Anda di halaman 1dari 4

2.

MODEL KONTINGENSI LPC


• Model kontingensi LPC dari Fiedler (1964, 1967) menjelaskan bagaimana situasi menengahi hubungan
antara keefektifan kepemimpinan dan ukuran ciri yang disebut “nilai (LPC) rekan kerja yang paling tidak
sesuai”.

 Nilai LPC Pemimpin

• Nilai LPC ditentukan dengan meminta pemimpin memikirkan semua rekan kerja lama dan yang ada saat
ini, memilih salah satu yang paling sulit bekerja sama dengan pimpinan, dan memberikan peringkat orang ini
pada sekumpulan skala sifat bipolar ( yaitu, bersahabat- tidak bersahabat, kooperatif - tidak kooperatif,
efisien - tidak efisien). Nilai LPC adalah jumlah peringkat pada skala sifat bipolar ini. Pemimpin yang
umumnya kritis dalam memberikan peringkat rekan kerja yang paling tidak di sukai akan memperoleh nilai
LPC yang rendah, sedangkan pemimpin yang umumnya toleran akan mendapatkan nilai LPC yang tinggi.
 Variable Situasi

• Hubungan antara nilai LPC pemimpim dan keefektifan bergantung pada variabel situasi yang rumit yang
disebut “dukungan situasi/situational favorability” (atau kendali situasi/situation control). Fieadler
mendefinisikan keunggulan situasi sebagai sejauh mana situasi memberikan kendali kepada pemimpin atas
para bawahan. Tiga aspek situasi yang di pertimbangkan adalah:

1. Hubungan pemimpin – anggota : Sejauh mana bawahan setia, dan hubungan dengan para bawahan
adalah bersahabat dan kooperatif.

2. Kekuasaan posisi : Sejauh mana pemimpin memiliki otoritas untuk mengevaluasi kinerja bawahan dan
memberikan penghargaan dan hukuman.

3. Struktur tugas : Sejauh mana terdapat standar prosedur operasi untuk menyelesaikan tugas, bersama
dengan gambaran rinci produk atau jasa yang telah jadi, dan indikator objektif mengenai seberapa
baiknya tugas itu telah dilaksanakan.
 Usulan (Proposisi)

Menurut modelnya, situasi yang paling menguntungkan bagi pemimpin (oktan 1)


jika ada hubungan yang baik dengan bawahan, sehingga pemimpin memiliki
kekuasaan posisi yg cukup besar dan tugasnya amat terstruktur. Saat hubungan
pemimpin-anggota baik, para bawahan akan lebih mungkin memenuhi permintaan
dan arahan pemimpin, bukannya mengabaikan atau menggagalkannya. Saat
pemimpin memiliki kekuasaan posisi yang tinggi, lebih mudah untuk memengaruhi
bawahan. Saat tugasnya terstruktur, lebih mudah pimpinan mengarahkan bawahan
dan mengawasi kinerja mereka. Situasi yang paling tidak menguntungkan bagi
pemimpin (oktan 8) adalah saat hubungan dengan bawahan buruk, tugasnya tidak
terstruktur, dan kekuasaan posisinya rendah.
 Penelitian mengenai Teori

• Sejumlah besar studi telah dilakukan untuk menguji teori kontingensi LPC. Studi tersebut telah
ditinjau oleh Strub dan Garcia (1981) dan oleh Peters, Hartke, dan Pohlmann (1985). Para
peninjau menyimpulkan bahwa penelitian tersebut cenderung mendukung model tersebut,
walaupun tidak untuk tiap-tiap oktan dan tidak terlalu kuat untuk studi lapangan dibandingkan
dengan studi laboratorium.

 Kelemahan Konseptual

• Teori kontingen LPC memiliki beberapa kelemahan konseptual yang serius. Nilai LPC
merupakan “ukuran pencarian makna” (Schriesheim & Kerr, 1977, hlm 23). Interpretasinya telah
berubah dalam cara yang acak, dan interpretasi saat ini adalah spekulatif. Nilai LPC mungkin
tidak stabil seiring waktu dan bisa menjadi lebih rumit daripada yang diperkirakan (Yukl, 1970).

Anda mungkin juga menyukai