UNTUK KEPEMIMPINAN
YANG EFEKTIF
BAB 8
Teori yang menjelaskan efektivitas
kepemimpinan dalam hal variable moderator
situasional disebut “teori kontingensi” dari
kepemimpinan.
MODEL KONTINGENSI LPC
MODEL KONTINGENSI LPC
• Model kontingensi LPC dari Fiedler menjelaskan bagaimana
situasi menengahi hubungan antara efektivitas kepemimpinan
dengan ukuran ciri yang disebut nilai (LPC/Least-Preferred
Coworker) rekan kerja yang paling tidak disukai.
• Skala LPC meminta seorang pemimpin untuk memikirkan
semua orang dengan siapa ia pernah bekerja, dan kemudian
untuk menggambarkan orang yang bersangkutan bekerja
dengannya. Orang ini merupakan seseorang atau seseorang
yang pernah bekerja dengannya atau dia saat ini bekerja
dengannya
Nilai LPC Pemimpin
• Niali LPC ditentukan dengan meminta seorang pemimpin untuk
memikirkan semua rekan kerja lama dan yang ada saat ini,
memilih salah satu yang sulit bekerja sama dengan pemimpin,
dan memberikan peringkat orang ini pada sekumpulan skala sifat
bipolar (yaitu bersahabat-tidak bersahabat, kooperatif-tidak
kooperatif, efisien-tidak efisien). Nilai LPC adalah jumlah
peringkat pada skala sifat bipolar ini.
•
Rice meneliti mengenai nilai LPC dan menyimpulkan bahwa para
pemimpin yang LPCnya rendah menghargai keberhasilan tugas,
dan yang LPCnya tinggi adalah yang menghargai keberhasilan
antarpribadi. Sama halnya dengan interpretasi hierarki motif, pola
perilaku kepemimpinan beragam sesuai situasinya. Interpretasi
Rice pada dasarnya sesuai dengan motif dari Fiedler tetapi
singkat dan lebih didukung oleh beragam jenis penelitian.
Variabel Situasional
• Hubungan antara nilai LPC pemimpin dan efektivitas
bergantung pada sebuah sebuah variabel situasional yang
yang rumit disebut “ keuntungan situasional” atau kendali
situasional. Tiga aspek situasi yang dipertimbangkan adalah
sebagai berikut:
1. Hubungan pemimpin-anggota
2. Kekuasaan posisi
3. Struktur tugas
• Keuntungan ditentukan dengan memberikan bobot dan
mengkombinasikan ketiga aspek situasi tersebut.
Kemungkinan kombinasi memberikan 8 tingkat keuntungan,
yang disebut “oktan”.
• HUBUNGAN PEMIMPIN-ANGGOTA, pemimpin
akan memiliki pengaruh lebih banyak jika mereka
menjaga hubungan baik dengan anggota kelompok
yang suka, menghormati, dan memercayai mereka,
dibandingkan jika mereka tidak.
• STRUKTUR TUGAS tugas yang sangat terstruktur,
yang menentukan bagaimana suatu pekerjaan harus
dilakukan secara rinci, memberikan seorang pemimpin
mempunyai pengaruh lebih besar terhadap tindakan
kelompok dalam melakukan tugas-tugas terstruktur.
• KEKUASAAN/WEWENANG POSISI, pemimpin
yang memiliki kekuasaan untuk mempekerjakan dan
memecat, mendisiplin dan memberi hadiah, memiliki
kekuatan lebih dari mereka yang tidak.
OKTAN Hubungan STRUKTUR KEKUATAN PEMIMPIN yg
P-A TUGAS POSISI EFEKTIF
KECERDASAN PEMIMPIN
KUALITAS KEPUTUSAN
PENGALAMAN PEMIMPIN
• Keterbatasan Dari Penelitian
• Aspek yang paling kontroversi dari teori tersebut adalah ide
bahwa efetivitas pemimpin diprediksikan oleh kecerdasan dalam
kondisi tekanan tinggi. Kebanyakan studi validasi telah
bergantung pada ukuran penggati dari pengalaman, seperti
lamanya bekerja, bukannya menggunakan kinerja kepemimpinan
dari keahlian pekerjaaan yang relevan. Sebuah penjelasan
tandingan untuk hasil tersebut adalah bahwa para pemimpin
yang “berpengalaman” memiliki toleransi yang lebih besar
terhadap tekanan (pemimpin yang tidak dapat menangani
tekanan telah berhenti atau diberhentikan). Penjelasan tandingan
lainnya bahwa para pemimpin yang “berpengalaman” yang
memiliki lebih banyak waktu untuk mengembangkan sebuah
jaringan hubungan mendukung yang akan membantu mereka
dibawah kondisi yang menekan.
Penelitian Mengenai Teori Sumber Daya Kognitif
• Gibson, Fiedler, Barret (1993) menganalisis kembali data
dari studi awal mengenai kelompok tiga orang daripada
Kadet Korps Pelatihan Perwira Cadangan (ROTC) dengan
sebuah tugas kreatif. Dibawah kondisi tekanan yang
rendah, kecerdasan secara positif berhubungan dengan
pembuatan ide kreatif oleh pemimpin dan juga pengikut,
dan makin cerdas pemimpinya maka makin produktif
kelompoknya. Para pemimpin yang cerdas lebih banyak
berbicara, tetapi cenderung melantur dan hanya
mengontribusikan sedikit ide yang berguna. Dengan
mendominasi diskusi, para pemimpin ini mencegah para
anggota untuk memberikan kontribusi lebih.
Kelemahan Konseptual
• Teori sumber daya kogitif juga memiliki
beberapa kelemahan konseptual yang
membatasi kegunaannya untuk menjelaskan
kepemimpinan yang efektif sebuah variabel
ciri utama dalam teorii ini adalah
kecerdasannumum. Tidak diberikan dasar
pemikiran yang jelas untuk penggunaan
kecerdasan umum dari pada ketrampilan
kognitif khusus.
EVALUASI UMUM DAN TEORI KONTINGENGSI
• Tabel 8-5 menjelaskan fitur utama dari teori
kontingensi dan model keputusan normatif
Vroom dan Yetton. Tabel itu memudahkan
untuk membandingkan teori tersebut dengan
memperhatikan isi dan validasinya. Ketujuh
teori tersebut berisi variabel moderator
situasional, tetapi keragaman dari variabel
situasional adalah lebih besar dalam beberapa
teori daripada teori lainnya.
Teori Ciri Perilaku Variabel Variabel Hasil
Kontingensi Pemimpin Pemimpin Situasional yang Validasi
Menggangg
u
Model Kontingensi LPC Tidak Ada Struktur Tugas Tidak Ada Banyak Studi beberapa
LPC hubungan P-A dukungan
Teori Jalur Sasaran Tidak Ada Instrumental, Supportif, Banyak Aspek Harapan, Valensi, Banyak Studi beberapa
partisipatif, ambiguitas peran dukungan
keberhasian,
Teori Pengganti Tidak Ada Instrumental, Supportif Banyak Aspek Tidak Ada Beberapa Studi Tidak
Kepemimpinan Konklusif
Model Berbagai Tidak Ada Banyak Aspek Banyak Aspek Upaya kemampuan Beberapa studi tidak
Hubungan organisasi kerja tim, Konklusif
sumberdaya ,
koordinasi eksternal
Teori Sumber Daya Kecerdasan Mengarahkan, Tekanan, dukungan Tidak Ada Beberapa studi tidak
Kognitif Pengalaman kelompok Konklusif
Keputusan Normatif Tidak Ada Prosedur keputusan Banyak Aspek Banyak studi,
dukungan cukup kuat
APLIKASI: PEDOMAN BAGI PARA MANAJER
• Menggunakan lebih banyak perencanaan
untuk tugas yang panjang dan rumit
• Banyak berkonsultasi dengan orang yang
memiliki pengetahuan yang relevan
• Memberikan lebih banyak arahan bagi orang
yang memiliki peran yang saling tergantung
• Memberikan lebih banyak arahan dan
taklimat saat terjadinya krisis
• Mengawasi tugas kritis atau orang yang tidak
dapat diandalkan secara lebih ketat
• Memberikan lebih banyak pelatihan kepada
bawahan yang tidak berpengalaman
• Bersifat lebih mendukung kepada seseorang
yang memiliki tugas yang amat menekan