Anda di halaman 1dari 10

KEPEMIMPINAN

PEMBERDAYAAN DALAM KEPEMIMPINAN

Dosen Pengampu :
Dr. Made Surya Putra, S.E., M.Si.
EKM 476 E2

Oleh :
Anak Agung Sagung Wulan Maharani 2007521024

PROGRAM STUDI SARJANA MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
PEMBAHASAN

I. Kepemimpinan Partisipatif
Kepemimpinan partisipatif melibatkan upaya pemimpin dalam mengajukan bantuan
kepada orang lain dalam pengambilan keputusan. Kepemimpinan partisipatif
menggunakan berbagai prosedur pengambilan keputusan yang memungkinkan seseorang
mempunyai pengaruh terhadap keputusan pemimpin. Kepemimpinan memiliki beberapa
aspek diantaranya konsultasi, pengambilan keputusan bersama, pembagian kekuasaan,
desentralisasi, pemberdayaan dan manajemen demokratis. Kepemimpinan partisipatif ini
dapat berupa bentuk pengambilan keputusan yang spesifik antara lain :
- Keputusan Otokratis
Keputusan otokratis merupakan proses pengambilan keputusan dimana
pimpinan mengambil keputusan secara individual tanpa meminta pendapat
maupun saran dari seseorang yaitu pengikut yang tidak memiliki pengaruh
langsung terhadap keputusan itu sendiri.
- Konsultasi
Konsultasi merupakan proses pengambilan keputusan dimana pimpinan
mengambil keputusan dengan meminta pendapat, ide maupun saran dari
seseorang yaitu pengikut yang kemudian dipertimbangkan kembali sehingga
menghasilkan sebuah keputusan yang baru. Dalam hal ini, konsultasi yang
dilakukan dalam pengambilan keputusan bergantung pada partisipan yang ada,
diantaranya yaitu :
1. Konsultasi ke Bawah
Konsultasi ini dapat dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
keputusan dengan memanfaatkan pengetahuan dan keahlian pemecahan
masalah pengikut hingga penerimaan keputusan dengan memberikan rasa
kepemilikan.
2. Konsultasi Lateral
Konsultasi ini dapat dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
keputusan dengan memanfaatkan pengetahuan relevan rekan kerja seperti
subunit mengenai penyebab dan solusi permasalahan.
3. Konsultasi ke Atas
Konsultasi ini dapat dilakukan dengan tujuan untuk memanfaatkan
pengetahuan atasan hingga mengetahui bagaimana pandangan dan reaksi
pimpinan atas mengenai suatu masalah dan solusi.
- Keputusan Bersama
Keputusan bersama merupakan proses pengambilan keputusan dimana
pimpinan beserta pengikut menjalankan pertemuan bersama untuk
mendiskusikan sebuah permasalahan hingga pengambilan keputusan
ditetapkan secara relevan tanpa dominasi terbesar daripada pimpinan.
- Delegasi
Delegasi merupakan proses pengambilan keputusan dimana pimpinan
memberikan tanggung jawab dan wewenang kepada pengikut dalam
pengambilan keputusan. Dalam hal ini, pemimpin menentukan batasan yang
relevan bagaimana pertimbangan yang diperlukan sebelum pengambilan
keputusan dilakukan.

Kepemimpinan partisipatif cenderung memberikan manfaat secara potensial yang


bergantung pada pengaruh partisipan yang ada hingga situasi dan kondisi dari pengambilan
keputusan, diantaranya yaitu :
- Kualitas Keputusan yang Tinggi
Partisipasi pengikut dalam pengambilan keputusan akan memungkinkan
peningkatan kualitas keputusan itu sendiri pada saat pengikut maupun
partisipan memiliki informasi, wawasan dan pengetahuan lebih yang tidak
dimiliki oleh pimpinan hingga bersedia melakukan kerja sama dalam
memikirkan solusi yang baik terhadap sebuah permasalahan.
- Penerimaan Keputusan yang Tinggi
Partisipan yang memiliki dampak besar dalam pengambilan keputusan
cenderung mengidentifikasikannya sebagai sebuah keputusan bersama.
Partisipasi memberikan pemahaman lebih baik mengenai sifat permasalahan
pengambilan keputusan hingga alasan penerimaan dan penolakan alternatif
solusi yang ada.
- Kepuasan dengan Proses Keputusan
Penelitian menurut (Earley & Lind, 1987; Lind & Tyler, 1988) menemukan
bahwa kesempatan untuk mengungkapkan pendapat dan preferensi sebelum
keputusan dibuat disebut “suara”, dapat memberikan dampak yang
menguntungkan terlepas dari besarnya pengaruh yang sebenarnya, kemudian
partisipan yang mempunyai keputusan akhir disebut “pilihan”.
- Pengembangan Keterampilan
Partisipasi yang ada memberikan suatu pengalaman yang membantu dalam
pembuatan keputusan yang kompleks yang secara tidak langsung
menghasilkan pengembangan wawasan keterampilan dan kepercayaan diri
yang ada.

Dalam pengambilan keputusan, penting untuk menggunakan prosedur pengambilan


keputusan yang sesuai dengan situasi yang telah diketahui terlebih dahulu. Vroom dan Yetton
(1973), mengusulkan sebuah model untuk mengidentifikasi situasi yang menentukan apakah
suatu jenis prosedur keputusan tertentu akan efektif. Teori kontingensi ini disebut dengan
model keputusan normatif. Model ini mengidentifikasi 5 prosedur pengambilan keputusan
yang melibatkan pengikut termasuk 2 jenis keputusan otokratis (A-I dan A-II), 2 jenis
konsultasi (C-I dan C-II) serta 1 jenis pengambilan keputusan bersama oleh pimpinan dan
pengikut (G-II).

II. Pendelegasian
Pendelegasian adalah proses dimana pemimpin memberikan tanggung jawab dan
wewenang kepada pengikutnya. Dalam hal ini, melibatkan pemberian otoritas kepada
pengikut dalam pengambilan keputusan dan tindakan lainnya. Pemimpin memberikan
kepercayaan kepada pengikut dalam menyelesaikan permasalahan dengan efektif hingga
meningkatkan kemandirian dan pertumbuhan pengikutnya sendiri. Akan tetapi, pemimpin
tetap bertanggung jawab dalam memantau dan memberikan dukungan apabila diperlukan.
Aspek utama dari delegasi mencakup keragaman dan besarnya tanggung jawab, besarnya
kebijaksanaan atau rentang pilihan yang diperbolehkan dalam memutuskan bagaimana
melaksanakan tanggung jawab, wewenang untuk mengambil tindakan dan melaksanakan
keputusan tanpa persetujuan terlebih dahulu, frekuensi dan sifat persyaratan pelaporan, dan
aliran informasi kinerja (Sherman, 1966; Webber, 1981). Pendelegasian secara umum,
memiliki beberapa macam bentuk diantaranya yaitu :
- Delegasi yang melibatkan penugasan wewenang dan tanggung jawab baru
serta berbeda kepada pengikut.
- Delegasi yang melibatkan spesifikasi wewenang dan kebijaksanaan tambahan
dalam wewenang dan tanggung jawab yang sama yang telah dilakukan oleh
pengikut.
- Delegasi yang melibatkan pengikut untuk berdiskusi kepada pimpinan dalam
mengambil tindakan.
- Delegasi berdasarkan persyaratan pelaporan.

Pendelegasian tentu memiliki kelebihan dan kekurangan yang dirasakan oleh pemimpin
maupun pengikut yang terlibat. Adapun kelebihan atau keuntungan yang ada yaitu
meningkatkan kualitas keputusan apabila pengikut memiliki lebih banyak pengetahuan dan
keterampilan yang lebih banyak dibandingkan pimpinan. Kemudian, adanya komitmen
pengikut yang lebih besar dalam melaksanakan keputusan yang efektif. Pendelegasian juga
dapat menjadikan tanggung jawab serta wewenang dari pengikut menjadi lebih menarik,
menantang dan bermakna hingga mampu menjadi metode pengembangan sistem manajemen
yang efektif. Selain itu, adapun kekurangan daripada pendelegasian ini cenderung akibat
adanya aspek kepribadian pimpinan yang kuat dalam mempertahankan wewenangnya tanpa
memberikan kepercayaan penuh kepada karakteristik pengikut serta pendelegasian
merupakan hal yang tidak pernah bersifat mutlak karena menjadi tanggung jawab pemimpin
secara utuh terhadap aktivitas kerja yang dilakukan oleh pengikutnya.

III. Pemberdayaan dalam Kepemimpinan


Syarat pemberdayaan psikologis menggambarkan bagaimana motivasi intrinsik dan
efikasi diri orang dipengaruhi oleh perilaku kepemimpinan, karakteristik pekerjaan, struktur
organisasi, dan kebutuhan serta nilai-nilai mereka sendiri. Teori pemberdayaan psikologis
berupaya menjelaskan kapan dan mengapa upaya pemberdayaan masyarakat kemungkinan
besar akan berhasil. Praktik partisipatif dan program keterlibatan pengikut tidak serta merta
mengurangi perasaan tidak berdaya atau membuat orang merasa bahwa pekerjaan mereka
bermakna dan berharga (Conger & Kanungo, 1988). Spreitzer (1995) menemukan dukungan
terhadap proposisi bahwa pemberdayaan psikologis mencakup 4 elemen penentu diantaranya
makna, penentuan nasib sendiri, efikasi diri, dan dampak.
Dalam upaya meningkatkan pemberdayaan pengikut seringkali melibatkan program
organisasi tanpa tindakan individual secara langsung oleh pemimpin kepada pengikut.
Seorang pemimpin yang ingin pengikutnya lebih berdaya juga harus menghindari sifat
defensif pada saat pengikut mendiskusikan pendapat dan keputusan yang ada. Pemberdayaan
ini akan meningkat terjadi apabila pengikut memilih pemimpin dengan masa jabatan
terbatas. Kemudian meningkat apabila prosedur formal dalam membuat keputusan penting
memberikan pengikut pengaruh yang signifikan terhadap keputusan. Serta, apabila tanggung
jawab kepemimpinan ditanggung bersama oleh pengikut dan pimpinan secara bersama-sama
dan adanya sistem atau program open book yang dilakukan pimpinan untuk memberikan
pemahaman jelas dan relevan kepada pengikut mengenai informasi yang diperlukan.
Pemberdayaan tentu memberikan potensi manfaat seperti menjadikan komitmen terhadap
wewenang menjadi lebih kuat, adanya inisiatif yang lebih besar dalam menjalankan peran,
adanya ketekunan dalam menghadapi permasalahan dan mencari solusi, memiliki lebih
banyak inovasi, pembelajaran dan optimisme, tingkat kepuasan kerja yang tinggi, hingga
pergantian sistem manajemen yang minim. Akan tetapi, hal ini juga memungkinkan
terjadinya potensi risiko seperti pembiayaan pelatihan yang tinggi, pembiayaan tinggi
kepada pengikut yang terampil, kualitas layanan yang tidak konsisten, keputusan yang tidak
tepat hingga konflik akibat ekspetasi yang ada oleh pengikut dengan manajemen puncak.
DAFTAR PUSTAKA

Gary A. Yukl. Leadership in Organizations (8th Edition), Pearson Education.


ANALISIS TOKOH

Soekarno adalah pribadi yang begitu melekat di hati bangsa dan rakyat Indonesia
melalui perjuangan dan kegigihannya dalam melawan kolonialisme dan imperalisme di tanah
Hindia Belanda. Soekarno merupakan Presiden Republik Indonesia yang pertama yang lahir
di Surabaya, 6 Juni 1906. Soekarno memiliki nama kecil yaitu Koesno Sosrodihardjo yang
merupakan putra dari seorang guru bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu
Nyoman Rai yang masih memiliki hubungan darah dengan bangsawan terdahulu. Di dunia
internasional, Soekarno lebih dikenal dengan nama Achmed Soekarno.
Di Mojokerto, Soekarno bersekolah di Eerste Inlandse School yang kemudian
dipindahkan ke Europese School dengan tujuan untuk masuk Hogere Burger School (HBS)
yang meneruskan pada sekolah perguruan tinggi. Walaupun berasal dari keluarga yang
sederhana serta jerih payah kedua orang tuanya, Soekarno berhasil masuk ke sekolah Eropa
dengan mengantongi izin khusus dari residen. Kemudian, Soekarno resmi diterima di
Europeesche Lagere School (ELS) Mojokerto menempati kelas III. Setelah lulus dari ELS
Mojokerto, Soekarno memutuskan untuk melanjutkan belajarnya di HBS Surabaya dan
berguru kepada H.O.S Tjokroaminoto yang merupakan pemimpin Sarekat Islam. Di usia
mudanya yaitu 21 tahun, Soekarno telah menikahi Oetari Tjokroaminoto dan Inggit Garnasih.

I. Hubungan Biografi Soekarno dengan Konsultasi


Pada halaman 33 pada buku The Hidden Tales of Soekarno karangan Usman Hadi,
terjadi intensitas perbincangan antara H.O.S Tjokroaminoto dengan Soekarno mengenai
pergerakan di Bandung dan harapan H.O.S Tjokroaminoto yang mengemukakan agar muncul
partai yang berwawasan kebangsaan dan persatuan yang kemudian memunculkan ide dan
gagasan untuk mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) yang resmi pada tanggal 4
Juli 1927 dan berubah nama menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI) pada bulan Mei 1928
dengan Soekarno sebagai pemimpinnya.

II. Hubungan Biografi Soekarno dengan Keputusan Otokratis


Pada halaman 40 pada buku The Hidden Tales of Soekarno karangan Usman Hadi,
pada tanggal 31 Desember 1931 pasca bebas dari penjara Sukamiskin, Soekarno akhirnya
memutuskan untuk bergabung dengan Partindo. Walaupun sempat memiliki perbedaan
pikiran dengan Sutan Sjahrir dan Hatta, hal yang menjadi pertimbangan Soekarno adalah
bahwa dibutuhkan pergerakan kebangsaan di Hindia Belanda yakni persatuan dan kesatuan.
Sementara itu, Partindo masih sangat identik dengan PNI lama dan lekat dengan pemikiran
Soekarno.

III. Hubungan Biografi Soekarno dengan Keputusan Bersama


Pada halaman 46 pada buku pada buku The Hidden Tales of Soekarno karangan
Usman Hadi, takluknya Belanda di tangan Jepang ternyata membawa angin segar bagi
Soekarno. Tidak berselang begitu lama kedatangan Jepang ke Hindia Belanda, sejumlah
kalangan meminta Jepang untuk membebaskan Soekarno. Seketika itu, Soekarno kembali ke
Jawa dengan pemimpin pergerakan lainnya bekerja sama dengan Jepang secara politis dan
tetap dengan tujuan sebenarnya yaitu kemerdekaan bagi Indonesia seutuhnya.
DAFTAR PUSTAKA

Usman, Hadi. 2023. The Hidden Tales of Soekarno, Pejalanan Politik Sang Bapak Bangsa.
Yogyakarta : PT. Anak Hebat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai