Anda di halaman 1dari 6

December 05, 2018

Blake and Mouton's Managerial Grid

Teori Blake dan Mouton Managerial Grid merupakan bagian dari teori kepemimpinan universal.
Teori ini dikembangkan oleh Robert Blake dan Jane Mouton pada tahun 1964. Teori ini
membagi kepemimpinan berdasarkan 2 dimensi perilaku yaitu kepedulian terhadap tugas dan
kepedulian terhadap orang.

Dari dua dimensi kepedulian terhadap tugas kepedulian terhadap orang ini, teori Blake dan
Mouton Managerial Grid dibagi ke dalam 5 gaya kepemimpinan diantaranya : Impoverished
Management, Country Club Management, Authority-Compliance Management, Middle-of-the-
Road Management dan juga Team Management dengan posisi seperti di bawah ini.
1. Impoverished Management

Gaya kepemimpinan ini berada di posisi rendahnya kepedulian terhadap tugas/produksi dan juga
rendahnya kepedulian terhadap karyawan. Pemimpin tidak ingin terlibat dengan karyawan dan
membiarkan mereka berantakan. Robert Blake dan Jane Mouton menunjukkan bahwa gaya ini
bisa menjadi pilihan yang sadar. Dengan memberi karyawan kebebasan untuk memecahkan
masalah tertentu, ini akan mempengaruhi produksi untuk sementara waktu. Tetapi pada akhirnya,
ini akan mengarah pada kemandirian dan peningkatan produksi.

Improvished management memiliki kelebihan bahwa ini bisa menjadi baik jika hanya dilakukan
dalam jangka waktu pendek. Namun kelemahan gaya kepemimpinan ini ialah pemimpin tidak
memiliki kepedulian untuk menciptakan suatu sistem yang dapat membantu menjamin
pencapaian kinerja. Pemimpin juga tidak memiliki kepedulian untuk menciptakan lingkungan
kerja yang memuaskan dan dapat memotivasi pengikutnya.

2. Country Club Management

Pada country club management, banyak pemimpin baru menyesuaikan diri dengan gaya ini
dengan kepedulian yang tinggi terhadap orang-orang tetapi kepedulian yang rendah terhadap
produksi. Dalam gaya kepemimpinan ini, para pemimpin hanya ingin "disukai" oleh karyawan
mereka dan mereka tidak ingin dianggap terlalu otoriter. Pemimpin ingin memahami
karyawannya terus-menerus dan berharap untuk menjaga hubungan baik dengan mereka, apa pun
resikonya bahwa karyawan akan memotong jalan pintas dan tidak mengejar tujuan. Saat seorang
karyawan harus berurusan masalah pribadi, perhatian dan dukungan manajer akan dirasakan
positif.

Gaya kepemimpinan ini memiliki kelebihan bahwa pemimpin memiliki kepedulian tinggi
terhadap orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin juga dapat menciptakan lingkungan kerja
yang menyenangkan dan aman bagi orang-orang yang dipimpinnya. Namun pemimpin dalam
gaya kepemimpinan ini memiliki kelemahan dimana produktivitas rendah karena kurang kontrl
dan arahan.
3. Authority-Compliance Management

Pemimpin dalam gaya kepemimpinan ini sepenuhnya terfokus pada orientasi tugas. Karena
produksi adalah titik fokus utama pemimpin, ia melupakan dan mengabaikan kesejahteraan para
karyawan. Pemimpin ini berwibawa dan memberi tekanan disiplin. Pemimpin membutuhkan
karyawan yang paling maksimal dna menerapkan sanksi ketika mereka gagal memenuhi
persyaratan. Robert Blake dan Jane Mouton menunjukkan bahwa ada situasi di mana gaya
kepemimpinan ini diperlukan. Misalnya ketika tindakan tidak populer diambil seperti
pengurangan atau reorganisasi.

Pemimpin dalam gaya kepemimpinan ini memiliki kelebihan bahwa pemimpin menempatkan
efisien dan produktivitas yang lebih utama dibandingkan kebutuhan dari orang-orang yang
dipimpinnya. Pemimpin tipe ini cenderung untuk otoriter, memiliki atura, kebijakan dan
prosedur kerja yang ketat. Namun kelamahannya, pemimpin dengan gaya kepemimpinan seperti
ini cenderung tidak memberikan perhatian kepada orang yang dipimpinnya.

4. Middle of the Road Management

Pemimpin di gaya kepemimpinan ini mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan orang-


orang dan produksi. Pemimpin mendapatkan nilai rata-rata pada kedua kriteria.

Kelebihan pemimpinan di gaya kepemimpinan ini mencoba untuk menyeimbangkan antara


kepentingan tugas dan kepentingan orang. Namun kelemahannya karena pemimpin mencoba
memenuhi kedua kepentingan ini, pemimpin ini menjadi pemimpin medioker dengan
performance yang rata-rata.

5. Team Management

Pemimpin yang berorientasi pada gaya ini seharusnya tidak mengubah dirinya. Pegawainya
membentuk tim yang erat dan bekerja sama dalam melaksanakan tujuan. Pemimpin telah
mendapat banyak rasa hormat untuk karyawannya dan antusias dan memotivasi mereka. Inilah
sebabnya mengapa mereka mampu mengeluarkan yang terbaik dalam diri mereka. Keterlibatan
timbal balik di antara para karyawan sangat tinggi dan mereka sangat setia kepada majikan
mereka. Kerja sama yang optimal sering dikaitkan dengan proyek jangka pendek yang dilakukan
oleh karyawan berpengalaman. Dengan memberi banyak perhatian pada kebutuhan karyawan
dan produksi, pemimpin ini bekerja sangat efisien.

Pemimpin gaya kepemimpinan ini menekankan kepada pencapaian tugas namun tidak
melalaikan kebutuhan dari orang-orang yang dipimpinnya. Anggota team yang memahami
tujuan organisasi, bekomitmen, dan mau ambil bagian dalam keberhasilan organisasi dengan
sendirinya akan peduli terhadap pencapaian tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya.
Contoh di dunia nyata

1. Pemimpin Team Management (9,9): Contoh tokoh untuk gaya ini adalah Satya Nadella,

CEO Microsoft. Satya Nadella terkenal karena kepemimpinannya yang fokus pada
pencapaian tujuan perusahaan dan sekaligus memperhatikan kesejahteraan karyawan. Dia
berhasil memimpin transformasi perusahaan dan mendorong inovasi, sambil membangun
budaya kerja yang inklusif dan kolaboratif.

2. Middle of The Road Managemnt 5,5): Contoh tokoh untuk gaya ini adalah Sundar Pichai,
CEO Alphabet Inc. Sundar Pichai dikenal sebagai pemimpin yang mampu menjaga
keseimbangan antara tugas dan hubungan. Dia memberikan arahan yang jelas dan
memotivasi karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan, sambil tetap menghargai dan
memperhatikan kebutuhan individu.

3. Authority-Compliance Managemen (9,1): Contoh tokoh untuk gaya ini adalah Steve
Jobs, pendiri Apple Inc. Steve Jobs terkenal dengan kepemimpinannya yang otoriter dan
fokus kuat pada pencapaian tujuan dan visi perusahaan. Dia dikenal sebagai sosok yang
keras dan tegas dalam mengambil keputusan, tetapi juga berhasil menginspirasi dan
menggerakkan timnya menuju kesuksesan

4. Middle of the Road Management. Contoh tokoh untuk gaya ini adalah Sundar Pichai,
CEO Alphabet Inc. Sundar Pichai dikenal sebagai pemimpin yang mampu menjaga
keseimbangan antara tugas dan hubungan. Dia memberikan arahan yang jelas dan
memotivasi karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan, sambil tetap menghargai dan
memperhatikan kebutuhan individu.

5. Improvesihed Managemnt (1,1): Contoh tokoh untuk gaya ini adalah Martin Shkreli,
seorang mantan CEO perusahaan farmasi Turing Pharmaceuticals. Martin Shkreli
terkenal karena kepemimpinannya yang kontroversial, di mana dia tidak memperhatikan
kebutuhan dan kesejahteraan orang lain dan hanya fokus pada keuntungan pribadi.
Kecocokan

Berikut adalah gambaran umum mengenai situasi atau konteks yang cocok untuk masing-masing
gaya kepemimpinan dalam Teori Kisi Kepemimpinan:

1. Impoverished Management (1,1): Gaya kepemimpinan ini mungkin cocok dalam situasi
di mana karyawan memiliki tingkat kemandirian yang tinggi dan mampu memecahkan
masalah mereka sendiri. Pemimpin mungkin memilih untuk memberikan kebebasan
kepada karyawan untuk mengelola tugas-tugas mereka dengan sedikit campur tangan
atau pengawasan.

2. Contry Club Management (1,9): Gaya kepemimpinan ini cocok dalam situasi di mana
perhatian terhadap hubungan interpersonal dan kebutuhan karyawan sangat penting. Hal
ini dapat berlaku dalam lingkungan kerja yang timbul kreativitas, di mana kolaborasi dan
perasaan kebersamaan tim menjadi faktor kunci dalam mencapai tujuan.

3. Authority-Compliance Management (9,1): Gaya kepemimpinan ini cocok dalam situasi


di mana pencapaian tujuan dan efisiensi sangat penting, dan perhatian terhadap hubungan
mungkin kurang menjadi prioritas utama. Misalnya, dalam situasi yang membutuhkan
keputusan cepat atau dalam organisasi dengan struktur yang sangat hierarkis, gaya
kepemimpinan otoriter dapat digunakan.

4. Middle of the Road Management (5,5): Gaya kepemimpinan ini dapat cocok dalam
situasi di mana ada kebutuhan untuk menjaga keseimbangan antara perhatian terhadap
tugas dan perhatian terhadap hubungan. Ini bisa terjadi dalam tim yang memiliki keahlian
yang beragam dan mengharuskan kepemimpinan yang fleksibel untuk mencapai tujuan
secara efektif.

5. Team management Gaya kepemimpinan ini cocok dalam situasi di mana pencapaian
tujuan yang tinggi sangat penting, sambil memperhatikan kebutuhan dan kesejahteraan
anggota tim. Ini dapat berlaku dalam proyek-proyek yang membutuhkan fokus tinggi
pada hasil dan membangun hubungan yang kuat untuk mencapai kinerja yang optimal.

Perlu dicatat bahwa dalam penerapan nyata, situasi kepemimpinan seringkali kompleks dan
dinamis. Pemimpin yang efektif harus mampu mengadaptasi gaya kepemimpinan mereka sesuai
dengan kebutuhan dan dinamika situasi yang mereka hadapi.

Anda mungkin juga menyukai