Kepemimpinan
Kelompok 5
CHAPTER 5
KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF, DELEGASI DAN
PEMBERIAN KEWENANGAN
Membuat keputusan adalah salah satu fungsi yang paling penting yang
dilakukan oleh para pemimpin. Banyak aktifitas para manajer dan administrator
yang berupa perbuatan dan pelaksanaan keputusan, termasuk merencanakan
pekerjaan, memecahkan masalah-masalah teknis, memilih para bawahan,
menentukan kenaikan upah membuat penugasan kerja, dan sebagainya.
Kepemimpinan partisipatif melibatkan usaha-usaha manajer untuk mendorong
dan memudahkan partisipasi orang lain dalam pengambilan keputusan yang
penting.
Kepemimpinan
partisipatif,
pendelegasian,
dan
pemberdayaan
Page 1
Kepemimpinan
Kelompok 5
perilaku yang berbeda walaupun dapat digunakan bersama dengan perilaku tugas
dan hubungan yang khusus (Likert, 1967; Yulk, 1971).
prosedur
pengamnbilan
keputusan
dapat
digunakanan
dengan
bersama.
Manejer
bertemu
dengan
orang
lain
untuk
Page 2
Kepemimpinan
Kelompok 5
Keputusan Otokratis
konsultasi
keputusan bersama
pendelegasian
Page 3
Kepemimpinan
Kelompok 5
PROSEDUR KEPUTUSAN
PROSEDUR KEPUTUSAN
Keputusan otoktaris
Konsultasi
Keputusan bersama
Memahami
POTENSI MANFAAT
berkualitas tinggi
masalah
Pemecahan
Keputusan dengan
penerimaan tinggi
masalah- integratif
pendelegasian
Keputusan
Identifikasi
Keputusan tinggi
dengan solusi
Pengembangan
Keadilan
keterampilan yang
prosedural
baik
VARIABEL SITUASIONAL
Pentingnya keputusan
distribusi pengetahuan
kesesuaian sasaran
tekanan waktu
Page 4
Kepemimpinan
Kelompok 5
partisipan
mengizinkan
orang
mendapatkan
kesempatan
Page 5
Kepemimpinan
Kelompok 5
Page 6
Kepemimpinan
Kelompok 5
PENELITIAN
ATAS
PENGARUH
DARI
KEPEMIMPINAN
PARTISIPATIF
Sejak studi-studi awal pelopor oleh Lewin,Lippit,dan White (1939) dan
Coach dan Frech (1948), para ilmuan bidang sosial telah berminat mempelajari
konsekuensi dari kepemimpinan partisipatif. Setelah prilaku yang berorientasi
pada tugas dan yang mendukung, jumlah penelitian yang terbesar atas prilaku
adalah
mengenai
kepemimpinan
partisipatif.
Penelitian
tersebut
telah
Page 7
Kepemimpinan
Kelompok 5
menguji
hipotesis
umum
yang
Page 8
menyatakan
bahwa
pada
Kepemimpinan
Kelompok 5
dengan jenis
Page 9
Kepemimpinan
Kelompok 5
Anda dalam
membuat
keputusan
telah
jelas
yakni
Page 10
Kepemimpinan
Kelompok 5
Anda,
dan
Anda
bersedia
untuk
menerima
dan
Penerimaan dan
Kualitas Keputusan
Variabel
Situasional
Page 11
Kepemimpinan
Kelompok 5
masalah antara
Page 12
Kepemimpinan
Kelompok 5
Model Revisi
Vroom dan Jago (1988) meninjau kembali hasil-hasil penelitian
mengenai model tersebut dan menawarkan versi perbaikannya model yang
direvisi
2.
3.
Page 13
Kepemimpinan
4.
Kelompok 5
5.
6.
Ketika kualitas keputusan tidak penting, tetapi penerimaan adalah penting dan
tidak mungkin hasil dari keputusan yang otokratis, maka satu-satunya
prosedur yang tepat adalah keputusan kelompok (GII), karena penerimaan
dimaksimalkan tanpa risiko kualitas.
7.
Ketika keputusan penerimaan adalah penting dan tidak mungkin hasil dari
keputusan yang otokratis, dan bawahan berbagi tujuan tugas pemimpin,
bawahan harus diberikan kemitraan yang setara dalam proses pengambilan
keputusan (GII), karena penerimaan dimaksimalkan tanpa risiko kualitas.
Model Vroom dan Yetton gagal memasukkan beberapa aspek dari situasi
tersebut seperti hambatan waktu yang besar jumlah informasi dari bawahan dan
penyebaran geografis para bawahan. Ciri-ciri tersebut dimasukkan kedalam model
Vroom dan Jago. Model ini hanya menggunakan dua kriteria hasil penerimaan
keputusan dan kualitas keputusan dalam peraturan pengambilan keputusan. Model
baru tersebut menambah perhatian terhadap pengembangan para bawahan dan
perhatian terhadap waktu pengambilan keputusan dalam kriteria ekplisif untuk
menentukan prosedur pengambilan keputusan. Model baru tersebut menambah
perhatian terhadap pengembangan para bawahan dan perhatian terhadap waktu
pengambilan keputusan sebagai kriteria eksplisit
Page 14
Kepemimpinan
Kelompok 5
Page 15
Kepemimpinan
Kelompok 5
pangambilan keputusannya. Versi yang di revisi dari model tersebut masih terlalu
baru untuk dapat diuji secara luas namun, Vroom & Jago (1988) melaporkan
beberapa temuan yang positif.
Kelemahan Konseptual
Kritikan atas model itu telah mengidentifikasikan beberapa kelemahan
konseptual. Proses keputusan diperlakukan sebagai sebuah episodetunggal yang
bijaksana yang terjadi pada satu titik waktu, tetapi keputusan yang paling penting
tidak dilakukan dengan cara ini. Seperti yang kita lihat dalam Bab 2, keputusan
penting biasanya mencaangkup banyak pertemuan dengan beragam orang berbeda
pada waktu berbeda, dan siklus berulang terjadi saat keputusan dikembalikan
untuk revisi yang diperlukan untuk persetujuan oleh orang yang berkuasa yang
tidak langsung terlibat dalam proses awal. Pemimpin itu mungkin harus
menggunakan rangkaian prosedur kepusan yang berbeda dengan orang yang
berbeda pada waktu berbeda sebelum masalah itu diselesaikan.
Page 16
Kepemimpinan
Kelompok 5
Page 17
Kepemimpinan
Kelompok 5
pertemuan
dengan
menggunakannya
kelompok.
sekelompok
sebagai
Tidaklah
orang
peluang untuk
bijaksana
yang
mengadakan
bermuduhan
membuat
keputusan
yang
yang
Page 18
Kepemimpinan
Kelompok 5
mengenai
kesempatan
untuk
partisipasi
dalam
keputusan
organisatoris.
4. Evaluasi kemungkinan penerimaan tanpa partisipasi.
Prosedur yang memakan banyak waktu tidak akan diperlukan bila
manajer tersebut mempunyai pengetahuan untuk membuat sebuah keputusan
yang baik dan kemungkinan ai akan diterima oleh para bawahan atau orang
lain yang harus melaksanakannya atau yang akan di pengaruh olehnya.
Keputusan otokratis akan lebih besar kemungkinannya akan diterima jika
manajer memiliki posisi dan kekuasaan pribadi yang cukup besar atas para
anggota kelompok.
5. Evaluasi apakah lebih layajk untuk mengadakan sebuah pertemuan.
Berkonsultasi secara terpisah dengan orang atau mengadakan
pertemuan kelompok biasanya membutuhkan lebih banyak waktu daripada
membuat keputusan otokratis dan memberitahukan orang lain untuk
melaksanakannya. Mengadakan pertemuan lebih sulit bilamana jumlah orang
yang harus ikut serta snagat besar dan mereka terpencar luas. Dalam banyak
sutuasi krisis, tidak terdapat cukup waktu, baik untuk konsulatasi ekstensif
dengan individual maupun dengan sebuah pertemuan kelompok yang
berkangsung lama untuk memutuskan bagaiman harus bereaksi terhadap
krisis tersebut. Dalam situasi demikian seorang pemimpin yang tegas
kemungkinan akan lebih efektif daripada yang partisipatif. Meski demikian,
bahkan dalam situasi krisis, seorang pemimpin harus tetap responsif terhadap
saran-saran yang dibuat oleh para bawahan yang berpengalaman. Dibawah
tekanan sebuah krisis, seorang manajer kemungkinan tidak mampu melihat
semua masalah yang memerluakan perhatian atau memikirkan semua
tindakan yang perlu diambil.
Page 19
Kepemimpinan
Kelompok 5
Mendorong Partisipasi
Konsultasi tidak akan efektif kecuali orang secara aktif terkait dalam
menciptakan gagasan, membuat saran, memberitahukan pilihan mereka, dan
mengekspresikan kprihatian mereka. Beberapa pedoman untuk mendorong lebih
banyak pertisipasi termasuk yang berikut ini:
1. Mendorong orang untuk mengungkapkan kehawatiran mereka.
Sebelum membuat perubahan yang akan mempengaruhi orang dalam
cara yang siknifikan, adalah berguna dan patut untuk dipertimbangkan bila
melakukan konsultasi dengan mereka. Pedoman ini berlaku kepada rekan
sejawat, dan pihak luas dan juga bawahan. Suatu bentuk kkonsultasi yang
sering kali cocok adalah dengan mengadakan pertemuan khusus dengan
orang-orang yang akan terpengaruh oleh sebuah perubahan untuk mengenali
keprihatian mereka dan menanggapinya.
2. Jelaskan bahwa usulan itu sementara
Lebih banyak partisipasi akan dimungkinkan bila anda menyatakan
bahwa suatu usulan masi bersifat sementara dan mendorong orang untuk
memperbaikinya daripada meminta orang untuk bereaksi terhadap rencana
rumit yang kelihatannya lengkap. Dalam hal yang terkhir, orang akan segan
mengutarakan keprihatian yang akan tampak sebagai kritik terhadap rencana
tersebut.
3. Catatlah ide-ide dan saran-saran.
Bila seseorang mengutarakan saran, maka menerima ide tersebut
akan mebantu memperlihatkan bahwa hal itu tidak akan diabaikan. Salah satu
pendekatan adalah dengan membuat daftar ide-ide pada papan tulis kecil
sewaktu hal itu diutarakan. Dalam sebuah pertemuan yang informal, bila
tidak ada papan tulis kecil, buatlah beberapa catatan tertulis untuk
menghindari terlupanya ide dan saran dari seseorang.
4. Carilah cara untuk membangun ide dan cara.
Banyak orang dengan cepat memfokuskan diri pada kelemahan
sebuah gagasan atau saran yang dibuat seseorang tampa memberikan cukup
pertimbangan terhadap kekeuatannya. Akan sangat membantu untuk
Page 20
Kepemimpinan
Kelompok 5
Page 21
Kepemimpinan
Kelompok 5
PENDELEGASIAN
Pendelegasian menyangkut penugasan tanggung jawab yang baru kepada
para bawahan serta kewenangan tambahan untuk melaksanakannya. Meskipun
pendelegasian terkadang diangganp sebagai suatu bentuk kepemimpinan
partisipatif, terdap cukup banyak alasan untuk memperlakunnya sebagai sebuah
kategori perilaku manajerial tersendiri. Pendelagasian dalam beberpa hal secara
kuallitatif berbeda dari bentuk lain kepemimpinan parisipatif. Seseorang manajer
mungkin berkonsultasi dengan bawahan, rekan sejawat, atau atasan, namun dalam
banyak hal, pendelegasian hanya cocok dengan bawahan. Pendelegasian juga
mempunyai determinan situasional yang agak berbeda dibanding dengan
konsultasi.
Jenis Pendelegasian
Dalam bentuknya yang paling umum, pendelegaisan menyangkut
pemberian tugas atau tanggung jawab yang baru dan berbeda, kepada seorang
bawahan. Misalnya, seseorang yang bertanggung jawab untuk memproduksi
sesuatu juga diberikan tanggung jawab untuk memeriksa hasil tersebut dan
melakukan perbaikan terhadap kesalahan apapun yang ditemukannya. Bila
diberikan tugas yang baru, kewenangan tambahan yang diperlukuan untuk
menyelesaikan tugas tersebut biasanya di didelegasikan juga. Misalnya, seseorang
dari bagian produksi yang diberi tanggung jawab baru untuk membeli bahan baku
Page 22
Kepemimpinan
Kelompok 5
Page 23
Kepemimpinan
Kelompok 5
tidak memiliki keterampilan untuk membuat keputusan yang baik, gagal untuk
memahami apa yang diharapkan, atau memiliki tujuan yang tidak sesuai dengan
orang-orang dari manajer.
Keuntungan lain potensi delegasi adalah komitmen bawahan yang lebih
besar untuk melaksanakan keputusan secara efektif. Hasil komitmen dari
identifikasi dengan keputusan dan keinginan untuk membuatnya berhasil. Namun,
komitmen tidak mungkin untuk meningkat jika delegasi dilihat bawahan sebagai
taktik manipulatif oleh manajer, menganggap tugas yang mustahil untuk
dilakukan, atau percaya tanggung jawab baru didelegasikan adalah peningkatan
adil dalam beban kerja.
Delegasi dari tanggung jawab dan wewenang tambahan dapat membuat
bawahan pekerjaan yang lebih menarik, menantang, dan bermakna. Pengayaan
pekerjaan kadang-kadang diperlukan untuk menarik dan mempertahankan
karyawan yang kompeten, terutama ketika organisasi memiliki kesempatan yang
terbatas untuk maju ke posisi yang lebih tinggi. Memberikan manajer junior lebih
banyak tanggung jawab dan wewenang, dengan peningkatan yang sepadan dalam
gaji, mengurangi kemungkinan bahwa mereka akan menjauh ke perusahaan lain
pada saat persaingan yang ketat untuk bakat manajerial. Namun, delegasi hanya
akan meningkatkan kepuasan dari bawahan yang menginginkan lebih banyak
tanggung jawab, memiliki keterampilan yang diperlukan untuk menangani
tanggung jawab baru, dan dapat mengalami beberapa keberhasilan dalam
menyelesaikan tugas yang menantang. Delegasi akan menurunkan kepuasan kerja
jika bawahan terus-menerus frustrasi karena kurangnya kewenangan yang cukup
dan sumber daya untuk melaksanakan tanggung jawab baru, atau kurangnya
kemampuan untuk melakukan pekerjaan.
Delegasi merupakan bentuk penting dari manajemen waktu bagi manajer
yang dipenuhi dengan tanggung jawab. Dengan mendelegasikan tugas dan fungsi
yang kurang penting kepada bawahan, manajer membebaskan waktu tambahan
untuk tanggung jawab yang lebih penting. Bahkan ketika seorang manajer bisa
melakukan tugas-tugas yang didelegasikan lebih baik dari bawahan, itu adalah
lebih efisien waktu manajer untuk berkonsentrasi pada fungsi-fungsi yang akan
Page 24
Kepemimpinan
Kelompok 5
aspek
kepribadian
yang
terkait
dengan
kegagalan
untuk
Page 25
Kepemimpinan
kebutuhan
tinggi
Kelompok 5
untuk
berprestasi
biasanya
lebih
memilih
untuk
Page 26
Kepemimpinan
Kelompok 5
Potensi delegasi juga tergantung pada sifat dari pekerjaan dan jumlah
kewenangan yang dimiliki oleh pemimpin. Kurangnya otoritas pemimpin untuk
membuat keputusan atau mengubah cara kerja yang dilakukan membatasi potensi
delegasi. kendala lain adalah ketika bawahan memiliki pekerjaan yang sangat
saling tergantung. Bahkan jika orang telah berbagi tujuan, mereka mungkin tidak
setuju tentang prioritas dan cara terbaik untuk mencapai tujuan. Dalam situasi ini
memberdayakan individu untuk bertindak atas kenaikan mereka sendiri bahaya
mereka akan bekerja di lintas tujuan. Untuk mencapai koordinasi dan menghindari
konflik destruktif, maka akan diperlukan untuk mencurahkan lebih banyak waktu
untuk pertemuan untuk merencanakan kegiatan bersama dan memecahkan
masalah operasional. Dalam situasi semacam ini lebih layak digunakan konsultasi
atau untuk mendelegasikan wewenang untuk tugas untuk tim daripada individu
bawahan.
Page 27
Kepemimpinan
Kelompok 5
ini
memberikan
pedoman
tentative
untuk
penggunaan
Bagaimana Mendelegasikan:
Page 28
Kepemimpinan
Kelompok 5
bawahan
dari
pada
oleh
seorang
manajer,karena
bawahan
prioritas
tinggi
tugas
tersebut
harus
dilakukan
dengan
adalah
untuk
mengembangkan
keterampilan
para
daya
diantara
para
bawahan,mengevaluasi
kinerja
pada
Page 29
Kepemimpinan
Kelompok 5
Bagaimana Mendelegasikan
Keberhasilah pendelegasia tergantung pada bagaimana pendelegasian itu
di lakukan maupunpada apa yang didelegasikan.Pedoman ini di bawa ditunjuukan
untuk membatasi masalah dan untuk menghindari kesulitan umum yang ada
berhubungan demgan pemberian tugas dan pendelegasian otoritas.Empat
pedoman pertama adalah untuk pertemuan mendelegasikan tanggung jaewab
kepada seorang bawahan.
1. Spesifikasi tanggung jawab secara jelas
Pada saat mendelegasikan,penting untuk memastikan bahwa
bawahan tersebut mengerti tanggung jawabnya yang baru.Jelaskan hasil
yang diharapkan dari sebuah tugas yang didelegasikan atau dari suatu
penugasan,jernikan sasaran dan prioritas, dan beritahukan kepadanya
mengenai tenggang waktu yang harus dipenuhi.
2. Berikan otoritas yang cukup danperinci batas kebijaksaanya.
Kecuali bila tersedia sumber daya yang cukup,bawahan tersebut
kemungkinan tidak akan berhasil dalam menjalankan tugas yang
dideligasikan bila memberi tanggung jawab yangbaru,tentukanlah jumlah
kekuasaan yang sesuatu yang di butuhkan oleh bawahan tersebut agar
dapat melaksanakannya.
3. Perinci persyaratan pelaporan
Penting bagi bawahan untuk memahami jenis-jenis informasi
yang harus dilaporkan,berapa sering laporan tersebut diharapkan,dan
dengan cara bagaimana kemajuan akan di pantau (misalnya,laporan
tertulis,pertemuan
tinjauan
mengenai
kemajuan,presentasi
Page 30
dalam
Kepemimpinan
Kelompok 5
yang
baru
tersebut
dan
mengikatkan
diri
untuk
melaksanakannya.
5. Teruskan informasi kepada mereka yang harus mengetahuinya.
Orang yang terpengaruh oleh pendelegasian dan orang yang kerja
sama dan bantuannya di perlukan oleh bawahan untuk melakukan tugas
yang didelegasikan harus di
Page 31
Kepemimpinan
Kelompok 5
dikirimkan
langsung
kepada
bawahan
dan
membantunya
Page 32
Kepemimpinan
Kelompok 5
PERSEPSI PEMBERDAYAAN
Teori dan penelitian yang telah ditinjau sebelumnya dalam bab ini
mengembil pandangan mengenai pembagian kekuasaan dan partisipasi yang
berpusat pada pemimpin. Penekanannya adalah pada apa yang telah dilakukan
untuk memberikan lebih banyak pengetahuan kepada orang atas keputusan yang
terhubung dengan pekerjaan dan untuk menciptakan kondisi yang memupuk
inisiatif dan determinasi diri. Tindakan-tindakan pada pemimpin merupakan
determinan penting dari pemberian kewenangan, tetapi mereka tidak menjelaskan
kapan dan mengapa orang akan merasa diberikan kewenangan. Bukannya
berfokus pada perilaku pemimpin atau proses pembuatan keputusan yang formal,
sebuah perspektif alternatif sesuai dengan persepsi para pengikut dan atas situasi
kerja yang berhubungan dengan keputusan dan nilai-nilai.
Page 33
Kepemimpinan
Kelompok 5
mengapa usaha untuk memberikan kewenangan kepada orang yang akan mungkin
berhasil.
Teori tentang mendefenisikan elemen pemberian kewenangan psikologis
telah diusulkan oleh berbagai sarjana (misalnya Bowwen & Lawler, 1992: Conger
& Kanungo, 1988: Canter, 1983: Thomas & Velthouse, 1990), tetapi meski
demikian hanya mendapatkan sedikit penelitian mengenai pertanyaan ini yang
didelegasikan oleh Spreitzer (1995) menentukan dukungan bagi usulusan bahwa
pemberdaayan psikologis meliputi empat elemen yang mendefenisikan.
1. Makna. Kandungan dan konsekuensi dari pekerjaan konsisten dengan nilainilai idealisme.
2. Determinasi diri. Orang itu memiliki kemampuan untuk menentukan
bagaimana dan kapan pekerjaan itu diselesaikan.
3. Kemajuan diri (self-efficacy). Orang itu memiliki kepercayaan diri yang
tinggi mengenai mampu melakukan pekerjaan itu secara efektif.
4. Dampak. Orang itu yakin bahwa sangat mungkin untuk memiliki dampak
penting pada pekerjaan dan lingkungannya kerja.
Penekanan pada empat elemen ini menghubungkan psikologis dengan
teori dan penelitian sebelumnya mengenai motivasi kerja (misalnya Bandura,
1986: Sharair,1991) rancanagan pekerjaan (misalnya Frade & Ferris, 1987)
Hatkman & Oldham, 1980, kepemimpinan partisipatif ( misalnya, Sagie &
Koswlki,2000: From & Jago, 1978), dan program-program organisator
keterlibatan (karyawan, misalnya, Coton, 1993: Lawer, 1986).
Pemberdayaan psikologis barangkali memiliki jenis konsekuensi yang
sama dengan motivasi instruksi dan kemajuan diri (self-efficacy). Sejumlah
potensi manfaat telah didefenisikan (P.Block, 1987; Howard, 1998, K.W Thomas
& Felthouse, 1990) konsekuensi yang menguntungkan meliputi: (1) komitmen
tugas yang lebih kuat, (2) inisiatif yang lebih besar dalam menjalankan tanggung
jawab peran, (3) ketekunan yang lebih besar dihadapan rintangan dan
kemundururan sementara, (4) lebih inovasi dan pembelajaran, (5) optimisme yang
lebih kuat tentang keberhasilan akhir dari pekerjaan itu, (6) kepuasan kerja yang
lebih tinggi, (7) komitmen organisator yang lebih kuat dan (8) berkurangnya
Page 34
Kepemimpinan
Kelompok 5
pergantian karyawan. Beberapa potensi biaya dan resiko juga telah didefenisikan
(misalnya Balofi & Doherty, 1989; Bowend & Lower, 1992; Eccles, 1993).
Contohnya meliputi : (1) biaya yang lebih tinggi untuk seleksi dan pelatihan, (2)
biaya tenaga kerja yang lebih tinggi bagi karyawan yang terampil, (3) kualitas
pelayanan yang tidak konsisten, (4) pemberian yang mahal dan keputusan yang
buruk oleh beberapa karyawan, (5) perasaan pelanggaran akan ketidakadilan
perlakuan yang tidak sama, (6) perlawanan oleh para manajer mengarah yang
meras terancam, dan (7) konflik yang berasal dari harapan karyawan diluar apa
yang di pakai dipenuhi oleh manajemen puncak. Namun hanya ada beberapa studi
yang memuji kosenkuensi dari pemberdayaan psikologis (misalnya Howrd &
Wellins, 1994; Kobre, Boss, Sejam dan Sanjem & Goodman,1999; Koncanzak,
Stelly & Trusty, 2000, Spreizer, 1995; spreizer, & Nason, 1997). Terlalu dini
untuk dapat mencapai kesimpulan yang kuat tetapi kombinasi bukti dari studistudi ini dan jalur penelitian terkait kenyataan bahwa potensi manfaat lebih
mungkin terjadi saat kondisinya lebih menguntungkan bagi pemberian
kewenangan.
Program Pemberdayaan
Upaya untuk meningkatkan pemberdayaan karyawan sering melibatkan
program organisasi bukan hanya tindakan seorang pemimpin individu dengan
bawahan langsung. Berbagai program pemberdayaan yang berbeda telah
digunakan, termasuk tim swakelola, struktur demokrasi dan proses, dan
kepemilikan karyawan perusahaan (Heller, 2000; Lawler, Mohrman, & Benson,
2001; Yukl & Becker, 2007; Yukl & Lepsinger, 2004). Beberapa program
pemberdayaan ini untuk organisasi dijelaskan secara singkat.
Pemimpin Seleksi dan Penilaian. Pemberdayaan lebih mungkin ketika
anggota memilih pemimpin mereka untuk istilah yang terbatas, yang merupakan
praktik yang umum dalam organisasi sukarela, asosiasi profesi, dan unit politik
yang demokratis (misalnya, dewan kota, dewan sekolah, legislatif negara bagian).
Sebagian besar organisasi bisnis swasta memiliki pemimpin yang ditunjuk bukan
dipilih, tetapi beberapa perusahaan menggunakan bentuk hybrid seleksi. Para
Page 35
Kepemimpinan
Kelompok 5
pemimpin yang dipilih oleh dewan perwakilan yang dipilih oleh anggota (cf, de
Jong & van Witteloostuijn, 2004). Terlepas dari bagaimana seorang pemimpin
yang dipilih, pengaruh anggota lebih besar ketika mereka berpartisipasi secara
aktif dalam menilai kinerja pemimpin, terutama jika mereka mampu menghapus
pemimpin dengan kinerja yang tidak memuaskan.
Prosedur Keputusan Demokratis. Pemberdayaan juga meningkat
ketika prosedur formal untuk membuat keputusan penting memberikan anggota
pengaruh signifikan atas keputusan ini. Dalam beberapa organisasi piagam
menetapkan
bahwa
pertemuan
atau
referendum
harus
diadakan
untuk
Page 36
Kepemimpinan
Kelompok 5
Konsekuensi Pemberdayaan
Manfaat potensial dari pemberdayaan telah diidentifikasi oleh para
sarjana (misalnya, Block, 1987; Howard, 1998; Thomas & Velthouse, 1990).
Manfaat termasuk (1) kuat komitmen tugas, (2) inisiatif yang lebih besar dalam
melaksanakan tanggung jawab peran, (3) ketekunan yang lebih besar dalam
menghadapi rintangan dan kemunduran sementara, (4) lebih inovasi dan
pembelajaran, dan optimisme yang lebih kuat tentang keberhasilan akhirnya
pekerjaan, (5) kepuasan kerja yang lebih tinggi, (6) komitmen organisasi kuat, dan
(7) kurang omset. Beberapa potensi biaya dan risiko juga telah diidentifikasi
(misalnya, Baloff & Doherty, 1989; Bowen & Lawler, 1992; Eccles, 1993).
Contohnya termasuk biaya (1) lebih tinggi untuk seleksi dan pelatihan, (2) biaya
tenaga kerja yang lebih tinggi bagi karyawan yang terampil, (3) kualitas
pelayanan yang tidak konsisten, (4) hadiah mahal dan keputusan yang buruk oleh
beberapa karyawan, (5) perasaan pelanggan ketidakadilan tentang perlakuan tidak
adil, (6) oposisi oleh manajer menengah yang merasa terancam, dan (7) konflik
dari meningkatkan harapan karyawan melampaui apa manajemen puncak bersedia
mengakui. Sebagai namun hanya beberapa studi telah meneliti konsekuensi dari
pemberdayaan psikologis (misalnya, Howard & Wellins, 1994; Koberg, Boss,
Senjem, & Goodman, 1999; Konczak, Stelly, & Trusty, 2000; Spreitzer, 1995;
Spreitzer, Kizilos, & Nason, 1997). Salah satu contoh dari penelitian ini adalah
survei dari 406 perusahaan manufaktur di Inggris (Waterson, Clegg, Bolden,
Lada, Warr & Wall, 1999): 22 persen dari perusahaan yang dilaporkan sedikit
atau tidak ada peningkatan kinerja secara keseluruhan, 32 persen mengaku
keuntungan moderat , dan 46 persen melaporkan keuntungan kinerja substansial.
Secara umum, hasil penelitian tentang efek dari program pemberdayaan telah
dicampur dan meyakinkan.
Masih terlalu dini untuk mencapai kesimpulan tegas tentang konsekuensi
dari program pemberdayaan, namun bukti gabungan dari studi ini dan garis terkait
penelitian menunjukkan bahwa potensi keuntungan tidak mungkin terjadi kecuali
kondisi memungkinkan. Kondisi yang dapat memperkuat atau melemahkan
perasaan pemberdayaan telah diusulkan oleh sejumlah penulis (misalnya, Argyris,
Page 37
Kepemimpinan
Kelompok 5
1998; Forrester, 2000; Gratton, 2004; Randolph, 1995; Spreitzer, 1996), dan
mereka termasuk karakteristik organisasi, anggota, dan kebudayaan nasional.
dan
penelitian
mengenai
pemberdayaan
psikologis
telah
membuktikan bahwa kepemimpinan partisipatif dan mendelegasikan bukan satusatunya perilaku kepemimpinan yang dapat membuat orang merasa diberikan
wewenang. Bebrapa jenis perilaku kepemimpinan dapat secara langsung
mempengaruhi pemberdayaan psikologis, dan perilaku ini juga dapat memperkuat
pengaruh dari kepemimpinan partisipatif pendelegasian (Forrester, 2000; Howard,
1998; Konczak et al, 2000). Tabel 4-8 memberikan pedoman mengenai
pemberdayaan bawahan. Perilaku tersebut dijelaskan dengan lebih terperinci
dalam bagian lain dari buku ini.
Page 38