Menurut teori jalur sasaran, pengaruh dari perilaku pemimpin pada kepuasan dan upaya bawahan
begantung pada aspek situasi, termasuk karakteristik tugas dan karakteristik bawahan. Variabel moderator
situasional ini menentukan potensi meningkatkan motivasi bawahan dan cara d mana pemimpin harus
bertindak untuk meningkatkan motivasi. Variabel situasional juga mempengaruhi pilihan bawahan akan
sebuah pola periaku kepemimpinan tertentu, yang dengan demikian mempengaruhi dampak dari
pemimpin terhadap kepuasan bawahan.
2.3 TEORI PENGGANTI KEPEMIMPINAN
Kerr dan Jermier (1978) mengembangkan sebuah model untuk mengidentifikasi aspek situasi
yang mengurangi pentingnya kepemimpinan oleh para manajer dan para pemimpin formal lainnya. Teori
itu membuat sebuah perbedaan antara dua jenis variabel situasional: penganti dan netralisatori. Hal ini
meliputi suatu karakteristik dari bawahan, tugas atau organisasi yang memastikan bawahan akan jelas
memahami peran mereka, mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan, amat bermotivasidan puas
dengan pekerjaan mereka. Netralisatori adalah suatu karakteristik dari tugas atau organisasi yang
mencegah seorang pemimpin untuk bertindak dalam sebuah cara tertentu atau meniadakan pengaruh dari
tindkan pemimpin itu.
Dalam versi awal dari model itu, Kerr dan Jermier (1978) paling memperhatikan penganti dan
netralisator yang mengidentifikasi untuk kepemimpinan suportif dan instrumental. Kepemimpinan
suportif adalah serupa dengan pertimbangan, dan kepemimpinan instrumen adalah sama dengan struktur
memprakarsai.
Karakteristik Bawahan
Saat bawahan memiliki pengalaman atau pelatihan yang cukup luas sebelumnya, hanya diperlukan
sedikit arahan karena mereka telah memiliki keterampilan dan pengetahuan untuk mengetahui apa yang
harus dilakukan dan bagaimana melakukanya. Contoh dokter medis, pilot penerbangan, akuntan, ahli
listrik dan profesional lainnya, tidak membutuhkan banyak pengawasan, dan sering kali tidak
menginginkannya.
Karakteristik Tugas
Penggantian lain untuk kepemimpinan instrumental adalah tugas yang sederhana dan berulang.
Bawahan dapat belajar keterampilan yang tepat untuk jenis tugas ini secara cepat tampa perhatian dan
arahan yang luas oleh pemimpin mereka. Saat tugas itu memberikan umpan balik otomatis mengenai
bagaimana baiknya pekerjaan itu dilakukan, pemimpin tidak perlu memberikan banyak umpan balik
contohnya sebuah studi menemukan bahwa para pekerja dalam sebuah perusahan yang memiliki jaringan
sistim komputer dan pabrikasi yang terintegrasi secara komputerisasi tidak membutuhkan banyak
pengawasan karena mereka mampu memperoleh umpan balik atas produktifitas dan kualitas secara
langsung dari sistem informasi, dan mereka dapat memperoleh bantuan dalam memecahkan masalah
dengan menanyakan orang lain dalam jaringan itu (Lawlwr, 1988).
Karakteristik Kelompok dan Organisasi
Dalam organisasi yang memiliki peraturan, regulasi dan kebijakan yang tertulis dengan rinci,
hanya diperlukansedikit arahan saat peraturan dan kebijakan telah dipelajari oleh bawahan. Peraturan dan
kebijakan dapat berfungsi sebagai netralisator dan juga sebagai pengganti jika mereka begitu tidak
fleksibel sehingga mencegah seorang pemimpin membuat peruhbahan dalam pemberian tugas atau
prosedur kerja untuk memudahkan upaya bawahan.
Pengganti lainnya untuk kepemimpinan suportif adalah kelompok kerja yang amat kohesif dimana
bawahan mendapatkan dukungan psikologis satu sama lain saat dibutuhkan. Kohesivitas kelompok dapat
menggantikan upaya kepemimpinan untuk memotifasi bawahan jika terdapat tekanan sosial bagi setiap
anggota untuk membuat sebuah konstribusi yang penting kepada tugas kelompok. Di sisi lain kohesivitas
dapat berfungsi sebagai netralisator jika hubungan dengan manajemen ternyata buruk, dan tekanan sosial
digunakan untuk membatasi produksi.
Implikasi untuk Meningkatkan Kepemimpinan
Howell et al. (1990) berpendapat bahwa bebrapa situasi memiliki begitu banyak netralisator
sehingga sulit atau tidak mungkin bagi pemimpin untuk berhasil. Dalam peristiwa ini, perbaikannya
adalah tidak menggantikan pemimpin atau memberikan lebih banyak pelatihan, tetapi lebih mudah untuk
mengubah situasi.
Penelitian mengenai Teori
Meski demikian,usulan pengujian penelitian tentang pengganti dan netralisator khusus masih
terbatas (yaitu,Howell & Dorfman,1981,1986;Pitner, 1986;Podsakoff,MacKenzie & Williams,1993).
Penelitianempiris telah menemukan dukungan untuk beberapa aspek dari teori tersebut, tetapi aspek lain
belum diuji atau didukung. Sebuah tinjauan konprehensif (Podsakoff et,al1995) menemukan sedikit bukti
bahwa variabel situasional menengahi hunbungan antara perilaku pemimipin dengan motifasi atau
kepuasan bawahan. Namun terdapat banyak bukti bahwa variabel situasional secara langsung
mempengaruhi kepusaan atau motifasi bawahan.Hasilnya kelihatan mendukung kesimpulan yang
diraiholeh McIntosh (1988) bahwa banyak penelitian evaluasi telah menentukan aspek yang salah dari
teori tersebut.
Kelemahan Konseptual
Teori ini memiliki bebrapa kelemahan konseptual.Teori ini tidak memiliki dasar pemikiran yang
rinci untuk setiap pengganti dan netralisator dalam hal proses sebab akibat yang melibatkan variabel
mengganggu yang jelas.Sebuah gambaran dari proses penjelasan akan membantu membedakan antara
pengganti yang mengurangi pentingnya sebuah variabel yang mengganggu dan pengganti yang
melibatkan perilaku kepemimpinan oleh orang selain dari pemimpin formal.Sebagai conto, pentingnya
kemampuan bawahan untuk kinerja kelompok dapat dikurangi daengan perbaikan terknologi seperti
otomatisasi dan kecerdasan buatan . Situasi yang cukup berbeda adalah situasi di mana kemampuan tetap
penting,tetapi keterampilan tugas yang di butuhkan oleh bawahan di perkuat oleh seseorang di samping
pemimpin formal (yaitu rekan kerja,pelatih dari luar).
2.4 MODEL BERBAGAI- HUBUNGAN
Model berbagai hubungan (Yukl 1981,1989) didirikan atas model-model yang lebih awal dari
kepimimpinan dan evektivitas kelompok. Model itu meliputi empat jenis variabel: perilak
manajerial,variabel yang mengganggu ,variabel criteria,dan variabel situasional.Dengan cara yang umum
model itu menjelasan pengaruh yang berinteraksi dari perilaku manajerial dan variabel situasional
terhadap variabel yang mengganggu yang menentukan kinerja dari sebuah unit kerja.
Variabel yang Mengganggu
Untuk memahami bagaiman seorang pemimipin dapat mempengaruhi kinerja dari sebuah subunit
kelompok atau organisasi,amatlah beguna untuk menguji variabel yang menngganggu yang menentukan
kinerja kelompok.Keenam variabel yang mengganggu dalam model didasarkan pada penelitian dan
teori awal atas penetu kinerja individual dan kelompok (yaitu,Hackman,Brousseau &
Weiss,1976;Likert,1967;MCGrath,1984;Porter & Lawler,1968;).Variabel yang mengganggu didevinisikan
sebagai berikut.
1. Komitmen tugas.Batasan di mana para anggota unit berjuang untuk mencapai tingkatan kinerja yang
tinggi dan memperlihatkan derajat komitmen pribadi yang tinggi kepada sasaran tugas unit.
2. Kemempuan dan kejelasan peran. Batasan dimana para anggota unit memahami tanggung jawab
pekerjaan mereka sendiri,mengetahui apa yang harus dilakukan, dan memiliki keterampilan untuk
melakukannya.
3. Organisasi pekerjaan.Batasan dimana Trategi kinerja yang efektif digunakan untuk mencapai
sasaran tugas dan pekerjaan itu diatur untuk memastikan penggunaan personalia,peralatan,dan fasilitas
secara efisien.
4. Kerja sama dan saling Mempercayai.Batasan dimana anggota kelompok saling
mempercayai,berbagai informasi dan ide,saling membantu,dan dikenali unit kerja.
5. Sumber daya dan dukungan.Batasan dimana kelompok memiliki dana
anggaran,peralatan,perangkat,persediaan,personel,dan fasilitas yang dibutuhkan untuk melakukan
pekerjaan,dan informasi dan batuan yang diperlukan dari unit lainnya.
6. Koordinasi Eksternal.Batasan dimana aktivitas unit kerja disinkronisasikan dengan aktifitas yang
saling bergantung di bagian lain dari organisasi dan organisasi lain.
Pengaruh Situasional pada Variabel yang Mengganggu
Aspek dari situasi mempengaruhi tingkat saat ini dari setiap variabel yang mengganggu secara
idependen dari apa pun yang dilakukan oleh pemimpin.Aspek dari model ini adalah serupa dengan
penggantidari kerr Kermier.Dalam sebuah situasi yang lebih menguntungkan,bebrapa variabel yang
menngganggu mungkn telah berada pada tingkat jangka pendek maksimum,yang membuat pekerjaan
pemimpin menjadi jauh lebih mudah.
Variabel situasional mempengaruhi kemampuan bawahan meliputi perekrutan dan system seleksi
dari organisasi dan pelatihan serta pengalaman sebelumnya dari bawahan itu. Sebuah organisasi yang
memiliki prosedur perekrutan dan seleksi yang efektif dan gaji yang tinggi akan lebih besar
kemungkinannya untuk menarik orang-orang yang memenuhi syarat yang memiliki kemampuan
tinggi.Kemampuan akan lebihh mungkin menjadi lebih tinggi juga bagi para professional dan orang-
orang dalam pertukaran keterampilan yang menerima pelatihan luas sebelumnya untuk bergabung dengan
organisasi.
Variabel situasional yang mempengaruhi organisasi kelompok kerja meliputi jenis teknologi yang
digunakan untuk melakukan pekerjaan dan strategi kompetitif dari organisasi.Peran dan prosedur kerja
akan lebih mungkin diberikan oleh manajemen puncak saat tugasnya sederhana dan berulang dari pada
tugas yang kompleks dan variabel.Namun prosedur standar yang dikenakan oleh organisasi untuk
memaksimalkan efisiensi hanyalah sebuah pengganti untuk perencanaan dan pengorganisasian
pemimmpin saat mereka menghasilkan strategi kinerja yang optimal,yang tidak seelalu berlaku bahkan
untuk tugas yang amat terstruktur.
Memadainya sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dipengaruhi oleh system
anggaran formal organisasi,system persediaan,dan system pengendalian persediaan,dan juga kondisi pada
saat tersebut.Tingkat sumber daya dan dukungan yang memadai akan lebih besar kemungkinannya akan
tersedia saat organisasi itu makmur dan bertumbu daripada saat organisasi itu sedang menurun dan
menghadapi kekurangan sumber daya yang parah.Karena beberapa organisasi memiliki sumber daya
tambahan yang berlebihan dalam dunia kompetitif saat ini,maka peran memperoleh sumber daya akan
lebih besar kemungkinannya untuk terus menjadi hal yang penting bagi sebagian besar pemimpin.
Koordinasi eksternal dipengaruhi oleh stuktur formal organisasi.Saat tedapat saling
ketergantungan yang tinggi secara lateral dalam sebuah organisasi,beberapa koordinasi yang diperlukan
antarsubunit dapat dicapai dengan mekanisme pengintegrasian yang khusus seperti posisi integrator dan
komite lintas-fungsi (Galbraith,1973;Lawrence &Lorsch,1967;).Hal serupa,beberapa koordinasi eksternal
yang dibutuhkan dengan orang luar seperti klien atau subkontraktor dapat dicapai oleh orang-orang yang
memiliki posisi hubungan yang khusus.
Tindakan Jangka Pendek untuk Memperbaiki Kekurangan
Sebuah usulan dasar teori itu adalah bahwa tindakan pemimpin untuk meperbaiki suatu
kekurangan dalam variabel yang mengganggu akan meningkatkan kinerja kelompok.Seorang pemimpin
yang gagal mengenali kesempatan untuk memperbaiki kekurangan dalam variabel mengganggu yanh
penting,yang mengenali kesempatan tetapi gagal bertindak,atau yang bertindak tetapi tidak terampil akan
tidak efektif secara optimal.Seorang pemimpin yang tidak efektif bisa membuat keadaan menjadi lebihh
buruk dengan bertindak dengan cara yang meningkatkan bukannya menurunkan kekurangan dalam satu
atau lebih variabel yang mengganggu.
Pengaruh jangka panjang pada kinerja kelompok
Selama periode waktu yang lebih lama, para pemimpin dapat berbuat perbaikan yang lebih besar
dalam kinerja kelompok dengan memodifikasi situasi agar lebih menguntungkan. Para pemimpin efektif
bertindak untuk mengurangi batasan menignkatkan pengganti, dan mengurangi pentingnya variabel yang
mengganggu yang tidak dapt diperbaiki untuk pengingkatan.
Beberapa contoh kemungkinan tindakan yang dapat diambil oleh seorang pimpinan untuk
memperbaiki situasi adalah sebagai berikut.
1. Mendapatkan kendali yang lebih besar atas perolehan sumber daya yang diperlukan untuk
melakukan pekerjaan dengan mempererat hubungan yang lebih baik dengan para pemasok, menemukan
sumber daya alternatif, dan mengurangi ketergantungan pada sumber daya yang tidak dapat di andalkan
2. Mendapatkan kendali yang lebih besar atas permintaan akan produk dan jasa unit dengan
menemukan pelanggan baru, membuka pelanggan baru membuka pelanggan baru lebh banyak iklan, dan
memodifikasi produk atau jasa agar lebih dapat diterima oleh klien dan pelanggan
3. Memprakarsai aktivitas baru yang labih menguntungkan untuk unit kerja yang akan menggunakan
personel, peralatan, dan fasilitas secara lebih baik
4. Memprakarsai program penaikan jangka panjang untuk meningkatkan personel peralatan dan
fasilitas dalam unit kerja, seperti dengan mengganti peralatan lama membuat program pelatihan dan
rekonstruksi fasilitas
5. Memodifikasi struktur formal unit kerja untuk menyelesaikan masalah kronis danmengurangi
permintaan pada pemimpin untuk kerusakan jangka pendek seperti dengan mendefinisikan kembali
hubungan otoritas, sentralisasi (atau desentralisasi) beberapa pembuatan keputusan, menciptakan (atau
menghilangkan) posisi memodifikasi sistem informasi dan menyederhanakan (atau menghilangkan)
peraturan dan prosedur standar.
6. Mengubah budaya organisasi untuk menekankan nilai, keyakinan dan norma yang merupakan
sumber motivasi interal untuk menjadi unggul, belajar dan kerja sama.
Kekuasaan yang memiliki legitimasi (legitimate power); para target patuh karena merekapercaya
bawha agen memiliki untuk memerintah dan seorang target wajib mematuhinya.
Kekuasaan berdasarkan keahlian (Expert power) : para target patuh karena mereka percaya bahwa
magen memiliki pengetahuan khusus mengenai cara menyelesaikan suatu pekerjaan
Kekuasaan berdasarkan referensi (Referent power): para target patuh karena mereka mengagumi
atau mengenal agen dan ingin mendapatkan persetujuan agen.
TABEL 6.2 tipe- tipe kekuasaan
KEKUASAAN POSISI
Kekuasaan yang memiliki legitimasi
Kekuasaan memberi penghargaan
Kekuasaan memberikan memaksa
Kekuasaan akan informasi
Kekuasaan secara ekologisa
KEKUASAN PERSONAL
Proses pengaruh
Identifikasi pribadi adalah satu jenis proses pengaruh yang dapat terjadi bagi beberapa pengikut dari
seorang pemimpin kharismatik. Saat terdapat identifikasi pribadi yang kuat, para pengikut akan meniru
perilaku pemimpin itu, menjalankan permintaan pemimpin, dan memberikan upaya tambahan untuk
menyenangkan pemimpinnya. Para pemimpin yang kharismatik dapat meningkatkan identifikasi pribadi
dengan melakukan hal-hal yang membuat mereka terlihat heroik, menarik, dan luar biasa (misalnya
menyampaikan visi yang menarik, memperlihatkan keyakinan diri, membuat pengorbanan diri bagi
pengikut, memperlihatkan keberanian dan pendirian).
Rutinisasi Kharisma
Kharisma adalah sebuah fenomena tidak kekal. Hal ini bergantung pada identifikasi pribadi terhadap
seorang pemimpin individual yang dipandang luar biasa. Saat pemimpin itu pergi atau meninggal,
kemungkinan besar akan terjadi krisis penerus. Banyak organisasi yang didirikan oleh seorang pemimpin
kharismatik yang otokratis kemudian gagal untuk bertahan dari suksesi ini (Bryman, 1992; Mintzberg,
1983). Para pemimpin kharismatik dapat melakukan beberapa hal dalam upayanya untuk mengabadikan
pengaruh mereka pada organisasi setelah mereka pergi (Bryman, 1992; Trice & Beyer, 1986). Ketiga
pendekatan untuk rutinisasi kharisma tidak sama-sama eksklusif, dan mereka semua dapat terjadi hingga
batas tertentu dalam organisasi yang sama.
Sebuah pendekatan adalah dengan memindahkan kharisma kepada seorang penerus yang ditunjuk melalui
tata cara dan upacara. Namun, kemungkinan jarang menemukan seorang penerus bagi pemimpin yang
luar biasa. Selanjutnya, banyak alasan mengapa seorang pemimpin kharismatik bisa segan untuk cukup
dini mengidentifikasi seorang penerus yang kuat untuk mematikan transisi yang mulus. Alasan yang
mungkin meliputi mekanisme pertahanan (misalnya, pemimpin menghindari memikirkan kematian atau
pensiun), terlalu asyik dengan misi, dan ketakutan akan rival yang potensial.
Pendekatan kedua adalah dengan menciptakan sebuah struktur adminstratif yang akan terus menerapkan
visi pemimpin itu dengan otoritas rasional-legal (Weber, 1947).
Pendekatan ketiga mengabadikan visi pemimpin adalah menanamkannya dalam budaya organisasi dengan
mempengaruhi pengikut untuk melakukan internalisasi dan memberikan mereka kewenangan untuk
menerapakannya.
Konsekuensi dari Kepemimpinan Kharismatik
Sisi Gelap dari Kharisma
Teori utama kepemimpinan kharismatik menekankan pada konsekuensi positif, tetapi sejumlah ilmuan
sosial juga telah mempertimbangkan sisi gelap dari kharisma (Bass & Steidmeier, 1999; Conger, 1989:
Conger & Kanungo, 1998; Hogan, Raskin & Fazzini, 1990; House & Howell, 1992; Kets de Vries &
Miller, 1985; Mumford, Gessner, Connelly, OConnor, Mumford, Clifton, Gessner, & Connelly, 1995).
Konsekuensi negatif yang mungkin terjadi dalam organisasi yang dipimpin oleh kepemimpinan
kahrismatik adalah :
Keinginan akan penerimaan oleh pemimpin menghambat kecaman dari pengikut
Pemujaan oleh pengikut menciptakan khayalan akan tidak dapat berbuat kesalahan
Keyakinan dan optimisme berlebihan membutakan pemimpin dari bahaya nyata
Penolakan akan masalah dan kegagalan mengurangi pembelajaran organisasi
Proyek beresiko yang terlalu besar akan besar kemungkinannya untuk gagal
Mengambil pujian sepenuhnya atas keberhasilan akan mengasingkan beberapa pengikut yang penting
Ketergantungan pada pemimpin akan menghambat perkembangan penerus yang kompeten
Kegagalan untuk mengembangkan penerus menciptakan krisis kepemimpinan pada akhirnya
Pengaruh Positif
Para pengikut akan jauh lebih baik bila bersama dengan pemimpin yang kharismatik positif daripada
dengan pemimpin kharismatik negatif. Mereka lebih besar kemungkinannya akan mengalami
pertumbuhan psikoligis dan perkembangan kemampuan mereka dan organisasi akan lebih dapat
berdaptasi terhadap sebuah lingkungan yang dinamis, bermusuhan dan kompetitif.
Organisasi jelas telah memahami misi yang mewujudkan nilai-nilai sosial bukannya hanya keuntungan
atau pertumbuhan, para anggota dari semua tingkatan diberikan kewenangan untuk membuat keputusan
tentang bagaimana menerapkan strategi dan melakukan pekerjaan mereka, komunikasinya terbuka dan
informasi dibagikan, struktur dan sstem organisasi mendukung misinya.
Bass, B.M. Leadership and Performance Beyond Expectations. New York: Free Press, 1985.
Bass, B.M. An New paradigm of Leadership: An Inquiry Into Transformasional Leadership. Alexandria,
VA: U.S Army Research Institute for The Behavioral and Social Sciences, 1996.
Burns, J.M. Leadership. New York; Harper & Row, 1978.
Conger, J.A. The Charismatic leader; Behind The Mystique of Exceptional Leadership. San Francisco,
CA; Jossey Bass, 1989.
Gary Yukl. Leadership in organizations, alih bahasa oleh Budi Supriyanto, Jakarta ; Indeks, 2010.
Mujamma Khadim al Haramain asy Syarifain al Malik Fahd li thibaat al Mushhaf asy Syarif, Al-Quran
dan Terjemahnya. Medinah Munawarah:1412 H.
Rivai,Veithzal. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta; Rajawali Pers, 2010.
Rohmat. Kepemimpinan Pendidikan. Yogyakarta: Litera Buku, 2010
1 Teori Distribusi Kepemimpinan Karismatik: Ciri Pemimpin dan Perilaku Pengaruh Proses,
Memfasilitasi Kondisi
2 Teori Konsep Diri Kepemimpinan Karismatik : Indikator Karisma, Ciri dan Perilaku Utama
Pengaruh Proses, Memfasilitasi Kondisi
3 Konsepsi Karisma lainnya
Proses Psikodinamik, Penularan dan Karisma Sosial, Dekat dan Jauh Karisma, Rutinisasi Karisma
4 Konsekuensi Kepemimpinan Karismatik
Karismatik negatif
Sisi Gelap Karisma
Efek Karismatik Positif
Implikasi Praktis untuk Organisasi
5 Kepemimpinan Transformasional
Pemimpin transformasional menggunakan pengaruh ideal, pertimbangan individual, motivasi
inspirasional, dan stimulasi intelektual, sementara pemimpin transaksional menggunakan penghargaan
kontinjensi, dan manajemen aktif dan pasif dengan pengecualian
7 Penelitian tentang Teori: Penelitian survey, Percobaan laboratorium, Percobaan lapangan, Studi
Deskriptif dan Perbandingan, Studi Kasus Intensif
8 Kepemimpinan Transformasional vs. Karismatik
Intinya setara atau berbeda tapi tumpang tindih?
Kepemimpinan transformasional dapat ditemukan di semua organisasi.
Kepemimpinan karismatik biasanya jarang terjadi dan muncul dalam kondisi support
9 Pedoman untuk Kepemimpinan Transformasional: Mengartikulasikan visi yang jelas dan menarik.,
Jelaskan bagaimana penglihatan bisa tercapai, Bertindak percaya diri dan optimis. Ungkapkan
kepercayaan pada pengikut. Gunakan tindakan simbolis dan dramatis untuk menekankan nilai-nilai kunci.
Menurut contoh. Memberdayakan orang untuk mencapai visi.
10 Atribut karisma adalah hasil proses interaktif antara pemimpin, pengikut, dan situasinya.
Pemimpin karismatik dapat sangat mempengaruhi sebuah organisasi, baik secara positif maupun negatif.
Pemimpin transformasional mendorong pengikut untuk mengatasi kepentingan diri sendiri demi
kepentingan organisasi.
KEPEMIMPINAN DALAM TIM DAN KELOMPOK KEPUTUSAN SIFAT DARI TIM-TIM Mereka
dapat melakukan jenis pekerjaan yang sama, tetapi mereka tidak saling tergantung dan hanya
membutuhkan sedikit kerja sama. Jenis unit pekerjaan ini terkadang disebut kelompok coacting
karena rendahnya derajat interdependensi peran antara para anggotanya. Kata tim biasanya mengacu pada
sebuah kelompok tugas yang kecil di mana para anggotanya memiliki tujuan yang sama, peran yang
saling tergantung dan keterampilan yang saling melengkapi. Untuk memperjelas perbedaan antara sebuah
kelompok coacting dan tim yang berinteraksi ada sebuah contoh dari olahraga. Bola basket dan sepak
bola memiliki tim-tim yang berinteraksi, sedangkan dalam boling atau gulat tim-tim biasanya
merupakan kelompok coacting. Jenis - Jenis Tim yang Berbeda Karakteristik lain yang membedakan
meliputi keberadaan posisi pemimpin formal, proses yang digunakan untuk memilih pemimpin, durasi
biasa dari keberadaan tim, stabilitas keanggotaan tim seiring waktu, dan keberagaman fungsional dari
para anggotanya. Tabel dibawah membandingkan lima jenis tim berbeda dalam hal karakteristik
Karakteristik Tim Operasi Fungsional Tim Lintas Fungsional Tim Mengelola Sendiri Tim Mendefinisikan
Sendiri Tim Eksekutif Puncak Otonomi untuk menetukan misi dan tujuan Rendah Rendah hingga sedang
Rendah Tinggi Tinggi Otonomi untuk menentukan prosedur kerja Rendah hingga sedang Tinggi Tinggi
Tinggi Tinggi Otoritas pemimpin internal Tinggi Tinggi Rendah Rendah Tinggi Durasi keberadaan tim
Tinggi Rendah hingga sedang Tinggi Variabel Tinggi Stabilitas keanggotaan Tinggi Rendah hingga
sedang Tinggi Variabel Tinggi Keragaman para anggota dalam latar belakang fungsional Rendah tinggi
Rendah variabel tinggi TIM-TIM FUNGSIONAL Dalam sebuah tim operasi fungsional, para anggota
mungkin memiliki pekerjaan yang agak khusus tetapi masih bagian dari fungsi dasar yang sama. Biasanya
tim-tim itu terus beroperasi dengan jangka waktu yang lama, dan keanggotaannya mungkin menjadi
relatif stabil. Biasanya terdapat pemimpin yang ditunjuk yang memiliki kewenangan yang cukup besar
untuk operasi internal dan mengelola hubungan eksternal dengan bagian lain dari organisasi itu.
Kepemimpinan dalam Tim-Tim Fungsional Dalam sebuah tim kerja fungsional, tanggung jawab
kepemimpinan biasanya dikonsentrasikan pada seorang pemimpin formal walaupun anggota kelompok
lainnya dapat membantu dalam melakukan beberapa fungsi kepemimpinan khusus. Penjajaran dan
Komitmen Tugas. Kinerja kelompok akan lebih tinggi saat para anggotanya amat termotivasi untuk
mencapai sasaran bersama. Komitmen tugas lebih tinggi saat tim menganggap sasaran itu penting dan
para anggota memiliki keyakinan atas kemampuan dari tim untuk mencapainya (kemajuan
kolektif). Perilaku kepemimpinan yang amat relevan untuk meningkatkan komitmen ini meliputi
menyampaikan isi yang menarik mengenai apa yang dapat dicapai oleh tim, yang menghubungkan
sasaran tugas dengan nilai dan idealisme anggota, membangun keyakinan anggota dalam kemampuan tim
untuk mencapai sasaran ini, dan merayakan kemajuan yang dilakukan dalam pencapaian sasaran itu.
Keterampilan Anggota dan Kejelasan Peran. Keterampilan dan kejelasan peran amatlah penting saat tim
melakukan tugas yang amat rumit yang meminta para anggotanya menyesuaikan diri dan
mengoordinasikan perilaku mereka secara rutin saat kondisnya berubah. Perilaku kepemimpinan yang
amat relevan untuk meningkatkan keterampilan anggota meliputi keterampilan menilai untuk mengenali
kebutuhan pelatihan, mengatur para anggota agar menerima instruksi yang diperlukan, memberikan
pelatihan kepada anggota yang membutuhkannya, meminta anggota yang berpengalaman untuk melatih
anggota yang kurang berpengalaman, dan memilih anggota baru yang memiliki keterampilan relevan.
Strategi Kinerja. Strategi kinerja yang digunakan oleh sebuah kelompok juga menetukan bagaimana
pekerjaan itu dilakukan secara efisien. Hackman dan Morris (1975) menemukan bahwa sebuah tim
biasanya melakukan tugas baru dengan lebih baik jika mereka mengambil waktu untuk merencanakan
strategi yang jelas sebelum memulai mengerjakan tugas itu. Perilaku kepemimpinan yang relevan untuk
mempengaruhi organisasi pekerjaan dan strategi kinerja meliputi perencanaan bagaimana menggunakan
personalia dan sumber daya secara efisien, merencanakan strategi kinerja secara efektif, yang melibatkan
para anggota yang memiliki keahlian yang relevan dalam merencanakan operasi bagi tim, menerapkan
praktik pembelajaran tim, dan mengumpulkan informasi mengenai strategi kinerja yang efektif yang
digunakan oleh tim lainnya. Saling Percaya dan Kerja Sama. Kerja sama amatlah penting saat kelompok
memiliki tugas yang meminta para anggota untuk berbagi informasi, peralatan, dan sumber daya lainnya,
saling membantu, dan bekerja bersama secara berdekatan untuk periode waktu yang lama di bawah
kondisi yang menekan. Perilaku kepemimpinan untuk membangun kepercayaan dan identifikasi dengan
tim (disebut pembentukan tim). Sumber daya dan Dukungan Politis. Kinerja kelompok juga
bergantung pada mendapatkan sumber daya yang dibutuhkan untuk pekerjaan itu. Sumber daya yang
relevan bisa meliputi dana anggaran, perangkat dan peralatan, persediaan dan materi, dan fasilitas yang
dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan. Perilaku kepemimpinan yang relevan untuk mendapatkan sumber
daya yang diperlukan dari orang luar meliputi merencanakan sumber daya yang dibutuhkan untuk proyek
atau aktivitas khusus; menyiapkan anggaran dan membuat taklimat bagi para atasan untuk menguatkan
permintaan; melakukan lobby dengan para atasan untuk memberikan sumber daya tambahan;
mempengaruhi para atasan untuk mengizinkan penggunaan peralatan, persediaan atau bahan-bahan yang
tidak biasa; mempromosikan dan menjaga reputasi tim terhadap atasan; membuat hubungan kerja sama
dengan orang luar yang merupakan sumber daya yang potensial dari sumber daya dan bantuan yang
dibutuhkan; dan menegosiasikan kesepakatan yang menguntungkan dengan para pemasok dan penyedia.
Koordinasi Eksternal dan Adaptasi. Kinerja sebuah kelompok juga bergantung pada hubungan eksternal.
Perilaku kepemimpinan yang relevan untuk memudahkan koordinasi eksternal dan adaptasi meliputi
berkonsultasi dengan klien dan para pengguna mengenai rencana dan keputusan yang mempengaruhi
mereka, bertemu dengan klien atau pengguna untuk lebih mempelajari kebutuhan mereka, mendapatkan
umpan balik dari klien dan para pengguna mengenai hal-hal yang dapat dilakukan tim itu untuk
meningkatkan pelayanan pelanggan, mempromosikan citra yang menguntungkan dari tim di antara orang
luar, dan menengahi konflik antara para anggota tim dengan orang luar. TIM-TIM LINTAS
FUNGSIONAL Tim-tim lintas fungsi makin banyak digunakan dalam organisasi untuk meningkatkan
koordinasi dari aktivitas yang saling tergantung di antara subunit khusus (Ford & Randolf,1992). Tim itu
biasanya meliputi para perwakilan dari masing-masing subunit fungsional yang terlibat dalam sebuah
aktivitas atau proyek, dan dapat meliputi perwakilan dari luar organisasi seperti para pemasok, klien, dan
rekanan joint-venture. Tim itu diberi tanggung jawab untuk merencanakan dan melakukan sebuah
aktivitas rumit yang membutuhkan koordinasi, kerja sama, dan pemecahan masalah bersama yang cukup
besar di antara pihak yang terkait. Potensi Manfaat Tim-tim itu mengizinkan penggunaan personalia dan
sumber daya yang fleksibel dan efisien untuk memecahkan masalah saat ditemukan. Saat orang yang
tepat dipilih untuk tim, akan mungkin memiliki lebih banyak keahlian daripada seorang manajer untuk
membuat rancangan penting dan mengoperasikaan keputusan. Keragaman latar belakang anggota
memupuk kreativitas dalam pembuatan ide-ide dan solusi masalah. Bekerja pada tim lintas fungsional
membantu para anggota belajar memandang sebuah masalah atau tantangan dari perspektif berbeda,
bukan hanya dari sudut pandang fungsional yang sempit. Para anggota dapat mempelajari keterampilan
baru yang akan dijalankan ke pekerjaan fungsional mereka dan tim mereka masing-masing. Tantangan
Kepemimpinan Pertemuan itu memakan waktu dan bisa amat sulit untuk mendapatkan partisipasi yang
cukup dari para anggota yang juga memiliki tanggung jawab dalam sebuah departemen fungsional dan
mungkin berada pada lebih dari satu tim (Denison, Hart&Kahn,1996). Keragaaman fungsional dari para
anggotanya meningkatkan penghalangan komunikasi. Setiap fungsi biasanya memiliki jargonnya sendiri
dan cara pemikiran sendiri mengenai banyak hal. Subunit fungsional yang diwakili para anggota tim
sering memiliki sasaran yang berbeda, orientasi waktu, dan prioritas yang berbeda. Perbedaan ini
cenderung menciptakan konflik. Keputusan dapat menjadi sulit dan memakan waktu jika para anggota
harus mendapatkan persetujuan dari para atasan fungsional mereka sebelum menyepakati perubahan
besar. Tim itu biasanya memiliki tenggat waktu yang ketat untuk menyelesaikan pekerjaannya, yang
memberikan tekanan tambahan pada pemimpinnya untuk menyelesaikan perselisihan dan memelihara
kemajuan yang stabil. Keterampilan dan Perilaku Kepemimpinan Keterampilan berikut yang relevan bagi
para pemimpin tim, yaitu: 1. Keahlian teknis. Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk
menyampaikan masalah teknis dengan para anggota tim yang memiliki latar belakang fungsional
beragam. 2. Keterampilan administratif. Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk merencanakan dan
mengorganisasikan aktivitas proyek, memilih anggota tim yang memenuhi syarat, dan menangani
tanggung jawab anggaran dan keuangan. 3. Keterampilan antarpribadi. Pemimpin harus mampu
memahami kebutuhan dan nilai-nilai dari para angggota tim untuk mempengaruhi mereka, menyelesaikan
konflik, dan membangun sifat kohesif. 4. Keterampilan kognitif. Pemimpin harus mampu memahami
hubungan internal dan eksternal tim yang rumit dan bagaimana fungsi-fungsi berbeda itu relevan dengan
keberhasilan proyek tersebut. 5. Keterampilan politis. Pemimpin harus mampu mengembangkan koalisi
dan mendapatkan sumber daya, bantuan, dan persetujuan dari manajemen puncak dan pihak relevan
lainnya. Dari wawancara dan pengamatan atas beberapa tim, Barry (1991) mengidentifikasikan empat
peran kepemimpinan yang terlihat penting bagi para tim yang memecahkan masalah, mengelola proyek,
atau mengembangkan kebijakan. Peran itu meliputi pembuatan visi, pengorganisasian, pengintegrasian
sosial, dan perluasan eksternal. TIM KERJA YANG MENGELOLA SENDIRI Dalam tim-tim yang
mengelola sendiri atau kelompok kerja semiotonomi, sebagaian besar tanggung jawab dann kewenangan
yang biasanya diberikan dalam posisi seorang manajer, dialihkan kepada para anggota kelompok.
Sebagian besar tim-tim kerja yang mengelola sendiri memiliki aktivitas yang amat saling tergantung dan
mereka bertanggung jawab untuk menghasilkan sebuah produk atau jasa tertentu. Para anggota sering kali
bergiliran melakukan berbagai tugas yang merupakan tanggung jawab tim itu, yang meningkatkan
fleksibelitas tim, membuat pekerjaan lebih menarik, dan memberikan kesempatan untuk mepelajari
keterampilan baru. Organisasi induk biasanya menentukan misi, cakupan operasi, dan anggaran untuk
tim-tim yang mengelola sendiri. Setiap tim biasanya diberikan kewenangan dan tanggung jawab untuk
mengoperasikan keputusan, seperti menetapkan sasaran kinerja dan standar kualitas, memberikan
pekerjaan, menentukan jadwal pekerjaan, menentukan prosedur kerja, melakukan pembelian persediaan
dan bahan-bahan yang diperlukan, menghadapi pelanggan dan pemasok, mengevaluasi kinerja anggota
tim, dan menangani masalah kinerja dari masing-masing anggota. Manfaat Potensial Tim-tim kerja yang
mengelola sendiri menawarkan sejumlah manfaat potensial, termasuk komitmen yang lebih kuat dari para
anggota tim terhadap pekerjaan, meningkatkan kualitas, meningkatkan efisiensi, kepuasan kerja yang
lebih besar, dan pergantian karyawan dan absen yang lebih sedikit di antara para karyawan. Memberikan
pelatihan silang kepada para anggota tim untuk melakukan pekerjaan berbeda akan meningkatkan
fleksibilitas tim tersebut dalam berhadapan dengan kekurangan personalia yang diakibatkan oleh sakit
atau pergantian karyawan. Pengetahuan mereka yang luas mengenai proses kerja membantu para anggota
tim untuk menyelesaikan masalah dan menyarankan perbaikan. Perubahan menjadi kelompok yang
mengelola sendiri biasanya mengurangi jumlah manajer dan staf spesialis dalam sebuah organisasi yang
merendahkan biaya. Peran Kepemimpinan Internal Peran kepemimpinan internal melibatkan tanggung
jawab manjemen yang diberikan kepada tim dan bersama-sama oleh para anggota kelompok. Hal biasa
bagi tim yang mengelola sendiri untuk memiliki pemimpin tim internal yang mengoordinasikan aktivitas
tim. Terkadang pemimpin tim ditunjuk oleh organisasi, tetapi lebih umum bagi pemimpin tim untuk
dipilih oleh anggota tim Peran Kepemimpinan Eksternal Peran kepemimpinan eksternal melibatkan
tanggung jawab manajerial yang tidak didelegasikan kepada tim. Peran utama dari pemimpin eksternal
berfungsi sebagai seorang pelatih, fasilitator, dan konsultan bagi tim, tidak secara langsung mengawasi
pekerjaannya. Peran kepemimpinan eksternal ini dapat dilakukan oleh sebagian dari penyelia lini pertama
yang sebelumnya, dengan fasilitator khusus, atau oleh para manajer menengah. Pemimpin eksternal juga
membantu para anggota tim mendapatkan keterampilan antarpribadi yang diperlukan untuk berfungsi
secara efektif sebagai sebuah tim (Manz& Sims, 1989). Sebuah fungsi penting dari pemimpin eksternal
adalah membangun percaya diri dari para anggota tim. Pemimpin eksternal juga berfungsi sebagai juara
dan penasihat dalam membantu kelompok itu mendapatkan sumber daya dan dukungan politis yang
diperlukan dari manajemen puncak dan subunit organisasi yang lainnya. Memfasilitasi Kondisi Untuk
Tim-Tim Yang Mengelola Sendiri Kondisi yang memfasilitasi untuk tim-tim yang mengelola sendiri
dijelaskan sebagai berikut: 1. Sasaran yang didefinisikan dengan jelas. Organisasi harus memberikan
sasaran priorias yang jelas untuk memandu sasaran tugas, memudahkan upaya terkoordinasi lintas tim,
dan memberikan dasar untuk mengevaluasi kemajuan dan menyesuaikan strategi kinerja. 2. Tugas yang
rumit dan berarti. Tugas yang rumit dan menantang yang membutuhkan beragam keterampilan dan
pengetahuan dan memberikan umpan balik yang akurat dan tepat waktu mengenai kemajuan dan hasil
pekerjaan itu. 3. Keanggotaan yang stabil dan berukuran kecil. Stabilitas keanggotaan membantu
perkembangan identifikasi tim, sifat kohesif, dan mempelajari bagaimana mengelola aktivitas tugas
mereka sendiri. 4. Kewenangan dan keleluasaan yang cukup besar. Tim harus memiliki otoritas yang
cukup untuk menjalankan tanggung jawab tugasnya dan keleluasaan untuk mengelola dirinya sendiri
dalam cara yang tepat untuk melakukan pekerjaan tanpa campur tangan dari manajemen puncak atau
serikat pekerja. 5. Akses terhadap informasi. Keberhasilan dari tim yang mengelola sendiri amat
bergantung pada akses terhadap informasi yang diperlukan untuk mengatur aktivitas tim dan mengawasi
kinerjanya. 6. Pengakuan dan penghargaan yang tepat. Sistem penghargaan harus menekankan kinerja tim
bukannnya kinerja perorangan, dan harus mendorong para anggota untuk mengembangkan keterampilan
yang dibutuhkan oleh kelompok. Para anggota harus diberikan penghargaan dalam cara yang pantas untuk
peningkatan mereka dalam produktivitas dan efisiensi. 7. Dukungan yang kuat dari manajemen puncak.
Dukungan politis dari manajemen puncak amat penting untuk memastikan bahwa anggota lain dari
organisasi tersebut mendukung upaya untuk menerapkan tim-tim yang mengelola sendiri bukan
merendahkannya. Dukungan ini meliputi pendelegasian kewenangan yang memadai, alokasi sumber daya
yang dibutuhkan oleh tim untuk melakukan pekerjaannya secara efektif, dan penciptaan budaya
organisatoris yang dapat dibandingkan dengan tim-tim yang mengelola sendiri dan tim yang diberikan
kewenangan. 8. Keterampilan antarpribadi yang memadai. Para anggota harus belajar bagaimana
mendengarkan dan berkomunikasi secara efektif, menggunakan taktik mempengaruhi yang tepat,
menyelesaikan konflik dalam cara yang produktif, dan menggunakan prosedur yang efektif untuk
membuat keputusan kelompok. Para anggota juga membutuhkan cukup banyak keterampilan antarpribadi
untuk melaksanakan peran kepemimpinan seperti koordinator tim dan fasilitator pertemuan. TIM-TIM
YANG MENDEFINISIKAN SENDIRI Bentuk dari tim yang memiliki otonomi yang besar disebut
tim yang mendefinisikan sendiri atau tim yang merancang sendiri (Hackman,1987). Jenis tim
ini diperlakukan sebagai perusahaan berbeda didalam organisasi induk, dan tim tersebut diizinkan untuk
memanfaatkan semaksimal mungkin keputusan yang diperlukan untuk menjalankan sebuah bisnis kecil.
Saat tim tersebut memiliki aktivitas yang salin ketergantungan, sumber daya bersama, dan keuangan yang
saling terjalin, kerja sama dan koordinasi diperlukan untuk efektivitas organisasitoris. TIM-TIM
VIRTUAL Dalam tim-tim virtual, para anggota secara geografis terpisah dan mereka jarang bertemu
langsung. Kebanyakan komunikasi di antara para anggota bergantung pada komputer dan teknologi
komunikasi (misalnya internet, konferensi video, penggunaan kelompok, telepon selular, dan sebagainya).
Terdapat beberapa alasan atas meningkatnya penggunaan tim-tim virtual, termasuk cepatnya
perkembangan globalisasi, meningkatnya kerja sama antar organisasi (misalnya joint venture, pembuatan
rekanan, dan sebagainya), keinginan karyawan memiliki fleksibilitas yang lebih banyak dalam pengaturan
tugas, penekanan yang lebih besar pada aktivitas manajemen jasa dan pengetahuan, dan kebutuhan akan
lebih banyaknya fleksibilitas dan inovasi dalam perkembangan produk dan pemberian pelayanan yang
khusus. Para pemimpin dalam kebanyakan tim virtual memiliki tantangan yang sama seperti para
pemimpin dari tim-tim fungsional. Terdapat kesulitan untuk mendapatkan komitmen dari anggota berbeda
yang melakukan banyak hal lainnya dan mungkin memiliki sasaran atau proiritas berbeda. Lebih sulit
menggunakan pengaruh atas orang yang hanya dapat diakses oleh media elektronik dan lebih sulit untuk
membangun kepercayaan bersama, pemahaman, dan identifikasi di antara para anggota yang jarang
bersama-sama. PROSEDUR UNTUK MEMUDAHKAN PEMBELAJARAN TIM Dua prosedur yang
terlihat berguna untuk memudahkan pembelajaran tim adalah tinjauan setelah aktivitas dan sesi-sesi
dialog. Tinjauan Setelah Aktivitas Tinjauan setelah aktivitas juga disebut tinjauan setelah tindakan
atau postmortem adalah prosedur untuk menganalisis secara kolektif semua proses dan hasil yang
didapatkan dari aktivitas sebuah tim. Sebuah pertemuan tinjauan dapat dilakukan oleh pemimpin tim atau
fasilitator dari luar. Peran dari pemimpin atau fasilitator adalah memandu proses tinjauan dan
membuatnya tetap berfokus pada pemecahan masalah konstruktif. Dalam tinjauan setelah aktivitas,
keputusan tugas dan proses kerja biasanya mendapatkan perhatian yang jauh lebih banyak daripada
hubungan antarpribadi atau masalah kepemimpinan. Umpan balik mengenai kepemimpinan dan proses
antarpribadi bisa terjadi saat pemimpin dan anggota tim secara emosional telah matang, fleksibel, dan
tidak defensif. Sesi Dialog Adalah pertemuan pemecahan masalah dimana para anggota tim menguji
asumsi implisit mereka, menekankan pemeriksaan, bukan pemberian nasehat, dan berusaha untuk
menyepakati model mental yang tepat. PEDOMAN UNTUK PEMBENTUKAN TIM Tujuan
pembentukan tim adalah untuk meningkatkan sifat koheksikitas saling bekerja sama, dan identifikasi
kelompok (Dyer, 1977). Pedoman berikut didasarkan pada penelitian, teori, dan wawasan praktisi dapat
diterapkan pada kebanyakan jenis kelompok dan tim kerja. Menekankan kepentingan dan nilai-nilai
umum Mendapatkan kesepakatan di antara para anggota kelompok mengenai sasaran, strategi untuk
mencapainya, dan kebutuhan untuk upaya kerja sama amat meningkatkan kemungkinan identifikasi yang
kuat dengan kelompok. Mengidentifikasikan sasaran bersama dan menjelaskan mengapa kerja sama
diperlukan untuk mencapainya, mendorong para anggota kelompok untuk berbagi informasi dan ide dan
untuk saling membantu. Menggunakan upacara dan ritual Upacara dan ritual dapat digunakan untuk
meningkatkan identifikasi dengan kelompok dan membuat keanggotaan terlihat menjadi amat khusus.
Ritual awal digunakan untuk melantik anggota baru ke dalam sebuah kelompok dan ritual pensiun
digunakan uuntuk merayakan kepergian anggota lama. Upacara digunakan untuk merayakan keberhasilan
khusus atau menandai hari jadi peristiwa khusus dalam sejarah kelompok itu. Menggunakan simbol
untuk mengembangkan identifikasi kelompok Simbol dan identitas kelompok seperti nama tim, slogan,
logo, lencana, atau emblem dapat diperlihatkan pada bendera, spanduk, pakaian atau perhiasan. Simbol
dapat menjadi amat efektif untuk membantu menciptakan identitas terpisah untuk sebuah tim.
Mendorong dan memudahkan interaksi sosial Satu cara untuk memudahkan interaksi sosial yang
menyenangkan adalah dengan melakukan aktivitas sosial secara periodik seperti makan malam, makan
siang, dan pesta. Berbagai jenis perjalanan keluar dapat digunakan untuk memudahkan interaksi sosial
(misalnya, bersama-sama pergi ke sebuah peristiwa olahraga atau konser, atau perjalanan kamping atau
arung jeram). Memberi tahu orang mengenai aktivitas dan keberhasilan kelompok Amat penting untuk
tetap memberitahukan para anggota mengenai hal-hal ini dan menjelaskan bagaimana pekerjaan mereka
berkontribusi terhadap keberhasilan misi itu. Melakukan sesi analisis proses Sesi analisis proses
melibatkan diskusi terbuka dan terus terang mengenai hubungan antarpribadi dan proses kelompok dalam
sebuah upaya untuk meningkatkannya. Suatu pendekatan adalah meminta setiap orang untuk
menyarankan cara-cara yang membuat kelompok itu menjadi lebih efektif. Pendekatan serupa adalah
meminta setiap anggota menjelaskan apa yang dapat dilakukan anggota lainnya agar membuat peranya
dalam kelompok itu menjadi lebih mudah. Biasanya lebih baik bila memiliki seorang fasilitator terlatih
untuk melakukan sesi analisis proses bukan hanya pemimpin tim. Seorang fasilitator dari luar akan lebih
objektif dan tidak memihak, yang merupakan hal yang amat penting jika pemimpin itu berkontribusi pada
kesulitan yang dimiliki kelompok dalam bekerja bersama. Melakukan sesi penyejajaran Tujuan dari
sebuah sesi penyejajaran adalah untuk meningkatkan pemahaman bersama diantara para anggota tim
(Mitchell, 1986). Sebelum sesi itu, setiap anggota diberikan sebuah kuesioner terbuka mengenai nilai-
nilai, perhatian, dan sasaran pribadi. Para anggota diminta untuk menyiapkan tanggapan yang akan
membantu orang lain untuk memahami dan menghargainya. Meningkatkan Insentif untuk saling kerja
sama Insentif yang didasarkan pada kinerja individual akan mendorong para anggota tim untuk saling
bersaing satu sama lain, sedangkan insentif yang didasarkan pada kinerja kelompok mendorong kerja
sama. Satu cara untuk meningkatkan sifat kohesif dan identifikasi tim adalah dengan menekankan insentif
formal seperti bonus yang didasarkan pada perbaikan kinerja tim. Cara lain adalah dengan menggunakan
penghargaan spontan dan informal untuk menekankan pentingnya pelayanan bagi tim. PEMBUATAN
KEPUTUSAN DALAM KELOMPOK Kualitas dari keputusan kelompok bergantung pada kontribusi
informasi dan ide dari para anggota kelompok, kejelasan komunikasi, akurasi dari prediksi dan penilaian,
batasan dimana diskusi itu difokuskan pada masalah, dan cara dimana perselisihan diselesaikan. Penentu
dari Proses Kelompok 1. Besaran Kelompok. Kelompok yang besar mungkin memiliki informasi yang
lebih banyak dan ragam perspektif yang lebih luas mengenai sebuah masalah, dan terdapat lebih banyak
kesempatan untuk melibatkan semua pihak yang akan terpengaruh oleh sebuah keputusan. 2. Diferensial
Status. Perbedaan yang besar dalam status anggota dapat menghalangi pertukaran informasi dan evaluasi
yang akurat dari ide-ide. Para anggota yang berstatus rendah biasanya segan mengkritik atau tidak setuju
dengan anggota yang berstatus tinggi. Ide-ide dan opini dari anggota yang berstatus tinggi memiliki
pengaruh yang lebih banyak dan cenderung untuk dievaluasi secara lebih menguntungkan. 3. Kohesivitas.
Jumlah rasa saling mengasihi antar anggota dan daya tarik terhadap kelompok adalah penentu penting
atas proses kelompok. Sebuah kelompok orang yang kohesif yang memiliki nilai dan sikap yang serupa
akan lebih mungkin sepakat atas sebuah keputusan. Para anggota dari kelompok yang kohesif tidak terlalu
bersedia mendapatkan risiko penolakan sosial karena mempertanyakan sudut pandang mayoritas atau
menyajikan sebuah opini yang berbeda. Kelompok yang amat kohesif terkadang memupuk sebuah
fenomena yang disebut pemikiran kelompok yang merendahkan pembuatan keputusan yang efektif
(Janis, 1972). 4. Keragaman Keanggotaan. Batasan dimana para anggota bervariasi dalam hal
kepribadian, atribut demografis (misalnya, umur, jenis kelamin, identitas etnis, pendidikan), dan
spesialisasi fungsional memiliki implikasi kepada proses kelompok dan hasilnya. Di sisi positifnya,
memiliki anggota yang memiliki perspektif, pengalaman, dan pengetahuan yang berbeda dapat
menghasilkan solusi masalah yang lebih kreatif. 5. Kematangan Emosional. Kelompok yang memiliki
anggota yang kematangan emosionalnya rendah cenderung untuk lebih memiliki perilaku yang
berorientasi diri sendiri yang mengganggu dan perilaku yang agresif. Perilaku anggota yang seperti ini
dapat mengurangi kohesivitas kelompok dan rasa saling mempercayai. 6. Lingkungan fisik. Pertemuan
diadakan dalam lingkungan fisik yang juga dapat mempengaruhi proses kelompok. 7. Teknologi
Komunikasi. Jenis teknologi komunikasi yang tersedia bagi kelompok itu dapat mempengaruhi proses
kelompok dan keputusan yang dihasilkan. Teknologi ini dapat mengurangi pemahaman evaluasi,
menghalangi sikap yang diperlihatkan, dan dominasi diskusi oleh orang-orang yang asertif atau berstatus
tinggi. FUNGSI KEPEMIMPINAN DALAM PERTEMUAN Peran kepemimpinan dapat dibagikan
hingga batasan tertentu, tetapi para anggota dari kelompok keputusan sering lebih suka bila memiliki
seorang pemimpin diskusi yang ditunjuk yang memiliki tanggung jawab utama untuk melakukan
pertemuan tersebut. Seorang pemimpin yang efektif memastikan agar kelompok menggunakan sebuah
proses keputusan yang sistematis (pengendalian proses), tetapi tidak mendominasi diskusi
(pengendalian isi). Fungsi Pemeliharaan Tugas dan Kelompok Perilaku yang berorientasi tugas
dalam sebuah pertemuan kelompok memudahkan evaluasi komunikasi sistematis, dan analisis informasi
dan ide, dan membantu pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Juga penting bagi pemimpin
untuk memiliki keterampilan yang cukup besar dalam menggunakan setiap jenis perilaku yang
berorientasi tugas. Perilaku pemeliharaan kelompok dalam sebuah pertemuan kelompok meningkatkan
kohesivitas, memperbaiki hubungan antarpribadi, membantu resolusi konflik, dan memuaskan kebutuhan
pribadi dari para anggota akan penerimaan, rasa hormat, dan keterlibatan. Siapa yang Harus
Melaksanakan Fungsi Kepemimpinan Pandangan tradisional adalah bahwa pemimpin formal harus
mengarahkan dan mengendalikan aktivitas kelompok. Menurut pandangan yang berpusat pada
pemimpin ini, pemimpin kelompok harus menjaga diskusi berfokus pada tugas, mendorong ekspresi
perasaan, mempertahankan kendali atas keputusan akhir (yaitu menggunakan konsultasi bukannya
keputusan kelompok), dan melindungi otoritasnya dalam kelompok. Dengan kepemimpinan yang
berpusat pada kelompok, peran dari pemimpin adalah berfungsi sebagai konsultan, penasihat, guru,
dan fasilitator, bukannya sebagai seorang direktur atau manajer kelompok. Tanggung jawab bagi kedua
jenis fungsi itu dibagi bersama pada anggota kelompok karena tidak ada satu orang yang sensitif kepada
semua permasalahan proses dan kebutuhan kelompok. Menurut Bradford, berbagi tanggung jawab untuk
fungsi kepemimpinan akan meningkatkan kualitas keputusan dan membuat para anggota merasa lebih
puas dengan kelompok. Bradford mengenali beberapa kesulitan dalam menerapkan kepemimpinan yang
berorientasi pada kelompok. Ia memperhatikan bahwa jenis kepemimpinan ini membutuhkan
keterampilan antarpribadi yang cukup besar, kematangan, dan rasa percaya baik pada pemimpin maupun
pada anggota kelompok. PEDOMAN UNTUK MEMIMPIN PERTEMUAN Pedoman untuk memimpin
sebuah kelompok keputusan yang telah mapan adalah sebagai berikut: Memberikan informasi
mengenai persiapan yang diperlukan untuk sebuah pertemuan Untuk memastikan bahwa orang berencana
untuk menghadiri pertemuan itu, mereka harus diberikan informasi sebelumnya mengenai waktu, tempat,
dan subjek penting agenda itu. Berbagi informasi penting dengan para anggota kelompok Jumlah
informasi yang harus disajikan bergantung pada sifat masalah itu dan informasi sebelumnya di kelompok
tersebut. Informasi tersebut dapat diberikan sebelum pertemuan, pada awal pertemuan, atau saat diagnosis
masaalah itu dilakukan. Menjelaskan masalah tanpa menyatakan penyebab atau solusinya Masalah itu
harus dinyatakan secara objektif dalam cara yang tidak menyalahkan beberapa atau semua anggota
kelompok. Memberikan waktu yang cukup banyak untuk pembuatan dan evaluasi ide Pemimpin harus
merencanakan pertemuan sehingga tersedia cukup waktu untuk mendiagnosis masalahnya,
mengembangkan solusi alternatif, dan menjelajahi implikasi dan konsekuensi dari setiap alternatif.
Memisahkan pembuatan ide dari evaluasi ide Teknik kelompok nominal dikembangkan untuk
memperbaiki defisiensi pengilhaman (Delbecq, Van de Ven & Gustafson,1975). Para anggota diminta
menuliskan ide mereka pada secarik kertas tanpa mendiskusikannya, kemudian pemimpin menempatkan
ide-ide tersebut agar dapat dilihat oleh semua orang. Anggota kelompok diundang untuk membangun ide-
ide yang telah terdaftar atau menambahkan ide baru yang distimulasikan saat melihat daftar tersebut.
Kemudian pemimpin meninjau daftar tersebut dan menanyakan apakah ada pertanyaan mengenai makna
dari sebuah ide tau relevansinya dengan masalah tersebut. Mendorong dan memudahkan partisipasi
Setiap anggota harus didorong untuk mengontribusikan ide dan perhatian, dan para anggota harus
dilarang mendominasi diskusi dan menggunakan taktik tekanan sosial (misalnya ancaman, komentar yang
menghina) untuk mengintimidasi orang yang tidak sepakat dengan mereka. Mendorong uraian baru
yang positif dan pembentukan ide Dua prosedur yang amat berguna untuk menciptakan sebuah iklim yang
lebih mendukung untuk pembuatan ide adalah uraian baru yang positif dan pembentukan ide. Salah satu
teknik yang paling berguna untuk memupuk ide-ide baru adalah dengan meminta anggota kelompok
untuk menguraikan kembali ide anggota lainnya dan menemukan sesuatu yang berharga sebelum
mengatakan sesuatu yang bersifat kritik. Menggunakan prosedur yang sistematik untuk evaluasi solusi
Dengan prosedur dua kolom para anggota sama-sama mengidentifikasi dan melihat keuntungan
dan kerugian dari setiap alternatif (Maier, 1963). Kemudian para anggota mendiskusikan keuntungan dan
kerugian tersebut dan berusaha untuk menyepakati peringkat keseluruhan dari alternatif tersebut.
Prosedur serupa tetapi lebih rinci adalah analisis biaya-manfaat. Prosedur ini dapat digunakan saat
konsekuensi dari setiap solusi adalah cukup umum dan dimungkinkan untuk membuat perkiraan yang
cukup akurat dari manfaat dan biaya dalam hal yang berhubungan dengan keuangan. Mendorong para
anggota untuk mencari sebuah solusi yang integratif Pemimpin harus mendorong partisipasi, menjaga
agar diskusinya bersifat analitis, bukan kritis, dan menempatkan hasil dari perbandingan itu untuk
memberikan sebuah ringkasan visual atas kesamaan dan perbedaannya. Mendorong konsesus tetapi
tidak memaksakannya Pengambilan suara merupakan prosedur umum untuk membuat keputusan,
pemimpin harus mendorong kelompok untuk berusaha mencapai konsesus, bukan memutuskan atas dasar
mayoritas saja. Sebuah keputusan konsesus biasanya menghasilkan komitmen yang lebih besar daripada
keputusan mayoritas, tetapi biasanya dibutuhkan waktu yang lebih banyak untuk membuat keputusan
tersebut dan konsesus kelompok tidak selalu dimungkinkan. Memperjelas tanggung jawab untuk
implementasi Langkah tindakan yang diperlukan harus disebutkan dan tanggung jawab atas setiap
langkah tindakan diberikan kepada individual. Setelah pertemuan, pemimpin harus membagikan sebuah
ringkasan tentang apa yang telah didiskusikan dan diputuskan, dan tanggung jawab apa yang diberikan
kepada siapa. Kesimpulan Organisasi semakin bergantung pada tim-tim untuk meningkatkan kualitas,
efisiensi, dan perubahan adaptif. Potensi keuntungan dari tim meliputi kepuasan dan komitmen karyawan
yang lebih besar, kualitas produk dan layanan yang lebih baik, serta efisiensi dan produktivitas yang lebih
besar. Keberhasilan dari sebuah tim bergantung pada kapasitasnya untuk belajar dari pengalaman.
Referensi: 1. Yukl, Gary.2005. Kepemimpinan Dalam Organisasi Edisi kelima. Jakarta: PT INDEKS