Anda di halaman 1dari 3

Model fiedlr kontingensi

1. Relasi Pemimpin-Anggota (Leader-Member Relations): Ini mengacu pada sejauh


mana hubungan antara pemimpin dan anggota tim adalah baik atau buruk. Hubungan
yang baik bisa mempermudah kepemimpinan, sementara hubungan yang buruk bisa
menyulitkan.
2. Struktur Tugas (Task Structure): Ini mengacu pada tingkat kejelasan dan struktur
tugas yang dihadapi oleh tim atau organisasi. Tugas yang jelas dan terstruktur
cenderung memudahkan kepemimpinan, sementara tugas yang tidak jelas
memerlukan pendekatan yang berbeda.
3. Kekuasaan Pemimpin (Leader's Power): Ini mengacu pada sejauh mana pemimpin
memiliki kekuasaan dan pengaruh atas anggota tim. Semakin besar kekuasaan
pemimpin, semakin besar juga kemampuannya untuk memengaruhi tim.

Model Fiedler menilai keefektifan kepemimpinan dengan mengukur tiga faktor tersebut dan
kemudian mencocokkan gaya kepemimpinan dengan situasi yang sesuai. Model ini
mengidentifikasi dua tipe pemimpin, yaitu pemimpin yang cenderung efektif dalam situasi
yang sangat baik atau sangat buruk (pemimpin relasional), dan pemimpin yang cenderung
efektif dalam situasi yang moderat (pemimpin tugas). Untuk setiap tipe pemimpin,
pendekatan kepemimpinan yang berbeda diperlukan.

Pentingnya model kontingensi adalah memahami bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan
yang bisa diterapkan pada semua situasi. Kepemimpinan yang efektif harus bersifat fleksibel
dan mampu beradaptasi dengan keadaan yang ada. Model kontingensi membantu pemimpin
untuk mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang paling sesuai dengan situasi yang sedang
dihadapi, sehingga mereka dapat mencapai hasil yang optimal.

Model 3-D dalam kepemimpinan kontingensi

Model 3-D dalam kepemimpinan kontingensi adalah salah satu model yang mengembangkan
pendekatan situasional untuk kepemimpinan. Model ini dikembangkan oleh Reddin (1967)
dan menyoroti tiga dimensi atau faktor kunci yang mempengaruhi gaya kepemimpinan yang
efektif dalam suatu situasi. Model 3-D ini membantu pemimpin untuk memahami bagaimana
mereka dapat menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka dengan situasi tertentu. Berikut
adalah penjelasan lengkap mengenai tiga dimensi dalam Model 3-D:

1. Dimensi Tugas (Task Dimension): Dimensi ini berkaitan dengan sejauh mana tugas
yang dihadapi oleh kelompok atau organisasi bersifat terstruktur atau tidak terstruktur.
Ada dua kutub dalam dimensi ini:
o Tugas Terstruktur (Structured Task): Tugas-tugas yang terstruktur adalah
tugas-tugas yang jelas, dengan langkah-langkah yang terdefinisi dengan baik,
dan tujuan yang konkret.
o Tugas Tidak Terstruktur (Unstructured Task): Tugas-tugas yang tidak
terstruktur adalah tugas-tugas yang kompleks, ambigu, dan memerlukan
penilaian yang lebih bebas.

Dalam dimensi ini, pemimpin harus memilih gaya kepemimpinan yang sesuai. Pada
tugas terstruktur, pemimpin mungkin lebih baik menggunakan pendekatan yang lebih
otoriter atau berorientasi pada tugas. Sementara pada tugas yang tidak terstruktur,
pemimpin mungkin perlu menjadi lebih fleksibel dan berorientasi pada hubungan.
2. Dimensi Hubungan (Relationship Dimension): Dimensi ini berkaitan dengan
sejauh mana hubungan antara pemimpin dan anggota tim bersifat baik atau buruk.
Ada dua kutub dalam dimensi ini:
o Hubungan Baik (Good Relations): Hubungan yang baik antara pemimpin
dan anggota tim, di mana ada saling pengertian, kepercayaan, dan kerja sama
yang kuat.
o Hubungan Buruk (Poor Relations): Hubungan yang buruk antara pemimpin
dan anggota tim, di mana mungkin ada konflik, ketidakpercayaan, atau
ketegangan.

Dalam dimensi ini, pemimpin perlu menyesuaikan pendekatan mereka tergantung


pada hubungan yang ada. Ketika hubungan baik, pemimpin mungkin lebih bersifat
delegatif atau berorientasi pada partisipasi. Namun, jika hubungan buruk, pemimpin
mungkin perlu lebih terlibat dan mendekati situasi dengan lebih otoriter.

3. Dimensi Kekuasaan (Power Dimension): Dimensi ini berkaitan dengan sejauh mana
pemimpin memiliki kekuasaan dan pengaruh atas anggota tim. Ada dua kutub dalam
dimensi ini:
o Kekuasaan Tinggi (Strong Power): Pemimpin memiliki tingkat kekuasaan
dan pengaruh yang tinggi atas anggota tim.
o Kekuasaan Rendah (Weak Power): Pemimpin memiliki tingkat kekuasaan
dan pengaruh yang rendah atas anggota tim.

Pemimpin perlu memahami tingkat kekuasaan yang dimilikinya dan menggunakannya


sesuai. Jika pemimpin memiliki kekuasaan tinggi, mereka mungkin dapat
menggunakan pendekatan yang lebih delegatif atau berorientasi pada partisipasi.
Namun, jika kekuasaan pemimpin rendah, mereka mungkin perlu menggunakan
pendekatan yang lebih berorientasi pada tugas.

Model 3-D ini membantu pemimpin untuk menilai situasi mereka berdasarkan tiga dimensi
ini dan memilih gaya kepemimpinan yang sesuai dengan karakteristik situasi tertentu.
Dengan memahami tugas, hubungan, dan kekuasaan dalam situasi, pemimpin dapat menjadi
lebih efektif dalam memimpin dan mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan keadaan
yang dihadapi.

Model Kontinum Path-Goal (Path-Goal Continuum Model)

Model Kontinum Path-Goal (Path-Goal Continuum Model) adalah salah satu model
kepemimpinan yang dikembangkan oleh Robert House pada tahun 1971. Model ini berfokus
pada peran seorang pemimpin dalam memfasilitasi kesuksesan bawahan dengan
menghilangkan hambatan dan memberikan dukungan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan. Dalam model ini, pemimpin berperan sebagai pemberi arah (path-giver) yang
membantu bawahan untuk mencapai tujuan mereka.

Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai Model Kontinum Path-Goal:

1. Dasar Model:
o Model ini memandang kepemimpinan sebagai suatu peran yang dapat diubah
sesuai dengan kebutuhan situasional.
o Pemimpin harus memahami situasi dan kebutuhan bawahannya untuk
mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang paling sesuai.
2. Gaya Kepemimpinan: Dalam model ini, terdapat empat gaya kepemimpinan utama
yang dapat diadaptasi oleh pemimpin sesuai dengan situasi. Keempat gaya
kepemimpinan ini adalah:
o Kepemimpinan Direktif (Directive Leadership): Pemimpin memberikan
arahan yang jelas dan instruksi kepada bawahan, mengatur tugas dengan rinci,
dan memantau pelaksanaan. Gaya ini cocok ketika tugasnya sangat terstruktur
dan bawahan membutuhkan panduan yang jelas.
o Kepemimpinan Partisipatif (Participative Leadership): Pemimpin
melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan, mendengarkan masukan
mereka, dan berkolaborasi dalam proses perencanaan. Gaya ini cocok ketika
bawahan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dan
motivasi yang tinggi.
o Kepemimpinan Dukungan (Supportive Leadership): Pemimpin
memberikan dukungan emosional dan perhatian kepada bawahan. Gaya ini
cocok ketika bawahan memerlukan dorongan emosional dan perasaan dihargai
untuk meningkatkan semangat kerja.
o Kepemimpinan Prestasi (Achievement-Oriented Leadership): Pemimpin
menetapkan standar tinggi dan menantang bawahan untuk mencapai kinerja
yang unggul. Gaya ini cocok ketika bawahan memiliki potensi yang belum
dimanfaatkan sepenuhnya dan membutuhkan motivasi tambahan.
3. Faktor Situasional:
o Model ini mengakui bahwa pemimpin harus mempertimbangkan faktor-faktor
situasional untuk memilih gaya kepemimpinan yang sesuai. Beberapa faktor
situasional yang perlu dipertimbangkan termasuk tingkat struktur tugas,
tingkat kekuasaan bawahan, dan hubungan pemimpin-bawahan.
4. Hubungan antara Gaya Kepemimpinan dan Situasi:
o Dalam model ini, pemimpin harus memilih gaya kepemimpinan yang sesuai
dengan situasi. Misalnya, dalam situasi di mana tugasnya sangat terstruktur,
pemimpin mungkin lebih cenderung menggunakan gaya kepemimpinan
direktif. Di sisi lain, dalam situasi di mana bawahan memiliki pengetahuan
dan motivasi yang tinggi, gaya kepemimpinan partisipatif mungkin lebih
efektif.
5. Tujuan Keseluruhan:
o Tujuan utama dari pemimpin dalam model ini adalah memfasilitasi
keberhasilan bawahan. Dengan memberikan arah yang jelas, dukungan, dan
penghilangan hambatan, pemimpin membantu bawahan mencapai tujuan
mereka.
6. Pengukuran Kesuksesan:
o Keberhasilan dalam model ini diukur oleh mencapainya tujuan bawahan,
peningkatan kinerja, kepuasan bawahan, dan motivasi bawahan.

Model Kontinum Path-Goal memberikan panduan yang berguna bagi pemimpin untuk
mengadaptasi gaya kepemimpinan mereka sesuai dengan kebutuhan situasional dan bawahan.
Dengan memahami peran mereka dalam memberikan arah, pemimpin dapat meningkatkan
efektivitas kepemimpinan mereka dan membantu bawahan mencapai kesuksesan.

Anda mungkin juga menyukai