Anda di halaman 1dari 12

Analisis Kepemimpinan Kontingensi

Ada dua hal yang diperhatikan oleh Teori Kontingensi,


yaitu:
1. Sistem Motivasi
Berdasarkan sistem motivasional tersebut dapat
ditentukan dua perilaku kepemimpinan, yaitu:
a. Pemimpin yang task motivated dan
b. Pemimpin yang relationship motivated
2. Variabel-variabel Situasional
Fidler mengidentifikasikan tiga macam elemen dalam
situasi kerja yang dapat membantu menentukan
periilaku kepemimpinan yang efektif.

1.Model Fiedler
Menurut penelitian Fiedler di dalam situasi kerja ada tiga
macam elemen penting yang akan menentukan gaya atau
perilaku kepemimpinan efektif
a. Hubungan antara pemimpin dengan bawahan. Maksudnya,
bagaimana tingkat kualitas hubungan yang terjadi antara
atasan dengan bawahan.
b. Struktur Tugas. Maksudnya, di dalam situasi kerja apakah
tugas-tugas telah disusun ke dalam suatu pola-pola yang jelas
atau sebaliknya.
c. Kewibawaan kedudukan pemimpin. Maksudnya, bagaimana
kewibawaan formal pemimpin dilaksanakan terhadap
bawahan.

Struktur
Tugas

Hubungan
Pemimpin
dng
Bawahan
Baik

Kewibaw
aan
Keduduk
an
Pemimpi
Kuat
n

Gaya Kepemimpinan

II

Baik

Berpola

Lemah

Mementingkan
Tugas atau Hasil

Baik

Tidak
Berpola

Kuat

Mementingkan
Tugas atau Hasil

III
IV

Baik

Tidak
Berpola

Lemah

Mementingkan Hub.
atau Bawahan

Tidak Baik

Berpola

Kuat

Mementingkan Hub.
atau Bawahan

VI

Tidak Baik

Berpola

Lemah

VII

Tidak Baik

Tidak
Berpola

Kuat

Mementingkan Hub.
atau Bawahan
Mementingkan Hub.
atau Bawahan

VIII

Tidak Baik

Tidak
Berpola

Lemah

Kondi
si

Berpola

Yang Efektif
Mementingkan
Tugas atau Hasil

Mementingkan
Tugas atau Hasil

Makna matrik tersebut dapat dijelaskan sebagai


berikut:
Apabila kondisi menunjukkan angka romawi
I, berarti hubungan antara atasan dan bawahan
adalah baik. Struktur tugas dalam organisasi
ini telah tersusun dalam pola-pola, kewibawaan
kedudukan pemimpin kuat. Hal ini berarti,
bahwa gaya atau perilaku kepemimpinan yang
efektif (diperlukan adalah perilaku pemimpin
yang berorientasi kepada tugas atau hasil).
Demikian pula kondisi selanjutnya.

Beberapa implikasi penting dari model Fidler antara


lain:
1) Pemimpin yang task motivated pada dasarnya
memiliki kebenaran yang sama. Artinya, kedua
pemimpin dapat memimpin dengan baik dalam
kondisi khusus masing-masing karena
kepemimpinan yanefektif akan terjadi apabila ada
kecocokan antara sistem motivasional dengan
situasi yang ada.
2) Kriteria pemimpin yang baik dan buruk bukanlah
penilaian yang akurat. Namun, kita harus
mempertimbangkan bahwa seorang pemimpin
hanya dapat tampil dengan baik dalam situasi saja.
3) Hasil kepemimpinan seseorang akan ditentukan
oleh sistem motivasional dan tiga elemen pokok
dalam situasi kerja.

2.Model Houses Path-Goal


Model House ini menggunakan dua perilaku
kepemimpinan, yaitu supportive dan instrumental.
Kedua perilaku kepemimpinan ini dapat ditentukan
melalui dua variabel kontingensi, yaitu variabel
karakteristik anak buah dan variabel struktur tugas.
1) Variabel Karakteristik Anak Buah
Bawahan yang memiliki rasa perlindungan dan persatuan
yang tinggi, akan lebih efektif jika diterapkan
kepemimpinan supportive. Sedangkan bawahan yang
kebutuhan otonomi, tanggung jawab, dan aktualisasi
diri tinggi, akan lebih tepat dimotivasi dengan gaya
kepemimpinan instrumental.
2) Variabel Struktur Tugas
Perilaku kepemimpinan instrumental tidak tepat
diterapkan dalam susunan tugas ini. Sebaliknya, untuk
tugas-tugas yang nonrutin dan kompleks,
kepemimpinan instrumental dapat membantu anak

3.Model Vroom Yetton


Pada model ini menyoroti lima perilaku kepemimpinan
mulai dari tingkat otokrasi yang tinggi sampai
dengan tingkat partisipatif yang tinggi.
Gaya otokrasi yang tinggi dapat diterapkan apabila
pemimpin memegang seluruh informasi yang diperlukan
untuk mengambil keputusan. Perlaku partisipatif
tepat digunakan untuk menghimpun informasi dan ideide anggota kelompok karena perilaku ini memberikan
keleluasaan anggota untuk mengekspresikan pendapat
mereka.

Perbedaan dan Kesamaan dalam Pendekatan


Kontingensi
Model FIDLER menganjurkan adanya tiga faktor
situasional yang paling penting untuk memprediksi
gaya kepemimpinan yang efektif (task motivated atau
relationship motivated).
Model PATH-GOAL menekankan pentingnya
pemberian penghargaan pada anak buah bilaman
mereka menunjukkan prestasi yang bagus. Model ini
menyajikan gaya kepemimpinan berdasarkan struktur
tugas dan kebutuhan anggota. Dari kedua variabel ini
dapat ditentukan gaya supportive atau instrumental
yang lebih efektif.
Model VROOM-YETTON memfokuskan pada
tingkat partisipasi yang harus dilakukan oleh
pemimpin dalam situasi organisasi. Perilaku
kepemimpinan yang efektif akan dapat ditentukan

4.Model Kepemiminan Situasi


Hasil berbagai penelaahan menimbulkan suatu pemikiran
mendasar bahwa kepemimpinan dipengaruhi oleh faktorfaktor situasional, dimana pemimpin melaksanakan
tugsanya.
Berdasarkan teori ini, perilaku kepemimpinan yang paling
efektif adalah kepemimpinan yang disesuaikan dengan
tingkat kematangan bawahan. Sifat yang harus
mengalami pematangan.
TIDAK MATANG

MATANG

PASIF

AKTIF

TERGANTUNG

TIDAK TERGANTUNG

MAMPU MELAKUKAN SEDIKIT CARA

MAMPU MELAKUKAN BANYAK CARA

MINAT DANGKAL

MINAT YANG MENDALAM

PANDANGAN JARAK PENDEK

PANDANGAN JARAK PANJANG

JABATAN BAWAHAN

JABATAN ATASAN

KURANG KESADARAN DIRI

SADAR DIRI DAN TERKONTROL

Pemimpin yang baik menurut teori Kepemimpinan Situasional


adalah pemimpin yang mampu:
1) Mengubah-ubah perilakunya sesuai dengan situasinya,
2) Memperlakukan bawahan sesuai dengan tingkat kematangan
yang berbeda-beda.
Jadi, berdasarkan teori kepemimpinan semua variabel situasi
seperti waktu, tuntutan, tugas, iklim organisasi, harapan dan
kemampuan atasan, teman sejawat, bawahan adalah sangat
penting bagi perilaku pemimpin dalam hubungan dengan
para bawahan.
Ada pemimpin yang cenderung mengarahkan diri, selalu
memberi petunjuk kepada bawahan dan ada pula pemimpin
yang cenderung memberikan dukungan. Selanjutnya, situasi
lain mungkin merupakan kecenderungan memberikan
pengarahan dan memberi dukungan.

1) Tipe Direktif
Tipe ini ditandai dengan adanya komunikasi satu arah.
Pemimpin membatasi peranan bawahan
Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
semata-mata menjadi tanggung jawab pemimpin, yang
kemudian disampaikan kepada bawahan
Pelaksanaan pekrjaan diawasi dengan ketat
Tipe ini dapat disamakan pula dengan tipe telling
2) Tipe Konsultatif
Tipe ini masih memberikan direktif yang cukup besar
Mempergunakan komunikasi dua arah dan memberikan
suportif terhadap bawahan
Pemimpin mau mendengarkan keluhan bawahan
tentang keputusan yang diambil
Pelaksanaan keputusan tetap ada pada bawahan
Tipe ini dapat disebut selling

3) Tipe Partisipatif
Kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan antara pemimpin dan bawahan dalam
keadaan seimbang
Pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
Komunikasi dua arah makin meningkat
Keikutsertaan bawahan dalam memecahkan maalah dan
pengambilan keputusan makin meningkat
4) Tipe Delegatif
Pemimpin mendiskusikan masalah yang dihadapi
dengan bawahan kemudian mendelegasikan
pengambilan keputusan seluruhnya kepada bawahan
Bawahan diberi hak untuk menentukan langkah
bagaiaman keputusan dilaksanakan
Bawhaan diberikan wewenang untuk menyelesaikan
tugas sesuai dengan keputusan sendiri, sebab mereka

Anda mungkin juga menyukai