dapat
mengembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan
dengan orang lain dan masyarakat sekitarnya
b. Membantu melepaskan dorongan emosi secara wajar
c. Membantu menemukan kegiatan sesuai bakat dan kondisinya
d. Membantu dalam pengumpulan data untuk menegakkan
diagnosa dan terapi
2. Terapi khusus untuk pengembalian fungsi fisik, meningkatkan
gerak, sendi, otot dan koordinasi gerakan

3. Mengajarkan ADL seperti makan, berpakaian, BAK, BAB.

4. Membantu klien menyesuaikan diri dengan tugas rutin di rumah

5. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan


kemampuan yang dimiliki

6. Menyediakan berbagai macam kegiatan agar dicoba klien untuk


mengetahui kemampuan mental dan fisik, kebiasaan,
kemampuan bersosialisasi, bakat, minat dan potensinya

7. Mengarahkan minat dan hobi untuk dapat digunakan setelah


klien kembali di lingkungan masyarakat.
 Jenis Kegiatan dalam terapi okupasi antara lain olahraga,
permainan, kerajinan tangan, seni, rekreasi, diskusi dan perawatan
kebersihan diri.
 Pelaksanaan terapi
Terapi okupasi dapat dilakukan secara individu maupun kelompok
tergantung dari kondisi klien dan tujuan terapi
1. Metode
a. Individual ; dilakukan untuk klien baru masuk, klien yang
belum mampu berinteraksi dengan kelompok dan klien yang
sedang menjalani persiapan aktivitas
b. Kelompok ; klien dengan masalah yang sama, klien yang
lama dan yang memiliki tujuan kegiatan yang sama
2. Waktu
Terapi dilakukan 1-2 jam setiap sesi baik metode individual
maupun kelompok dengan frekuensi kegiatan per sesi 2-3 kali
dalam seminggu. Setiap Kegiatan dibagi menjadi 2 bagian
(pertama : 1/2-1 jam, kedua : 1-1 1/2 jam
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai