Anda di halaman 1dari 4

1. Pemenuhan Kebutuhan Sosial.

a) Kelompok menyediakan tempat bagi individu untuk bertemu dan memenuhi


kebutuhan sosial mereka, seperti kebutuhan akan kebersamaan, persahabatan, dan
dukungan emosional.
b) Interaksi dalam kelompok membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia untuk
berhubungan dan merasa terkoneksi.

2. Peningkatan Kinerja dan Efisiensi


Dalam konteks kerja, kelompok dapat meningkatkan kinerja dan efisiensi melalui
pembagian tugas dan kolaborasi. Dengan adanya pembagian tugas dan spesialisasi dalam
kelompok, pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Selain itu
kolaborasi dalam kelompok sering kali menghasilkan solusi yang lebih baik dan lebih
inovatif daripada yang bisa dicapai oleh individu secara terpisah.

3. Pengambilan Keputusan dan Pemecahan Masalah

Kelompok memberikan platform bagi anggotanya untuk berkumpul, berdiskusi, dan


membuat keputusan. Dalam banyak kasus, keputusan yang diambil oleh kelompok lebih
efektif daripada keputusan yang diambil oleh individu.

4. Pembelajaran dan Pertumbuhan Pribadi

Kelompok menjadi tempat di mana anggota dapat belajar satu sama lain, meningkatkan
keterampilan dan kompetensi mereka. Selain itu adanya interaksi dan umpan balik dari
anggota kelompok lain mendukung pertumbuhan pribadi dan profesional.

5. Normatif dan Pengendalian Sosial


Kelompok menetapkan norma-norma yang mengatur perilaku anggotanya, menyediakan
standar bagi apa yang dianggap perilaku yang dapat diterima. Kelompok juga bisa
memberikan tekanan sosial dan umpan balik untuk memastikan kepatuhan setiap
anggotanya terhadap norma-norma tersebut.

6. Inovasi dan Kreativitas


a) Kelompok sering kali menjadi lingkungan yang kondusif untuk berbagi ide dan
inovasi, karena interaksi dan kolaborasi memicu pemikiran kreatif.
b) Keanekaragaman dalam kelompok dapat memperluas wawasan dan membuka jalan
untuk pendekatan baru dan solusi kreatif.
Struktur kelompok adalah salah satu aspek krusial dalam studi perilaku kelompok,
terutama dalam konteks organisasi. Struktur ini menentukan bagaimana anggota
kelompok berinteraksi, membuat keputusan, dan mencapai tujuan bersama.

1. Peran dan Status


Dalam setiap kelompok, anggota biasanya memiliki peran tertentu yang mereka mainkan,
yang dapat bersifat formal atau informal. Peran ini berkaitan dengan harapan tentang
perilaku anggota dan seringkali terkait dengan status mereka dalam Kelompok (Katz &
Kahn, 1978).

2. Norma Kelompok
Norma adalah aturan tidak tertulis yang mengatur perilaku dalam kelompok. Norma
membantu menjaga keteraturan dan memfasilitasi prediksi perilaku anggota Kelompok
(Feldman, 1984).

3. Ukuran Kelompok
Ukuran kelompok mempengaruhi dinamika interaksi dan proses pengambilan keputusan.
Kelompok yang lebih kecil cenderung lebih kohesif, sedangkan kelompok yang lebih
besar mungkin lebih formal dan terfragmentasi (Levi,2017).

4. Komposisi Kelompok
Komposisi kelompok, termasuk karakteristik demografis, keterampilan, dan latar
belakang anggota, sangat mempengaruhi bagaimana kelompok bekerja dan berinteraksi
(Robbins & Judge,2019)

5. Hierarki dan Kekuasaan


Struktur kekuasaan dalam kelompok menentukan siapa yang memiliki pengaruh dan
bagaimana keputusan dibuat. Dalam kelompok yang lebih hierarkis, kekuasaan
cenderung (Thompson, 2018).
Model Pengembangan Tim, yang paling terkenal dikemukakan oleh Bruce Tuckman pada tahun
1965, merupakan kerangka kerja yang menggambarkan tahapan-tahapan evolusi yang dialami
oleh sebagian besar tim sepanjang waktu. Model ini menawarkan pemahaman tentang bagaimana
sebuah tim berkembang dari kumpulan individu yang asing satu sama lain menjadi sebuah tim
yang efektif dan berkinerja tinggi.

1. Forming

 Pada fase ini, anggota tim menunjukkan antusiasme, berinteraksi secara sopan, dan
mengenal satu sama lain. Mereka mencari pemahaman tentang bagaimana mereka cocok
dalam struktur tim dan apa yang diharapkan dari mereka. Mungkin ada beberapa
kecemasan dan pertanyaan mengenai kelompok dan tujuannya.
 Strategi yang bisa diadopsi termasuk mengambil peran kepemimpinan, menjadi sangat
terlihat, memfasilitasi diskusi besar, memperkenalkan gambaran besar, dan menetapkan
ekspektasi yang jelas.

2. Storming

 Fase ini ditandai dengan resistensi terhadap tugas kelompok atau metode kerja,
kurangnya partisipasi, konflik pribadi, dan kompetisi antar anggota tim. Emosi dan
pendapat yang kuat seringkali muncul.
 Strategi yang efektif pada fase ini termasuk meminta dan mendorong umpan balik,
mengidentifikasi masalah dan membantu menemukan solusi, memfasilitasi resolusi
konflik, dan membangun kepercayaan.

3. Norming

 Pada fase norming, tujuan dan peran dalam kelompok menjadi jelas dan diterima. Tim
mulai bekerja lebih efektif, anggota menjadi lebih terlibat dan saling mendukung, dan
kecemasan mulai berkurang.
 Strategi yang dapat diterapkan meliputi pengakuan terhadap kontribusi individu dan tim,
memberikan umpan balik positif, dan memanfaatkan energi kelompok untuk memperkuat
tim.

4. Performing
 Tim sekarang beroperasi secara efisien dan efektif. Ada motivasi tinggi dan kepercayaan,
individu dapat bekerja secara mandiri dan pada saat yang sama tetap berfokus pada
tujuan tim, dan tim secara konsisten mencapai hasil yang diinginkan.
 Strategi termasuk 'mengarahkan dari samping', yaitu minimal intervensi dari pemimpin,
mendorong kemandirian dalam pemecahan masalah, dan merayakan keberhasilan
bersama.

5. Adjourning

 Fase akhir ini adalah saat tim dibubarkan setelah mencapai tujuannya. Ini bisa juga
disebut sebagai fase transisi atau berkabung karena penyelesaian tugas-tugas kelompok.
 Strategi yang disarankan termasuk mengakui perubahan, menyediakan kesempatan untuk
refleksi dan evaluasi tim, merayakan pencapaian tim, dan mengakui kontribusi individu.

Anda mungkin juga menyukai