Anda di halaman 1dari 21

TUGAS

KAJIAN MASALAH

IDENTITAS NASIONAL

Tugas ini di kerjakan dalam rangka mememnuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan di Progam Studi Bimbingan dan Konseling

Nama Penulis :

Nama Penulis Nim Tugas dan Tanggung Jawab


Rani Aldiyanti 1800001231
Tya Fitria Nur 1800001227
Dheanisa Hajar P 1800001239
Egi Nurfaizi 1800001188
Risky Bachtiar I 1800001224

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Identitas Nasional adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara
filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lain. Berdasarkan pengertian yang
demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai
dengan keunikan, sifat serta karakter dari bangsa tersebut. Berdasarkan hakikat pengertian
identitas nasional sebagaimana di jelaskan diatas maka identitas nasional suatu bangsa tidak
dapat di pisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih populer disebut dengan kepribadian
suatu bangsa. Identitas adalah tanda pengenal. Begitulah pemahaman yang paling sederhana
tentang identitas, yang diketahui oleh hampir semua orang. Pengertian identitas negara
Indonesia adalah pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, filsafat Pancasila, dan juga
sebagai ideologi negara sehingga mempunyai kedudukan paling tinggi dalam tatanan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Identitas nasional dijadikan ciri dari suatu bangsa dan
negara tersebut, sehungga identitas nasional mencerminkan kepribadian suatu bangsa.
Berdasarkan latar belakang tersebut tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami
identitas nasional sehingga dapat menjaga tatanan kewarganegaraan dalam berbangsa dan
bernegara.

B. Materi Pokok

 Pengertian dan urgensi identitas nasional


Pengertian Identitas Nasional
Pengertian identitas nasional adalah suatu jati diri dari suatu bangsa. Artinya, jati diri
tersebut merupakan milik suatu bangsa dan berbeda dengan banga lainnya. Dalam
garis besarnya, identitas nasional merupakan suatu jati diri yang tidak hanya mengacu
pada individu tertentu, namun juga berlaku untuk suatu kelompok/organisasi/negara.
Kata identitas berasal dari “identity" yang berarti ciri – ciri, tanda – tanda, ciri khas,
jati diri pada perorangan atau suatu kelompok tertentu yang bisa membedakannya
dengan orang lain atau kelompok yang lainnya.Sedangkan kata “nasional" merupakan
gambaran akan identitas yang melekat pada diri seseorang atau suatu kelompok
tertentu atau organisasi yang lebih besar berdasarkan kesamaan fisik, budaya, ragam,
bahasa, sejarah, cita – cita, serta tujuan.
Dari pengertian di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa identitas nasional adalah suatu
kumpulan nilai budaya yang tumbuh dan berkembang pada macam – macam aspek
kehidupan, baik dari ratusan suku atau budaya yang ada dihimpun menjadi satu
kesatuan, seperti Indonesia. Di mana identitas nasional Indonesia sendiri mengacu
pada Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.

 Identitas nasional Indonesia dalam Sumber legal dan formal


Contoh Identitas Nasional Indonesia

Beragam contoh mengenai identitas nasional Bangsa Indonesia yang mudah


ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Antara lain adalah sebagai berikut;

Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Indonesia


Pancasila menjadi segmen terpenting dalam penanaman identitas nasional
Indonesia. Dalam setiap aturan dan kehidupan menjalankan pancasila merukan sikap
yang membedakan antar Indonesia dengan negara lainnya. Selain sebagai sikap
bentuk aturan kehidupan yang dijalankan harus berpedoman pada nilai dasar
Pancasila.
merupakan satu kesatuan sehingga berfungsi sebagai cita-cita atau ide yang menjadi
tujuan utama bersama sebagai landasan dasar Negara.
UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
Contoh identitas nasional Indonesia yang membedakan dengan negara lain
ialah Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebagai dasar negara dan tata kelola
konstitusi hukum masyarakat. Segala bentuk peraturan dan penyimpangan dalam
kehidupan diatur secara jelas dalam UU ini.
NKRI Sebagai Bentuk Negara Indonesia
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan salah satu contoh
identitas nasional yang harus dipertahankan bagi segenap masyarakat. Melalui NKRI
inilah nama “Indonesia” akan selalu melakat pada masyarakat, baik dari sabang
sampai meroke.
Pemerintahan Republik
Menjadi identitas nasional Indonesia yang selanjutnya ialah berhubungan
dengan sistem pemerintahan yang menganut asas Republik dengan dipimpin oleh
Presiden dan diawasi berdasarkan Hak DPR serta dilakukan juga oleh Lembaga
Yudikatif.
Wawasan Nusantara Sebagai Konsepsi Utama
Identitas nasional yang dapat menjadi pembentuk karakter setiap warga negara
adalah wawasan Nusatara yang mengedepakan asas-asas kebersamaan dan gotong
royong dalam menjalankan setiap sisi kehidupan masyarakat. Oleh karena itulah
keberadaannya harus dijaga.
Kebudayaan Nasional Sebagai Wawasan dan Kebanggaan
Menjadi salah satu bentuk identitas nasional Indonesia yang menjadi
kebangaan adalah sisitem budaya yang ada. Dengan adanya kebudayaan ini
masyarakat melakat pada kehidupan adat dengan berbeda akan tetapi bersatu padu
untuk tetap mengedepankan asas-asas kemanusiaan.
Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Persatuan
Dalam kehiduan sehari-hari untuk berhubungan dengan masyarakat lain,
terutama berda wilayah dan suku masyarakat mempergunakan Bahasa Indonesia
sebagai bentuk bahasa persatuan. Atas dasar inilah setidaknya menjadi salah satu
pembeda Indonesia dengan negara lainnya.
Merah Putih sebagai Bendera Indonesia
Menjadi bentuk identitas nasional Indonesia yang selanjutnya adalah Bendera
Merah Putih yang pertamakali dijahit oleh Famawati dengan “Sang Saka Merah
Putih”. Merah artinya berani dan putih artinya suci, arti sederhannya benda ini adalah
keberanian melakukan tindakan-tindakan yang baik dalam masyarakat.
Indonesia Raya Sebagai Lagu Kebangsaan
Contoh lainnya yang bisa menjadi identitas nasional Warga Negara Idonesia
adalah Lagu kebangsaan yang telah dibentuk dan disahkan secara UU sebangai lagu
skaral yang harus disenandungkan dalam kegiatan-kegiatan di Indonesia.
Burung Garuda sebagai Lambang Negara
Keberadaan Burung Garuda merupakan salah satu identitas nasional Indonesia
yang senantiasa harus dipertahankan keberadaannya. Bagi masyarakat yang menguki
bagian Indonesia harus memberikan pemahaman untuk para generasi penerus bangsa.
Bhinneka Tunggal Ika Sebagai Semoboyan Negara
Bhinneka Tunggal Ika menjadi salah satu identitas nasional Indonesia yang
mampu membentuk karakter kebersaam bagi masyarakat. Hal inilah setidaknya
memiliki nilai lebih dari pendiri bangsa untuk mencintai kebersamaan dalam rangka
mewujudkan kehidupan yang damai.

 Dinamika dan tantangan identitas nasional


Secara sederhana, identitas nasional Indonesia mencakup semangat
kebangsaan(nasionalisme) Indonesia, negara-bangsa (nation-state) Indonesia, dasar
negara Pancasila, bahasanasional, bahasa Indonesia, lagu kebangsaan Indonesia Raya,
semboyan negara 'BhinnekaTunggal Ika', bendera negara sang saka merah putih,
konstitusi negara UUD 1945, integrasiWawasan Nusantara, serta tradisi dan
kebudayaan daerah yang telah diterima secara luas sebagai bagian integral budaya
nasional setelah melalui proses tertentu yang bisa disebut sebagai'mengindonesia',
yang berarti proses untuk mewujudkan mimpi, imajinasi, dan cita-cita ideal bangsa
Indonesia yang bersatu, adil, makmur, berharkat, dan bermartabat, baik ke
dalammaupun ke luar dalam kancah internasional.Karena kedudukannya yang amat
penting itu, identitas nasional harus dimiliki oleh setiap bangsa. Karena tanpa
identitas nasional suatu bangsa akan terombang-ambing. Namun apabila kita melihat
fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini, identitas yang dimiliki bangsa kita
seolah-olah telah terkikis dengan adanya pengaruh yang timbul dari pihak
luar.Budaya-budaya barat yang masuk ke negara kita ini, rasanya begitu capat di serap
oleh lapisan masyarakat. Masyarakat lebih mudah mengambil budaya-budaya barat
yang tidak sesuai dengan corak ketimuran. Yang pada dasarnya masih menjunjung
tinggi nilai moral dan etika. Namun kenyataannya, hal itu sering kali di abaikan.
Dengan melihat kenyataan ini, terlihat jelas bahwaidentitas nasional telah mulai
terkikis dengan datangnya budaya-budaya barat yang memangtidak sesuai dengan
budaya bangsa indonesia
Tantangan mengembangkan identitas nasional terletak pada pikiran dan sikap
yang terbukauntuk menghormati keanekaragaman, mendorong demokrasi yang
partisipatif, memperkuat penegakan hukum, serta memajukan solidaritas terhadap
mereka yang lemah atau korban dimana negeri Indonesia adalah ruang publik sebagai
tempat kita hidup bersama.
Karena kedudukannya yang amat penting itu, identitas nasional harus dimiliki
oleh setiap bangsa.Karena tanpa identitas nasional suatu bangsa akan terombang-
ambing.Disadari bahwa rendahnya pemahaman dan menurunnya kesadaran warga
negara dalam bersikap dan berperilaku menggunakan nilai-nilai pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara khususnya pada era reformasi bagaikan berada
dalam tahap disintegrasi karena tidakada nilai-nilai yang menjadi pegangan bersama.

 Hubungan identitas Nasional dengan Nasionalisme dalam Islam dan Nasional di


Indonesia
Identitas Nasional Indonesia merujuk pada sualu bangsa yang majemuk.
Ke-majemukan itu merupakan gabungan dari unsur-unsur pembentuk
identitas, yaitu suku bangsa, agama, kebudayaan, dan bahasa.

a. Suku Bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat

askriptif (ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan


umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali suku
bangsa atau kclompok etnis dengan tidak kurang 300 dialek bahasa

b. Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis.

Agama-agama yang tumbuh dan berkembang di Nusantara adalah


agama Islam, Kristcn, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu.
Agama Kong Hu Cu pada masa Orde Baru tidak diakui sebagai
agama resmi negara, tctapi sejak pcmerintahan Presiden
Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi negara dihapuskan. Bangsa Indonesia
dikenal sebagai masyarakat yang agamis.
Agama-agama yang tumbuh dan berkembang di Nusantara adalah
agama Islam, Kristcn, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu.
Agama Kong Hu Cu pada masa Orde Baru tidak diakui sebagai
agama resmi negara, tctapi sejak pcmerintahan Presiden
Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi negara dihapuskan

c. Kebudayaan: adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial

yang isinya adalah perangkat-perangkat atau model-model


pengetahuan yang secara kongkrit digunakan oleh pendukung- pendukungnya untuk
menafsirkan dan memahami lingkungan yang
dihadapi dan digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk
bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan)
sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
d. Bahasa: merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain.

Bahasa dipahami sebagai sistem pcrlambang yang secara arbitrcr


dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia.

 Kajian masalah berkaitan dengan identitas nasional dan nasionalisme Indonesia.


Pendidikan adalahbidangyang dipandang strategis untuk memperkuat
indentitas nasional melalui transfer of knowledge nilai-nilai kemajemukan
dan pelestarian budaya bangsa secara holistik dan komprehensif. Institusi
pendidikan berperan sebagai agen sosialisasi politik yang dapat menyatukan
peserta didik dari berbagai latar belakang sosial dan budaya sehingga nilai-nilai
kebangsaan, toleransi, humanisme, demokratis, pluralisme, dan
multikulturalisme dapat diinternalisasikan secara aplikatif. Selain itu,
pendidikan juga menjadi sarana yang efektif dan efisien untuk melestarikan
nilai-nilai budaya dan kearifan lokal karena pendidikan secara praktis tidak
dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya yang merupakan unsur identitas
nasional. Pendidikan dan kebudayaan memiliki hubungan yang saling
mendukung dan melengkapi satu sama lainnya.
Guna memperkokoh identitas nasional, maka penyelenggaraan sistem
pendidikan dapat mengadopsi semangat multikultural yang berakar pada
nilai-nilai kearifan lokal. Pendidikan multikultural berbasis kearifan lokal
adalah pendidikan yang melindungi, menghargai, dan memelihara kearifan
lokal untuk memperkuat identitas nasional dalam bangunan kemajemukan
bangsa. Melalui pendidikan multikultural berbasis kearifan lokal diharapkan
akan lahir dan berkembang generasi penerus bangsa yang memiliki karakter
kewarganegaraan multikutural untuk memperkuat identitas nasional bangsa Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud memaparkan kajian secara
konseptual tentang penguatan identitas nasional melalui pendidikan
multikultural berbasis kearifan lokal. Karya tulis ini bertujuan untuk
menggambarkan strategi yang dapat dilakukan untuk memperkuat identitas
nasional melalui pendidikan multikultural berbasis kearifan lokal. Metode
penelitian yang digunakan dalam karya tulis ini adalah metode kepustakaan
(library research) yang dilakukan dengan mengkaji ilmu secara teoritik dan
didukung data-data yang relevan.
C. Tujuan dan Harapan Penulis

a. Tujuan

 Untuk mengetahui pengertian identitas nasional secara etimologis


danterminologis2.
 Untuk mengetahui unsur-unsur identitas nasional
 Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung kelahiran identitas nasional
 Untuk mengetahui fungsi dan urgensi identitas nasional
 Untuk mengetahui dinamika dan tantangan identitas nasional Indonesia
 Untuk mengetahui solusi dari dinamika dan tantangan identitas nasional

b. Harapan Penulis

Diharapkan siswa lebih menyadari pentingnya karakteristik identitas nasional dan


karakteristik nasionalisme dalam diri generasi penerus bangsa Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Kemudian informasi ini dapat tersebar luas kemasyarakat agar mengetahui
pentingnya karakteristik identitas nasional dan karakteristik nasionalisme sebagai tonggak
kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BAB II

ISI

A. KONSEPTUAL INTEGRASI NASIONAL

Pengertian Integrasi Nasional


Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragam. Keberagaman masyarakat
Indonesia ditandai oleh adanya keberagaman budaya. Misalnya perbedaan suku
bangsa menyebabkan adat-istiadat, bentuk rumah, pakaian serta kesenian yang
memiliki ciri khas yang berbeda.
Bangsa Indonesia menyadari dan menghormati adanya perbedaan budaya tersebut.
Bangsa Indonesia sejak dahulu telah dipersatukan dalam semboyan “Bhineka Tunggal
Ika” yang artinya berbeda-beda, tetapi tetap satu.
Integrasi nasional berasal dari dua kata, yaitu “Integrasi” dan “Nasional”. Integrasi
berasal dari bahas inggris, Integrate artinya menyatupadukan, menggabungkan,
mempersatukan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Integrasi artinya pembauran
hingga menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh. Kata Nasional berasal dari bahasa
Inggris, nation yang artinya bangsa.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi nasional mempunyai arti politis dan
antropologis.
1. Secara Politis
Integrasi secara politis berarti penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial
dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional.
2. Secara Antropologis
Integrasi secara antropologis berarti proses penyesuaian di antara unsur-unsur
kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai suatu keserasian fungsi dalam
kehidupan masyarakat.
Dasar pemikiran dari integrasi nasional adalah bahwa Negara dibentuk bukan dengan
tujuan untuk menjamin kepentingan individu pun golongan tetapi untuk menjamin
kepentingan masyarakat secara keseluruhan sebagai sebuah persatuan karena Negara
pada hakekatnya adalah masyarakat yang integral.
Integrasi Nasional ini bisa dipahami dari dua segi yakni konsep integrasi
nasional secara vertikal dan secara horizontal.
1. Konsep integrasi nasional secara vertikal mencakup bagaimana mempersatukan
rakyat dengan pemerintah yang hubungannya terintegral secara vertikal. Konsep ini
juga mencakup bagaimana menyatukan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
2. Konsep Integrasi Nasional secara horizontal mencakup bagaimana menyatukan
rakyat Indonesia yang tingkat kemajemukannya cukup tinggi. Bagaimana
membangun identitas kebangsaan yang sama meskipun masyarakat memiliki jati diri
golongan, agama, etnis dan lain lain yang berbeda.

 Pentingnya Membangun Integrasi Nasional


Untuk mewujudkan cita-cita, dan tujuan negara serta memelihara rasa
kebersamaan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk membangun integrasi
nasional:
1. Adanya kemampuan dan kesadaran bangsa dalam mengelola perbedaan SARA
dan keanekaragaman budaya serta adat istiadat.
2. Adanya kemampuan untuk mereaksi penyebaran ideologi asing
3. Adanya kemampuan untuk mereaksi dan mencegah dominasi ekonomi asing
4. Mampu berperan aktif dalam percaturan dunia di era globalisasi dalam berbagai
aspeknya
5. Bertekad untuk membangun sistem budaya sesuai dengan Pancasila dan UUD
1945

6. Menyelenggarakan berbagai kegiatan budaya dengan cara melakukan pengkajian


kritis dan sosialisasi terhadap identitas nasional.

Perbedaan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya


keserasian dan keselarasan secara nasional. Seperti yang kita ketahui, Indonesia
merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di
satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan
kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang melimpah
untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini
juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita ketahui dengan wilayah dan
budaya yang melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia manusia yang
berbeda pula sehingga dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia.

Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Mewujudkan Integrasi Nasional

Dalam upaya untuk mencapai integrasi nasional dengan cara menjaga


keselarasan antarbudaya. Hal itu dapat terwujud jika ada peran serta pemerintah dan
partisipasi masyarakat dalam proses integrasi nasional.
1. Peran pemerintah dalam mewujudkan integerasi nasional adalah:
a. Pemerintah harus mampu melaksanakan sebuah sistem politik nasional yang
dapat mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang memiliki kebudayaan yang
berbeda-beda.
b. Kemampuan desentralisasi pemerintah yang diwujudkan dalam agenda
otonomi daerah
c. Keterbukaan dan demokratisasi yang bertumpu pada kesamaan hak dan
kewajiban warga negara.
2. Peran Masyarakat dalam mewujudkan integeritas nasional adalah:
a. Meminimalkan perbedaan dan berpijak pada kesamaan-kesamaan yang
dimiliki oleh setiap budaya daerah.
b. Meminimalkan setiap potensi konflik yang ada.

 Syarat Integrasi
1. Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil mengisi kebutuhan
kebutuhan satu dengan lainya
2. Terciptanya kesepakatan bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai social
yang dilestarikan dan dijadikan pedoman .
3. Norma-norma dan nilai-nilai social dijadikan aturan baku dalam melangsungkan
proses integerasi nasional.

 Faktor-faktor Pendorong,pendukung dan penghambat Integerasi Nasional.

a. Factor pendorong tercapainya integerasi nasional

1. Adanya rasa senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh factor sejarah
2. Adanya semangat persatuan dan kesatuan dalam bangsa,bahasa dan tanah air
3. Adanya keperibadian dan pandangan hidup bangsa yang sama yaitu pancasila
4. Adanya jiwa dan semangat gotong royong ,solidaritas dan toleransi keagamaan
yang kuat.
5. Adanya rasa senasib dan perjuangan akibat penderitaan penjajahan.

b. Factor penghambat Integerasi nasional

1. Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang bersifat heterogen


2. Kurang toleransi antar golongan
3. Kurang kesadaran dari masyarakat Indonesia terhadap ancaman dari luat
4. Adanya ketidak puasan terhadap ketimpangan dan ketidakmerataan hasil-hasil
pembangunan.

B. KAJIAN MANFAAT INTEGRASI NASIONAL


Faktor pendidikan sangatlah berperan penting membuka wawasan seseorang
untuk lebih saling memahami dan menghormati keragaman budaya Indonesia sebagai
suatu kekayaan bangsa sehingga mampu tercapainya integrasi sosial maupun integrasi
nasional.
Cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional akan terwujud, manakala
sekelompok anggota masyarakat bersedia menerobos identitasnya dan mengambil
jarak dari segala kepentingan yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya
atau watak kelompoknya. Dengan demikian ia meninggalkan identitasnya, yang
kemudian membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas.
Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang
dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun
sosial. Misalnya, kelompok pedangang kaki lima (PKL) membentuk jaringan mereka
ketika menghadapi Perda yang dikeluarkan Pemda atau ketika mereka harus
menghadapai operasi Satpol PP. Demi kepentingan tersebut, seorang PKL yang
beretnik Minang akan bersatu dengan PKL-PKL beretnik lain. Singkat kata, integrasi
pada dasarnya menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama.
Konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi
kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini.
Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada
kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan
kompleksitas kebudayaan yang dianut. Dengan demikian, mengembangkan konsep
integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan
visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota
masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.

Maka dapat disimpulkan bahwa manfaat integrasi nasional adalah

1. Dikenalnya budaya local ke manca Negara


2. Menambah kebudayaan di negara kita
3. Membuat para turis tertarik mempelajarinya
4. Menjadi kebanggan kita bersama
BAB III

KAJIAN PERMASALAHAN IDENTITAS NASIONAL

A. Gesekan Antar Kelompok Agama di Indonesia


 Lampiran Berita
Sepanjang sejarah agama dapat memberi sumbangsih positif bagi masyarakat
dengan memupuk persaudaraan dan semangat kerjasama antar anggota masyarakat.
Namun sisi yang lain, agama juga dapat sebagai pemicu konflik antar masyarakat
beragama. Ini adalah sisi negatif dari agama dalam mempengaruhi masyarakat Dan
hal ini telah terjadi di beberapa tempat di Indonesia.

Pada bagian ini akan diuraikan sebab terjadinya konflik antar masyarakat
beragama khususnya yang terjadi di Indonesia dalam perspektif sosiologi agama.
Hendropuspito mengemukakan bahwa paling tidak ada empat hal pokok sebagai
sumber konflik sosial yang bersumber dari agama. Dengan menggunakan kerangka
teori Hendropuspito, penulis ingin menyoroti konflik antar kelompok masyarakat
Islam - Kristen di Indonesia, dibagi dalam empat hal, yaitu:

a. Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental

Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan masing-
masing menyadari bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang menjadi penyebab dari
benturan itu. Entah sadar atau tidak, setiap pihak mempunyai gambaran tentang ajaran
agamanya, membandingkan dengan ajaran agama lawan, memberikan penilaian atas
agama sendiri dan agama lawannya. Dalam skala penilaian yang dibuat (subyektif)
nilai tertinggi selalu diberikan kepada agamanya sendiri dan agama sendiri selalu
dijadikan kelompok patokan, sedangkan lawan dinilai menurut patokan itu.

Agama Islam dan Kristen di Indonesia, merupakan agama samawi (revealed


religion), yang meyakini terbentuk dari wahyu Ilahi Karena itu memiliki rasa
superior, sebagai agama yang berasal dari Tuhan.

Di beberapa tempat terjadinya kerusuhan kelompok masyarakat Islam dari


aliran sunni atau santri. Bagi golongan sunni, memandang Islam dalam keterkaitan
dengan keanggotaan dalam umat, dengan demikian Islam adalah juga hukum dan
politik di samping agama. Islam sebagai hubungan pribadi lebih dalam artian
pemberlakuan hukum dan oleh sebab itu hubungan pribadi itu tidak boleh mengurangi
solidaritas umat, sebagai masyarakat terbaik di hadapan Allah. Dan mereka masih
berpikir tentang pembentukan negara dan masyarakat Islam di Indonesia. Kelompok
ini begitu agresif, kurang toleran dan terkadang fanatik dan malah menganut garis
keras. Karena itu, faktor perbedaan doktrin dan sikap mental dan kelompok
masyarakat Islam dan Kristen punya andil sebagai pemicu konflik.

b. Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama

Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama memperlebar jurang
permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama
menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan antar kelompok dalam
masyarakat.

Contoh di wilayah Indonesia, antara Suku Aceh dan Suku Batak di Sumatera
Utara. Suku Aceh yang beragama Islam dan Suku Batak yang beragama Kristen;
kedua suku itu hampir selalu hidup dalam ketegangan, bahkan dalam konflik fisik
(sering terjadi), yang merugikan ketentraman dan keamanan.

Di beberapa tempat yang terjadi kerusuhan seperti: Situbondo, Tasikmalaya,


dan Rengasdengklok, massa yang mengamuk adalah penduduk setempat dari Suku
Madura di Jawa Timur, dan Suku Sunda di Jawa Barat. Sedangkan yang menjadi
korban keganasan massa adalah kelompok pendatang yang umumnya dari Suku non
Jawa dan dari Suku Tionghoa. Jadi, nampaknya perbedaan suku dan ras disertai
perbedaan agama ikut memicu terjadinya konflik.

c. Perbedaan Tingkat Kebudayaan

Agama sebagai bagian dari budaya bangsa manusia. Kenyataan membuktikan


perbedaan budaya berbagai bangsa di dunia tidak sama. Secara sederhana dapat
dibedakan dua kategori budaya dalam masyarakat, yakni budaya tradisional dan
budaya modern.

Tempat-tempat terjadinya konflik antar kelompok masyarakat agama Islam -


Kristen beberapa waktu yang lalu, nampak perbedaan antara dua kelompok yang
konflik itu. Kelompok masyarakat setempat memiliki budaya yang sederhana atau
tradisional: sedangkan kaum pendatang memiliki budaya yang lebih maju atau
modern. Karena itu bentuk rumah gereja lebih berwajah budaya Barat yang mewah.

Perbedaan budaya dalam kelompok masyarakat yang berbeda agama di suatu tempat
atau daerah ternyata sebagai faktor pendorong yang ikut mempengaruhi terciptanya
konflik antar kelompok agama di Indonesia.
d. Masalah Mayoritas da Minoritas Golongan Agama
Fenomena konflik sosial mempunyai aneka penyebab. Tetapi dalam
masyarakat agama pluralitas penyebab terdekat adalah masalah mayoritas dan
minoritas golongan agama.
Di berbagai tempat terjadinya konflik, massa yang mengamuk adalah
beragama Islam sebagai kelompok mayoritas; sedangkan kelompok yang ditekan dan
mengalami kerugian fisik dan mental adalah orang Kristen yang minoritas di
Indonesia. Sehingga nampak kelompok Islam yang mayoritas merasa berkuasa atas
daerah yang didiami lebih dari kelompok minoritas yakni orang Kristen. Karena itu,
di beberapa tempat orang Kristen sebagai kelompok minoritas sering mengalami
kerugian fisik, seperti: pengrusakan dan pembakaran gedung-gedung ibadah.

 Pendapat-Pendapat Tokoh

Analisis ini menggarisbawahi peran agama dalam menciptakan ketidaksetaraan


dalam masyarakat. Marx berpendapat bahwa agama hanya alat untuk menanamkan
kesadaran palsu (false consciousness) agar supaya orang-orang dapat menerima
permasalahan sosial di dunia ini dan berharap terus pada datangnya dunia yang lebih
baik.

Agama juga dipandang sebagai alat bagi kaum elite politik untuk
mempertahankan kekuasaannya (agama, kekuasaan, dan politik memiliki hubungan
yang erat). Karena perebutan kekuasaan dalam suatu negara akan terus berlangsung,
agama-agama berlomba untuk semakin mendekatkan diri dengan sumber-sumber
kekuasaan dari masa ke masa.

Dalam makalah ini, penyusun akan menganalisa masalah relasi (hubungan) antar
agama dari sudut pandang teori konflik. Teori ini membantu menjelaskan penyebab
dari pola-pola relasi yang konfliktual antar kelompok agama. Pendekatan ini juga
dapat menjelaskan dua fenomena yang bersifat paradoks, yaitu agama yang di satu
sisi merupakan perekat sosial namun di sisi lain merupakan penyebab utama
terjadinya disintegrasi.

Yang menjadi pertanyaan mendasar adalah: mengapa konfik bisa terjadi? Melihat
kepada masalah hubungan antar agama ini, tentu pertanyaan itu harus bisa dijawab
terlebih dahulu untuk mencari langkah yang tepat untuk menanggulangi masalah-
masalah yang erat kaitannya dengan masyarakat yang multi-budaya.

Menjawab pertanyaan ini, penyusun mencoba menguraikan analisa berdasarkan


teori konflik Marx, yang mana dikatakan bahwa di dalam suatu masyarakat dapat
dijumpai hal yang dianggap baik oleh suatu golongan atau kelompok, tetapi bersifat
relatif, yang berarti kebaikan itu belum tentu baik pula di mata masyarakat lain
(golongan atau kelompok lain). Manusia cenderung untuk berusaha mendapatkan hal-
hal yang dianggap baik (menurut hemat mereka sendiri) tadi. Karena itulah bisa
menimbulkan persaingan antara individu satu dengan individu yang lain atau
kelompok yang satu dengan kelompok lain, yang mencakup suatu proses untuk
mendapatkan kekayaan, kekuasaan, atau kedudukan. Dan biasanya suatu yang
dianggap baik ini adalah sesuatu yang menyangkut kepentingan kelompok yang
berkuasa (atau bisa dikatakan kelompok yang dominan). Marx menganggap bahwa
proses pertikaian ini adalah proses pertentangan kelas.

Agama menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya disintegrasi.Marx


mengatakan bahwa analisis konflik menggarisbawahi peran agama dalam
menciptakan ketidaksetaraan dalam masyarakat.Namun, sesuai dengan ketentuan hak
asasi, agama adalah sebuah kebebasan bagi pemeluknya untuk menentukan keyakinan
dan kepercayaannya. Berbicara mengenai HAM, berarti membicarakan hal yang
terkait dengan kebutuhan biologis (sandang, papan, pangan) dan juga terpenuhinya
kebutuhan mental spiritual (rohani), yaitu kepercayaan atau agama.

Agama terkait dengan keyakinan, yang mana keyakinan ini sangat dijunjung
tinggi dan dijaga oleh penganutnya. Seseorang dijadikan pemeluk agama yang sama
dengan orang tuanya sejak lahir. Sosialisasi atau dakwah terhadap agama mencakup
nilai-nilai, aturan, tata cara, upacara/ritual dan sebagainya yang harus dituruti. Dalam
kelompok agama tersebut, kesucian agama dipegang oleh suatu kekuasaan otoritas
yang dimiliki oleh pemuka-pemuka agama (ulama atau paus), yang terkadang
perkataan (fatwa/dakwah) dari para pemuka agama ini tidak terbantahkan dan diikuti
oleh semua penganutnya.Selain itu adanya perkawinan antara agama dengan negara
sehingga agama memiliki kekuasaan yang besar (contohnya pada negara-negara yang
memiliki agama mayoritas, seperti Indonesia.Atau daerah yang memiliki agama
mayoritas, seperti Islam di Aceh, atau Kristen di Papua).
BAB IV

ANALISIS KAJIAN PERMASALAHAN

A. Analisis Pemecahan Masalah Gesekan Antar Kelompok Agama Di Indonesia

Di balik konflik antar kelompok agama di Indonesia yang memecahkan satu kesatuan
bangsa jika ditelisik lebih mendalam terdapat sumbu yang membuat satu agama dengan
agama lainnya hanya memperlihatkan rasa keaku-akuannya, rasa “kami”, dan “mereka”,
mereka melihat agama lain adalah kelompok luar darinya. Setiap konflik yang berujung
SARA bermula dari konflik individu yang kemudian mengarah ke konflik kolektif yang
mengatasnamakan agama. Konflik agama yang terjadi di Poso jika ditelusi secara mendalam
bermula dari pertikaian pemuda yang berbeda agama yang sedang mabuk hingga karena
sentimen kepercayaan hingga merambah ke konflik etnis dan agama. Konflik Poso kian
memanas ketika provokasi akan adanya masjid yang dibakar oleh umat kristiani, agama
memang sangat rentan. Aparat Pemerintah bukanya sebagai penengah namun ikut andil
dalam konflik ini. Nampaknya kesenjangan sosial ekonomi dari pendatang yang sebagai
mayoritas menguasai sektor ekonomi membuat konflik menjadi lebih memanas.
Ketidakmerataan penyebaran penduduk juga dapat menimbulkan masalah.

Kepadatan penduduk yang mendororong etnis Madura melakukan migrasi ke Pulau


Kalimantan. Di mana masih membutuhkan kebutuhan akan Sumber Daya Manusia untuk
mengolah kekayaan alam dan membangun infrastruktur perekonomian. Pencapaian atas kerja
keras, hidup hemat bahkan penderitaan yang dirasakan etnis Madura terbayarkan sudah
ketika keberhasilan sudah ditangan. Dengan menguasai sektor-sektor perdagangan sehingga
orang-orang non Madura yang lebih awal bergerak di bidang itu terpaksa terlempar keluar.

B. Solusi Penyelesaian Konflik Antar Agama

1. Merubah sistem pemahaman Agama

Arahkanlah pembinaan kehidupan beragma untuk menampilkan nilai-nilai universal


dari ajaran agama yang dianut. Misalnya, semua agama mengajarkan umatnya untuk hidup
sabar menghadapi proses kehidupan ini. Menjadi lebih tabah menghadapi berbagai AGHT
(ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan) dalam menghadapi hidup ini.
2. Mengurangi Penampilan Berhura-Hura dalam Kehidupan Beragama.

Kegiatan beragama seperti perayaan hari raya agama, umat hendaknya mengurangi
bentuk perayaan dengan penampilan yang berhura hura. Hal ini sangat mudah juga
memancing konflik. Karena umat lain juga dapat terpancing untuk menunjukan existensi
dirinya bahwa ia juga menganut agama yang sangat hebat dan luhur.

C. Kesimpulan

Beragamnya suku, agama, ras, dan golongan membuat Indonesia sebagai bangsa
yang rawan konflik. Dari ujung timur sampai ujung barat bangsa ini sering kali terdengar jerit
tangis bahkan tetesan darah menyelimuti Tanah Air. Kalau konflik etnis itu terjadi terus
terusan dalam sebuah Negara, maka Negara tersebut dapat dikatakan tidak bisa menciptakan
ketentraman dan keamanan dalam negerinya. Maka dari itu masalah konflik etnis perlu
diselesaikan secara cepat oleh pemerintah. Karena selain Negara yang mengalami kerugian,
masyarakat sekitar daerah konflik tersebut pun akan mengalami kerugian pula.

Faktor faktor yang melatarbelakangi terjadinya konflik etnis seperti, kepentingan yang
sama diantara beberapa pihak, perebutan sumber daya, sumber daya yang terbatas, kategori
atau identitas yang berbeda, prasangka atau diskriminasi harus diselesaikan secara
demokratik. Cara cara seperti rekonsialisasi dan mediasi harus dikedepankan. Penyelesaian
konflik tanpa kekerasan inilah yang harus dilakukan, agar tidak jatuh banyak korban.

Kalau masalah konflik antar etnis telah bisa diselesaikan dengan baik, Negara dan
masyarakatnya akan hidup tenang, tentram, dan aman. Saling menganggap bahwa satu sama
lain yang ada didalam Negara adalah saudara.
DAFTAR PUSTAKA

 https://salamadian.com/pengertian-identitas-nasional-indonesia
 http://www.academia.edu/34620160/Dinamika_dan_Tantangan_Identitas
_Nasional_Indonesia
 Copyright 2005-2019 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)

Anda mungkin juga menyukai